Bentuk lain pengaitan akuntan dengan laporan keuangan historis ini dapat dilihat pada SA
Seksi No 722 tentang Informasi keuangan Interm. informasi atau laporan keuangan
interim sendiri merupakan informasi keuangan atau laporan keuangan untuk jangka waktu kurang
dari setahun penuh atau untuk jangka waktu dua belas bulan namun berakhir pada tanggal selain
tanggal akhir tahun buku perusahaan. karakteristik informasi keuangan interim ditandai dengan
berbagai taksiran pendapatan, kos (cost), dan beban yang lebih banyak dibandingkan dengan untuk
tujuan informasi keuangan tahunan. Karakteristik lain informasi keuangan interim adalah dalam
hubungannya dengan informasi keuangan tahunan. Penundaan pengakuan pendapatan dan
beban (deferrals), akrual (accruals), dan estimasi pada akhir masing-masing periode interim
seringkali dipengaruhi oleh pertimbangan pada tanggal interim tentang hasil usaha yang
diperkirakan untuk sisa waktu periode tahunan. Tujuan review informasi keuangan interim adalah
untuk memberikan dasar bagi akuntan dalam melaporkan apakah perlu dilakukan modifikasi
material atas informasi tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Adapaun prosedur-prosedur yang harus diterapak oleh auditor adalah sebagai berikut:
A. Meminta keterangan mengenai: (1) pengendalian intern, dan (2) perubahan signifikan dalam
pengendalian intern yang terjadi sejak audit laporan keuangan terakhir
sejak review informasi keuangan terakhir untuk menentukan dampak potensial butir (1) dan
(2) tersebut atas penyusunan informasi keuangan interim.
B. Menerapkan prosedur analitik atas informasi keuangan interim untuk mengidentifikasikan
dan memberikan dasar untuk mengajukan pertanyaan tentang hubungan dan pos individual
yang tampak luar biasa. Prosedur analitik untuk keperluan prosedur ini antara lain: (1)
pembandingan informasi keuangan interim yang bersangkutan dengan masa terdahulu dan
dengan masa yang sama pada tahun sebelumnya, (2) evaluasi terhadap informasi keuangan
interim yang dilakukan dengan mempertimbangkan hubungan yang jelas di antara data
keuangan dan, jika relevan, di antara data nonkeuangan, (3) pembandingan jumlah-jumlah
tercatat, atau ratio yang dihitung atas dasar jumlah-jumlah yang tercatat, dengan jumlah-
jumlah yang diharapkan terjadi yang dikembangkan oleh akuntan.
C. Membaca notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris dan komite-komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris untuk mengidentifikasikan tindakan yang dapat
mempengaruhi informasi keuangan interim.
D. Membaca informasi keuangan interim untuk mempertimbangkan, berdasarkan informasi
yang diperoleh akuntan, apakah informasi yang dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
E. Mendapatkan laporan dari akuntan lain, jika ada, yang mengadakan perikatan untuk
melakukan review informasi keuangan interim atas bagian yang penting dari entitas yang
di-review, anak perusahaan, atau afiliasi lainnya.
F. Menanyakan kepada pejabat yang bertanggung jawab atas masalah keuangan dan akuntansi
mengenai: apakah informasi keuangan interim telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia dan prinsip tersebut diterapkan secara konsisten, apakah
ada perubahan praktik akuntansi entitas tersebut, apakah ada perubahan kegiatan bisnis
entitas tersebut, masalah yang menimbulkan pertanyaan pada waktu penerapan prosedur di
atas, dan peristiwa sesudah tanggal informasi keuangan interim yang berpengaruh material
atas penyajian informasi tersebut.
G. Mendapatkan representasi tertulis dari manajemen mengenai tanggung jawab mereka atas
informasi keuangan, kelengkapan notulen rapat, peristiwa setelah tanggal informasi
keuangan interim, dan hal-hal lain yang menurut akuntan memerlukan penegasan tertulis
dari klien.
Sedangkan Laporan akuntan yang melampiri informasi keuangan interim yang telah di-review harus
mencakup:
1. Judul “Laporan Akuntan Independen.”
2. Identifikasi informasi keuangan interim yang di-review.
3. Suatu pernyataan bahwa informasi keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan.
4. Pernyataan bahwa review atas informasi keuangan interim dilakukan berdasarkan standar
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
5. Uraian mengenai prosedur review atas informasi keuangan interim yang dilakukan.
6. Suatu pernyataan bahwa review atas informasi keuangan interim dilakukan dengan lingkup
yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan audit berdasarkan standar auditing yang
bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, dalam review terhadap informasi keuangan interim, akuntan tidak memberikan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
7. Suatu pernyataan apakah akuntan menemukan indikasi perlunya modifikasi material yang
harus dilakukan agar informasi keuangan interim sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
8. Tanda tangan, nama, nomor izin akuntan publik, dan/atau nomor register negara akuntan.
9. Tanggal laporan review. Laporan dapat dialamatkan kepada perusahaan yang informasi
keuangannya di-review, dewan komisarisnya, atau para pemegang sahamnya. Umumnya,
laporan harus diberi tanggal berdasarkan tanggal selesainya review. Sebagai tambahan,
setiap halaman informasi keuangan interim harus secara jelas diberi tanda “tidak diaudit”.
Laporan khusus diatur dalam SA Seksi 623, yang meliputi laporan auditor yang diterbitkan
dalam hubungannya dengan:
Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Unsur, akun atau pos laporan keuangan yang ditentukan.
Kepatuhan dengan aspek perjanjian kontrak atau persyaratan peraturan yang berkaitan
dengan laporan keuangan auditan.
Penyajian keuangan untuk mematuhi perjanjian kontrak atau ketentuan peraturan.
Informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya atau
daftar yang memerlukan bentuk tertentu laporan auditor.
Laporan Keuangan yang disusun Sesuai dengan Suatu Basis Akuntansi Komprehensif selain
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di indonesia
Standar auditing yang ditetapkan oleh IAI diterapkan bila seorang auditor melaksanakan audit
terhadap dan membuat laporan tentang laporan keuangan apapun. Untuk tujuan pelaporan, auditor
independen harus memandang setiap tipe penyajian keuangan berikut ini sebagai suatu laporan
keuangan:
I. Neraca.
II. Laporan laba-rugi.
III. Laporan saldo laba.
IV. Laporan arus kas.
V. Laporan perubahan ekuitas pemilik.
VI. Laporan aktiva dan kewajiban yang tidak mencakup akun ekuitas pemilik.
VII. Laporan pendapatan dan beban.
VIII. Ringkasan usaha.
IX. Laporan usaha menurut lini produk (produk line).
X. Laporan penerimaan dan pengeluaran kas.
Adapaun basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia adalah salah satu di antara berikut ini:
a. Basis akuntansi yang digunakan oleh entitas yang melaporkan untuk memenuhi persyaratan
atau mematuhi ketentuan pelaporan keuangan suatu badan pemerintahan yang berwenang
untuk mengatur entitas tersebut.
b. Basis akuntansi yang digunakan atau diharapkan akan digunakan oleh entitas untuk mengisi
Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan untuk periode yang dicakup
oleh laporan keuangan.
c. Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, dan modifikasi basis kas yang memiliki
dukungan kuat, seperti pencatatan depresiasi atas aktiva tetap atau accrued income taxes.
d. Rangkaian kriteria pasti yang memiliki dukungan kuat yang diterapkan ke semua pos
material yang tampak dalam laporan keuangan, seperti basis akuntansi tingkat harga
(price-level basis of accounting)
Pelaporan Atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Basis Akuntansi Komprehensif
Lain
Dalam pelaporan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia auditor independen harus
mencantumkan dalam laporannya hal-hal berikut ini:
1. Judul yang berisi kata independen
2. Suatu paragraf yang:
a. Menyatakan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan telah diaudit.
b. Menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen perusahaan dan bahwa auditor bertanggung jawab untuk menyatakan
suatu pendapat atas laporan keuangan berdasarkan auditnya.
3. Suatu paragraf yang:
a. Menyatakan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
b. Menyatakan bahwa standar auditing yang diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
mengharuskan auditor untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material.
c. Menyatakan bahwa suatu audit mencakup:
i. Pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti yang mendukung jumlah-jumlah
dan pengungkapan dalam laporan keuangan,
ii. Penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang
dibuat oleh manajemen, dan
iii. Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
d. Menyatakan bahwa auditor yakin bahwa auditnya memberikan dasar memadai untuk
memberikan pendapatnya.
4. Suatu paragraf yang:
a. Menyatakan basis penyajian dan mengacu ke catatan atas laporan keuangan yang
menjelaskan basis tersebut.
b. Menyatakan basis penyajian adalah basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
5. Suatu paragraf yang menyatakan pendapat auditor (atau pernyataan tidak memberikan
pendapat) mengenai kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan basis akuntansi yang dijelaskan.
6. Jika laporan keuangan disusun sesuai dengan persyaratan atau ketentuan pelaporan
keuangan yang diterapkan oleh badan pemerintah yang berwenang mengatur, suatu
paragraf diperlukan untuk menjelasakan pembatasan distribusi laporan kepihak-pihak dalam
entitas atau untuk pelaporan kepada badan pemerintah yang berwenang mengatur
tersebut.
7. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik.
8. Tanggal laporan auditor.
Berdasarkan PSAT no. 7, Suatu perikatan atestasi adalah perikatan yang di dalamnya praktisi
mengadakan perikatan untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu simpulan
tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Ada tiga bentuk jasa
atestasi, yaitu :
1. Audit atas laporan keuangan historis.
Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang
dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini auditor menerbitkan laporan tertulis yang
berisi pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2. Review atas laporan keuangan historis.
Review atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari jasa atestasi, yang
diberikan kantor-kantor akuntan public. Banyak perusahaan non publik menginginkan
jaminan atas laporan keuangannya dengan biaya murah, audit atas laporan keuangan
menghasilkan jaminan yang tinggi sedangkan review hanya menghasilkan jaminan yang
moderat atas laporan keuangan, dan untuk mendapatkan jaminan demikian dibutuhkan
bukti yang lebih sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah cukup memadai
dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya pemeriksaannya lebih murah
3. Jasa atestasi lainnya.
Selain jasa audit dan review, kantor akuntan publik juga memberikan jasa atestasi
lainnya yang baiayanya merupakan perluasan dari audit atas laporan keuangan, ini
dikarenakan para pemakai laporan keuangan membutuhkan jaminan independen tentang
informasi lainnya, misalnya bank sering minta kepada debiturnya untuk diperiksa akuntan
publik agar mendapatkan jaminan bahwa debitur telah melaksanakan ketentuan-ketentuan
tertentu yang tercantum dalam akad kredit. Contoh lainnya yakni penjaminan mengenai
pengendalian intern dan jasa atestasi atas laporan keuangan prospektif.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination),
(2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
LAPORAN KEPATUHAN
Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa
bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai
dengan persyaratan ketentuan, atau peraturan tertentu.
Audit kepatuhan/ketaatan berfungsi menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan, hukum,
perjanjian, atau peraturan pemerintah dipatuhi oleh entitas yang sedang diaudit. Sebagai contoh
pemeriksaan SPT individu dan perusahaan oleh kantor pajak untuk kepatuhannya terhadap hukum
pajak.
Pengujian ketaatan, auditor melakukan pengujian ketaatan yang mengkonfirmasikan
eksistensi, efektivitas, dan kesinambungan operasi pengendalian intern yang diandalkan oleh
organisasi. Pengujian ketaatan membutuhkan pemahaman atas pengendalian yang akan di uji, jika
pengendalian yang akan di uji adalah komponen-komponen sistem informasi perusahaan , auditor
harus memperhatikan teknologi yang harus digunakan oleh sistem informasi. Ini membutuhkan
pemahaman teknik-teknik sistem yang umum digunakan untuk mendokumentasikan sistem
informasi.
Entitas pemerintahan, organisasi nirlaba, atau perusahaan dapat menugasi auditor untuk
mengaudit laporan keuangan entitas tersebut berdasarkan Standar Audit Pemerintahan. Auditor
dapat melaporkan masalah kepatuhan peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern
dalam laporan audit atas laporan keuangan atau dalam suatu laporan terpisah.
Laporan auditor tentang kepatuhan didasarkan atas hasil prosedur yang dilaksanakan sebagai
bagian dari audit atas laporan keuangan. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh auditor
dalam pelaporan tentang kepatuhan berdasarkan Standar Audit Pemerintahan:
b. Pelaporan ketidakpatuhan.
Ketidakpatuhan material didefinisikan sebagai kegagalan mematuhi persyaratan,
atau pelanggaran terhadap larangan, batasan dalam peraturan, kontrak, atau bantuan yang
menyebabkan auditor berkesimpulan bahwa kumpulan salah saji (estimasi terbaik auditor
tentang total salah saji) sebagai akibat kegagalan atau pelanggaran tersebut adalah
material bagi laporan keuangan.