Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Penampakan oral dari penderita kelainan hematologi (seperti pembengkakan dan pendarahan
gingiva) sangat penting untuk diketahui oleh seorang dokter gigi karena manifestasinya dapat
merupakan indikasi awal dari sebuah malignasi penyakit hematologik.

Patogenitas dan patofisiologi: kelainan sel darah merah ( anemia, polisitemia


vera), kelainan sel darah putih (neutropenia, leukemia, limfoma, multipel
myeloma), kelainan pendarahan (kelainan platelet, kelainan koagulasi
bawaan, kelainan koagulasi dapatan).

Tanda dan gejala: takikardi, lemah, kelelahan, sakit kepala, glositis, angular
cheilitis, kedinginan, kesemutan, pembengkakan jari, goyah saat berjalan,
nyeri abdominal, jaundice, demam, limfadenotapi, berkeringat, nyeri pada
tulang dan persendian, infeksi kambuhan, pembengkakan gingiva, pendarahan
spontan, menstruasi berat, perpanjangan waktu pendarahan (setelah trauma
ringan, operasi minor, maupun pencabutan gigi), adanya petekia atau
hematoma, kecenderungan memar.

KELAINAN GINGIVA AKIBAT PENYAKIT DARAH

LEUKIMIA

Leukimia adalah proliferasi sel leukosit yang berbeda dari normal, jumlahnya berlebihan dan oleh
karena menginfiltrasi sumsum tulang dapat menyebabkan anemia, trombositopenia atau
granulositopenia, serta kematian. Suatu kondisi keganasan yang ditandai oleh produksi berlebihan
sel darah putih, diklasifikasikan menurut morfologi sel (monositik, mielogenus atau limfoblastik) dan
perjalanan klinis dan penyakitnya (akut atau kronis).

Manifestasi oral lebih sering dijumpai pada leukimia akut, subtipe dan mielogenus. Gambaran-
gambaran oral terjadi dini dalam perjalanan penyakit karena proliferasi neoplastik dari satu tipe sel
darah, yang mengurangi produksi normal dari sel-sel hematopoetik yang lain.

Tanda yang konsisten dari leukimia akut adalah limfadenopati servikal, malaise, pucat, anemik,
ulserasi-ulserasi karena leukopenia dan perubahan gusi.

Gingivitis pada leukimia merupakan tanda awal dari leukimia pada sekitar 25% penderita anak-anak.
Jaringan gusi leukimia biasanya merah, nyeri tekan, lunak, cenderung lepas dari gigi dan mudah
berdarah. Perdarahan seringkali berlanjut sampai beberapa menit atau lebih karena pada penderita
leukiia, darah tidak membeku secara normal. Dengan melanjutnya penyakit, maka gusi yang
bengkak menjadi ungu dan mengkilat.

Stippling jaringan menjadi hilang dan perdarahan spontan dari sulkus gusi akhirnya terjadi. Jaringan
yang edema adalah paling mencolok di interdental dan merupakan akibat dari infiltrasi leukemic dari
sel-sel darah putih.

Pada pasien-pasien tertentu, sel-sel neoplastik dapat masuk ke jaringan pulpa dan tulang,
menyebabkan gejala-gejala sakit yang tidak jelas, tanpa bukti radiografik dari patosis yang berkaitan.
Pengontrolan sistemik dari leukimia sering kali melibatkan radioterapi yang intensif, kemoterapi,
transfuse darah dan transplantasi sumsum tulang.

Diagnosis

Pada pemeriksaan intra oral, gingival hyperplasia yang hamper menyeluruh meradang, mudah
berdarah, adanya petechia dan ulserasi nekrotik pada mukosa. Selain itu dapat ditemui Fetor oris,
jaringanb penyangga gigi yang rapuh akibat nekrosis dan ligamen periodontal serta destruksi yang
rapuh akibat nekrosis dari ligament periodontal serta destruksi yang terjadi pada tulang alveolar.
Pada palpasi, dapat ditemui giniva yang teraba seperti lumpur (boggy). Gambaran histology
memperlihatkan lapisan basal hingga epithelium dikelilingi dengan rapat oleh sel leukimia misalnya
sel myeloid pada acute myelomonocytic leukimia dan sel-sel monocytic. Sementara itu di dekat
pembuluh darah terlihat adanya serbukan sel radang.

Pengobatan dan pencegahan

Untuk mencegah perdarahan pada leukimia, sebaiknya penderita membersihkan giginya tidak
dengan sikat gigi, tetapi menggunakan bantalan atau busa.

Obat kumur klorheksidin bias diberikan untuk mengendalikan plak dan mencegah infeksi mulut.
Kebersihan mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan menjadi predisposisi untuk
terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan pada gusi.

Kesulitan dapat dijumpai dalam mempertahankan yang optimal, Karena ulserasi-ulserasi mulut
akibat kemoterapi. Kebersihan mulut yang teliti dikombinasi dengan kumur-kumur antimicrobial
dianjurkan untuk mengurangi peradangan dan akibat ulseratif dari kemoterapi.

ANEMIA

Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit) dan/atau
Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang darah).

Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Jika
seseorang kekurangan sel darah merah, atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam tubuh
tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup, akibatnya tumbullah gejala anemia.

Gejala anemia seperti lemah dan lesu terjadi karena organ-organ tidak mendapatkan apa yang
mereka butuhkan untuk berfungsi dengan baik, yaitu oksigen.

Dalam masyarakat kita anemia dikenal dengan istilah kurang darah. Kurang darah (anemia) ini
berbeda dengan darah rendah. Darah rendah merupakan rendahnya tekanan darah.

Penyebab Anemia

Ada ber macam macam Penyebab Anemia sesuai dengan jenis anemianya dan terdapat lebih dari
400 jenis anemia, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok:
• Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah

• Anemia yang disebabkan oleh penurunan produksi sel darah merah

• Anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah

Penyebab Anemia Karena Kehilangan DarahSel darah merah dapat hilang ketika seseorang
mengeluarkan darah atau berdarah oleh sebab apapun seperti kecelakaan, terluka, dsb. Namun
perdarahan dapat terjadi perlahan-lahan selama jangka waktu yang panjang, dan adakalanya tidak
terdeteksi. Ini disebut sebagai pendarahan kronis yang biasanya disebabkan oleh :

• Penyakit pencernaan seperti maag, wasir, gastritis (radang lambung), dan kanker (Baca: BAB
Berdarah)

• Penggunaan obat anti-inflamasi (OAINS) seperti aspirin atau ibuprofen, yang dapat
menyebabkan gastritis dan perdarahan saluran cerna.

• Menstruasi dan melahirkan pada wanita, terutama jika perdarahan menstruasi yang
berlebihan

Penyebab Anemia karena Kurangnya Produksi Sel Darah MerahAnemia bisa terjadi karena
kurangnya kuantitas dan kualitas sel darah merah, yakni kurangnya produksi sel darah merah atau
terganggunya pembentukan hemoglobin. Selain itu dapat pula terbentuk sel darah merah dan
hemoglobin yang tidak bagus sehingga fungsinya tidak optimal.

Penyebab anemia jenis ini biasanya terkait dengan kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan
dalam memproduksi sel darah merah dan hemoglobin. Kondisi yang terkait dengan penyebab
anemia ini antara lain :

• Anemia sel sabit

• Anemia defisiensi besi

• Kekurangan vitamin B12, Asam Folat

• Masalah Sumsum tulang dan stem cell

• Kondisi kesehatan lain

Penyebab Anemia Karena Rusaknya Sel Darah MerahKetika sel-sel darah merah rapuh dan tidak
dapat menahan stres rutin dari sistem peredaran darah, maka dapat pecah secara prematur,
sehingga menyebabkan anemia hemolitik. Anemia hemolitik dapat hadir pada saat lahir atau
berkembang kemudian. Kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.Penyebab anemia hemolitik
yang telah diketahui antara lain:

• Kondisi yang diwariskan (diturunkan), seperti anemia sel sabit dan talasemia

• Stres seperti infeksi, obat-obatan, racun ular atau laba-laba, atau makanan tertentu

• Racun dari penyakit hati lanjut (liver kronis) atau penyakit ginjal
• Serangan yang tidak tepat oleh sistem kekebalan tubuh (disebut penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, ketika itu terjadi pada janin yang dikandung wanita hamil)

• Cangkok vaskular, katup jantung prostetik, tumor, luka bakar parah, paparan bahan kimia,
hipertensi berat, dan gangguan pembekuan darah.

Dalam kasus yang jarang terjadi, pembesaran limpa dapat menjebak sel darah merah dan
menghancurkan mereka sebelum waktunya beredar habis.

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan
pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).

Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh
penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan
konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).

Etiologi

Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi,
gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.

Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:

a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.

c. Saluran kemih: hematuria.

d. Saluran nafas: hemoptisis.

e. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang
kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.

f. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan
kehamilan.

g. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi
bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi),
dan kalsium (susu dan produk susu).

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan
pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh
penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan
konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).

Etiologi

Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi,
gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:1. Kehilangan besi sebagai
akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:

h. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

i. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.

j. Saluran kemih: hematuria.

k. Saluran nafas: hemoptisis.

l. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang
kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.

m. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan
kehamilan.

n. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi
bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi),
dan kalsium (susu dan produk susu).

Manifestasi Klinis

• Gejala Umum AnemiaGejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8
g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga
mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva
dan jaringan di bawah kuku (Bakta, 2006). Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.

• Gejala Khas Defisiensi BesiGejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak
dijumpai pada anemia jenis lain adalah (Bakta, 2006):

 Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
 Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
 Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
 Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
Kelainan di dalam mulut:

Dapat terlihat pada stadium defisiensi besi laten dan pada stadium lebih lanjut yaitu anemia
defisiensi besi berupa:

 Mukosa oral pucat, terutama palatum lunak dan lidah.


 Glossitis atrofik pada lidah: lidah tampak licin, merah tanpa papil, terdapat sensasi seperti
rasa terbakar pada lidah. Kelainan atrofi biasanya dimulai pada ujung lidah kemudian
menyebar kearah distal, meliputi papilla filiformis dan fungiformis.
 Stomatitis
 Cheilitis angularis
 Penyembuhan luka lambat, biasanya setelah prosedur bedah di dalam mulut.
 Kepekaan terhadap trauma meningkat sehingga terjadi ulserasi yang dapat bertahan lebih
lama daripada biasa sebagai akibat penyembuhan luka lambat.
 Atrofi yang luas dari papil lidah.
 Tonus otot lidah berkurang.

Pada anemia defisiensi besi kronis yang sering disebut sindrom “Plummer Vinson”, Disfagia
Sideropenik adalah selaput tipis dari lapisan permukaan (mukosa) kerongkongan, yang tumbuh
melintang di dalam kerongkongan. Meskipun jarang, selaput ini sering ditemukan pada penderita
anemia karena kekurangan zat besi berat yang tidak diobati. Gejalanya yaitu kesulitan dalam
menelan makanan padat.

Kelainan di dalam mulut pada sindrom Plummer Vinson:

 Xerostomia dan nyeri pada mukosa


 Atrofi mukosa mulut, faring, esophagus bagian atas, vulva, sehingga jaringan menjadi kering,
tidak elastis dan tampak mengkilap.
 Lidah licin dan nyeri (atrofi papil tidak sehebat pada anemia pernisiosa)
 Stomatitis angularis
 Spasme tenggorokan.

1. Anemia Megaloblastik

Defenisi

Anemia megaloblastik adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA. Sel
terutama yang terkena adalah sel yang pertukarannya (turn over) cepat, terutama sel prekursor
hematopoetik dan sel epitel gastro-intestinal.

Etiologi

1. Defisiensi Vitamin B12


2. Defisiensi Asam Folat
3. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat

Gejala Klinis
• Pada Defisiensi Kobalami : Gangguan Neurologis

• Pada gangguan gastrointestinal dapat timul gejala : kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, mual dan sembelit

• Pasien Mungkin diikuti sariawan dan sakit pada lidah

• Tanda-Tanda Anemia

• Gangguan Neurologis : parastesi tangan dan kaki, kehilangan memori selanjutnya jika
keadaan memberat dapat mempengaruhi gaya berjalan, kebutaan akibat atropi N.Optikus
dan Gangguan Kejiwaan

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Darah Rutin

• Pemeriksaan Defisiensi As. Folat

• Pemeriksaan Defisiensi Kobalamin

• Pemeriksaan Serum Besi

• LDH dan Bilirubin Indirect

• Histopatologi

1.1. Anemia Defisiensi Vitamin B12

Anemia pernisiosa (atau anemia pernisiosa - juga dikenal sebagai anemia Biermer,'s anemia
Addison, atau-Biermer anemia Addison). Anemia pernisiosa adalah keadaan dimana tubuh tidak
memproduksi cukup sel darah merah karena kekurangan vitamin B12. Keadaan ini biasanya terjadi
pada orang-orang yang tubuhnya kehilangan kemampuan untuk menyerap vitamin B12 dari
makanan. Sel darah tidak membelah secara normal dan bentuknya sangat besar. Sel darah tersebut
sulit keluar dari sum-sum tulang. Gangguan bentuk sel darah merah tersebut terjadi karena
kurangnya vitamin B12 dalam tubuh. Vitamin B12 merupakan salah satu jenis dari kelompok vitamin
B; vitamin B ditemukan pada makanan hewani seperti daging, ikan, telur, susu dan produk susu
lainnya. Selain untuk membentuk sel darah merah, vitamin B12 juga diperlukan untuk aktifitas
sistem saraf.

Anemia pernisiosa akan bertambah parah jika dalam jangka waktu lama tidak diobati. Tanpa
pengobatan, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh. Anemia pernisiosa
paling sering mengenai orang yang berusia tua. 

Gejala Klinis:

Penderita anemia pernisiosa tampak pucat, mudah lelah, susah bernafas, mual, muntah, gelisah,
tempertur tubuh naik, penderita kehilangan nafsu makan, adanya gangguan sensasi gerak dan
mati rasa dari alat gerak, pada keadaan yang parah dapat dilihat dari kulit pasien yang berwarna
kekuning-kuningan.

Gambaran klinis pada rongga mulut:


 Glositis, dimana permukaan lidah licin,
 Lidah berwarna merah terang, pada kasus inflamasi kronis ditandai dengan penebalan
warna merah terang yang tidak teratur menyerupai lesi terbakar dekat ujung lidah (tip)
dan margin lateral (Hunter’s atau Moeller’s glossitis).
 Adanya sensasi rasa terbakar dan rasa gatal pada lidah, mengeluh sakit pada daerah
proksimal atau sakit pada saat memakan makanan lunak dan saat meminum minuman
panas.
 Sulit menelan
 Pada tahap lanjut terdapat keluhan hilangnya sensasi pengecapan.
 mukosa pada penderita berupa warna pucat atau kuning kehijau-hijauan

Manifestasi anemia pernisiosa di rongga mulut seperti hilangnya papilla filiformis dan
fungiformis secara menyeluruh, atrofi epitel lidah yang cepat sangat jarang dijumpai. Semua
perubahan pada lidah harus dibedakan secara teliti dengan kasus lain seperti glossodynia dan
glossopyrosis, lesi alergi, manifestasi lidah pada sifilis dan geographic tongue.

Penderita umumnya mengeluh kesakitan pada saat menggunakan gigi tiruan di rongga mulut,
yang mana rasa sakit tersebut bukan dikarenakan oleh pembuatan gigi tiruan yang salah
ataupun karena gigi tiruan yang mengiritasi, tetapi karena pasien mempunyai jaringan mukosa
yang tidak tahan terhadap iritasi gigi tiruan. Greenberg melaporkan suatu kasus lesi-lesi dalam
rongga mulut kebanyakan adalah macula eritema yang mengenai mukosa bukal dan labial,
papilla lidah mengalami atrofi ringan dan kadang-kadang terdapat eritema yang terlokalisir.

1.2. Anemia Defisiensi Asam Folat

Anemia defisiensi asam folat adalah berkurangnya sel darah merah (eritrosit) atau anemia akibat


kurangnya asam folat. 

Etiologi 
Folat atau lazim disebut asam folat dibutuhkan untuk pembentukan dan perkembangan eritrosit.
Asam folat dapat diperoleh dari sayuran segar berwarna hijau dan hati. Oleh karena asam folat tidak
disimpan dalam tubuh dalam jumlah besar, maka diperlukan pasokan kontinyu melalui makanan
sehari-hari. 

Pada anemia akibat defisiensi asam folat, ukuran sel darah merah besar secara abnormal. Sel darah
merah yang besar ini disebut megalosit atau megaloblas dalam sumsum tulang.

Kelainan dalam mulut:

 Cheilitis angularis lebih sering ditemukan daripada anemia pernisiosa


 Stomatitis aftosa rekuren
 Faringitis

Diagnosis Banding

• Anemia Defisiensi Besi

• Makrositosis

• Anemia Penyakit Kronis


Terapi

• Kobalamin 1000 mcg parenteral selama 2 Minggu, dengan gangguan neurologis 1000 mcg
setiap hari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu sampai 6 bulan dan 1000 mcg
kobalamin untuk pasien dengan hemoflia.

• As. Folat (1-5 mg) secara oral dan diberikan secara paerenteral dengan dosis yang sama

• Terapi Folat 1 mg/hari harus diberikan selama periode kehhamilan

• Sindroma Blind-loop ditangani dengan antibiotik

3. Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan penurunan komponen
selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan produksi di sumsum tulang. Pada
keadaan ini jumlah sel-sel darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami
pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit.

Anemia aplastik dapat muncul dengan mendadak atau memiliki onset yang berkembang dengan
cepat. Perdarahan merupakan gejala awal yang paling sering terjadi; seperti memar selama
beberapa hari hingga minggu, mimisan, darah menstruasi yang berlebihan, dan kadang-kadang
peteki. Gejala anemia juga sering terjadi termasuk mudah lelah, sesak napas, dan tinnitus pada
telinga.

Pada pasien dengan anemia anaplastik lebih cenderung mengalami petekie, hiperplasi gingival,
perdarahan spontan gingiva, dan ulkus herpetic pada mukosa mulut serta gingival.

Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Idiopatik : Biasanya kasus tidak diketahui gejala yang jelas

2. Sekunder : Bila kasusanya telah diketahui.

3. Konstitusional : Adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan, misalnya Anemia Fanconi.

Tanda dan Gejala Anemia Aplastik

     Pada penderita anemia aplastik dapat ditemukan tiga gejala utama yaitu, anemia kurang darah
merah), trombositopenia (kurang trombosit), dan leukopenia (kurang leukosit). 

Ketiga gejala ini disertai dengan gejala-gejala lain yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Anemia biasanya ditandai dengan pucat, mudah lelah, lemah, hilang selera makan, dan
palpitasi. Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan
sel darah putih.
2. Trombositopenia, misalnya: perdarahan gusi, epistaksis, petekia, ekimosa dan lain-lain.
3. Leukopenia, misalnya: infeksi.

Etiologi

Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik dimana
penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang diduga dapat
memicu terjadinya  penyakit anemia aplastik ini.

Faktor-faktor penyebab yang dimaksud antara lain:

• Penyakit kongenital atau menurun seperti anemia fanconi, dyskeratosis congenita,


sindrom Pearson, sindrom Dubowitz dan lain-lain. Diduga penyakit-penyakit ini memiliki
kaitan dengan kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan terjadinya pansitopenia
(defisit sel darah).

•  Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benzen, arsen,
insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara
kontak kulit) pada seseorang.

• Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya


pemberian kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2 – 3 bulan akan menyebabkan anemia
aplastik setelah berumur 6 tahun. America Medical Association juga telah membuat daftar
obat-obat yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara
lain: Azathioprine, Karbamazepine, Inhibitor carbonic anhydrase, Kloramfenikol,
Ethosuksimide, Indomethasin, Imunoglobulin limfosit, Penisilamine, Probenesid,
Quinacrine, Obat-obat sulfonamide, Sulfonilurea, Obat-obat thiazide, Trimethadione.

• Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik ini karena dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel induk ataupun menyebabkan kerusakan pada lingkungan sel induk.
Contoh radiasi yang dimaksud antara lain pajanan sinar X yang berlebihan ataupun
jatuhan radioaktif (misalnya dari ledakan bom nuklir). Paparan oleh radiasi berenergi
tinggi ataupun sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum
tulang akut dan kronis maupun anemia aplastik.

Selain radiasi, infeksi juga dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya seperti infeksi virus
Hepatitis C, EBV, CMV, parvovirus, HIV, dengue dan lain-lain.

Kelainan pada mulut:

 Mukosa oral pucat


 Petekia pada mukosa oral dan faring
 Perdarahan gingiva tanpa penyebab yang layak
 Ulcuserasi pada mucosa mulut atau biasa disebut dengan stomatitis apthosa. Biasanya
daerah yang paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) ini pada daerah mukosa
pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga mulut.

Pengobatan
Penatalksanaan stomatitis yang terjadi karena anemia aplastik dapat dilakukan dengan
Menggunakan antibiotic dan obat penghilang rasa sakit yang berupa obat tetes maupun kumur.
Selain itu juga perlu didukung dengan memperbaiki causa penyebabnya. Serta diharapkan
kebersihan mulut dapat terpelihara dengan baik, yang diharapkan dapat menurunkan resiko
terjadinya stomatitis pada anemia aplastik. Asupan nutrisi yang adekuat juga diperlukan dalam
usaha pemulihannya. 
Pada penatalaksanaan stomatitis yang terjadi karena anemia aplastik dapat menggunakan obat
kortikosteroid, yang dapat bermanfaat sekaligus bagi keduanya. Dimana kortikosteroid memiliki efek
sebagai kemampuan imunosuppresifnya. Kortikosteroid menekan produksi dan pengaruh-pengaruh
faktor humoral yang terlibat pada respon inflamatori, menghambat migrasi leukosit menuju ke
bagian inflamasi, dan mengganggu fungsi sel-sel endothel, granulosit, sel-sel mast, dan fibroblast.
Sehingga kortikosteroid juga efektif dalam menangani anemia aplastik sekaligus menangani
stomatitisnya.

4. Anemia Hemolitik

Penyakit anemia hemolitik merupakan salah satu jenis penyakit kekurangan darah yang
disebabkan oleh meningkatnya proses penghancuran sel darah merah dalam tubuh. Anemia
hemolitik adalah kurangnya kadar hemoglobin akibat kerusakan pada eritrosit yang lebih cepat
daripada kemampuan sumsum tulang untuk menggantinya kembali.

Etiologi

Etiologi anemia hemolitik dibedakan kedalam 2 bagian sebagai berikut : 

Intrinsik

• Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria nokturnal paroksismal.

• Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase.

• Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).

• Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.

Ekstinsik

• Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limfoproliferatif,


keracunan obat.

• Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, koagulasi intravaskular


diseminata (KID).

• Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium, borrelia.

• Hipersplenisme

• Luka bakar

Gejala Anemia Hemolitik


Gejala anemia hemolitik hampir sama dengan anemia yang lain. Kadang-kadang gejala hemolisis
terjadi secara tiba-tiba, terasa sangat berat dan menyebabkan krisis hemolitik, yang ditandai dengan:

• Menggigil

• Demam

• Perasaan melayang

• Nyeri punggung dan nyeri lambung

• Penurunan tekanan darah.

• Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena bagian dari sel
darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.

• Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur, sehingga
sering menyebabkan nyeri perut.

Kelainan di dalam mulut:

 Mukosa oral pucat, terutama pada palatum lunak, lidah, jaringan sub-lingual dan
terdapat jaundice.
 Terjadi perubahan warna akibat penimbunan pigmen darah ke dalam jaringan oral
 Pada pasien eritroblastosis fetalis mempunyai gigi sulung berwarna hijau kecoklatan
akibat tertimbunnya pigmen darah di dalam struktur gigi selama masa pembentukan
dentin.
 Pasien anemia hemolitik akibat keracunan logam berat dapat memperlihatkan
penimbunan kompleks metal sel darah merah di sepanjang gingival margin, memberi
gambaran berupa pigmentasi hitam kebiruan yang pekat di sepanjang gingiva margin
dan interdental papil.

HEMOFILIA

Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu factor
pembekuan darah. Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh
melalui kromosom X. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan
sendi yang nyeri dan menahun.

Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu:

1. Hemofilia A:
 Hemofilia klasik, jenis heofilia yang paling banyak kekurangan factor pembekuan
pada darah.
 Hemofilia kekurangan factor VIII, terjadi karena kekurangan factor 8 (factor VIII)
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2. Hemofilia B:
 Christmas Disease, ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven
Christmas asal Kanada.
 Hemofilia kekurangan factor IX, terjadi karena kekurangan factor 9 protein pada
darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

Pasien hemofilia dapat mengalami perdarahan pada gusi walaupun trauma yang minimal,
perdarahan ini umumnya sukar untuk dihentikan.

Pengobatan

Pengobatan penderita hemofilia berupa Recombinant Factor VIII yang diberikan kepada
pasien hemofilia berupa suntikan maupun transfuse. Pemberian transfuse rutin berupa
kriopresipitat-AHF untuk penderita hemofilia A dan plasma beku segar untuk penderta
hemofilia B. Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat maupun tranfusi
harus diberikan pada penderita secara rutin 7-10 hari. Tanpa pengobatan yang baik, hanya
sedikit penderita yang mampu bertahan hingga usia dewasa.

Penderita hemofilia harus rajin melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan
gusi secara rutin. Untuk pemeriksaan gigi dan khusus, minimal setengah tahun sekali, karena
kalau giginya bermasalah semisalnya harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan
perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai