NIM: 1810412138
Kelas: Institusi Internasional AB
Pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura pada tahun 2007, seluruh negara anggota
menandatangani Piagam ASEAN. Piagam ASEAN menegaskan kembali keberlakuan semua
nilai, prinsip, peraturan dan tujuan ASEAN seperti yang telah tercantum dalam berbagai
perjanjian, deklarasi, konvensi, traktat dan dokumen-dokumen dasar ASEAN lainnya. Piagam
ASEAN juga mengubah ASEAN dari organisasi yang bersifat longgar menjadi organisasi
yang memiliki legal personality dan berdasarkan aturan-aturan yang jelas. Selain itu, Piagam
juga menegaskan bahwa ASEAN harus menjadi organisasi yang berorientasi pada
masyarakat. Piagam ASEAN ini juga yang menegaskan sikap non intervensi untuk setiap
anggotanya. Non intervensi yang dimaksud dalam hal ini adalah ASEAN tidak
mencampurtangankan dirinya dalam pengambilan keputusan atas permasalahan yang terjadi
pada negara anggotanya. Hal ini berlaku juga bagi para anggotanya bahwa mereka tidak dapat
ikut campur tangan dalam permasalahan negara lain.
Hampir seluruh wilayah negara anggota ASEAN masih terdapat banyaknya ladang
pertanian dan hutan. Banyak wilayah yang dibakar dengan tujuan untuk pembuatan ladang
kelapa sawit, terutama di Indonesia. Asap yang ditimbulkan dari pembakaran tersebut
menutupi banyak wilayah di Indonesia dan menyebar ke negara tetangganya, yaitu Singapura
dan Malaysia. Polusi udara yang terus menerus menjadi permasalahan di kawasan regional
ASEAN akhirnya membuat para negara anggota menyetujui adanya perjanjian tentang kabut
asap yang mulai berlaku pada tahun 2003 yang isinya negara negara anggota harus
mengurangi kebakaran hutan, kerusakan lingkungan dan polusi udara. Namun perjanjian
tersebut tidak berjalan dengan sempurna dan dinyatakan gagal karena ketiga hal yang
diusahakan dalam perjanjian tersebut sampai saat ini masih terjadi. Untuk menangani masalah
suatu negara yang melibatkankan negara lain, ASEAN harus mengupayakan untuk
memecahkan masalah dan mencari solusi dengan upaya bersama dan berpikir dengan
melampaui batas yang biasa terjadi. Hal ini akan selesai apabila menerima saran dari
organisasi masyarakat sipil yang bertujuan untuk mendirikan pilar keempat, yaitu pilar
lingkungan. Keadaan ini harus menjamin batas ekologis akan dibahas dalam diskusi. Dalam
hal ini masyarakat sipil diinformasikan secara transparan dan dapat lebih banyak terlibat,
betindak bebas dari tekanan negara, dan dapat menimbulkan keadilan bagi sosial dan
lingkungan.