Anda di halaman 1dari 62

PERATURAN PERUSAHAAN

PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk.


TAHUN 2019 – 2021

BAB I
UMUM

PASAL 1
PENGERTIAN ISTILAH

Dalam peraturan Perusahaan ini yang di maksud dengan:

1. PERUSAHAAN
Adalah badan usaha PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk., berkedudukan di
Tangerang, yang didirikan menjadi badan hukum berdasarkan Akta No.21
Tanggal 22 Februari 1989, dibuat dihadapan Gde Kertayasa, S.H., Notaris
di Jakarta dan disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman No.C2-7158.HT.01.01.TH 89 Tanggal 7 Agustus 1989,
dengan Akta Pernyataan Sebagian Keputusan Rapat No. 61 tanggal 22
Juni 2015, yang dibuat di hadapan Sriwi Bawana Nawaksari, S.H. MKn,
Notaris di Kabupaten Tangerang, akta mana telah memperoleh
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana
ternyata dalam Surat Penerimaan Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-
AH.01.03-0950538 tanggal 10 Juli 2015 dan terdaftar di Daftar Perseroan
No. AHU-3532200.AH.01.11. Tahun 2015 tanggal 10 Juli 2015.

1
2. DIREKSI
Adalah direksi Perseroan yang terdiri dari Direktur-Direktur yang diangkat
dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan
bertanggung jawab kepada RUPS.

3. MANAJEMEN
Adalah para pimpinan eksekutif Perusahaan yang karena tugasnya
diberikan kewenangan untuk memimpin, mengelola unit kerja dan
menjalankan Perusahaan.

4. ATASAN LANGSUNG
Adalah Karyawan yang karena jabatannya mempunyai tanggung jawab
penugasan, pembinaan, dan pengawasan secara langsung terhadap
Karyawan di bagiannya.

5. KARYAWAN
Adalah orang yang mempunyai hubungan kerja dengan Perusahaan dan
menerima Upah serta telah terdaftar sebagai Karyawan dan memiliki
Nomor Induk Karyawan.

6. KELUARGA KARYAWAN
Adalah seorang istri atau suami yang sah secara hukum, 3 (tiga) orang
anak yang sah secara hukum dan/atau anak angkat yang telah disahkan
dengan putusan pengadilan negeri, dengan syarat :
a. anak masih sekolah, belum menikah dan/atau berumur maksimal 21
(dua puluh satu) tahun; dan
b. seorang istri atau suami yang sah secara hukum dan anak terdaftar di
personalia Perusahaan.

2
7. AHLI WARIS
Adalah anggota keluarga yang secara hukum otomatis menjadi ahli waris
dan/atau orang yang diangkat secara sah menurut hukum oleh Karyawan
dan sudah didaftarkan di personalia Perusahaan sebagai ahli waris dalam
hal terjadinya kematian Karyawan.

8. LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada dibawah
penguasaan dan pengawasan Perusahaan yang digunakan untuk
menunjang kegiatan usaha Perusahaan.

9. PERATURAN PERUSAHAAN
Adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib Perusahaan.

10. ASET PERUSAHAAN


Adalah segala barang, benda, maupun alat-alat yang dimiliki maupun
berada di dalam penguasaan Perusahaan yang dipergunakan dalam
bekerja dan/atau dipercayakan kepada Karyawan.

11. PEKERJAAN
Adalah kegiatan yang dijalankan oleh Karyawan untuk kepentingan
Perusahaan dalam suatu hubungan kerja dengan mendapat Upah.

12. JAM KERJA


Adalah waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

3
13. JADWAL KERJA (SHIFT)
Adalah waktu kerja Karyawan secara bergilir menurut jadwal yang di
tetapkan secara teratur dengan lamanya waktu kerja yang sama setiap
hari dan hari istirahat tidak harus jatuh pada hari yang sama dengan hari
istirahat Karyawan lain.

14. HARI LIBUR


Adalah hari istirahat mingguan dan/atau hari Libur yang ditetapkan oleh
pemerintah.

15. JAM ISTIRAHAT


Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut
tidak termasuk jam kerja.

16. MANGKIR
Adalah tidak hadir atau tidak masuk kerja tanpa alasan dan keterangan
secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah yang dapat
dipertanggungjawabkan.

17. TEMPAT KERJA


Adalah lingkungan pelaksanaan kerja yang meliputi namun tidak terbatas
tempat kegiatan maupun area kantor, gudang, atau toko dan tempat-
tempat lain yang ditunjuk oleh Perusahaan.

18. KECELAKAAN KERJA


Adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
dan /atau sebaliknya melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
4
19. UPAH
Adalah hak Karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari Perusahaan kepada Karyawan atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan; yang Upah tersebut terdiri
dari komponen Upah Pokok dan Tunjangan Tetap.

20. UPAH POKOK


Adalah unsur Upah berupa uang yang diterima oleh Karyawan atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan yang didasarkan
atas Grading, sebelum ditambah Tunjangan dan sebelum dipotong Pajak
Penghasilan (PPh 21).

21. TUNJANGAN TETAP


Adalah suatu imbalan yang diterima oleh Karyawan secara tetap
jumlahnya dan teratur pembayarannya yang tidak dikaitkan dengan
kehadiran ataupun pencapaian prestasi kerja tertentu.

22. GRADING
Adalah klasifikasi dan pengelompokkan jabatan terhadap suatu struktur
sesuai dengan kebutuhan Perusahaan.

23. EXCESS CLAIM


Adalah sejumlah kelebihan uang atas pengeluaran biaya pelayanan
kesehatan dari jumlah maksimum manfaat yang berlaku atas seorang
karyawan/tanggungan atau suatu jumlah biaya pelayanan kesehatan yang
tidak termasuk yang dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan dan atau perusahaan asuransi yang ditunjuk.

5
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari Peraturan Perusahaan ini adalah untuk menciptakan
hubungan kerja yang baik, mengatur kewajiban dan hak Karyawan terhadap
Perusahaan ataupun sebaliknya sehingga terwujud ketenangan kerja dan
produktivitas kerja maksimal yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

PASAL 3
RUANG LINGKUP

1. Peraturan Perusahaan ini berlaku di PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Baik
di Kantor Pusat maupun di cabang – cabang Perusahaan seluruh
Indonesia.

2. Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi seluruh Karyawan PT. Sumber


Alfaria Trijaya, Tbk. Baik yang ada di Kantor Pusat maupun di cabang –
cabang Perusahaan seluruh Indonesia.

BAB II
HUBUNGAN KERJA

PASAL 4
PENERIMAAN KARYAWAN

1. Penerimaan Karyawan baru sepenuhnya adalah hak dan wewenang


penuh Perusahaan yang didasarkan atas kebutuhan organisasi dan
perencanaan ketenagakerjaan Perusahaan.

6
2. Sebelum diterima sebagai Karyawan, maka semua calon Karyawan harus
melalui prosedur penerimaan Karyawan yang berlaku.

3. Syarat-syarat umum pelamar adalah:


a. Warga Negara Indonesia;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. berusia minimal 18 tahun;
d. memenuhi kualifikasi yang ditentukan Perusahaan;
e. tidak terlibat kegiatan/ keanggotaan organisasi terlarang;
f. berkelakuan baik;
g. tidak terkait dalam hubungan kerja dengan pihak lain; dan
h. bersedia menaati Peraturan Perusahaan.

PASAL 5
STATUS KARYAWAN

1. Karyawan Tetap adalah Karyawan yang bekerja berdasarkan Perjanjian


Kerja Waktu Tidak Tertentu dan telah menjalani masa percobaan paling
lama 3 (tiga) bulan serta dianggap telah memenuhi kualifikasi yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan sehingga diangkat menjadi Karyawan Tetap.

2. Disadari akan pentingnya masa penyesuaian sebelum seorang Karyawan


diangkat menjadi Karyawan Tetap oleh karena itu disepakati adanya:
a. Masa percobaan untuk masa kerja paling lama 3 (tiga) bulan yang
merupakan masa penyesuaian bagi Karyawan untuk ditetapkan
sebagai Karyawan Tetap;
b. Hubungan kerja selama masa percobaan tersebut dapat diputuskan
oleh masing-masing pihak baik Pengusaha maupun Karyawan dan
7
berlaku setiap saat tanpa ada ikatan apapun;
c. Perusahaan akan membayar Upah selama Karyawan tersebut
melakukan pekerjaannya;
d. Atasan Langsung melakukan penilaian dalam masa percobaan;
e. Seorang Karyawan dapat diangkat menjadi Karyawan Tetap jika
menunjukkan prestasi kerja sesuai dengan yang ditetapkan;
f. Setelah masa percobaan selesai dan Karyawan menunjukkan
prestasi kerja sesuai dengan yang diharapkan maka Perusahaan
memberikan surat pengangkatan sebagai Karyawan Tetap dan masa
percobaan diperhitungkan dalam perhitungan masa kerja Karyawan.
g. Penerbitan SK pengangkatan maksimal 1 bulan setelah selesainya
masa percobaan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

3. Karyawan Tidak Tetap adalah Karyawan yang dipekerjakan untuk waktu


tertentu atau pekerjaan tertentu berdasarkan suatu Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu.

4. Dalam hal yang amat khusus (bila diperlukan), pengusaha dapat


mempekerjakan pekerja tidak tetap yaitu pekerja harian lepas dan/atau
pekerja borongan, untuk penyelesaian tugas yang sifatnya insidentil/
sementara dan/ atau mendesak, dimana hubungan dan syarat-syarat
kerjanya diatur dengan berpedoman pada peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

8
PASAL 6
MUTASI

1. Berdasarkan kepentingan dan perkembangan, Perusahaan memiliki


kewenangan dan berhak mengatur pemindahan kerja (Mutasi) Karyawan
antar lokasi kerja, antar unit kerja, antar departemen, antar jabatan
dengan tidak mengurangi hak-hak yang diterimanya.

2. Dalam hal Mutasi, Perusahaan senantiasa memperhatikan kesanggupan


Karyawan dan sedapat mungkin mempertimbangkan keinginan
Karyawan, namun demikian kepentingan Perusahaan tetap diutamakan.

3. Mutasi Karyawan dapat dilakukan antara lain disebabkan oleh hal-hal


sebagai berikut :
a. kemampuan dan pengalaman Karyawan yang dianggap sesuai
dengan tempat yang dituju;
b. bertambah atau berkurangnya volume Pekerjaan;
c. berubahnya formasi atau susunan struktur organisasi;
d. anjuran dokter sehubungan dengan kondisi kesehatan fisik atau
mental Karyawan yang tidak memungkinkan untuk bekerja pada
tempat atau jabatan yang didudukinya;
e. permohonan dari Karyawan, sejauh dapat dilaksanakan sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan Perusahaan;
f. keputusan-keputusan lain menyangkut perubahan kebijakan
Perusahaan.

4. Mutasi Karyawan dapat berakibat perubahan status, pangkat atau jabatan


dan fasilitas Karyawan yang bersangkutan, namun penurunan Upah
Pokok tidak diperkenankan.
9
5. Setiap Karyawan dapat mengajukan permohonan Mutasi pada bagian
personalia di kantor pusat atau cabang, dengan mendapat persetujuan
Atasan Langsung minimal setingkat Manager. Bagian personalia akan
mengirim data Karyawan yang bersangkutan bersama permohonan
Mutasi ke bagian personalia kantor pusat atau cabang lainnya.

6. Permohonan Mutasi Karyawan harus ada kesepakatan antara Atasan


Langsung pemohon dan calon Atasan Langsung pemohon. Mutasi
dilaksanakan setelah ada surat Mutasi yang dikeluarkan oleh personalia
Perusahaan.

7. Seorang Karyawan yang dimutasikan, masa kerja yang telah dilaluinya


tetap diperhitungkan.

8. Karyawan yang dimutasikan karena kebutuhan Perusahaan maka


Perusahaan menanggung biaya-biaya sebagaimana diatur di dalam Surat
Keputusan Direksi dan/atau Standard Operating Procedure.

9. Apabila Karyawan dimutasi karena keinginan Karyawan sendiri maka


Perusahaan tidak menanggung biaya-biaya apapun yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan mutasi tersebut.

10. Keputusan mutasi Karyawan diserahkan pada keputusan


manajemen/Perusahaan.

11. Informasi mutasi diberitahukan 1 bulan sebelum pelaksanaan mutasi,


kecuali ada suatu hal yang mendesak menurut pertimbangan perusahaan.

10
PASAL 7
PROMOSI

1. Kesempatan pengisian lowongan jabatan yang lebih tinggi diprioritaskan


bagi Karyawan dari Lingkungan Perusahaan yang memiliki potensi dan
persyaratan yang sesuai dengan jabatan tersebut.

2. Karyawan yang mendapatkan Promosi Jabatan wajib mengikuti ketentuan


berikut:
a. Karyawan akan mengikuti program pengembangan (development
program) dengan ketentuan berikut :

Level Jabatan Tujuan Durasi Development Program


Staff 4 bulan
Officer 4 bulan
Coordinator 6 bulan
Junior Manager 9 bulan

Senior Manager 12 bulan


b. Karyawan lulus development program dibuktikan dengan Surat Tanda
Lulus.
c. Pelaksanaan development program diatur lebih lanjut di dalam Memo
Internal dan/atau Standard Operating Procedure (SOP).
d. Sesuai dengan kebutuhan (MPP).
e. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Promosi Jabatan.

3. Karyawan yang tengah menjalani masa berlakunya Surat Peringatan tidak


berhak untuk dipromosikan.

11
PASAL 8
DEMOSI

1. Perusahaan dapat menurunkan Grading atau mencabut jabatan


Karyawan ke posisi atau kedudukan yang lebih rendah maupun paling
rendah, dengan pertimbangan :
a. Karyawan tersebut sudah tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat
lagi untuk menduduki posisi jabatan tersebut berdasarkan evaluasi
kerja Karyawan yang bersangkutan;
b. Tidak tersedianya formasi untuk jabatan pada struktur organisasi
Perusahaan dalam hal Karyawan yang bersangkutan dimutasikan ke
departemen atau divisi lain;
c. Perusahaan memandang Karyawan melakukan
kesalahan/pelanggaran sehingga dapat diturunkan jabatannya.

2. Pelaksanaan penurunan level atau pencabutan jabatan tersebut


ditetapkan dengan Surat Keputusan dan diberitahukan kepada Karyawan
yang bersangkutan minimal 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan
penurunan atau pencabutan tersebut.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN

PASAL 9
HAK DAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN

1. HAK PERUSAHAAN:
Perusahaan berhak untuk mengelola, menjalankan dan mengembangkan
usaha - usahanya termasuk Karyawan sesuai dengan kebijakan

12
Perusahaan dengan tetap mengindahkan ketentuan – ketentuan dalam
peraturan Perusahaan dan sesuai dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku.

2. KEWAJIBAN PERUSAHAAN:
Perusahaan melalui pejabat-pejabatnya akan menempatkan dan
mengembangkan Karyawan sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan
yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan Perusahaan serta memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

PASAL 10
HAK DAN KEWAJIBAN KARYAWAN

1. HAK KARYAWAN:
a. Mendapat imbalan berupa Upah sesuai dengan pekerjaan dan
tanggung jawabnya.
b. Mendapat waktu dan hari istirahat kerja serta cuti.
c. Diikutsertakan dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan yang programnya meliputi jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua, dan jaminan pensiun.
d. Diikutsertakan dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan.

2. KEWAJIBAN KARYAWAN:
a. Melaksanakan dengan segala kemampuan semua Pekerjaan, tugas-
tugas dan petunjuk dan instruksi kerja yang diberikan oleh
Perusahaan melalui Atasan Langsung dan/atau Standard Operating
Procedure (SOP) dengan tetap memperhatikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K 3).
13
b. Menaati Peraturan Perusahaan.
c. Bekerja dengan giat, jujur, tertib, tepat waktu, teliti dan senantiasa
berhati-hati.
d. Menjaga dan melindungi dengan baik semua peralatan kerja dan Aset
Perusahaan yang dipergunakan dalam bekerja dan/atau yang
dipercayakan kepadanya. Kerusakan dan kehilangan barang
dikarenakan kelalaiannya, diberikan sanksi dapat berupa Surat
Peringatan serta wajib untuk menggantinya jika yang bersangkutan
terbukti bersalah.
e. Menjaga kesehatan, kebersihan dan kerapihan baik dirinya maupun
Tempat Kerja masing-masing serta Lingkungan Perusahaan.
f. Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai Pekerjaan
kepada Perusahaan dalam hubungan dengan pekerjaannya.
g. Menjaga dan menyimpan semua keterangan dan dokumen yang
memang harus dirahasiakan karena jabatannya.
h. Mengikuti prosedur keamanan dan keselamatan kerja yang berlaku di
Perusahaan.
i. Bersikap sopan di Lingkungan Perusahaan, baik tutur kata maupun
perbuatannya.
j. Berkelakukan baik, baik di dalam maupun di luar Perusahaan.
k. Menjaga nama baik Perusahaan.
l. Menjaga nama baik dan kehormatan diri sendiri, konsumen/ calon
konsumen, relasi, tamu Perusahaan berikut semua pihak yang terkait
dengan Perusahaan dalam melaksanakan Pekerjaan.
m. Bersedia sewaktu-waktu diperiksa di dalam dan di luar Perusahaan
apabila diperlukan.
n. Menjaga suasana kerja yang harmonis di lingkungan kerjanya
masing-masing.

14
o. Melaporkan dengan segera mengenai perubahan status keadaan
keluarganya (menikah, melahirkan, memiliki anak, meninggal,
bercerai, maupun perubahan tempat tinggal) kepada personalia,
paling lambat 1 (satu) bulan sejak perubahan.
p. Bertanggung jawab terhadap tugas Pekerjaan yang dilakukan,
maupun yang pernah dilakukan dan tanggung jawab tersebut tetap
mengikat meskipun Karyawan tersebut sudah dimutasi ataupun
promosi.
q. Melaksanakan Pekerjaannya secara mandiri di dalam konteks
koordinasi kerja.
r. Terkait dengan pengelolaan asset dan barang yang menjadi tanggung
jawab Karyawan baik dalam rangka pengelolaan proses kerja ataupun
dalam pengawasannya dan apabila terjadi kehilangan dan/atau
kerusakan dalam kegiatan tersebut maka akan menjadi beban
Karyawan (nota selisih barang) dalam lingkup proses kerja masing-
masing. Ketentuan ini akan dituangkan lebih lanjut dalam Standard
Operating Procedure (SOP).
s. Membayar ganti rugi yang timbul akibat kesalahan/ kelalaian/
ketidaktelitian Karyawan baik sengaja maupun tidak sengaja,
dilakukan sendiri/ bersama-sama yang menyebabkan hilangnya
barang dan/atau rusaknya seluruh dan/atau sebagian aset
Perusahaan maupun kerugian lainnya yang timbul.
t. Membayar Excess Claim yang timbul akibat rawat inap yang melebihi
limit tanggungan rawat inap Karyawan dan tanggungannya.
u. Memberikan kewenangan, otoritas, hak, dan kuasa khusus kepada
Perusahaan untuk memperhitungkan dan/atau memotong Upah
bulanan dan/atau hak-hak finansial lainnya yang diterima Karyawan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Perusahaan apabila
Karyawan mempunyai hutang dan/atau kewajiban finansial yang
15
timbul karena ketentuan huruf r dan/atau huruf s dan/atau huruf t
Pasal ini, dengan ketentuan bahwa jumlah seluruh dan segala bentuk
potongan perbulan terhadap Upah bulanan Karyawan tidak boleh
melebihi 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah seluruh Upah
perbulan.
v. Setiap Karyawan yang melakukan aktifitas di social media akun
Alfamart, wajib menaati ketentuan yang telah ditetapkan oleh Surat
Keputusan Direksi.

BAB IV
HARI DAN JAM KERJA SERTA KERJA LEMBUR

PASAL 11
HARI DAN JAM KERJA

1. Waktu kerja adalah 40 (empat puluh) jam seminggu yang pelaksanaannya


diatur tersendiri sesuai dengan kebutuhan operasional Perusahaan
dengan jam istirahat selama 1 (satu) jam sehari.

2. Ketentuan Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak


berlaku bagi pekerjaan tertentu, yang karena sifat pekerjaanya tidak dapat
diterapkan jam kerja sesuai dengan ayat (1).

3. Ketentuan mengenai waktu kerja bagi pekerjaan tertentu sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) akan diatur dalam Standar Operating Prosedur
(SOP), dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

16
4. Bagi Karyawan shift, hari kerja dan jam kerjanya diatur secara tersendiri.
Pembagian hari kerja dan shift kerja disesuaikan dengan kebutuhan,
dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

5. Hari kerja Unit Kerja per lokasi:


a. Hari Kerja Karyawan kantor adalah 5 hari kerja dan 2 hari libur.
b. Hari Kerja Karyawan operasional gudang adalah 6 hari kerja dan 1
hari libur.
c. Hari Kerja Karyawan operasional toko diserahkan pada operasional
toko dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Apabila dipandang perlu dikarenakan keadaan yang memaksa ataupun


terjadi sesuatu hal maka Perusahaan dapat merubah hari dan jam kerja
tersebut dengan tetap mengacu pada peraturan perundangan yang
berlaku.

PASAL 12
KERJA LEMBUR

1. Kerja lembur adalah setiap pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja
yang telah ditetapkan.

2. Kerja lembur sifatnya adalah sukarela dan dilakukan untuk pekerjaan-


pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan mengakibatkan bahaya
bagi kesehatan dan/atau keselamatan orang, akan membahayakan
dan/atau menimbulkan kerugian bagi Perusahaan dan/atau masyarakat,
dan dalam hal kondisi darurat atau mendesak.

3. Perhitungan Upah lembur sesuai dengan peraturan perundang-undangan


17
yang berlaku.

4. Surat perintah lembur yang disetujui Atasan Langsung minimal setingkat


manager serta bukti hadir merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk dapat dibayarkannya Upah lembur.

5. Perjalanan dinas yang dilakukan pada hari libur/ di luar jam kerja tidak
dapat diperhitungkan sebagai Kerja Lembur, karena perjalanan dinas
tersebut memiliki ketentuan tersendiri.

6. Tidak termasuk dalam ketentuan Kerja Lembur ini adalah penyelesaian


Pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi tanggung jawab Pekerjaan
yang tidak selesai pada waktu yang telah ditentukan karena kelalaian
Karyawan.

7. Karyawan yang berhak mendapatkan Upah Lembur adalah karyawan


dengan grade 1-4.

8. Karyawan grade 5-10 yang berhak mendapatkan insentif kerja tambahan


dan lebih lanjut diatur dalam SOP.

BAB V
HARI LIBUR, CUTI DAN IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN

PASAL 13
HARI LIBUR PERUSAHAAN

1. Hari libur yang diakui oleh Perusahaan adalah hari libur resmi yang
ditetapkan oleh pemerintah setiap tahunnya.

18
2. Hari libur mingguan bagi Karyawan unit kerja operasional tidak wajib jatuh
pada setiap hari Sabtu/Minggu, akan tetapi dapat dialihkan pada hari
lainnya sesuai dengan kebutuhan Perusahaan.

PASAL 14
CUTI TAHUNAN

1. Karyawan berhak atas cuti tahunan setiap kali setelah mempunyai masa
kerja 12 (dua belas) bulan berturut-turut sebanyak 12 (dua belas) hari
kerja dengan mendapatkan upah penuh.

2. Mengingat kepentingan Perusahaan, Manajemen dan/atau koordinator


dapat mengatur pengambilan Cuti Tahunan Karyawan dan tambahannya
sehingga tidak mengganggu operasional Perusahaan.

3. Bagi Karyawan yang hak cutinya belum diambil, baik karena alasan
sendiri atau karena alasan penundaan dan permintaan oleh Perusahaan
sampai dengan bulan Desember tahun berjalan, diberi kesempatan untuk
mengambil cuti tersebut sampai selambat-lambatnya bulan ke 3 (tiga)
tahun berikutnya dengan mengajukan permohonan secara tertulis/aplikasi
online.

4. Di Bulan Desember Perusahaan akan memberitahukan kepada Karyawan


mengenai sisa cuti yang akan gugur bila tidak dipergunakan hingga bulan
Maret tahun berjalan.

5. Cuti bersama yang ditetapkan oleh Pemerintah diperhitungkan dengan


mengurangi hak Cuti Tahunan.
19
6. Karyawan dengan masa kerja lebih dari 5 (lima) tahun dan kelipatannya
akan mendapatkan cuti tambahan selama 5 (lima) hari kerja hanya di
tahun berikutnya. Sedemikian Karyawan yang berhak atas cuti tambahan
pada tahun ke-enam memiliki total cuti selama 17 hari kerja.

7. Cuti Tahunan dan cuti tambahan tidak dapat diuangkan.

8. Bagi Karyawan yang akan menggunakan cuti tahunannya harus


mengajukan permohonan melalui aplikasi cuti online minimal 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan cutinya.

9. Karyawan yang tidak hadir pada hari kerjanya tanpa ijin atau tanpa
memberitahukan atasannya, dianggap tidak hadir tanpa ijin/ mangkir dan
dapat diberi surat peringatan. Jumlah hari ketidakhadiran karena mangkir
akan mengurangi sisa cuti tahunan.

10. Karyawan wajib melakukan konfirmasi kehadiran di Aplikasi online,


apabila Karyawan tidak memiliki bukti kehadiran secara lengkap (jam
kedatangan/masuk dan jam kepulangan/keluar) maksimal tanggal 5 di
bulan berikutnya. Jika tidak ada konfirmasi kehadiran sesuai batas waktu
yang di tentukan maka akan diperhitungkan dengan hak cuti tahunan.

11. Akumulasi keterlambatan dan/atau kekurangan jam kerja Karyawan akan


diperhitungkan untuk mengurangi Cuti Tahunan (480 menit keterlambatan
dan/atau kekurangan jam kerja akan mengurangi 1 hari Cuti tahunan dan
akumulasi seterusnya).

20
PASAL 15
ISTIRAHAT HAID, MELAHIRKAN, DAN KEGUGURAN

1. Karyawan wanita pada hari pertama dan kedua waktu haid merasakan
sakit, diperbolehkan untuk tidak masuk bekerja dengan sepengetahuan
dan seijin atasan yang berwenang dan menyertakan surat dokter.

2. Setiap Karyawan wanita hamil berhak atas istirahat melahirkan selama 1


½ (satu setengah) bulan berturut-turut sebelum melahirkan dan 1 ½ (satu
setengah) bulan berturut-turut sesudah melahirkan dengan mendapatkan
Upah penuh.

3. Setiap Karyawan wanita yang hendak mengambil istirahat melahirkan


berkewajiban :
a. Menyampaikan surat permohonan yang disertai surat keterangan dari
dokter atau bidan kepada personalia Perusahaan selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan istirahat melahirkan;
b. Menyerahkan fotokopi akte kelahiran anak yang lahir kepada
personalia Perusahaan selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari
terhitung sejak kelahiran.

4. Setiap karyawan wanita hamil berhak atas istirahat akibat keguguran


selama 1,5 (satu setengah) bulan berturut-turut sesudah mengalami
keguguran dengan mendapatkan upah penuh dengan menyertakan surat
keterangan dari dokter.

21
PASAL 16
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPATKAN UPAH

1. Karyawan dapat diberikan ijin meninggalkan pekerjaan dengan


mendapatkan Upah jika alasan-alasan yang harus diajukan sebelumnya
dapat diterima oleh Perusahaan. Dalam keadaan mendesak alasan-
alasan tersebut dapat diajukan sesudahnya.

2. Karyawan yang berhak mendapatkan ijin meninggalkan pekerjaan dengan


mendapat Upah atas kepentingan :
a. Pernikahan Karyawan sendiri 3 hari
b. Karyawan menikahkan anaknya 2 hari
c. Pengkhitanan anak 2 hari
d. Baptis/ permandian bagi Karyawan dan/atau keluarga 2 hari
intinya
e. Potong gigi bagi Karyawan dan/atau keluarga intinya 2 hari
yang beragama Hindu
f. Istri sah Karyawan melahirkan/keguguran kandungan 2 hari
g. Korban banjir/kebakaran dan bencana alam 2 hari
h. Keluarga Karyawan (istri/suami, anak, orang tua/ 2 hari
mertua Karyawan) meninggal dunia
i. Saudara sekandung Karyawan meninggal dunia 2 hari
j. Saudara ipar Karyawan meninggal dunia 1 hari
k. Orang serumah Karyawan meninggal 1 hari
l. Dalam kasus gawat darurat (dikuatkan dengan surat 1 hari
keterangan dari Rumah Sakit) Karyawan diberikan ijin
mengantar keluarga ke Rumah Sakit

22
3. Pengambilan hak atas Ijin Meninggalkan Pekerjaan dengan Mendapat
Upah sebagaimana disebut ayat (2) Pasal ini, hanya dapat diambil pada
saat peristiwa itu terjadi, kecuali ayat (2) huruf a, pengambilan hak dapat
dilakukan pada saat akad nikah atau resepsi pernikahan.

4. Karyawan minimal 1 (satu) tahun dapat mengambil ijin meninggalkan


pekerjaan untuk keperluan menunaikan ibadah atau agamanya dengan
menunjukkan ke Perusahaan bukti-bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan mendapat Upah penuh, dengan
ketentuan:
a. Lama ijin tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang diperkuat oleh
bukti/keterangan sah dari Kementerian Agama.
b. Maksimal pengambilan ijin ini hanya 1 (satu) kali dalam masa kerja.
c. Ijin diajukan 3 (tiga) bulan sebelumnya dengan mengajukan dokumen
pendukung yang sah paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
pelaksanaan ijin.
d. Pelaksanaan izin ibadah keagamaan dimulai 1 (satu) hari sebelum
tanggal resmi keberangkatan dan pekerja yang bersangkutan wajib
masuk bekerja kembali paling lambat 1 (satu) hari setelah tanggal
kepulangan ibadah keagamaan dan/atau dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan pemerintah.
e. Ibadah keagamaan yang dimaksud adalah ibadah Haji atau Umroh
bagi yang beragama Islam atau ibadah bagi agama lainnya yang
dilaksanakan di luar negeri.

23
PASAL 17
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN TANPA UPAH

1. Karyawan dapat mengajukan permohonan untuk meninggalkan Pekerjaan


paling lama selama 12 (dua belas) bulan untuk melaksanakan pendidikan
atas biaya sendiri atau beasiswa. Atas permohonan ini Perusahaan
berhak dan berwenang untuk menolak permohonan Karyawan tersebut.

2. Permohonan wajib disampaikan kepada Perusahaan paling lambat 30


(tiga puluh) hari sebelum tanggal efektif Karyawan mengambil ijin.

3. Setelah masa ijin berakhir, Karyawan dapat kembali bekerja dengan


jabatan dan tempat kerja yang disesuaikan dengan kondisi saat itu.

4. Ijin sebagaimana disebut pada ayat (1) Pasal ini merupakan ijin
meninggalkan pekerjaan tanpa mendapatkan Upah.

BAB VI
PENGUPAHAN DAN PENILAIAN HASIL KERJA

PASAL 18
PENGUPAHAN

1. Upah diberikan kepada Karyawan selama terjadinya hubungan kerja,


yang komponen Upah tersebut terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan
Tetap.

24
2. Besaran Upah ditentukan Grading dan/atau jabatan Karyawan dan Upah
terendah tidak lebih kecil dari Upah Minimum yang ditentukan Pemerintah
Republik Indonesia.

3. Karyawan menerima Upah yang dibayarkan dalam mata uang Rupiah


setiap akhir bulan melalui bank yang ditunjuk oleh Perusahaan.

4. Karyawan berkewajiban membuka rekening dengan biaya sendiri di bank


yang ditunjuk Perusahaan untuk pembayaran Upah dan menanggung
beban administrasi bulanan atas rekening tersebut.

5. Upah yang diterima Karyawan akan dipotong untuk Tunjangan Hari Tua
(THT), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan
Pensiun serta Pajak Penghasilan (Pph 21) sesuai ketentuan berlaku.

6. Atas pembayaran Upah, Perusahaan akan mengirimkan bukti


pembayaran upah atau slip upah melalui email pribadi karyawan.

7. Apabila Karyawan mangkir, maka Upahnya tidak dibayar sejumlah hari


mangkirnya.

8. Perusahaan memberikan Tunjangan Tetap berupa Tunjangan Uang


Makan yang diberikan dalam bentuk uang yang jumlahnya sama tiap
bulannya.

9. Karyawan yang memiliki jabatan tertentu di dalam Perusahaan akan


memperoleh Tunjangan Jabatan. Apabila Karyawan tidak lagi memangku
jabatan tersebut, maka Tunjangan Jabatannya secara otomatis akan
hilang dengan sendirinya.
25
10. Besaran Tunjangan Makan dan Tunjangan Jabatan ditentukan tersendiri
dengan didasarkan Surat Keputusan Direksi.

PASAL 19
PENINJAUAN UPAH SECARA BERKALA

Perusahaan akan melakukan peninjauan kembali Upah Pokok Karyawan yang


dilakukan secara berkala di bulan Januari, dengan didasarkan produktivitas
dan kemampuan Perusahaan.

PASAL 20
FORCE MAJEURE

Apabila terjadi gejolak inflasi diluar dari kondisi normal dengan parameter
indeks Biro Pusat Statistik telah mencapai 35% (tiga puluh lima persen),
Perusahaan akan mengadakan rapat dalam rangka menentukan langkah-
langkah yang akan diambil oleh Perusahaan.

PASAL 21
TUNJANGAN HARI RAYA (THR)

1. Tunjangan Hari Raya diberikan kepada Karyawan paling lambat 7 (tujuh)


hari kerja sebelum Hari Raya Keagamaan.

2. Karyawan yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan tetapi kurang dari
12 (dua belas) bulan secara terus menerus diberikan THR secara
proporsional dengan masa kerja yakni dengan perhitungan jumlah masa
kerja dikali 1 (satu) bulan upah dibagi 12 (dua belas).

26
3. Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan atau
lebih akan diberikan THR sebesar 1 (satu) bulan Upah.

4. Karyawan yang hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja waktu


tidak tertentu dan mengalami pemutusan hubungan kerja terhitung sejak
30 (tiga puluh) hari sebelum hari raya keagamaan, berhak atas THR
Keagamaan.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak berlaku bagi


karyawan yang hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja waktu
tertentu, yang berakhir sebelum hari raya keagamaan.

PASAL 22
UPAH SELAMA SAKIT

1. Dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan, Karyawan


yang tidak masuk kerja karena sakit yang cukup lama dan terus menerus
tetap berhak atas Upah dengan ketentuan sebagai berikut :
Masa / Lamanya Sakit Upah Yang diberikan
Untuk 4 (empat) bulan pertama 100% Upah penuh
Untuk 4 (empat) bulan kedua 75% Upah penuh
Untuk 4 (empat) bulan ketiga 50% Upah penuh
Untuk bulan selanjutnya 25% Upah penuh

2. Karyawan yang tidak dapat bekerja lebih dari 1 (satu) tahun penuh secara
terus-menerus atas dasar pertimbangan kesehatan yang dinyatakan oleh
dokter, dapat dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja yang
pelaksanaannya berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
27
3. Karyawan yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat
Kecelakaan Kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah
melampui lebih dari 12 (dua belas) bulan serta atas dasar pertimbangan
kesehatan yang dinyatakan dokter, dapat mengajukan Pemutusan
Hubungan Kerja yang pelaksanaannya berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 23
PENILAIAN HASIL KERJA

1. Penilaian prestasi kerja dilakukan oleh atasan langsung/atasan tidak


langsung pekerja untuk grade tertentu, minimal 1 (satu) kali dalam
setahun menggunakan formulir yang telah ditentukan atau lewat aplikasi
yang diatur dalam SOP.

2. Hasil penilaian prestasi digunakan Perusahaan sebagai bahan


pertimbangan untuk:
a. dasar kenaikan Upah Pokok dan/atau Upah;
b. kepentingan personalia Perusahaan;
c. pemberian penghargaan kepada Karyawan;
d. pengikutsertaan di pelatihan-pelatihan; atau
e. kepentingan lainnya sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan.

3. Penilaian Karyawan dilakukan atasan langsung Karyawan yang


bersangkutan dan diketahui serta disetujui atasan penilai agar tercapai hal
yang obyektif.

4. Human Capital bertanggung jawab atas pengadaan data dan pengarsipan


hasil penilaian Karyawan dari seluruh divisi dan departemen.
28
PASAL 24
PENGHARGAAN

1. Karyawan yang memiliki prestasi tertentu akan mendapatkan


penghargaan dari Perusahaan.

2. Bentuk dan tata cara pemberian Penghargaan akan diatur lebih lanjut
dengan Surat Keputusan Direksi.

BAB VII
KESELAMATAN, KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN KERJA

PASAL 25
SERAGAM KERJA DAN PERLENGKAPAN KERJA

1. Untuk departemen atau bagian tertentu, Perusahaan menyediakan


seragam kerja serta perlengkapan kerja yang jumlah, warna dan jenisnya
ditentukan oleh Perusahaan.

2. Karyawan yang telah menerima seragam kerja tetapi tidak mengenakan


seragam kerja pada waktu dan hari kerja, dapat diminta untuk
meninggalkan tempat kerja dan diperhitungkan mangkir.

3. Seragam dan perlengkapan kerja adalah milik Perusahaan. Apabila


Karyawan mengundurkan diri atau terjadi Pemutusan Hubungan Kerja,
maka seragam dan perlengkapan kerja oleh yang bersangkutan wajib
dikembalikan sesuai dengan yang ditandatangani dalam form penyerahan
barang (Clearence Sheet).
29
PASAL 26
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

1. Perusahaan mengikutkan Karyawan yang berusia dibawah 55 (lima puluh


lima) tahun dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan yang meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja ( JKK )
b. Jaminan Kematian ( JK )
c. Jaminan Hari Tua ( JHT )
d. Jaminan Pensiun (JP)

2. Besaran iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan


setiap bulannya sebesar 9,24% (sembilan koma dua puluh empat persen)
dari Upah Karyawan, dengan pembagian:
a. Karyawan setiap bulannya membayarkan sebesar 3,00% (tiga
persen);
b. Perusahaan membayarkan 6,24% (enam koma dua puluh empat
persen).

3. Perusahaan mengikutsertakan Karyawan dalam program Jaminan


Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

4. Besaran iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan setiap


bulannya sebesar 5,00% (lima persen) dari Upah Karyawan, dengan
pembagian:
a. Karyawan setiap bulannya membayarkan sebesar 1,00% (satu
persen).
b. Perusahaan membayarkan 4,00% (empat persen).
30
5. Karyawan wanita yang telah menikah dianggap sebagai lajang, kecuali
janda dengan tanggungan dan/atau suaminya tidak bekerja secara aktif
dengan mengajukan permohonan tertulis yang dilampiri dengan surat
keterangan yang diketahui oleh serendah-rendahnya Camat dan
mendapatkan persetujuan Direksi terkait.

6. Karyawan yang menikah sesama Karyawan Perusahaan, hanya akan


mendapatkan 1 (satu) jaminan pemeliharaan kesehatan atas nama
Karyawan pria.

PASAL 27
KECELAKAAN KERJA

1. Perusahaan akan menanggung segala biaya perawatan dan ganti rugi


atas Karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan mengakibatkan
cacat fisik tetap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Karyawan yang telah diikutsertakan dalam program Jaminan Kecelakaan


Kerja di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, maka
akan dipertanggungkan lewat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan dan/atau Kesehatan.

PASAL 28
UANG DUKA

Apabila Karyawan meninggal dunia maka Ahli Waris sah yang terdata di
Perusahaan akan mendapatkan :

31
1. Hak-hak Karyawan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Santunan Kematian, Biaya Pemakaman, dan Tunjangan berkala dari
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan/atau BPJS
Kesehatan.

PASAL 29
BANTUAN BENCANA ALAM

1. Perusahaan memberikan Bantuan Bencana Alam kepada Karyawan yang


terkena musibah bencana alam sampai mengakibatkan kehilangan harta
benda.

2. Penilaian atas Karyawan yang berhak menerima bantuan ini akan


ditentukan tim tersendiri yang dibentuk oleh Perusahaan.

3. Maksimum Bantuan Bencana Alam yang diberikan Perusahaan sebesar


Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah); yang besarannnya ditetapkan oleh
Direksi.

PASAL 30
BANTUAN PERNIKAHAN

1. Perusahaan memberikan Bantuan Pernikahan berupa uang untuk 1 (satu)


kali pernikahan pertama Karyawan senilai Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu
rupiah).

32
2. Pernikahan antar Karyawan hanya diberikan Bantuan Pernikahan senilai
Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah).

3. Karyawan dapat mengambil Bantuan Pernikahan ini dengan melampirkan


bukti otentik, selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak tanggal pernikahan.

PASAL 31
HADIAH UNTUK ANAK KARYAWAN YANG BERPRESTASI

1. Perusahaan memberikan Hadiah Untuk Anak Karyawan yang Berprestasi


kepada anak Karyawan yang mendapatkan rangking 1 (satu) sampai
dengan 3 (tiga) pada tingkatan SD, SMP, SMU/SMK, pada masing-
masing cabang dan kantor pusat.
a. Setiap cabang dan kantor pusat mengajukan daftar anak Karyawan
yang memperoleh Hadiah untuk Anak karyawan yang Berprestasi,
dengan batasan maksimal 25 (dua puluh lima) anak Karyawan setiap
cabang maupun kantor pusat.

2. Penentuan jumlah penerima Hadiah untuk Anak karyawan yang


Berprestasi pada setiap tingkatan sekolah adalah 7 banding 3, tujuh untuk
SD dan SMP, tiga untuk SMU/SMK.
3. Besaran nilai Hadiah untuk Anak karyawan yang Berprestasi adalah :
a. SD : @ Rp. 1.000.000/ semester
b. SMP : @ RP. 1.500.000/ semester
c. SMU/SMK : @ RP. 2.000.000/ semester

4. Pelaksanaan dan tata cara pemberian Hadiah untuk Anak karyawan yang
Berprestasi akan dilakukan oleh tim tersendiri yang dibentuk oleh
Perusahaan.
33
PASAL 32
FASILITAS KARYAWAN

Perusahaan menyediakan fasilitas untuk Karyawan sebagai berikut:


1. Tempat ibadah;
2. Olahraga;
3. Koperasi Karyawan.

PASAL 33
BIAYA PERJALANAN DINAS

1. Karyawan yang melakukan perjalanan dinas dalam rangka melaksanakan


tugas Perusahaan keluar kota dengan radius minimal 120 Km (seratus
dua puluh kilometer).

2. Besaran dan tata cara pemberian Biaya Perjalanan Dinas diatur tersendiri
dalam Standard Operating Procedure.

PASAL 34
BANTUAN KARENA DITAHAN PIHAK YANG BERWAJIB

1. Apabila Karyawan ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan


perbuatan pidana, maka Perusahaan tidak berkewajiban membayar
Upah, tetapi wajib memberikan bantuan kepada istri dan anak Karyawan
dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk 1 orang tanggungan 25% Upah
Untuk 2 orang tanggungan 35% Upah
Untuk 3 orang tanggungan 45% Upah
Untuk 4 orang tanggungan atau lebih 50% Upah

34
2. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan untuk paling
lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan oleh
pihak yang berwajib.

3. Apabila lebih dari 6 (enam) bulan sejak hari pertama Karyawan ditahan
oleh pihak yang berwajib belum ada keputusan dan/atau Karyawan tidak
dapat melaksanakan Pekerjaan sebagaimana mestinya, maka
Perusahaan dapat melakukan proses Pemutusan Hubungan Kerja.

PASAL 35
PENSIUN

1. Usia Pensiun adalah 55 (lima puluh lima) tahun, namun apabila karyawan
telah mencapai usia 50 (lima puluh) tahun, Karyawan dapat mengajukan
pensiun dini apabila permohonannya disetujui Perusahaan.

2. Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja karena Pensiun,


Perusahaan memberikan:
a. Jaminan Hari Tua dari Badan Penyelenggara Jaminan
Ketenagakerjaan yang akan diurus Perusahaan;
b. Uang pensiun diberikan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang- undangan;
c. Pemberian kenang-kenangan yang bentuknya akan ditetapkan
tersendiri dalam Surat Keputusan Direksi atau dalam Standard
Operating Procedure (SOP).

35
PASAL 36
PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Program keluarga berencana merupakan salah satu bagian untuk


meningkatkan kesejahteraan Karyawan, untuk itu perlu adanya peran serta
secara aktif dari pihak Karyawan maupun dari pihak Perusahaan. Perusahaan
akan membantu sesuai dengan kemampuan Perusahaan.

BAB VIII
KODE ETIK, TATA TERTIB, DAN DISIPLIN KERJA

PASAL 37
KODE ETIK

Karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya harus mematuhi


Kode Etik sebagai berikut :

1. Selalu melaksanakan seluruh pekerjaannya dengan kejujuran dan


integritas yang tinggi serta melakukan/memutuskan setiap tindakan agar
menjadi tindakan yang terbaik bagi Perusahaan.

2. Selalu memegang teguh rahasia Perusahaan selama bekerja dan setelah


tidak bekerja di Perusahaan.

3. Selalu menjaga diri untuk tidak melakukan korupsi dan mark-up, tidak
menerima komisi atau imbalan atau ucapan terima kasih dalam bentuk
apapun dari pihak ketiga dikarenakan Pekerjaan atau jabatan.

36
4. Selalu menjaga untuk tidak melakukan segala bentuk kegiatan yang dapat
menimbulkan pertentangan (conflict of interest) antara lingkup Pekerjaan
dan tugas kepentingan lainnya. Conflict of interest yang dimaksudkan
adalah adanya hubungan keluarga, hubungan kepemilikan, hubungan
bagi hasil, dan/atau hubungan bernilai ekonomis. Apabila dikemudian hari
timbul adanya kemungkinan conflict of interest maka Karyawan
berkewajiban memberitahu Perusahaan dan perlu mendapat persetujuan
tertulis dari Perusahaan.

5. Selalu bersikap sopan dalam tingkah laku, kata-kata dan perbuatan


terhadap sesama Karyawan, bawahan, atasan, dan/atau kepada pihak
ketiga lainnya.

6. Selalu berusaha mengedepankan penyelesaian masalah dan perselisihan


dengan cara musyawarah mufakat serta menghindari cara-cara yang
bersifat intimidasi, ancaman, provokasi, perseteruan kata-kata maupun
perseteruan fisik.

7. Memberikan seluruh hasil karya cipta selama bekerja di Perusahaan


sebagai hak milik Perusahaan dan bukan milik Karyawan pribadi.

PASAL 38
TATA TERTIB DAN DISIPLIN KERJA

1. Setiap Karyawan yang mendapatkan Seragam Kerja, wajib memakai


Seragam Kerja selama jam kerja sesuai dengan Surat Keputusan
tersebut.

2. Mengingat jenis pekerjaannya, Karyawan operasional memakai sepatu

37
model tertutup dengan benar, rapi, bersih dan tidak menggunakan sepatu
sandal, memakai kaos kaki dan untuk Karyawan wanita tidak boleh
memakai sepatu hak tinggi.

3. Karyawan wajib memulai dan mengakhiri pekerjaan sesuai jam kerja yang
telah ditetapkan Perusahaan. Karyawan harus sudah hadir dan siap
melaksanakan pekerjaan minimal 5 (lima) menit sebelumnya.

4. Setiap Karyawan wajib mengisi tanda hadir dengan sarana atau alat yang
disediakan Perusahaan.

5. Karyawan dilarang mengisikan tanda hadir orang lain atau meminta orang
lain mengisikan tanda hadirnya.

6. Karyawan yang lalai melakukan absensi atau mengisi tanda hadir


dianggap tidak masuk kerja. Kecuali mengisi form yang disediakan dan
diparaf atasan langsung Karyawan serta dikembalikan untuk dicatat oleh
bagian personalia Perusahaan.

7. Terlambat datang bekerja harus dengan alasan yang dapat


dipertangungjawabkan dan dengan mengisi form di bagian personalia
Perusahaan dan diparaf Atasan Langsung Karyawan serta dikembalikan
untuk dicatat oleh bagian personalia Perusahaan.

8. Meninggalkan Pekerjaan sebelum jam kerja selesai, harus seijin atasan


langsung termasuk untuk kepentingan dinas. Dengan mengisi form di
bagian personalia Perusahaan dan diparaf Atasan Langsung Karyawan
serta dikembalikan untuk dicatat oleh bagian personalia Perusahaan.

38
9. Penukaran shift kerja dapat dilakukan hanya setelah mendapat
persetujuan atasan langsung yang kemudian dicatatkan di bagian
personalia Perusahaan.

10. Setiap Karyawan harus berpenampilan rapi, menarik, bersih, sopan,


bersih dan tidak berlebih-lebihan.

11. Karyawan yang bermaksud ijin tidak masuk kerja untuk lebih dari 1 (satu)
hari karena suatu keperluan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari
sebelumnya wajib mengajukan permohonan tertulis dan/atau melalui
online dengan mendapat persetujuan atasan langsung, dan diketahui oleh
bagian personalia Perusahaan.

12. Dalam hal ketidakhadiran di luar rencana, maka Karyawan wajib:


a. Pada hari mulai tidak masuk kerja memberitahukan ke Perusahaan
tentang alasan tidak masuk melalui telepon atau surat; atau
b. Pada hari mulai masuk kembali, Karyawan tersebut wajib
mempertanggung-jawabkan alasan tidak masuk kerja dengan
menyerahkan :
i. Surat Keterangan Dokter disertakan walaupun sakit 1 hari dan
jika tidak ada surat keterangan sakit maka dianggap mangkir dan
memotong cuti tahunan;
ii. Surat panggilan berwajib atau pengadilan, bila alasan karena
dipanggil yang berwajib/ pengadilan atau bukti-bukti sah lainnya.

13. Apabila Karyawan tidak masuk kerja tanpa alasan tertulis dan bukti-bukti
yang sah atau yang dapat diterima Perusahaan, maka Karyawan tersebut
dianggap mangkir.

39
14. Karyawan dapat menerima tamu pribadi di tempat yang disediakan atau
tempat yang tidak mengganggu tempat kerja dengan pembicaraan
seperlunya.

15. Penggunaan telepon Perusahaan hanya untuk kepentingan Perusahaan.

16. Setiap Karyawan wajib menggunakan tanda pengenal.

17. Sesama Karyawan tidak dibenarkan menukar tanda pengenal.

18. Karyawan yang putus hubungan kerjanya wajib mengembalikan kartu


tanda pengenalnya.

19. Karyawan harus memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

20. Dilarang membawa atau memindahkan Aset Perusahaan keluar


Lingkungan Perusahaan tanpa melalui prosedur yang berlaku.

21. Karyawan wajib menjalankan Standard Operating Procedure (SOP) yang


telah ditentukan agar tidak menimbulkan hal-hal yang
membahayakan/merugikan Perusahaan.

22. Karyawan dilarang melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan dalam jam kerja.

23. Karyawan dilarang mempergunakan inventaris maupun Asset


Perusahaan untuk kepentingan pribadi kecuali yang merupakan bagian
dari fasilitas jabatannya.

24. Karyawan bersedia dipindahkan ke kantor pusat, kantor cabang, atau unit

40
kerja lain apabila menikah dengan sesama Karyawan dalam satu lokasi,
cabang, divisi, dan/atau unit kerja.

25. Setiap Karyawan dilarang berkampanye, memakai, mengedarkan,


memberikan, dan/atau membagi-bagikan atribut suatu partai politik di
dalam lingkungan Perusahaan, serta dilarang menggunakan fasilitas
Perusahaan untuk kepentingan suatu partai politik.

26. Pekerja yang seringkali tidak masuk dengan alasan sakit tanpa dapat
membuktikan surat keterangan dokter akan diberikan surat peringatan
dan jika diperlukan dapat dikirim ke dokter yang ditunjuk oleh perusahaan
untuk pemeriksaan berikutnya sebagai bentuk pembuktian.

27. Mencatatkan kehadirannya sebanyak 2 (dua) kali pada saat hadir bekerja
dan pulang bekerja untuk dirinya sendiri dan tidak mewakilkannya kepada
orang lain, atau bahkan mengisi/ mencatatkan kehadiran orang lain.

28. Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan perusahaan agar tetap berjalan


dengan baik, maka karyawan yang mencalonkan diri dalam Pemilihan
umum Legislatif atau Eksekutif wajib mengundurkan diri sejak mendaftar
sebagai calon.

PASAL 39
PERNIKAHAN ANTAR KARYAWAN

Pernikahan antar Karyawan Perusahaan akan diatur lebih lanjut di dalam


Standard Operating Procedure (SOP) dengan berpedoman pada peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

41
BAB IX
SANKSI DAN PERINGATAN

PASAL 40
JENIS SANKSI

1. Setiap Karyawan wajib melaksanakan seluruh ketentuan yang diatur


dalam Peraturan Perusahaan.

2. Setiap Karyawan yang melanggar ketentuan yang telah diatur di dalam


peraturan perusahaan ini, dikenakan sanksi berdasarkan berat ringannya
pelanggaran yang dilakukan.

3. Jenis-jenis sanksi yang dapat diberikan terkait dengan pelanggaran yang


telah dilakukan adalah :
a. Teguran lisan;
b. Surat Peringatan;
c. Pemutusan hubungan kerja.

PASAL 41
TEGURAN

1. Teguran Kepada Karyawan yang melanggar peraturan perusahaan akan


dilakukan atasan langsung, maupun oleh Perusahaan sebagai pembinaan
yang dicatat dan diserahkan ke bagian personalia Perusahaan untuk
disimpan di arsip Karyawan yang bersangkutan.

2. Hal-hal yang dapat diberikan sanksi teguran antara lain :


a. Datang terlambat dan/ atau pulang lebih awal tanpa izin;

42
b. Tidak mencatatkan kehadiran sebanyak 2 (dua) kali pada saat hadir
bekerja dan pulang bekerja untuk dirinya sendiri;
c. Tidak bersikap sopan terhadap pelanggan, atasan dan/atau rekan
kerja;
d. Kurang bersungguh-sungguh dalam pekerjaan, malas dan tidak
bekerja semestinya;
e. Tidak memenuhi standar penampilan, kerapihan diri dan kebersihan
lingkungan kerjanya;
f. Berada di area kerja yang bukan merupakan tanggungjawabnya tidak
ada hubungan nya dengan pekerjaan;
g. Tidak dapat menunjukkan kartu ID pekerja pada saat diminta dan/atau
selama melaksanakan pekerjaan tanpa alasan yang dapat diterima;
h. Menggunakan telepon untuk kepentingan/ keperluan pribadi atau
fasilitas lainnya tanpa izin;
i. Tidak segera melaporkan perubahan alamat tempat tinggal, status
keluarga kepada perusahaan;
j. Meninggalkan tempat, peralatan kerja dan/ atau lingkungan kerja
dalam keadaan kotor dan berantakan setelah melakukan pekerjaan;
k. Hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan perusahaan namun
menurut pertimbangan pihak-pihak terkait termasuk dalam kategori
pemberian teguran lisan tercatat.

3. Jangka waktu berlakunya surat teguran selama 3 (tiga) bulan sejak


diterbitkan

PASAL 42
SURAT PERINGATAN

1. Perusahaan berhak menerbitkan dan memberikan Surat Peringatan


Pertama (SP I) kepada Karyawan yang melakukan tindakan sebagai
43
berikut:
a. tidak mematuhi pengarahan atasan atau Perusahaan, tanpa alasan
yang wajar meskipun sudah diperingatkan secara lisan;
b. setelah ditegur atau diingatkan Karyawan tetap menolak untuk
menaati perintah atau penugasan yang layak dari atasan atau
Perusahaan;
c. melakukan mangkir kerja 1 (satu) hari kerja;
d. terlambat datang 4 (empat) kali dalam 1 (satu) bulan dengan alasan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, dengan batasan toleransi
waktu terlambat 5 (lima) menit;
e. tidak memakai Seragam Kerja, tanda pengenal, dan/atau Peralatan
Kerja yang telah disediakan dengan alasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan;
f. pulang kerja atau meninggalkan tempat kerja dalam jam kerja tanpa
seijin atasan atau tanpa memberitahukan rekan kerja terlebih dahulu,
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
g. melakukan penukaran Shift kerja tanpa mendapat
persetujuan/sepengetahuan Atasan Langsung;
h. melakukan kegaduhan pada saat jam kerja atau aktifitas sedemikian
rupa sehingga menyebabkan Karyawan lain terganggu atau pekerjaan
menjadi terhambat;
i. berpenampilan tidak rapi dan tidak bersih; menggunakan busana
yang tidak sopan atau tidak sesuai dengan standar penampilan yang
telah ditetapkan;
j. bersikap tidak sopan terhadap Karyawan lain maupun atasannya;
k. tidak menjaga kesehatan, kebersihan dan kerapihan dirinya maupun
Tempat Kerja masing-masing serta Lingkungan Perusahaaan;
l. tidak melaporkan adanya perubahan status keadaan keluarga seperti
kelahiran, memiliki anak, pernikahan, perceraian, kematian, maupun
44
perubahan tempat tinggal, meskipun telah diberikan peringatan lisan.

2. Perusahaan berhak menerbitkan dan memberikan Surat Peringatan


Kedua (SP II) kepada Karyawan yang melakukan pelanggaran sebagai
berikut:
a. Karyawan tengah menjalani Surat Peringatan Pertama dan
melakukan pelanggaran yang sama dan/atau pelanggaran lain
dengan bobot kesalahan sesuai dengan pelanggaran pada tingkat
Surat Peringatan Pertama;
b. melakukan mangkir kerja 2 (dua) hari kerja berturut-turut dengan
ketentuan dan pengertian bahwa hari libur di antara hari mangkir
tersebut tidak diartikan sebagai terputus;
c. melakukan mangkir kerja 3 (tiga) hari kerja secara tidak berturut-turut
di dalam jangka waktu 30 hari kalender;
d. menyembunyikan atau tidak dengan segera memberitahukan data
atau informasi penting atau penyimpangan yang harus diketahui oleh
atasan;
e. membiarkan anak buahnya dalam keadaan bahaya atau
mengabaikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
f. bertindak kasar atau mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh baik
kepada sesama Karyawan, atasan, tamu Perusahaan, dan/atau
Perusahaan;
g. mengadakan rapat atau pertemuan, ceramah, atau kegiatan-kegiatan
lain yang dapat disamakan dengan itu tanpa ijin dan persetujuan dari
Perusahaan melalui penanggung jawab urusan GA terlebih dahulu di
Lingkungan Perusahaan;
h. melakukan keteledoran, ceroboh, atau tidak teliti dalam bekerja
sehingga mengancam keselamatan Asset Perusahaan atau
mengarah kepada kerugian Perusahaan;

45
i. melakukan tindakan di luar prosedur kerja yang telah ditentukan tanpa
ijin atasan yang berwenang yang dapat membahayakan atau
berpengaruh negatif terhadap Perusahaan;
j. menyalahgunakan Aset Perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa
ijin Perusahaan;
k. tidur pada saat jam kerja.
l. Karyawan yang melakukan lebih dari 1 (satu) pelanggaran dengan
bobot kesalahan sesuai dengan pelanggaran pada tingkat surat
peringatan pertama.

3. Perusahaan berhak menerbitkan dan memberikan Surat Peringatan


Ketiga (SP III) kepada Karyawan yang melakukan tindakan sebagai
berikut:
a. Karyawan tengah menjalani Surat Peringatan Kedua atau Surat
Peringatan Pertama dan melakukan pelanggaran yang sama dan/atau
pelanggaran lain dengan bobot kesalahan sesuai dengan
pelanggaran pada tingkat Surat Peringatan Kedua atau Surat
Peringatan Pertama;
b. dengan sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan dirinya
sendiri atau Karyawan lain berada di dalam keadaan tidak mampu
melaksanakan pekerjaan;
c. tidak menjaga nama baik Perusahaaan berikut semua pihak yang
terkait dengan Perusahaan dalam menjalankan Pekerjaan, termasuk
tidak menjaga nama baik perusahaan di sosial media ;
d. melakukan mangkir kerja 3 (tiga) hari kerja berturut-turut dengan
ketentuan dan pengertian bahwa hari libur di antara hari mangkir
tersebut tidak diartikan sebagai terputus;
e. melakukan mangkir kerja 4 (empat) hari kerja secara tidak berturut-
turut di dalam jangka waktu 30 hari kalender;

46
f. melakukan tindakan provokatif dan sebagainya sehingga
mengganggu operasional Perusahaan;
g. menolak atau sengaja menghindar pemeriksaan oleh petugas
keamanan atau petugas lain yang diberi wewenang oleh Perusahaan;
h. mengisi tanda hadir Karyawan lainnya, atau menyuruh Karyawan lain
mengisikan tanda hadirnya;
i. membawa senjata api atau senjata tajam di Lingkungan Perusahaan,
kecuali karena jabatannya;
j. menyembunyikan penyakit yang diderita yang dapat membahayakan
dirinya maupun orang lain;
k. merokok di area gudang, kecuali ditempat yang telah disediakan.
l. Karyawan yang melakukan lebih dari 1 (satu) pelanggaran dengan
bobot kesalahan sesuai dengan pelanggaran pada tingkat surat
peringatan kedua.

4. Jangka waktu berlakunya Surat Peringatan, yaitu :

YANG
MASA
SANKSI MENGELUARKAN TEMBUSAN
BERLAKU
DAN MEMBERIKAN
Manager/
Peringatan Lisan 3 bulan Atasan Langsung Personalia/
Tercatat HRD
Atasan Langsung/ Personalia/
Surat Peringatan I 6 bulan
Setingkat Manager HRD
Atasan Langsung/ Personalia/
Surat Peringatan II 6 bulan
Setingkat Manager HRD
Manager
Personalia/
Surat Peringatan III 6 bulan berkoordinasi dengan
HRD
Personalia/ HRD
Pemutusan Hubungan Kerja Personalia/HRD
5. Pemberian Surat Peringatan tidak harus berurutan tetapi berdasarkan
pada berat ringannya tingkat pelanggaran yang dilakukan.

47
6. Pemberian Surat Peringatan akan mempengaruhi penilaian karyawan
yang berdampak pada demosi, penundaan kenaikan
upah/pangkat/jabatan dan pencabutan fasilitas/tunjangan jabatan,
penundaan dalam kenaikan gaji tidak berlaku surut/ rapel.

7. Disamping ayat 6 (enam) di atas, pemberian Surat Peringatan juga akan


mempengaruhi kebijaksanaan dalam pemberian Insentif Tahunan dalam
satu tahun periode penilaian kinerja dengan mengesampingkan masa
berlakunya surat peringatan tersebut yang pengurangannya sebesar:
Tingkat Surat Peringatan Persentase Pengurangan
Surat Peringatan 1 50% dari Insentif Tahunan yang diperoleh
Surat Peringatan 2 75% dari Insentif Tahunan yang diperoleh
100% dari Insentif Tahunan yang
Surat Peringatan 3
diperoleh
Keterangan: Jika saat itu Perusahaan membagikan Insentif tahunan.

8. Dalam hal karyawan tidak bersedia/ menolak menandatangani surat


peringatan tersebut sah dan tetap berlaku dengan diperkuat oleh 2 (dua)
orang saksi yang ada pada saat surat peringatan tersebut diserahkan ke
karyawan.

9. Hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan perusahaan namun


menurut pertimbangan pihak-pihak terkait termasuk dalam kategori
pemberian surat peringatan pertama (I), surat peringatan kedua (II), atau
surat peringatan ketiga (III).

48
BAB X
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PASAL 43
UMUM

1. Pemutusan Hubungan Kerja dapat disebabkan karena:


a. Karyawan mengundurkan diri atau dikualifikasikan mengundurkan diri;
b. Karyawan meninggal dunia;
c. Karyawan telah mencapai usia pensiun;
d. Karyawan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang masa
berlakunya telah berakhir;
e. Karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib selama lebih dari 6
(enam) bulan atau setelah adanya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

2. Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana tersebut dalam ayat 1 Pasal ini


tidak perlu meminta penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.

PASAL 44
MENGUNDURKAN DIRI DAN DIKUALIFIKASIKAN MENGUNDURKAN DIRI

1. MENGUNDURKAN DIRI
a. Karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas
dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara
langsung, memperoleh uang penggantian hak dan Uang Pisah yang
besarannya akan diatur dalam Pasal 46 Peraturan Perusahaan ini.

49
b. Karyawan yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam
huruf (a), harus memenuhi syarat:
i. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai
pengunduran diri.
ii. Tidak terikat dalam ikatan dinas.
iii. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai dengan tanggal
pengunduran diri.

c. Uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam huruf (a)


meliputi:
i. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
ii. biaya atau ongkos pulang untuk Karyawan dan keluarganya
ketempat Karyawan dimana karyawan diterima bekerja.

2. DIKUALIFIKASIKAN MENGUNDURKAN DIRI


a. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-
turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti
yang sah dan telah dipanggil 2 (dua) kali oleh pengusaha secara patut
dan tertulis, maka Karyawan tersebut diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
b. Karyawan yang diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam huruf (a),
memperoleh uang penggantian hak dan uang pisah sebesar 50%
(lima puluh persen) dari ketentuan Pasal 46 Peraturan Perusahaan
ini.
c. Uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam huruf (b)
meliputi:
i. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
50
ii. biaya atau ongkos pulang untuk Karyawan dan keluarganya
ketempat Karyawan dimana karyawan diterima bekerja.

PASAL 45
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA PELANGGARAN

1. Perusahaan berusaha sedapat-dapatnya menghindari terjadinya


Pemutusan Hubungan Kerja.

2. Karyawan yang tengah menjalani Surat Peringatan Ketiga dan melakukan


pelanggaran yang sama dan/atau pelanggaran lain dengan bobot
kesalahan sesuai dengan pelanggaran pada tingkat Surat Peringatan
Pertama, Kedua, atau Ketiga, maka Pengusaha akan melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja.

3. Dalam situasi keadaan yang memaksa yang mengharuskan Perusahaan


melakukan Pemutusan Hubungan Kerja, Perusahaan akan bertindak
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Dalam rangka proses Pemutusan Hubungan Kerja Perusahaan dapat


melakukan skorsing sebagai tenggang waktu menunggu putusan
Peradilan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja; yang selama masa
skorsing tersebut, Upah dan hak-hak lainnya tetap diberikan.

5. Skorsing dapat pula dijatuhkan kepada Karyawan dalam hal pengusutan


suatu kejadian dan/atau pelanggaran di Perusahaan.

51
6. Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Perusahaan dapat terjadi
apabila Karyawan:
a. melakukan pelanggaran pada saat masih berlakunya Surat
Peringatan Ketiga;
b. melakukan satu atau beberapa tindakan pelanggaran berat sebagai
berikut :
i. melakukan usaha-usaha dan/atau tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk memperoleh atau mendapatkan keuntungan
dan/atau kepentingan diri pribadi dan/atau orang lain di dalam
menjalankan tugas dan Pekerjaan;
ii. menerima dari siapapun hadiah, pemberian, atau balas jasa
dalam bentuk apapun untuk melakukan hal-hal yang dapat
merugikan, mengurangi keuntungan, dan/atau menambah biaya,
ongkos, atau pengeluaran Perusahaan;
iii. menyalahgunakan wewenang dan/atau jabatan untuk
kepentingan dan/atau keuntungan diri pribadi dan/atau orang lain;
iv. melakukan satu atau beberapa tindak pidana kejahatan baik di
dalam maupun di luar Perusahaan;
v. memberikan dan/atau menggunakan keterangan palsu atau yang
dipalsukan termasuk dokumen sehingga dapat merugikan
Perusahaan atau negara;
vi. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai,
mengedarkan, dan/atau memperdagangkan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya di Lingkungan Perusahaan;
vii. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di Lingkungan
Perusahaan;
viii. berkelahi, menyerang, menganiaya, mengancam, atau
mengintimidasi baik fisik maupun mental Karyawan lainnya di
Lingkungan Perusahaan;
52
ix. membujuk Karyawan lain untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum/kesusilaan serta peraturan
perundangan yang berlaku;
x. melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri maupun
orang lain di Lingkungan Perusahaan;
xi. menyalahgunakan Kartu Pengenal, cap, stempel, kertas dan
amplop surat berlogo atau atribut lainnya yang mewakili
Perusahaan untuk kepentingan tertentu yang dapat mencemarkan
nama baik Perusahaan dan/atau merugikan Perusahaan;
xii. ceroboh atau membiarkan teman sekerja dalam keadaan bahaya
di tempat kerja;
xiii. membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan yang
seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara;
xiv. melakukan kolusi, korupsi, menerima uang atau barang atau
komisi untuk kepentingan pribadi dilakukan atas nama
Perusahaan;
xv. dengan sengaja melakukan penyimpangan Standard Operating
Procedure yang mengakibatkan kerugian Perusahaan;
xvi. mempunyai keterikatan hubungan kerja dengan pihak luar atau
pihak ketiga tanpa ijin atasan langsung atau Perusahaan;dan
xvii. apabila karyawan mempunyai itikad tidak baik melakukan
kesalahan yang diatur dalam peraturan perusahaan dengan
sengaja dan untuk tujuan tertentu dengan maksud agar
mendapatkan keuntungan pribadi.

7. Bagi pekerja yang diputus hubungan kerjanya karena pelanggaran berat


dengan alasan mendesak dilaksanakan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan mendapatkan kompensasi yang
di atur dalam kebijakan perusahaan tersendiri.

53
PASAL 46
UANG PISAH

Perhitungan besaran Uang Pisah adalah sebagai berikut :

1. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun
akan diberikan 50% dari Upah;

2. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)
tahun akan diberikan 100% dari Upah;

3. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas)
tahun akan diberikan 150% dari Upah;

4. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima
belas) tahun akan diberikan 200% dari Upah;

5. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih akan diberikan 250% dari
Upah.

BAB XI
PENYELESAIAN KELUH KESAH

PASAL 47
PENYELESAIAN KELUHAN DAN PENGADUAN KARYAWAN

Sudah menjadi keinginan kedua belah pihak bahwa setiap keluhan dan
pengaduan seseorang Karyawan akan diselesaikan seadil-adilnya dan
secepat mungkin, karenanya apabila seorang Karyawan menganggap bahwa
terhadapnya diperlakukan tidak adil ataupun tidak wajar serta bertentangan

54
dengan isi dan jiwa Peraturan Perusahaan, maka Karyawan dapat
menyampaikan pengaduan ataupun keluhannya melalui tata cara di pasal-
pasal berikut. Suatu prosedur yang jelas harus ditempuh Karyawan dalam
penyelesaian keluhan/pengadaannya dengan tetap mempertahankan
ketenangan dan disiplin kerja sebagaimana mestinya, yang didasarkan
kepada musyawarah untuk mufakat.

PASAL 48
TATA CARA PENYELESAIAN KELUHAN DAN PENGADUAN KARYAWAN

Apabila terjadi keluhan atau ketidakpuasan terhadap syarat-syarat kerja atau


hal-hal lain dari Karyawan, maka hal tersebut diselesaikan menurut prosedur
penyelesaian sebagai berikut :

1. Langkah Pertama :
Karyawan menyampaikan keluhan itu langsung, dan/atau melalui
perwakilan pada masing-masing bagian, kepada Atasan Langsung
Karyawan atau melalui Media Internal Karyawan (MIKA). Dalam waktu 3 x
24 jam, Atasan Langsung melakukan penyelesaian dan/atau
mengeluarkan keputusan atau ketentuan yang didasari atas dasar
pertimbangan dan hasil musyawarah mufakat.

2. Langkah Kedua :
Bila penyelesaian sesuai Langkah Pertama tidak bisa dicapai, maka
Karyawan yang bersangkutan dapat menyampaikan keluhan itu kepada
People Development Manager ( PDM ) dan/atau Regional Employee
Relation Specialist di Kantor Cabang dan/atau Industrial & Employee
Relation Manager di Kantor Pusat, dengan pemberitahuan kepada
atasan.

55
3. Langkah Ketiga :
Bila penyelesaian sesuai Langkah Kedua belum juga dapat
menyelesaikan keluhan, maka Karyawan dan Perusahaan segera
menyelesaikan permasalahan keluhan itu melalui forum dan pendekatan
Bipartit.

4. Langkah Keempat :
Bila penyelesaian sesuai Langkah Ketiga belum juga dapat
menyelesaikan keluhan, maka apabila memenuhi kualifikasi, Karyawan
dan/atau Manajemen dapat menyelesaikan keluhan itu melalui prosedur
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

PASAL 49
HUTANG

1. Sehubungan dengan Putusnya Hubungan Kerja antara Karyawan dengan


Perusahaan, maka hutang-hutang Karyawan kepada Perusahaan dengan
bukti yang sah diperhitungkan sekaligus dari pembayaran terakhir sisa
Upah, pesangon dan/atau hak-hak lainnya atas nama Karyawan;
sedemikian Perusahaaan memiliki kewenangan penuh untuk
memperhitungkan hak-hak yang diperoleh Karyawan dengan hutang yang
dimilikinya di Perusahaan.

2. Apabila setelah dihitung sesuai dengan ketentuan ayat (1) Pasal ini,
ternyata Karyawan masih memiliki Hutang kepada Perusahaan, maka

56
Karyawan yang bersangkutan berkewajiban untuk melunasi sisa hutang-
hutangnya kepada Perusahaan.

PASAL 50
MASA BERLAKU

Peraturan Perusahaan ini berlaku untuk masa 2 (dua) tahun sejak mendapat
pengesahan dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

PASAL 51
PENUTUP

1. Terkecuali terdapat aturan-aturan dalam Peraturan Perusahaan ini yang


merujuk kepada peraturan perundang-undangan yang kemudian
dinyatakan tidak berlaku mengikat oleh Keputusan Mahkamah Konstitusi
dan/atau instansi yang berwenang, maka ketentuan selebihnya yang tidak
dinyatakan tidak berlaku mengikat tetap berlaku sah dan mengikat.

2. Ketentuan lain di dalam Perusahaan yang belum tertuang di dalam


Peraturan Perusahaan ini sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Peraturan Perusahaan
ini dinyatakan tetap berlaku.

3. Dengan mengindahkan hal-hal yang secara jelas diatur dalam Peraturan


Perusahaan ini,
Undang-undang, dan Peraturan Pemerintah yang ada, maka disepakati
dan diakui bahwa pengawasan, pengelolaan dan pengamanan jalannya
Perusahaan dan para Karyawan adalah hak prerogatif Perusahaan.
57
4. Peraturan Perusahaan ini menggantikan Peraturan Perusahaan
terdahulu.

5. Segala hal yang tidak maupun belum cukup diatur di dalam Peraturan
Perusahaan ini, akan diatur kemudian dengan Surat Keputusan Direksi
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perusahaan ini dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Peraturan Perusahaan ini wajib di perbaharui dalam 30 hari sebelum


masa berlakunya berakhir.

7. Peraturan Perusahaan ini dibagikan atau disosialisasikan kepada


Karyawan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang
Tanggal : 15 April 2019
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.

Anggara Hans Prawira


President Director

58

Anda mungkin juga menyukai