Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP TEORI

1.1  Bukti Audit


1.1.2 SA 326 Bukti Audit
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.
Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada
pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda
dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat.
Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

Sifat Asersi
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen
laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:
a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).
b. Kelengkapan (completencess).
c. Hak dan kewajiban (right and obligation).
d. Penilaian (valuation) atau alokasi.
e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Sifat Bukti Audit


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan
buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work
sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi
keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini
seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai

2
pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian
atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas
laporan keuangan tidak akan terjamin

Kompetensi Bukti Audit


Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan.
Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti
tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat
diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang
ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini
mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat
saling meniadakan, dapat bermanfaat:
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan
yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan
dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

Kecukupan bukti audit dan penilaian bukti audit


Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan
pendapatnya. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan
teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih
mengandalkan bukti yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti
yang bersifat meyakinkan (convincing evidence). Baik asersi secara individual dalam
laporan keuangan maupun gambaran umum bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan menyajikan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas perusahaan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia adalah sedemikian sifatnya,

3
sehingga seorang auditor yang sangat berpengalaman pun jarang dengan mudah
diyakinkan, dalam hubungannya dengan semua aspek laporan keuangan yang diauditnya.

Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan audit tertentu
telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan tidak memihak
(bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit untuk memperoleh bukti
kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungkinan laporan keuangan
tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam
merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimbangkan relevansi bukti audit,
terlepas apakah bukti audit tersebut mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam
laporan keuangan. Bila auditor masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai suatu asersi
yang material, maka ia harus menangguhkan pemberian pendapatnya sampai ia
mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk menghilangkan keraguannya, atau ia
harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan
pendapat.

1.2  Prosedur dan Dokumentasi Audit


1.2.1 SA 329 Prosedur Analitik
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan
nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi
auditor.” Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor.
Prosedur analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit
berlangsung yakni saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.

Prosedur analitis pada tahap perencanaan bertujuan:


a)   Memahami kegiatan entitas yang diaudit
Umumnya auditor mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang auditan
yang diperoleh di tahun sebelumnya sebagai titik tolak perencanaan audit tahun
berjalan. Dengan melakukan prosedur analitis, perubahan yang terjadi dapat diamati
dari perbandingan informasi tahun berjalan (yang belum diaudit) dengan informasi
tahun sebelumnya yang telah diaudit. Perubahan tersebut dapat mencerminkan
kecenderungan yang penting atau kejadian spesifik. Contohnya menurunnya

4
persentase marjin kotor selama beberapa waktu dapat mengindikasikan inefisiensi
kinerja perusahaan.
b)   Menunjukkan kemungkinan salah saji
Perbedaan yang tidak diharapkan (fluktuasi yang tidak biasa) antara data keuangan
tahun berjalan yang belum diaudit dengan data keuangan yang dijadikan pembanding
dapat mengindikasikan adanya salah saji atau ketidakberesan akuntansi. Fluktuasi
yang tidak biasa terjadi jika diperkirakan tidak ada perbedaan tetapi kenyataannya
terjadi perbedaan, atau bila diperkirakan terjadi perbedaan, yang ternyata tidak terjadi.
Aspek prosedur analitis ini sering disebut “arahan perhatian” karena prosedur ini
menghasilkan prosedur yang lebih rinci dalam bidang audit khusus di mana terdapat
kemungkinan ditemukannya salah saji.
c)    Mengurangi pengujian terinci
Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka
implikasinya adalah adanya kemungkinan salah saji material telah diminimalisasikan.
Dengan kata lain, pos tersebut tidak memerlukan pengujian rinci, prosedur audit
tertentu dapat dihilangkan, sampel dapat dikurangi, atau pelaksanaan prosedur audit
pada pos tersebut dapat dilaksanakan sesudah tanggal neraca. Prosedur analitis lebih
sering digunakan pada audit keuangan karena data keuangan yang menjadi analisis
dalam audit keuangan memiliki hubungan dan kecenderungan antar berbagai data dari
berbagai akun-akun pencatatan. Walaupun demikian, prosedur analitis juga dapat
digunakan pada audit-audit lain terutama bila data yang digunakan adalah data-data
kuantitatif. Kecenderungan (trend) tingkat kematian bayi, misalnya, dapat digunakan
dalam prosedur analitis pemeriksaan kinerja efektivitas Program Imunisasi Nasional.

Dalam audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat
penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan,
pengujian substantif dan pada waktu penyelesaian audit.
Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan
keuangan adalah:
a)    Memahami sifat industri dan usaha auditan.
Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan
sebagai bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan prosedur analitis di
mana informasi laporan keuangan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi

5
laporan keuangan tahun lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat
teridentifikasi. Perubahan-perubahan ini dapat mewakili kecenderungan-
kecenderungan yang penting atau kejadian-kejadian tertentu dimana semuanya akan
mempengaruhi perencanaan audit. Sebagai contoh penambahan saldo dari aktiva
tetap mungkin mengindikasikan perolehan signifikan yang harus diperiksa.
b)   Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern)
Prosedur analitis berguna sebagai indikasi jikalau auditan sedang mengalami masalah
keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam
memperkirakan kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi
kombinasi antara perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan
kekayaan bersih dan perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan total
aktiva, maka risiko kegagalan keuangan yang tinggi mungkin terindikasi. Hal ini bukan
hanya mempengaruhi perencanaan audit, tetapi mempengaruhi modifikasi laporan
audit jika prosedur analitis ini dilakukan pada tahap penyelesaian.
c)    Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain
yang digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa
(unusual fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan
yang seharusnya tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan
yang seharusnya muncul tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu alasan yang
mungkin untuk fluktuasi yang tidak biasa ini adalah kesalahan pencatatan akuntansi.
Karena itu apabila fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi dalam jumlah besar, auditor
harus menemukan alasan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa penyebabnya
adalah kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena adanya salah saji.
d)   Mengurangi pengujian terinci.
Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka
kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini,
prosedur analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian
secara layak atas akun-akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan
pengujian terinci yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dengan kata lain
beberapa prosedur audit tertentu dapat dihapuskan, jumlah sampel dapat dikurangi,
atau waktu pelaksanaan prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih jauh dari tanggal
neraca.

6
7
BAB II
KAJIAN JOURNAL INTERNASIONAL
PENGARUH BIAYA AUDIT PADA KUALITAS AUDIT : BUKTI AUDIT
DARI PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEMEN DI NIGERIA

1.1 Masalah Penelitian

Penelitian empiris ini untuk meneliti kualitas audit di literatur baik di dalam dan di luar
Nigeria. Untuk menyebutkan beberapa, Listya dan Sukrisno (2014) diperiksa Pengaruh
independensi auditor, kepemilikan audit, dan biaya audit terhadap kualitas audit dari
anggota forum pasar modal akuntan di Indonesia, Belén (2015) mempelajari hubungan
antara masa auditor dan kualitas audit di yayasan milik negara Spanyol , Penentu Biaya
Audit Eksternal dengan Bukti dari Sektor Perbankan di Nigeria diselidiki oleh Soyemi et al
( 2013), Enofe et al ( 2013) meneliti Kualitas Audit dan Auditor Kemerdekaan di Nigeria,
Babatolu (2016) et al dengan fokus pada Nigeria Bank juga berhubungan kualitas
independensi dan audit yang auditor. Sementara banyak faktor seperti biaya audit, Audit
reputasi perusahaan, masa audit, ditemukan menunjukkan beberapa tingkat hubungan
dengan kualitas audit di berbagai sektor termasuk perbankan dan sektor manufaktur pada
umumnya, tidak terlalu banyak studi tentang alam ini telah dilakukan sehubungan untuk
pembuatan Semen sub-sektor ekonomi Nigeria. Menurut Mojekwu et al (2013), keduanya
diproduksi secara lokal semen dan impor semen berkontribusi positif terhadap Nigeria
Produk Domestik Bruto. Yang timbul dari ini, penelitian ini mencoba untuk menjembatani
kesenjangan dengan menyelidiki antara lain, efek dari biaya audit atas kualitas audit
perusahaan semen di Nigeria. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan jawaban pertanyaan
penelitian berikut; apa hubungan antara biaya audit dan kualitas audit? Apakah masa
auditor memiliki efek pada kualitas audit dan sejauh mana ukuran klien mempengaruhi
kualitas audit di sektor semen Nigeria? Atas dasar ini, penelitian ini dibuat.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Konsep Kualitas Audit, Biaya Audit, dan Bukti Audit


Menurut dewan konsultatif tubuh akuntansi (CCAB) Audit didefinisikan sebagai
pemeriksaan independen dan ekspresi pendapat atas laporan keuangan suatu

8
perusahaan oleh auditor yang ditunjuk, menurut janji itu dan sesuai dengan kewajiban
hukum yang relevan. Untuk tujuan ini, audit diharapkan dapat meningkatkan nilai informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dan sebagai akibat dari ini, kualitas audit harus
dilakukan dengan layar profesionalisme, ketekunan dan perawatan oleh auditor dalam
proses audit yang harus mengarah benar dan adil pandangan laporan keuangan
(Arrunada, 2000).

Biaya Audit dapat dijelaskan menjadi jumlah yang dibebankan oleh auditor untuk tugas
audit yang dilakukan. Artinya, jumlah yang dibebankan oleh auditor untuk setiap pekerjaan
yang dilakukan untuk mengungkapkan pendapat atas keadaan sebenarnya dan adil
urusan atau posisi dari perusahaan klien. Iskak (1999 di Suharli dan Nurlaelah, 2008)
menggambarkan biaya audit sebagai biaya yang dikenakan oleh akuntan publik kepada
klien untuk layanan audit keuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat The Securities and
Exchange Commission, Peraturan Final (di Yuniarti, 2011) bahwa biaya audit adalah biaya
yang dibayarkan untuk audit tahunan dan ulasan tentang laporan keuangan untuk tahun
fiskal terbaru. Besarnya biaya audit dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas
layanan, risiko tugas, struktur biaya Akuntan Publik, tingkat yang diperlukan keahlian,

Masa Audit adalah periode yang disepakati keterlibatan antara auditor dan klien (Hartadi,
2009). Masalah kepemilikan audit biasanya terkait dengan independensi auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh dan Moon (2003) menunjukkan bahwa kenaikan
kualitas audit sebagai kenaikan jabatan audit. Hasil ini namun bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Indah (2010) yang mengungkapkan bahwa sebagai
panjang hubungan auditor-klien meningkat; mungkin ada penurunan tingkat kualitas audit,
karena independensi terlalu lama auditor-klien hubungan merusak auditor. Selain itu,
kualitas audit menurun sebagai memanjangkan hubungan auditor-klien (Deis dan Giroux,
1992). Menguatkan temuan ini, Carey dan Simnett (2006) juga menemukan bahwa, di
Australia, pemeriksaan panjang masa mitra dikaitkan dengan kecenderungan lebih rendah
untuk mengeluarkan laporan going concern. Namun, penelitian yang melibatkan laporan
going concern di AS menunjukkan bahwa kegagalan pelaporan audit yang secara
signifikan lebih tinggi dalam beberapa tahun pertama hubungan auditor-klien (Geiger dan
Raghunandan, 2002). Menurut Chen et al., 2008), kepemilikan perusahaan audit serta
pemeriksaan masa mitra, mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan.

9
2.3 Metodologi

Kedua desain penelitian historis dan deskriptif diadopsi oleh tulisan ini. Sebagai hasil dari
fakta bahwa kertas secara bersamaan menggabungkan lintas data yang sectional dan kali
seri, analisis data panel dilakukan. Populasi dalam penelitian ini terdiri semua perusahaan
manufaktur semen di Nigeria yang meliputi BUA semen, UNICEM, Bulk Timur Semen,
Purecome, IBECOM, Dangote Cement, Afrika Lafarge, Ashaka semen dan Cement
Company Utara Nigeria. Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih ukuran
sampel dari empat (4) perusahaan, yaitu, Dangote Cement, Lafarge Afrika, Ashaka semen
dan Cement Company Utara Nigeria. Perusahaan-perusahaan ini dipilih menjadi
perusahaan manufaktur semen hanya dikutip di Nigeria. Data Sekunder yang meliputi
jangka waktu enam (6) tahun (2010-2015) digunakan untuk penelitian ini dan data yang
bersumber dari diaudit laporan tahunan perusahaan sampel. Regresi menggunakan
metode kuadrat terkecil biasa estimasi (OLS) dan korelasi diadopsi sebagai teknik analisis
data untuk penelitian.

10
BAB III

HASIL DAN KESIMPULAN

3.1 Hasil & Kesimpulan

Studi ini meneliti secara empiris hubungan antara kualitas audit dan audit fee serta faktor-
faktor terkait lainnya termasuk masa audit, ukuran klien dan rasio leverage. Menggunakan
data dari empat (4) dikutip perusahaan semen manufaktur di Nigeria antara 2010 dan
2015, hasil mengungkapkan bahwa hubungan tersebut tidak eksis. kualitas audit
ditemukan secara signifikan terkait dengan biaya audit dengan hubungan yang positif.
Hubungan positif menunjukkan bahwa kualitas audit tergantung pada biaya audit; semakin
tinggi biaya audit, lebih kualitatif dan handal pekerjaan audit akan. Untuk tujuan ini, studi
ini menyimpulkan bahwa kualitas audit dan fee audit secara positif dan secara signifikan
terkait. Ini menguatkan temuan dari Husam, et al ( 2013), Novie (2013) dan Babatolu et al
( 2016). Selain itu, sementara masa audit ditemukan menunjukkan hubungan positif tetapi
tidak signifikan dengan kualitas audit, ukuran klien dan rasio leverage yang ditemukan
untuk menunjukkan hubungan signifikan negatif dengan kualitas audit. Temuan ini
konsisten dengan karya-karya Yuniarti (2011) dan Listya et al ( 2014). Di lain untuk
meningkatkan kualitas audit dari perusahaan manufaktur di Nigeria, terutama dalam
perusahaan semen manufaktur, penelitian ini merekomendasikan bahwa Pemerintah
melalui berbagai badan profesional harus mengembangkan kebijakan yang kuat yang
akan membantu meningkatkan kualitas audit di Nigeria. Selain itu, standar yang terdefinisi
dengan baik sanksi hukum harus diletakkan di tempat untuk mengatur biaya audit dan
kepemilikan auditor di Nigeria. Auditor harus juga memastikan bahwa kualitas laporan
keuangan yang telah diaudit yang diperbaiki di lain untuk meningkatkan kepercayaan
pengguna laporan keuangan dan masyarakat umum. Selain itu, perusahaan harus
memastikan bahwa rasio utang-untuk-ekuitas bisnis yang dijaga serendah mungkin agar
tidak merusak pada kualitas audit yang dilakukan.

11

Anda mungkin juga menyukai