Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI KAS
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam
akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering
berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Kas
yang dicantumkan di neraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:
1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri dari:
 Penerimaan  kas yang belum disetor ke bank, yang berupa uang tunai, pos
wesel, certified   check, cashier check, cek pribadi, dan bank draft.
 Saldo dana kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan pemegang dana
kas kecil.
2. Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.
Dalam pemeriksaan terhadap kas, auditor memperhatikan overstatement terhadap nilai
kas. Cara auditor mendeteksi atau memverifikasi kas adalah dengan memperhatikan
penerimaan kas yang understatement dan pengeluaran kas yang overstatement. Pemeriksaan
terhadap kas penting karena:
 Mayoritas transaksi perusahaan mengangkat rekening kas.
 Kas merupakan sumber aturan dalam transaksi penggelapan.
 Kesalahan rekening kas menunjukkan kesalahan rekening lain.

B. SIFAT SIKLUS KAS


Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif kelima siklus transaksi, yaitu:
1. Siklus pendapatan
Apabila terjadi pendapatan melalui penjualan kredit, maka perusahaan akan mendebit
piutang dagang. Apabila pelanggan membayar piutang dagang tersebut, maka
perusahaan akan menerima aset yang pada umumnya berupa kas.
2. Siklus pengeluaran
Perusahaan harus mengeluarkan kasnya untuk memperoleh berbagai sumber daya yang
diperlukan perusahaan.

3. Siklus pendanaan
Perusahaan yang menjual saham atau utang obligasi akan memperoleh asset tambahan
yang biasanya berupa kas.
4. Siklus investasi
Perusahaan yang menanamkan investasi harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk
membeli saham atau surat berharga lain. Investasi tersebut akan dapat menghasilkan
pendapatan yang pada akhirnya akan menambah kas perusahaan.
5. Siklus jasa personalia
Pengeluaran kas meliputi pula pengeluaran untuk memperoleh sumber daya manusia.
Saldo kas adalah cash on hand ( kas ditangan atau disimpan dalam perusahaan ), kas di
bank, dan dana tertentu yang disisihkan seperti dana kas kecil. Di samping itu, perusahaan
kadang menyelenggarakan rekening khusus perusahaan di bank yang hanya digunakan untuk
membayar gaji dan upah.

C. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN KAS DI


NERACA
Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian kas di neraca adalah:
1. Kas yang disajikan di neraca adalah saldo kas yang ada di tangan perusahaan pada
tanggal  tersebut dan saldo rekening giro bank, yang pengembaliannya  tidak dibatasi
oleh bank atau perjanjian yang lain.
2. Kas dalam bentuk valuta asing jika di cantumkan di neraca sebesar nilai kurs yang
berlaku pada tanggal neraca.
3. Unsur-unsur berikut harus disajikan secara terpisah dari unsur kas di neraca  jika
jumlahnya material:
a. Tabungan di bank
b. Dana untuk perluasan pabrik, dana pelunasan hutang, atau dana lain yang tidak
digunaka untuk keperluan modal kerja
c. Saldo di bank minimun yang disyaratkan oleh bank dlam suatu perjanjian penarikan
kredit
d. Saldo di bank luar negeri yang tidak digunakan dalam hubungannya
dengan kegiatan bisnis di luar negeri dan tidak dapat segera diubah ke dalam
mata uang rupiah karena batasan-batasan.
e. Persekot biaya perjalanan atau persekot lain kepada karyawan.

D. TUJUAN AUDIT SALDO KAS


Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing – masing asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit ditentukan berdasar
atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.
Asersi keberadaan dan keterjadian
 Saldo kas tercatat benar – benar ada pada tanggal neraca
Asersi kelengkapan
 Saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua transaksi kas yang telah terjadi
 Transfer kas antar bank pada akhir tahun, telah dicatat pada periode yang tepat
Asersi hak dan kewajiban
 Klien mempunyai hak legal atas seluruh saldo kas yang tampak pada tanggal neraca
Asersi penilaian dan pengalokasian
 Saldo kas tercatat dapat direalisasi pada jumlah yang dinyatakan dalam neraca, dan
sesuai dengan skedul  pedukungnya.
Asersi pelaporan dan pengungkapan
 Saldo kas telah diidentifikasi dan dikelompokan dengan tepat dalam neraca.
 Identifikasi dan pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan
dengan adanya pembatasan penggunaan kas tertentu
 Kewajiban kontijensi (belum pasti), compensating balances, dan lines of credit dengan
bank telah diungkapkan secara memadai.
Keterangan :
Compensating balance adalah saldo minimum yang harus disisihkan atau disimpan dibank
apabila perusahaan meminjam uang dari bank tersebut.
Lines of credit adalah berbagai ketentuan yang harus dijalankan, misalnya harus adanya
penyisihan  dana untukcompensating.

E. MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT


Tingginya volume transaksi menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus kas. Ada
beberapa faktor penyebab tingginya risiko bawaan siklus kas, antara lain:
1. Tingginya potensi salah saji akibat volume transaksi yang tinggi
2. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati)
3. Kesempatan menipulasi dalam bentuk kitting maupun window dressing
Tingginya risiko bawaan siklus bawaan siklus ini menyebabkan banyak perusahaan
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus kas untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji. Perluasan struktur pengendalian intern signifikan mengurangi
risiko pengendalian siklus kas. Meskipun demikian, penentuan risiko pengendalian siklus
kas tetap mencakup pertimbangan kelima elemen SPI serta kelima siklus lainnya.
Seperti telah disebutkan, frekuensi transaksi kas sangat tinggi. Oleh karena itu, auditor
akan menghemat biaya kalau melakukan pengujian pengendalian untuk menghimpun bukti
yang mendukung lower assessed level of control risk. Meskipun demikian, auditor tetap
harus melaksanakan pengujian substantif. Oleh karena itu, strategi audit yang digunakan
adalah kombinasi strategi pengutamaan pengujian substantif (primarily substantive
approach) dan lower assessed level of control risk.

F. PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN


Pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas  adalah pertimbangan lingkungan
pengendalian, informasi dan komunikasi (sistem akuntansi), penaksiran risiko pemantauan
dan aktivitas pengendalian.

Lingkungan Pengendalian
Titik tolak pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas adalah pemahaman
lingkungan pengendalian atas kas. Pemahaman pengendalian meliputi pemahaman
pemberian kekuasaan dan tanggungjawab atas transaksi kas. Pemahaman dapat diperoleh
melalui :
1. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen
2. Mempelajari bagan organisasi
3. Menelaah deskripsi tugas
Auditor juga perlu memahami metode pengendalian manajemen. Metode pengendalian
manajemen tersebut meliputi ada tidaknya perencanaan strategic atas pengelolaan keuangan
perusahaan. Pengalaman ini dapat diperoleh melalui pengajuan pertanyaan kepada
manajemen, dan menelaah dokumentasi termasuk notulen rapat direksi dan dewan
komisaris. Praktik dan kebijakan personalia yang baik meliputi kebijakan perekrutan
karyawan yang jujur dan mempunyai integritas tinggi. Pemegang kas dan pengelola kas
dibank harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai untuk mengelola kas.
Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian,
analisis, dan pengelolaan risiko yang relavan dengan penyusunan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Penaksiran risiko dapat ditujukan ke bagaimana perusahaan mempertimbangkan
kemungkinan transaksi dalam siklus kas yang tidak dicatat atau mengidentifikasi dan
menganalisis estimasi yang signifikan yang dicatat dalam laporan keuangan. Karena kas
merupakan aktiva yang paling likuid, maka manajemen perusahaan harus benar – benar 
mempertimbangkan fungsi – fungsi yang terlibat dalam siklus kas.
Informasi dan komunikasi ( Sistem Akuntansi )
Pemahaman informasi dan komunikasi menuntut pengetahuan auditor tentang metode
pemrosesan data, dan dokumen serta catatan pokok yang digunakan. Pemahaman informasi
dan komunikasi diperoleh melalui penelaahan buku manual akuntansi dan flowchart system,
mengajukan pertanyaan pada personel akuntansi, dan pengalaman terdahulu dengan klien.
Akuntan harus memahami kompetensi personil akuntansi dan bagian EDP yang bertanggung
jawab atas pengolahan transaksi kas. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengajuan
pertanyaan, pengamatan dan menelaah file atau arsip personel. Jadi kaitannya dengan
informasi dan komunikasi ini dalam siklus kas, sistem informasi mencakup metode dan
catatan yang digunakan untuk :
a.  Mengidentifikasi dan mencatatan semua transaksi yang terkait dengan sikklus kas secara
kas.
b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi dalam siklus kas secara cukup rinci dan
memungkinkan adanya penggolongan masing – masing transaksi itu untuk pelaporan
keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi dari siklus kas dengan tepat
d. Menyajikan transaksi dari siklus kas dengan semestinya  dan pengungkapan yang
berkaitan dalam laporan keuangan.

Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relavan dengan audit atas transaksi dalam sikls kas dapat
digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:
1. Review kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dari transaksi
dalam siklus kas dibandingkan dengan anggaran atau prakiraan transaksi kas periode
sebelumnya.
2. Pengolahan informasi
Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian jenis ini adalah pengendalian umum
dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait dengan pengendalian atas
operasional dari transaksi dalam siklus kas, pengembangan dan pemeliharaan sistem
aplikasi. Sedang pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi secara
individual untuk masing-masing transaksi tersebut. Pengendalian ini membantu
menetapkan bahwa transaksi dalam siklus kas adalah sah, diotorisasi dengan semestinya,
dan diolah dengan lengkap dan akurat.
3. Pengendalian fisik
Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang dikelola, termasuk penjagaan
memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
4. Pemisahan tugas
Pebeanan tanggungjawab yang berbeda untuk memberikan otorisasi transaksi dalam
siklus kas, pencatatan transaksi dalam siklus kas, menyelenggarakan penyimpanan
aktiva yang dikelola yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau
kesempatan orang untuk berbuat curang.

Dokumen dan Catatan


Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi:
1. Bukti kas masuk
2. Surat pemberitahuan
3. Daftar surat pemberitahuan
4. Bukti setor
5. Bukti kas keluar
6. Permintaan pengeluaran kas kecil
7. Bukti pengeluaran kas kecil
8. Permintaan pengisian kembali kas kecil

Fungsi
Fungsi yang terkait adalah :
1. Fungsi Pencatat Piutang
2. Fungsi Penerimaan Surat
3. Fungsi Penyimpan Kas
4. Fungsi pembuat Bukti Kas Keluar
5. Fungsi Penyimpan Dana Kas Kecil
6. Fungsi Akuntansi Biaya
7. Fungsi Akuntansi Keuangan
8. Fungsi Pemeriksa Intern
Bagian Piutang
Dalam sistem penerimaan kas bagian piutang berfungsi sebagai pencatat berkurangnya
piutang dengan diterimanya pelunasan piutang dari debitur.
Bagian Sekretariat
Dalam sistem penerimaan kas, Bagian Sekretariat berfungsi sebagai penerima surat dan
debitur yang berisi surat pemberitahuan dan cek. Jika penerimaan kas dari debitur berupa
transfer uang lewat bank, Bagian Sekretariat ini menerima memo kredit dan bank tentang
penambahan rekening giro perusahaan akibat transfer dana dari debitur. Bagian Sekretariat
berkewajiban membuat daftar surat pemberitahuan dari debitur dan nota kredit dari bank
serta menyerahkan satu lembar daftar tersebut ke Bagian Piutang dan menyerahkan lembar
yang lain disertai ceknya ke Bagian Kasa.
Bagian Kasa
  Bagian ini berfungsi menerima uang dari pembeli dalam transaksi penjualan tunai,
menerima cek dari again Sekretariat dalam transaksi penerimaan kas dan piutang,
memintakan endosemen atas cek dan menyetorkan cek ke bank. Dalam transaksi
pengeluaran kas, Bagian Kasa berfungsi mengisi cek, meminta otorisasi dan mengirimkan
cek kepada kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada kreditur.
Bagian Utang
Dalam sistem pengeluaran kas, bagian utang berfungsi membuat bukti kas keluar yang
memberikan otorisasi kepada bagian kasa untuk mengeluarkan cek sebesar yang tercantum
didalam dokumen tersebut. Bagian ini juga berfungsi melakukan verifikasi kelengkapan dan
kesahihan dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas keluar.
Dalam metode pencatatan utang tertentu, bagian utang berfungsi menyelenggarakan arsip
bukti kas keluar yang belum dibayar yang berfungsi sebagai catatan utang perusahaan.
Pemegang Dana Kas Kecil
Bagian ini berfungsi menyimpan dana kas kecil, mengeluarkan dana kas kecil sesuai
dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk  dan memintakan pengisian kembali
dana kas kecil.
Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya
Bagian ini berfungsi mencatat pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan persediaan.
Bagian Jurnal Buku Besar dan Laporan
Bagian ini berfungsi mencatat transaksi penerimaan kas didalam jurnal penerimaan kas
dan transaksi  pengeluaran kas didalam jurnal pengeluaran kas atau register cek.
Bagian Pemeriksa Intern
Didalam sistem kas, Bagian Pemeriksa intern berfungsi melakukan perhitungan kas
secara periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan catatan kas. Bagian ini juga
berfungsi melakukan pemeriksaan secara mendadak terhadap saldo kas yang ada di tangan
dan membuat rekonsiliasi bank secara periodik.
G. PENGUJIAN PENGENDALIAN SIKLUS KAS
Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penyimpanan kas dengan fungsi
pencatatan kas.
Akuntan melakukan pengamatan terhadap pemisahan fungi penyimpanan kas dengan
fungsi pencatatan kas untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi
diselenggarakan oleh fungsi yang tidak merangkap fungsi penyimpanan kas.

Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi kasir dari


pencurian dan perampokan kas yang disimpannya.
Untuk menjaga keamanan kas yang ada di tangan perusahaan (dana yang belum disetor
ke bank dan dana kas kecil), kasir harus dilengkapi dengan fasilitas pengamanan yang dapat
melindungi kas tersebut dari kemungkinan pencurian dan perampokan. Ruang khusus untuk
kasir, lemari besi, register kas dan sistem peringatan merupakan contoh beberapa fasilitas
yang dicari oleh akuntan dalam melaksanakan pengamatan ini.

Mintalah salinan notulen rapat direksi mengenai pembukaan dan penutupan rekening
bank serta pembentukan dana kas kecil.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa semua pembukaan dan penutupan rekening giro di
bank serta pembentukan dana kas kecil diotorisasi oleh Direksi, akuntan meminta dari
kliennya salinan notulen rapat direksi yang membahas hal tersebut. Di dalam notulen rapat
direksi tersebut, akuntan akan memperoleh informasi mengenai berbagai latar belakang yang
mendasari pembukaan dan penutupan rekening giro di suatu bank serta pembentukan dana
kas kecil.

Mintalah salinan polis asuransi fidelity bond, cash on hand dan cash in transit
Untuk membuktikan bahwakas yang ada di tangan dan yang dalam perjalanan telah
dilindungi dari risiko perampokan oleh pihak luar dan penggelapan oleh kasir, akuntan
meminta salinan polis asuransi fidelity bond, cash on hand, dan cash in transit.
Ambil sampel bukti kas masuk
Untuk memperoleh keyakinan mengenai adanya unsur pengendalian intern dalam
penerimaan kas, akuntan mengambil sampel bukti kas masuk yang disimpan didalam arsip
dijurnal, buku besar dan laporan, Bukti kas masuk diperiksa:
1. Otorisasi yang tercantum di dalamnya
2. Surat pemberitahuan dari debitur yang melampirinya.
3. Jumlah kas yang diterima menurut bukti kas masuk dengan daftar surat pemberitahuan
dan bukti setor bank yang bersangkutan.
4. Pencatatannya kedalam kartu piutang dan jurnal penerimaan kas.

Ambil sempel bukti kas keluar yang telah dibayar


Prosedur pemeruksaan ini telah dilaksanakan oleh akuntan pada pengujian kepatuhan
terhadap siklus pembelian. Bukti kas keluar diperiksa mengenai :
1. Otorisasi yang tercantum didalamnya
2. Nomor urut tercetaknya dan pertanggung jawaban pemakaian nomor urut tersebut
3. Kelengkapan dokumen pendukungnya
4. Otorisasi yang tercantum didalam dokumen pendukungnya
5. Cap lunas yang dibubuhi pada dokumen pendukungnya
6. Pencatatannya kedalam register cek
7. Pencatatanya kedalam buku pembantu yang bersangkutan
8. Kesesuaiannya dengan jumlah cek yang tercantum didalam rekening koran

Ambil berita secara penghitungan kas


Praktik yang sehat mengharuskan dilakukannya penghitungan secara periodik kas yang
ada ditangan dan pencocokan jumlah kas hasil penghitungan tersebut dalam catatan
akuntansi kas. Penghitungan kas tersebut dilakukan oleh Bagian Pemeriksa intern dan
dicantumkan di dalam berita acara penghitungan kas.
H. PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO KAS
Dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, akuntan pertama kali harus
menentukan tingkat risiko deteksi yang diterima untuk masing-masing asersi terkait
signifikansi. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada besarnya risiko audit yang
ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Karena karakteristik kas yang spesifik,
maka banyak prosedur pengujian substantif yang dapat diterapkan untuk memperoleh bukti
material beberapa asersi. Pada kebanyakan audit, auditor terutama menekankan pada asersi
keberadaan dan keterjadian mengingat besarnya kemungkinan overstatement kas. Tingginya
risiko overstatement kas terutama disebabkan oleh adanya peluang pencurian. Oleh karena
itu, auditor perlu mengadakan perhitungan kas di tangan dan memperoleh konfirmasi atas
kas di bank dari bank.
Dari berbagai prosedur pengujian substantif yang mungkin, auditor dapat merancang
program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Bila tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu asersi, maka lebih banyak prosedur
pengujian substantif yang perlu dilakukan, dan auditor perlu mengintensifkan efektivitas
prosedur pengujiannya, misalnya dengan melakukan pengujian pada atau dekat dengan
tanggal neraca. Pengujian yang dilakukan pada atau dekat dengan tanggal neraca antara lain:
1. Penghitungan kas ditangan
2. Pisah batas penerimaan kas
3. Pisah batas pengeluaran kas

Tujuan Pengujian Substantif Kas


Tujuan pengujian substantif terhadap saldo kas adalah:
1. Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan  dengan kas
2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang
dicantumkan di neraca
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang tercantum dineraca. Auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berukut ini:
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas
b. Perhitungan terhadap kas di tangan pada tanggal neraca
c. Konfirmasi kas di bank
6. Membuktikan kewajaran panyajian dan pengungkapan kas di neraca. 

Program pengujian substantif terhadap saldo kas


 Prosedur Audit Awal
1. Mengusut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan
di dalam buku besar
2. Menghitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
3. Mengusut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu
4. Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun kas .
5. Mengusut posting pendebetan dan pengkreditan akun kas dalam jurnal penerimaan
kas dan jurnal pengeluaran kas.

 Penerapan Prosedur Analitik


Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Rasio yang telah dihitung
tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang
lalu, rerata ratio indusri, atau ratio yang dianggarkan. Di samping itu, auditor perlu
membandingkan akun Kas yang tercantum di neraca dengan saldo kas pada akhir tahun
yang lalu. Perbandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan:
1.      Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
2.      Perubahan akuntansi
3.      Perubahan usaha
4.      Fluktuasi acak, atau
5.      Salah saji

 Pengujian Terhadap Transaksi Rinci


1. Verifikasi Pisah Batas (Cutoff)
- Membuat rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas
menurut catatan klien Atas dasar cutoff bank statement, auditor dapat membuat
rekonsiliasi bank untuk membuktikan ketelitian catatan kas klien dan
membuktikan status setoran dalam perjalanan dan cek yang beredar yang
tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada tanggal neraca
- Mengusut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke
dalam cutoff bank statement
- Memeriksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal neraca
- Memeriksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank statement.
- Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan
hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca
2. Membuat daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal
neraca untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting
Check kitting dilakukan untuk menutupi pemakaian kas perusahaan dengan cara
melakukan transfer rekening dari bank satu ke rekening bank yang dananya
digelapkan pada saat bank-bank menyiapkan pembuatan rekening koran bank.
3. Membuat dan melakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom.
Rekonsiliasi bank empat kolom digunakan oleh auditor untuk membuktikan
kebenaran saldo kas dibank.
4. Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping
penerimaan dan pengeluaran kas
Lapping dapat terjadi jika penyimpan kas merangkap fungsi sebagai pencatat
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Lapping dilakukan oleh karyawan
tersebut dengan cara tidak mencatat penerimaan kas dari debitur tertentu dan
memasukkan uang yang diterima tersebut ke dalam sakunya sendiri.
 Pengujian terhadap Akun Rinci
1. Menghitung kas yang ada di tangan klien Dalam penghitungan kas, auditor
harus memperhatikan berbagai hal berikut:
- Penghitungan kas harus dilakukan oleh auditor di muka pejabat yang bertanggung
jawab atas penyimpanan kas
- Hasil penghitungan kas harus dicatat di dalam Berita Acara Penghitungan Kas
yang harus segera ditandatangani oleh pejabat yang bertanggungjawab atas
penyimpanan kas
- Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam unsur kas pada saat penghitungan kas
adalah cek mundur, perangko dan materai, dan kas bon.
2. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang bersangkutan.
Untuk membuktikan eksistensi saldo kas klien yang disimpan dibank, auditor
menempuh prosedur audit : (1) membuat atau meminta klien untuk membuat
rekonsiliasi bank pada tanggal neraca, (2) mengirim konfirmasi saldo kas di bank
pada tanggal neraca.
3. Melakukan konfirmasi saldo kas di bank
Konfirmasi saldo kas di bank dilakukan oleh auditor dengan cara mengirimkan
surat konfirmasi ke bank yang klien merupakan nasabahnya.
4. Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening
koran   bank.
Untuk membuktikan penyelesaian cek yang beredar pada tanggal neraca, auditor
mengusut peuangan cek tersebut kedalam rekening koran bank yang diterima klien
setelah tanggal neraca. 

 Verifikasi Penyajian Kas di Neraca


1. Memeriksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan
terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank
Kas yang disimpan di bank hanya dapat disajikan sebagai unsur kas jika tidak
terdapat batasan penggunaanya dari bank atau batasan yang dikenakan oleh kontrak
perjanjian tertentu.

2. Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas


klien.
Informasi mengenai batasan atas penggunaan berbagai dana kas yang dibentuk
oleh klien dapat diperoleh dari wawancara dengan manajer keuangan. Informasi ini
akan menentukan apakah suatu unsur disajikan dalam kas atau harus dipisahkan
tersendiri dalam kelompok aktiva lancar, atau bahkan harus disajikan terpisah dalam
kelompok aktiva tidak lancar.

I. PENGUJIAN UNTUK MENDETEKSI LAPPING


Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang melibatkan ketidaktepatan jumlah
penerimaan kas. Lapping dapat mencakup manipulasi temporer atau sementara, maupun
permanen. Lapping sebenarnya merupakan pencatatan penerimaan kas yang tidak lengkap
dan fiktif yang disengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi penggunaan kas perusahaan
untuk kepentingan pribadi. Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya perlu dilakukan
apabila risiko pengendalian transaksi penerimaan kas adalah tinggi. Prosedur yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi lapping antara lain :
a. Konfirmasi piutang dagang
b. Melakukan perhitungan kas secara mendadak
c. Membandingkan detail penjurnalan penerimaan kas dengan detail slip deposit (setoran
ke bank) harian yang terkait.

J. PENGAUDITAN DANA KAS KECIL


Dana kas kecil dibentuk dengan cara memindahkan atau menyisihkan sebagian kecil
rekening kas perusahaan ke rekening kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest). Tujuan
pembentukan dana kas kecil adalah untuk menyiapkan kalau sewaktu-waktu secara
mendadak perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah kecil kas. Pengendalian yang dapat
diterapkan untuk dana kas kecil, antara lain :
a. Dana dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap
b. Dana kas kecil hanya dipegang oleh satu orang
c. Kas dana tersebut dikunci dan disimpan dalam kotak yang aman meski tidak terpakai
d. Pengeluaran kas hanya diijinkan untuk jumlah yang relatif kecil
e. Adanya nota atau dokumen bernomor urut tercetak yang harus mendukung setiap
pembayaran 
f. Dana kas kecil tidak dicampur penggunaan dan penyimpanan dengan dana untuk
kegiatan lainnya
g. Penggantian atau pengisian kembali dana harus berdasarkan receipts (kuitansi) yang
bernomor urut tercetak, dan menelaah dokumen pendukungnya
h. Apabila telah dibayarkan, setiap dokumen pendukung harus distempel (dicap) lunas
(paid) untuk mencegah pemakaian kembali dokumen tersebut agar memperoleh
penggantian kembali
Pada hakikatnya audit saldo kas kecil harus lebih merupakan pengujian atas transaksi
daripada pengujian atas saldo akhir. Jadi, apabila saldo kas kecil pada akhir tahun sangat
kecil bahkan dapat bersaldo nihil, maka masih ada kemungkinan terjadinya transaksi
pengeluaran kas kecil yang tidak semestinya. Apabila risiko deteksi tinggi, maka auditor
cukup menguji sejumlah kecil transaksi penggantian atau pengisian kembali dana kas kecil.
Pengujian pengendalian meliputi :
a. Penelaahan terhadap dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas kecil.
b. Penggunaan dokumen bernomor urut tercetak
c. Penentuan bahwa cek yang diberikan untuk mengisi kembali dana kas kecil adalah tepat
jumlahnya sesuai dengan dana kas kecil yang terpakai

K. PENGAUDITAN REKENING DI BANK YANG KHUSUS DIPAKAI UNTUK


MEMBAYAR GAJI DAN UPAH
Pembayaran gaji dan upah kepada karyawan dapat dilakukan dengan jasa perbankan.
Perusahaan dapat memberitahukan rekening di bank yang digunakan khusus untuk
membayar gaji dan upah karyawan. Pembayaran gaji dan upah dapat dilakukan dengan cek
yang dibebankan atas rekening tersebut. Dalam hal ini, rekening di bank tersebut
dikendalikan dengan sedemikian rupa dengan sistem imprest. Di samping itu, rekening
tersebut harus terpisah dengan rekening lain perusahaan yang ada dibank.
Pertimbangan Pengendalian Intern
Pengendalian intern atas rekening tersebut meliputi :

a. Hanya seorang karyawan sebagai petugas pembayaran atau asisten bendahara


mempunyai otorisasi
b. Rekening tersebut khusus digunakan hanya untuk kegiatan pembayaran gaji dan upah

c. Rekening gaji dan upah dibank harus direkonsiliasi setiap bulan secara independen.
d. Saldo rekening dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap.
P EN DA HU
TUJUAN DAN
LU APENDEKATAN
N DA N K ET E RT
AUDIT
ER A P A N

SA 332
01 Seksi
02 Auditor
ini harus
memberikan
mengetahui
panduan
dengan
bagi
pasti
auditor
apakah
dalam
investasi
mengaudit
diperlakukan
investasi
sesuai
dalam
dengan
efek,
2
yaitu efek
prinsip akuntansi
utang dan yang
efek
berlaku
ekuitasI,
umuminvestasi
di Indonesia,
yang diperlakukan
termasuk sesuai
pengungkapan
dengan Pernyataan
memadai
Standar Akuntansi
mengenai hal-hal yang
Keuangan
material.
(PSAK)
SA Seksi
No. 50312
Akuntansi
[PSA No.Investasi
25] Risiko
EfekAudit
Tertentu.
dan Materialitas
dalam Pelaksanaan Audit memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan
risiko pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.
Auditor mempertimbangkan risiko audit dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
audit yang dilaksanakan untuk asersi laporan keuangan mengenai investasi.

03 SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit, menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan
auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha
untuk mendapatkan dan menilai bukti audit yang berhubungan dengan asersi dalam
laporan keuangan. Seksi ini memberikan panduan tentang prosedur audit substantif yang
dilakukan untuk mengumpulkan bukti audit yang berhubungan dengan asersi tentang
investasi.

Keberadaan, Kepemilikan3, dan Kelengkapan

04 Prosedur yang dilakukan oleh auditor untuk memperoleh bukti tentang keberadaan,
kepemilikan, dan kelengkapan investasi akan bervariasi menurut tipe investasi dan penilaian
auditor mengenai risiko audit. Prosedur tersebut harus mencakup satu atau lebih prosedu(
berikut ini:

a. Inspeksi fisik
b. Konfirmasi4 dengan penerbit (issuer)
c. Konfirmasi dengan kustodian
d. Konfirmasi dengan pialang mengenai transaksi yang belum diselesaikan.
e. Konfirmasi dengan pihak imbangan (counterparty)
f. Membaca perjanjian pelaksanaan kemitraan atau perjanjian sejenis

Lebih jauh, auditor harus mempertimbangkan panduan dalam SA Seksi 324 [PSA NO, 61]
Pelaporan atas Pengolahan Transaksi oleh Organisasi Jasa, jika entitas memperoleh salah satu atau
kedua jasa berikut ini dari organisasi lain:

a. Melaksanakan transaksi investasi dan menyelenggarakan akuntabilitas yang


bersangkutan,
b. Mencatat transaksi investasi dan memproses data yang berkaitan.

KETEPATAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

05 Auditor harus mengetahui dengan pasti apakah kebijakan akuntansi yang diadopsf oleh
entitas untuk investasi telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Investasi tertentu wajib diperlakukan sesuai dengan PSAK No. 50 Akuntansi Investasi Efek
Tertentu. Investasi lainnya dapat diperlakukan dengan menggunakan metode kos (cod method)
atau ekuitas (equity method)

06 Entitas tertentu, seperti entitas pemerintahan pusat dan daerah, mengikuti standar
akuntansi yang diterbitkan Badan Akuntansi Keuangan Negara dan pernyataan tertentu lainnya
yang diterbitkan Ikatan Akuntan Indonesia. Juga, entitas tertentu, seperti dana pensiun (pension
fund) mengikuti kebijakan akuntansi industri khusus.

PSAK No. 50

07 Bagi entitas yang wajib mengikuti PSAK No. 50 Akuntansi Investasi Efek Tertentu kebijakan
akuntansi untuk investasi tergantung pada klasifikasinya. Secara khusus, PSAK No. 50
menyatakan sebagai berikut:

Jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka
investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam kelompok "dimiliki hingga
jatuh tempo" dan disajikan dalam neraca sebesar biaya pemerolehan setelah amortisasi premi
atau diskonto (paragraf 8)
Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus
diklasifikasikan dalam kelompok "diperdagangkan." Efek dalam kelompok "diperdagangkan"
biasanya menunjukkan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan.
Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek.
Laba atau rugi yang belum direalisasikan atas efek dalam kelompok "diperdagangkan" harus
diakui sebagai penghasilan (paragraf 13 a dan 14)

Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok "diperdagangkan" dan dalam


kelompok "dimiliki hingga jatuh tempo", harus diklasifikasikan dalam kelompok "tersedia
untuk dijual". Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok "tersedia untuk
dijual" (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar) harus dimasukkan sebagai
komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan
sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi (paragraf 13 b dan 14)

08 Klasifikasi investasi yang tepat tergantung pada maksud manajemen dalam membeli dan
memiliki investasi, aktivitas investasi entitas sesungguhnya, dan, untuk efek utang tertentu,
kemampuan entitas untuk memiliki investasi hingga jatuh tempo. Dalam menentukan sifat,
Saar, dan lugs prosedur substantif, auditor hares memperoleh pemahaman mengenai
proses yang digunakan oleh manajemen untuk mengklasifikasikan investasi.

09 Dalam menilai maksud manajemen yang berkaitan dengan investasi, auditor harus
mempertimbangkan apakah aktivitas investasi menguatkan atau bertentangan dengan maksud
manajemen yang telah dinyatakan. Sebagai contoh, penjualan investasi yang diklasifikasikan
dalam kategori "dimiliki hingga jatuh tempo", dengan alasan sebagaimana yang telah
diidentifikasi pada paragraf 8 PSAK No. 50, harus menyebabkan auditor mengajukan
pertanyaan tentang ketepatan klasifikasi oleh manajemen mengenai investasi lainnya yang
diklasifikasikan dalam kategori tersebut, dan juga klasifikasi investasi masa depan dalam kategori
tersebut. Ketika mempertimbangkan aktivitas investasi, auditor biasanya harus memeriksa
bukti seperti catatan strategi investasi tertulis dan yang telah disetujui, catatan aktivitas investasi,
instruksi kepada manajer portofolio, dan notulen rapat dewan komisaris atau komite investasi.

PENIAIAN DAN PENYAJIAN

Harga Pemerolehan
23 Auditor harus mendapatkan bukti mengenai kos investasi jika entitas mencatat
investasinya pada biaya pemerolehan (cost) atau biaya pemerolehan amortisasian (amortized
cost) atau diwajibkan membuat pengungkapan khusus mengenai basis kos investasi yang dicatat
pada nilai wajar serta laba dan rugi yang direalisasikan dan belum direalisasikan. Prosedur
yang harus dilakukan untuk memperoleh bukti mengenai biaya pemerolehan (cost) dapat
termasuk inspeksi dokumen yang menunjukkan harga pembelian efek, konfirmasi dengan
penerbit atau kustodian, dan penghitungan ulang (recomputation) amortisasi diskonto atau
premi (discount or premium amortization).

Nilai Wajar

24 Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar diungkapkan untuk
investasi yang dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus memperoleh bukti yang menguatkan
nilai wajar tersebut. Pada beberapa kasus, metode penentuan nilai wajar dispesfikasikan oleh
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebagai contoh, prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia mengatur bahwa nilai wajar sebuah investasi dapat ditentukan
dengan menggunakan harga pasar yang telah ditetapkan (quoted market price) atau penentuan
sebagai kebalikan (quotations as opposed to) teknik estimasi. Pada kasus-kasus tersebut auditor
harus menilai apakah penentuan nilai wajar konsisten dengan metode penilaian. Paragrap-
paragrap berikut memberikan panduan tentang bukti audit yang dapat digunakan untuk
menguatkan asersi mengenai nilai wajar: panduan harus dipertimbangkan dalam konteks
kondisi akuntansi tertentu .

25 Harga pasar yang telah ditetapkan untuk investasi yang terdaftar pada bursa nasional atau
pasar langsung antara penjual dan pembeli tersedia dari sumber seperti publikasi keuangan atau
bursa. Untuk investasi lain tertentu, harga pasar yang telah ditetapkan dapat diperoleh dari
pialang yang menjadi pencipta pasar dalam investasi tersebut. Jika harga pasar yang
ditetapkan tidak tersedia, estimasi nilai wajar secara berkala dapat diperoleh dari sumber pihak
ketiga berdasarkan model yang dimilikinya atau dari entitas berdasarkan model yang
dikembangkan atau diperoleh secara internal.

26 Harga pasar yang ditetapkan yang diperoleh dari publikasi keuangan atau dari bursa
nasional biasanya benar-benar dipertimbangkan untuk memberi bukti yang memadai
mengenai nilai wajar investasi. Bagaimanapun juga, untuk investasi tertentu, seperti efek
yang tidak diperdagangkan secara reguler, auditor harus mempertimbangkan untuk
memperoleh estimasi nilai wajar dari pialang atau sumber pihak ketiga lainnya. Dalam beberapa
situasi, auditor dapat menentukan bahwa penting untuk memperoleh estimasi nilai wajar
lebih dari satu sumber. Sebagai contoh, adalah tepat jika sumber harga investasi memiliki
hubungan dengan entitas yang dapat menghalangi objektivitasnya.

Penerapan Prosedur Audit SA 333, 334,


336, & 341
A.      TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA
Seksi 334 memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh
auditor jika ia melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, untuk mengidentifikasikan pihak yang memiliki hubungan
istimewa dan transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, dan untuk memperoleh
keyakinan mengenai persyaratan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Prosedur yang diuraikan dalam Seksi ini seharusnya tidak dipandang sudah mencakup seluruh
prosedur, dan juga tidak semuanya harus dilakukan dalam setiap audit.

PERTI MBANGAN AKUNTANSI


Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak
yang memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur
perlakuan akuntansi jika terdapat pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; namun, prinsip
akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang seharusnya, jika
tidak terdapat hubungan istimewa.
Auditor harus memandang transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa
dalam rerangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya
pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi
dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus
mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata.
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak
yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:
a.       Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku bunga
yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku umum pada saat
transaksi.
b.      Transaksi penjualan real-estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari nilai
taksiran.
c.       Transaksi pertukaran properti dengan properti yang serupa dalam transaksi non-moneter.
d.      Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara pengembaliannya.

PROSEDUR AUDIT
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan bahwa semua transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dapat ditemukan. Namun, selama proses audit,
auditor harus waspada akan adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa yang
material yang dapat mempengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama (common
ownership) atau hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia harus diungkapkan. Banyak prosedur yang dikemukakan dalam
paragraf selanjutnya yang biasanya dilaksanakan dalam audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, walaupun jika auditor tidak memiliki alasan untuk
mencurigai adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa atau adanya
hubungan pengendalian. Prosedur-prosedur audit lain yang dikemukakan dalam Seksi ini
terutama diarahkan pada transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan
kemungkinan adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor harus
memperoleh pemahaman tentang tanggung jawab manajemen dan hubungan masing-masing
bagian dari entitas secara keseluruhan. Auditor harus mempertimbangkan pengendalian atas
aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan bisnis yang dilayani oleh berbagai
bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan gaya operasi didasarkan atas kemampuan
manajemen, pertimbangan hukum dan pajak, diversifikasi produk, dan lokasi geografis.
Pengalaman menunjukkan bahwa struktur bisnis dan gaya operasi kadang-kadang dirancang
dengan sengaja untuk mengaburkan transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
Dalam kondisi yang di dalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai aktivitas bisnis
biasa dengan pihak luar. Namun, auditor harus waspada terhadap kemungkinan bahwa transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa didorong semata-mata, atau dalam ukuran yang
lebih besar, oleh kondisi yang mirip dengan kondisi berikut ini:
a.       Tidak cukupnya modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.
b.      Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara berkelanjutan dalam
upaya untuk mendukung harga saham perusahaan.
c.       Prakiraan laba yang terlalu optimis.
d.      Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, customers, atau transaksi untuk
e.       kelangsungan keberhasilan perusahaan.
f.       Penurunan industri yang ditandai dengan sejumlah besar kegagalan bisnis.
g.      Kelebihan kapasitas.
h.      Tuntutan perkara hukum yang signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang saham
dengan manajemen.
i.        Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam industri berteknologi
tinggi.

PENENTUAN KEBERADAAN PI HAK YANG MEMI LI KI HUBUNGAN ISTIMEWA


Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material antarpihak yang
memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan entitas pelapor. Hubungan
tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk perusahaan, hubungan investor dengan
penerima investasi, mungkin terlihat jelas. Penentuan ada atau tidak adanya pihak yang memiliki
hubungan istimewa lainnya memerlukan penerapan prosedur audit khusus, yang meliputi
prosedurprosedur
berikut:
a.       Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan memadai atas
transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
b.      Meminta keterangan dari pejabat manajemen yang berwenang tentang nama pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa dan menanyakan apakah ada transaksi antarpihak yang memiliki
hubungan istimewa selama periode yang diperiksa.
c.       Me-review dokumen yang dilaporkan oleh entitas kepada Bapepam atau instansi pemerintah
yang lain mengenai nama pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan bisnis lain yang di
dalamnya para direktur entitas yang diperiksa menduduki jabatan direksi atau manajemen.
d.      Menentukan nama semua dana pensiun yang dibentuk untuk kesejahteraan karyawan dan nama
para pejabat dan dewan pengawasnya.
e.       Me-review daftar pemegang saham perusahaan tertutup untuk mengidentifikasi pemegang
saham utama.
f.       Me-review kertas kerja audit tahun lalu untuk mengidentifikasi nama pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
g.      Meminta keterangan kepada auditor pendahulu, auditor utama atau auditor entitas yang memiliki
hubungan istimewa yang lain, mengenai pemahaman mereka akan adanya hubungan dan lingkup
keterlibatan manajemen dalam transaksi-transaksi yang material.
h.      Me-review transaksi investasi yang material selama periode yang diperiksa untuk
i.        menentukan apakah sifat dan luas investasi selama periode tersebut menimbulkan pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
j.        Meminta pendapat hukum dari konsultan hukum independen apabila diperlukan.

IDENTIFIKASI ATAS TRANSAKSI ANTAR PIHAK YANG MEMILIKI


HUBUNGAN ISTIMEWA
Prosedur-prosedur berikut ditujukan untuk memberikan panduan dalam
mengidentifikasi transaksi yang material yang diketahui merupakan transaksi antarpihak yang
memiliki hubungan istimewa dan dalam mengidentifikasi transaksi material yang mungkin
merupakan indikasi adanya hubungan yang sebelumnya belum ditentukan:
a.       Membekali staf audit yang melaksanakan audit dengan nama-nama yang dikenal sebagai pihak
yang memiliki hubungan istimewa sehingga staf audit menjadi waspada terhadap transaksi
antarpihak tersebut selama audit.
b.      Me-review catatan rapat dewan komisaris dan direksi mengenai informasi transaksi material
yang diotorisasi atau dibahas dalam rapat.
c.       Me-review surat kuasa (proxy) dan hal lain yang dilaporkan kepada Bapepam dan data
pembanding lainnya yang dilaporkan kepada instansi lain untuk mengidentifikasi transaksi
material antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
d.      Me-review pernyataan benturan kepentingan (conflict of interest) yang diperoleh dari
manajemen perusahaan.
e.       Me-review lingkup dan sifat transaksi usaha dengan customers utama, pemasok, pemberi
pinjaman, dan penerima pinjaman utama untuk memperoleh indikasi hubungan yang belum
diungkapkan.
f.       Mempertimbangkan apakah transaksi telah terjadi, tetapi belum memperoleh perlakuan
akuntansi, seperti menerima atau memberikan jasa akuntansi, manajemen atau jasa lain tanpa
dipungut biaya, atau pemegang saham utama menanggung biaya-biaya perusahaan.
g.      Me-review catatan akuntansi yang berisi transaksi atau saldo yang besar, luar biasa atau tidak
sering terjadi, hat ini dilakukan terutama dengan menaruh perhatian khusus pada transaksi yang
terjadi pada atau dekat akhir periode pelaporan.
h.      Me-review konfirmasi saldo kompensasi perjanjian untuk memperoleh indikasi bahwa saldo
dicatat untuk atau oleh pihak yang memiliki hubungan istimewa.
i.        Me-review faktur tagihan dari kantor penasihat hukum atas jasa yang telah diterima perusahaan
secara teratur atau khusus, untuk memperoleh indikasi adanya pihak yang memiliki hubungan
istimewa atau transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
j.        Me-review konfirmasi pinjaman yang diberikan atau yang diterima untuk memperoleh indikasi
adanya penjaminan. Jika terdapat penjaminan, tentukan sifat dan hubungan, jika ada, antara
penjamin dengan entitas pelapor.
PEMERIKSAAN ATAS TRANSAKSI ANTAR PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN
ISTIMEWA YANG BERHASIL DI IDENTIFIKASI
Setelah mengidentifikasi adanya transaksi antarpihak yang memiliki hubungan
istimewa, auditor harus menerapkan prosedur yang dipandang perlu untuk memperoleh
keyakinan mengenai tujuan, sifat, dan luas transaksi tersebut dan dampaknya pada laporan
keuangan. Prosedur audit harus diarahkan untuk memperoleh dan mengevaluasi bahan bukti
yang cukup dan kompeten serta harus diperluas sampai di luar batas manajemen. Prosedur-
prosedur tersebut harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.       Memperoleh pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi.
b.      Memeriksa faktur, dan me-review surat perjanjian, kontrak dan dokumen relevan lainnya, seperti
laporan penerimaan dan dokumen pengiriman.
c.       Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris atau direksi atau pejabat
yang berwenang.
d.      Melakukan pengujian kewajaran terhadap perhitungan jumlah yang diungkapkan, atau yang
dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan.
e.       Merancang audit atas rekening koran antarperusahaan yang dilaksanakan pada tanggal yang
bersamaan, walaupun tahun fiskalnya berbeda, dan audit atas transaksi antarpihak yang memiliki
hubungan istimewa yang khusus, penting dan representatif yang dilakukan oleh auditor dari
masingmasing pihak dengan tukar-menukar informasi relevan memadai.
f.       Menginspeksi atau mengkonfirmasi dan memperoleh keyakinan atas nilai, dan mudah atau
tidaknya jaminan dialihkan.
Prosedur-prosedur berikut ini perlu dipertimbangkan4 untuk mematuhi standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia,) ika auditor perlu memahami transaksi tertentu
sepenuhnya:
a.       Mengkonfirmasi jumlah dan syarat transaksi, termasuk jaminan dan data signifikan lainnya,
dengan pihak lain dalam transaksi.
b.      Menginspeksi bukti yang dimiliki oleh pihak lain dalam transaksi.
c.       Mengkonfirmasi atau membahas informasi signifikan dengan pihak perantara, seperti bank,
penjamin, agen, atau penasihat hukum, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
transaksi.
d.      Merujuk ke publikasi keuangan, jurnal perdagangan, lembaga kredit, dan sumber informasi lain
untuk memperoleh dasar yang dapat dipercaya dalam menilai ada atau tidaknya transaksi dengan
jumlah material dengan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain yang luar biasa.
e.       Memperoleh informasi mengenai kemampuan keuangan pihak lain terhadap transaksi yang
berkenaan dengan saldo yang tidak tertagih, jaminan dan kewajiban lain yang material. Informasi
tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan keuangan yang tidak
diaudit, surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak penghasilan, dan laporan-laporan lain
yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, direktorat jendral pajak, publikasi keuangan, atau
lembaga keuangan. Auditor harus memutuskan tingkat keyakinan yang diinginkan dan lingkup
audit yang dapat memberikan informasi untuk memenuhi tingkat keyakinan yang diinginkan
tersebut.

PENGUNGKAPAN
Untuk setiap transaksi material antarpihak yang memiliki hubungan istimewa (atau
gabungan transaksi serupa) atau kepemilikan bersama (common ownership) atau hubungan
pengendalian manajemen yang pengungkapannya diharuskan dalam prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, auditor harus mempertimbangkan apakah ia telah memperoleh bukti
audit yang cukup dan kompeten untuk memahami hubungan dan transaksi antarpihak yang
memiliki hubungan istimewa, serta dampaknya terhadap laporan keuangan. la kemudian harus
mengevaluasi semua informasi yang tersedia baginya mengenai transaksi antarpihak yang
memiliki hubungan istimewa atau hubungan pengendalian dan memperoleh keyakinan yang
didasarkan atas pertimbangan profesionalnya tentang memadai atau tidaknya pengungkapan hal
tersebut dalam laporan keuangan.
Kecuali untuk transaksi rutin, biasanya tidak mungkin untuk menentukan apakah suatu
transaksi akan terjadi jika pihak-pihak yang terlibat tidak memiliki hubungan istimewa atau jika
dianggap transaksi tersebut telah terjadi, maka sulit untuk menentukan apakah syarat-syarat dan
cara penyelesaian yang digunakan seperti halnya jika pihak yang terlibat memiliki hubungan
istimewa. Oleh sebab itu, sulit untuk menguatkan suatu pencerminan transaksi yang
dilaksanakan atas dasar syarat-syarat yang berlaku antara pihak yang bebas. Jika. pencerminan
transaksi semacam ini dicantumkan dalam laporan keuangan dan auditor yakin bahwa
pencerminan tersebut tidak didukung oleh manajemen, ia harus menerbitkan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena merupakan penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, tergantung atas materialitasnya.

B.       PERTIMBANGAN ATAS KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN


HIDUP (GOING CONCERN)
Pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya diatur dalam SA Seksi 341. Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi dalam
pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang
berlawanan. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit
(selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor
berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah
terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh
auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan
keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan
asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva
kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan
dari luar, dan kegiatan serupa yang lain. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah
terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan
yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas)
yaitu dengan cara:
1.      Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan,
pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat
mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan, menunjukkan adanya
kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.
2.      Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
           Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk mengurangi
dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
           Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan
3.      Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih
memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas.

Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah
menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu
satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan
kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar
dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk
mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur audit yang
dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan
tersebut.
Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa
tersebut:
1)      Prosedur analitik.
2)      Review terhadap peristiwa kemudian.
3)      Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat utang dan perjanjian penarikan utang.
4)      Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia penting
yang dibentuk.
5)      Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan, tuntutan,
dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas tersebut.
6)      Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga
mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu
yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan
beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan
kondisi atau peristiwa yang lain seperti:
 Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan
modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.
 Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai contoh, kegagalan
dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran
dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa,
rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau
penjualan sebagian besar aktiva.
 Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan
yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang
yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara
keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi atau
peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut,
dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut
dalam jangka waktu pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana
manajemen meliputi:
1. Rencana untuk menjual aktiva
 Pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal yang membatasi transaksi
tersebut dalam perjanjian penarikan utang atau perjanjian yang serupa.
 Kenyataan dapat dipasarkannya aktiva yang direncanakan akan dijual oleh manajemen.
 Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari penjualan aktiva.
 2. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
 Tersedianya pembelanjaan melalui utang, termasuk perjanjian kredit yang telah ada atau
yang telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau jual-kemudian-sewa aktiva
(sale-leaseback of assets).
 Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan utang yang ada maupun yang telah
disanggupi atau untuk meminta jaminan utang dari entitas.
 Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen untuk penarikan utang
dengan adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup atau
tidaknya jaminan yang dimiliki oleh entitas.
 Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
 Kelayakan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi, untuk
menunda biaya penelitian dan pengembangan, untuk menyewa sebagai alternatif
membeli.
 Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari pengurangan atau
penundaan pengeluaran.
3. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
 Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang ada atau
yang disanggupi untuk menaikkan tambahan modal.
 Perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk mengurangi dividen atau untuk
mempercepat distribusi kas dari perusahaan afiliasi atau investor lain.
Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifikasi unsur-unsur
terutama yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus
merencanakan dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal
tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan
tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pembelanjaan atau penjualan
aktiva yang telah direncanakan.  Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi
rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan informasi
tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan
yang melandasi informasi itu. Auditor harus menaruh perhatian khusus atas asumsi yang:
  Material bagi informasi keuangan prospektif.
  Rentan atau mudah sekali berubah.
  Tidak konsisten dengan trend masa lalu.
Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai entitas, bisnis,
dan manajemennya dan harus meliputi (a) membaca informasi keuangan prospektif dan asumsi
yang melandasinya, (b) membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan
hasil sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor-faktor
yang dampaknya tidak tercermin dalam informasi keuangan prospektif tersebut, ia harus
membahas faktor-faktor tersebut dengan manajemen dan, jika perlu, meminta perbaikan atas
informasi keuangan prospektif tersebut.

LAMPIRAN

SA 333            REPRESENTASI MANAJEMEN


Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis
dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan Seksi ini sekaligus memberikan panduan mengenai surat
representasi yang harus diperoleh.
Kepercayaan Atas Representasi Manajemen
Selama audit berlangsung, manajemen membuat banyak representasi bagi auditor, baik
lisan maupun tertulis, dalam menanggapi pertanyaan khusus atau melalui laporan  keuangan.
Representasi manajemen tersebut merupakan bagian dari bukti audit yang diperoleh auditor, tetapi
tidak merupakan pengganti bagi penerapan prosedur audit yang diperlukan  untuk memperoleh
dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan keuangan. Representasi tertulis dari
manajemen biasanya menegaskan representasi lisan yang disampaikan oleh  manajemen
kepada auditor, dan menunjukkan serta mendokumentasikan lebih lanjut  ketepatan
representasi tersebut, dan mengurangi kemungkinan salah paham mengenai masalah yang
direpresentasikan.
Pemerolehan Representasi Tertulis
Representasi tertulis dari manajemen harus diperoleh untuk semua laporan keuangan dan
periode yang dicakup oleh laporan audit. 2 Sebagai contoh, jika laporan keuangan komparatif
dilaporkan, representasi tertulis yang diperoleh pada penyelesaian audit yang terkini harus
mencakup semua periode yang dilaporkan. Representasi tertulis tertentu yang diperoleh auditor akan
tergantung pada keadaan perikatan dan sifat dan basis penyajian laporan keuangan.
Laporan Keuangan
  Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan laporan keuangan secara
wajar, posisi keuangan, basil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi  yang berlaku
umum di Indonesia.
  Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip yang berlaku
umum di Indonesia.
Kelengkapan Informasi
a.       Ketersediaan catatan keuangan dan data yang berkaitan.
b.      Kelengkapan dan ketersediaan semua notulen rapat pemegang saham, direksi, dan dewan
komisaris.
c.       Komunikasi dari badan pengatur tentang ketidakpatuhan dengan atau kekurangan dalam praktik
pelaporan keuangan.
d.      Tidak adanya transaksi yang tidak dicatat.
Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan
a.       Informasi tentang kecurangan yang melibatkan (1) manajemen, (2) karyawan yang
memiliki peran signifikan dalam pengendalian intern, atau (3) pihak lain yang
kecurangannya berdampak material atas laporan keuangan.
b.      Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi nilai atau klasifikasi aktiva
atau kewajiban.
c.       Informasi mengenai transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dan piutang atau
utang antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
d.      Jaminan, tertulis atau lisan, yang menyebabkan entitas memiliki utang bersyarat.
e.       Estimasi signifikan dan pemusatan material yang diketahui oleh manajemen yang
harus diungkapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
f.       Pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum atau peraturan yang dampaknya
harus dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan atau sebagai dasar
untuk mencatat rugi bersyarat.
g.      Tuntutan yang belum dinyatakan atau prakiraan yang telah dikemukakan oleh penasihat hukum
merupakan tuntutan yang kemungkinan besar akan terjadi harus diungkapkan  sesuai dengan
PSAK Akuntansi untuk Kontijensi.
h.      Tuntutan yang tidak diungkapkan meskipun telah diberitahukan kemungkinannya
oleh penasihat hukum klien.
i.        Hak atas aktiva, hak gadai atas aktiva, dan aktiva yang dijaminkan .
j.        Kepatuhan dengan pasal-pasal perjanjian kontrak yang mungkin berdampak terhadap laporan
keuangan.

Representasi tertulis harus ditujukan kepada auditor. Karena auditor berkepentingan dengan


peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporannya yang mungkin
memerlukan penyesuaian terhadap atau pengungkapan dalam laporan keuangan, representasi harus
dibuat per tanggal tidak lebih awal dari tanggal laporan audit. Jika auditor menggunakan
tanggal ganda atas laporannya, auditor harus mem-pertimbangkan apakah ia perlu memperoleh
representasi tambahan yang berkaitan dengan peristiwa kemudian tersebut.
Surat harus ditandatangani oleh anggota manajemen yang bertanggung jawab
menyeluruh atas masalah-masalah keuangan dan operasional, yang  diyakini oleh auditor
bertanggung jawab atas dan berpengetahuan tentang, secara langsung atau melalui orang
lain dalam organisasi, masalah-masalah yang dicakup dalam representasi. Anggota manajemen
tersebut biasanya adalah direktur utama (chief executive officer) dan direktur
keuangan (chief  financial officer) atau orang lain yang memiliki posisi setara dalam entitas
yang bersangkutan.
Dalam kondisi tertentu, auditor mungkin ingin memperoleh representasi tertulis dari
individu yang lain. Sebagai contoh, ia mungkin ingin memperoleh representasi
tertulis mengenai kelengkapan notulen rapat pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris
dari orang yang bertanggung jawab atas penyimpanan notulen tersebut. Juga dalam hal
auditor melaksanakan audit terhadap laporan keuangan anak perusahaan tetapi tidak melakukan
audit terhadap induk perusahaan, ia mungkin ingin memperoleh representasi dari
manajemen induk perusahaan mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi anak perusahaan,
seperti transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa atau keinginan induk
perusahaan untuk memberikan dukungan keuangan secara berkelanjutan bagi anak
perusahaannya.
Ada keadaan yang di dalamnya auditor harus memperoleh surat representasi yang telah
dimutakhirkan dari manajemen. Jika auditor pendahulu diminta oleh mantan kliennya untuk
menerbitkan kembali (atau memberikan izin untuk menggunakan representasi tersebut) laporannya atas
laporan keuangan periode sebelumnya dan laporan keuangan tersebut yang disajikan dalam bentuk
komparatif dengan laporan keuangan periode sesudahnya, auditor pendahulu harus memperoleh
surat representasi yang telah dimutakhirkan oleh manajemen mantan kliennya tersebut.
Pembatasan Lingkup
Penolakan manajemen untuk melengkapi representasi tertulis merupakan pembatasan
terhadap lingkup audit yang menghalangi auditor untuk memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan biasanya cukup menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat atau menarik
diri dari perikatan.1 Namun berdasarkan pada sifat representasi yang tidak dapat diperoleh tersebut
atau keadaan penolakan, auditor dapat menyimpulkan bahwa pendapat wajar dengan
pengecualian adalah layak. Di samping itu, auditor harus mempertimbangkan dampak
penolakan tersebut terhadap kemampuannya  untuk mengandalkan representasi manajemen
yang lain.
Jika auditor dihalangi dalam melaksanakan prosedur audit yang
menurut pertimbangannya perlu dilakukan dalam kondisi yang berkenaan dengan masalah yang ma-
terial terhadap laporan keuangan, walaupun ia telah diberi representasi dari manajemen mengenai
masalah tersebut, namun terdapat pembatasan lingkup audit, dan ia harus menerbitkan pendapat
wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberikan pendapat.

SA Seksi 336              PENGGUNAAN PEKERJAAN SPESIALIS


Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan bagi auditor yang menggunakan
pekerjaan spesialis dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Pengertian spesialis dalam Seksi ini adalah
orang (atau perusahaan) yang memiliki keterampilan atau pengetahuan khusus dalam bidang
tertentu selain akuntansi dan auditing.
Spesialis mencakup, namun tidak terbatas pada, aktuaris, appraiser,  insinyur, konsultan
lingkungan, dan ahli geologi. Seksi ini juga berlaku untuk penasihat hukum yang ditugasi
sebagai spesialis dalam situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien berkaitan dengan
tuntutan pengadilan, klaim. Sebagai contoh, penasihat hukum dapat ditugasi oleh klien atau
auditor untuk menafsirkan pasal-pasal dalam perjanjian kontrak. Panduan dalam seksi ini berlaku
jika:
a.       Manajemen mengadakan perikatan atau mempekerjakan spesialis dan auditor menggunakan
pekerjaan spesialis sebagai bukti audit dalam pelaksanaan pengujian substantif untuk
mengevaluasi asersi laporan keuangan yang material.
b.      Manajemen mengadakan perikatan dengan spesialis yang dipekerjakan oleh kantor akuntan
publik untuk memberikan jasa nasihat profesional dan auditor menggunakan pekerjaan spesialis
tersebut sebagai bukti audit untuk mengevaluasi asersi laporan keuangan yang material.
c.       Auditor mengadakan perikatan dengan spesialis dan menggunakan pekerjaan spesialis tersebut
sebagai bukti audit untuk mengevaluasi asersi laporan keuangan yang material.
Keputusan Untuk Menggunakan Pekerjaan Spesialis
Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal
bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang  yang
terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain.  Namun,
dalam audit, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan  subjektif, yang
secara potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-masalah seperti ini mungkin
memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan menurut pertimbangkan auditor
memerlukan penggunaan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten.
Berbagai contoh tipe masalah yang mungkin menurut pertimbangan
auditor  memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
         Penilaian (misalnya, sediaan untuk tujuan khusus, bahan atau ekuipmen teknologi tinggi produk
farmasi, instrumen keuangan yang kompleks, real-estat, sekuritas terbatas, karya  seni,
kontijensi lingkungan).
         Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau
kondisi (misalnya, kuantitas atau kondisi mineral, cadangan mineral, atau bahan yang
disimpan dalam timbunan).
         Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya, beberapa perhitungan aktuarial dalam penentuan kewajiban manfaat pensiun dan
dalam penentuan kewajiban manfaat polis masa depan).
         Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh potensial suatu
kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).
Kualifikasi Dan Pekerjaan Spesialis
Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi
kualifikasi profesional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut memiliki
keterampilan atau pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:
  Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis lain
dalam bidangnya.
  Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.
  Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.
Hubungan Spesialis Dengan Klien
Auditor harus mengevaluasi hubungan spesialis dengan klien, termasuk keadaan yang
mungkin merusak objektivitas spesialis. Keadaan tersebut mencakup situasi yang di dalamnya
klien memiliki kemampuan-melalui hubungan kepegawaian, kepemilikan, hak kontrak,
hubungan keluarga, atau melalui cara lain-untuk secara langsung atau tidak
langsung mengendalikan atau secara signifikan mempengaruhi spesialis.
Bila spesialis tidak memiliki hubungan dengan klien, pekerjaan spesialis biasanya akan
memberikan keyakinan lebih besar bagi auditor tentang keandalan. Namun, pekerjaan spesialis
yang memiliki hubungan dengan klien dapat diterima dalam keadaan tertentu. Jika spesialis
memiliki hubungan dengan klien, auditor harus menaksir risiko bahwa objektivitas spesialis
tersebut mungkin terganggu. Jika auditor yakin hubungan tersebut akan mengganggu objektivitas
spesialis, auditor harus melakukan prosedur tambahan berkaitan dengan semua asumsi, metode,
atau temuan spesialis untuk menentukan bahwa temuannya masuk akal (dapat diterima) atau
harus menugasi spesialis lain untuk tujuan tersebut.
Penggunaan Temuan Spesialis
Ketepatan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan penerapan  merupakan
tanggung jawab spesialis. Auditor harus (a) memahami metode dan asumsi yang digunakan oleh
spesialis, (b) melakukan pengujian semestinya atas data yang disediakan oleh spesialis, dengan
memperhitungkan taksiran risiko pengendalian auditor, dan (c) mengevaluasi apakah temuan
spesialis mendukung asersi yang berkaitan dalam laporan keuangan. Biasanya auditor akan
menggunakan pekerjaan spesialis, kecuali jika prosedur auditor menyebabkan ia yakin bahwa
temuan spesialis tersebut tidak masuk akal dalam keadaan tersebut. Jika auditor yakin bahwa
temuan spesialis tidak masuk akal, ia harus menerapkan prosedur tambahan,  yang dapat
mencakup pemerolehan pendapat dari spesialis lain.
Dampak Pekerjaan Spesialis Terhadap Laporan Auditor
Jika auditor menentukan bahwa temuan spesialis dapat mendukung penyajian  laporan
keuangan yang berkaitan, maka ia dapat menyimpulkan bahwa ia telah memperoleh bukti audit
cukup dan kompeten. Jika terdapat perbedaan material antara temuan spesialis dengan penyajian
laporan keuangan, atau jika auditor yakin bahwa penentuan yang dibuat oleh spesialis tidak
wajar, maka auditor harus melakukan prosedur tambahan. Jika setelah menerapkan prosedur
tambahan ternyata ia belum dapat memecahkan masalah, maka auditor harus memperoleh
pendapat dari spesialis lain, kecuali jika menurut pandangan auditor masalah tersebut tidak akan
dapat dipecahkan. Masalah yang tidak dapat dipecahkan biasanya menyebabkan auditor
menyimpulkan bahwa ia harus memberikan pendapat wajar dengan  pengecualian atau
menyatakan tidak memberi pendapat karena tidak dapat diperolehnya bukti audit kompeten yang
cukup berkenaan dengan suatu asersi yang cukup signifikan dalam  laporan keuangan yang
disebabkan oleh adanya pembatasan lingkup audit.
Pengacuan Ke Spesialis Dalam Laporan Auditor
Kecuali sebagaimana yang dibahas dalam paragraf 16, auditor dilarang mengacu
ke pekerjaan atau temuan spesialis. Pengacuan seperti itu dapat mengakibatkan
kesalahpahaman sebagai suatu pengecualian dalam pendapat auditor atau suatu
pembagian tanggungjawab. Pengecualian dan pembagian tanggung jawab merupakan dua hal
yang tidak diinginkan dalam kaitannya dengan penggunaan pekerjaan spesialis. Di samping itu,
pengacuan ke pekerjaan spesialis tersebut dapat menimbulkan kesan bahwa auditor telah
melaksanakan audit yang lebih mendalam dibandingkan jika auditor tidak melakukan
pengacuan.
Sebagai hasil laporan atau temuan spesialis, auditor dapat memutuskan
untuk menambahkan bahasa penjelasan dalam laporan audit bentuk baku atau menyimpang
dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Pengacuan ke dan identifikasi tentang spesialis
dapat dibuat dalam laporan auditor, jika auditor yakin bahwa pengacuan tersebut akan
membantu menjelaskan alasan untuk tidak memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
atau menambahkan bahasa penjelasan dalam laporan audit bentuk baku.

Anda mungkin juga menyukai