Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN BAYI DAN ANAK


DI RT 7 RW II KELURAHAN SUMBERWARU 01
KECAMATAN BINAKAL

OLEH:

1. Fadilatus Siriah (1931900006)


2. Siti Qamariyah Ulfah (1931900007)

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID


PRODI STUDI DIII KEBIDANAN
PAITON - PROBOLINGGO
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kesehatan Bayi Dan Anak


Sasaran : Para Ibu di RT 7 RW 2 Kelurahan Sumberwaru 01
Tempat : Balai RW 2 Kelurahan Sumberwaru 01
Hari/Tanggal : Jum’at, 10 April 2020
Waktu : 1 X 60 menit

I. Tujuan Instruksional umum


Setelah proses penyuluhan, diharapkan peserta dapat mengerti tentang Kesehatan Bayi
Dan Anak.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan Pelayanan Kesehatan Pada Bayi


a. Menjelaskan Pengertian pelayanan kesehatan pada bayi
b. Mengetahui Pelaksana pelayanan kesehatan bayi
c. Menyebutkan Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
d. Menjelaskan Asuhan bayi baru lahir
2. Menjelaskan Bentuk Esensial Pelayanan kesehatan pada bayi
a. Menjelaskan Pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD)
b. Menjelaskan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
c. Menjelaskan Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
d. Menjelaskan Kunjungan Neonatal
3. Menjelaskan Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita
a. Menjelaskan Definisi pelayanan kesehatan pada balita
b. Menjelaskan Defini Pelayanan Kesehatan Pada balita

III.Materi
1. Menjelaskan Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
e. Pengertian pelayanan kesehatan pada bayi
f. Pelaksana pelayanan kesehatan bayi
g. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
1
h. Asuhan bayi baru lahir
2. Menjelaskan Bentuk Esensial Pelayanan kesehatan pada bayi
e. Pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD)
f. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
g. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
h. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
i. Kunjungan Neonatal
3. Menjelaskan Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita
c. Definisi pelayanan kesehatan pada balita
d. Defini Pelayanan Kesehatan Pada balita

IV. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi / Tanya jawab

V. Media
Leaflet

VI. Pengorganisasian
Pembimbing Klinik : Anggun Dwi Cahya, Amd.Keb.
Pembimbing Pendidikan : Innas Tiara Ardhiani,S.Keb.BD.M.Kes
Penyaji : Siti Qamariyah Ulfah
Moderator : Fadilatus Siriah
Observer : Dia Fara Yuningsih
Fasilitator : Ananda Nuristigfarin, Miftahul Jennah, Inaya Wulandari
Job Description
1. Moderator : Memimpin jalannya acara penyuluhan
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif
dalam diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan,
mengevaluasi jalannya penyuluhan

2
VII. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan
a) membuka kegiatan dengan yang disampaikan oleh
mengucapkan salam pembawa acara.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
f) Pre test / menggali pengetahuan
peserta tentang Kesehatan Bayi Dan
Anak
2 30 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi Kesehatan Bayi memberikan umpan balik
Dan Anak oleh pemateri tehadap materi yang
disampaikan.
3 15 menit Diskusi dan Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
Evaluasi (Post test) Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab
penyuluhan salam
b) Ucapan terima kasih & salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
3
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Balai RW 2 Kelurahan Sumberwaru
01
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan peserta mampu mengerti dan memahami penyuluhan
yang diberikan serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar

4
DAFTAR HADIR PESERTA
PENYULUHAN KANKER SERVIKS DAN KONTRASEPSI
DI RT I RW XII KELURAHAN KALIRUNGKUT
KECAMATAN RUNGKUT SURABAYA

No. Nama Tanda Tangan


1   1.
2   2.
3   3.
4   4.
5   5.
6   6.
7   7.
8   8.
9   9.
10   10.
11   11.
12   12.
13   13.
14   14.
15   15.
16   16.
17   17.
18   18.
19   19.
20 20.
21 21.
22 22.
23 23.
24. 24.
25. 25.
5
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
BAYI DAN ANAK

6
A. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
Bayi baru lahir normal ( BBLN ) adalah bayi yang baru lahir dengan usia
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan ( aterm ) yaitu 36-40
minggu. Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007). Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
2. Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut
meliputi:
a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1, 2, 3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
d. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA

7
e. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan. Tenaga kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah dokter spesialis anak, dokter,
bidan dan perawat.
3. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan
Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan
bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
4. Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha
kiri
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis
tunggal
i. Pemeriksaan bayi baru lahir
j. Pemberian ASI eksklusif

B. Bentuk Esensial Pelayanan kesehatan pada bayi adalah:


1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan mendekapkan
bayi diantara kedua payudara ibunya segera setelah lahir. Memberikan kesempatan
bayi menyusui sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi di dada atau
perut dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin to skin contact) setidaknyaselama
1-2 jam sampai bayi menyusui sendiri. (mitaya, 2010 : 23)
Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan penyakit yang menyerang bayi,
karena kandungan antibodi yang ada pada colostrom dan ASI. Setelah bayi lahir
dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
8
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):Suami atau keluarga
dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
a. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan
vernix, kemudian tali pusat diikat.
b. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu
ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
c. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri
mencari puting susu ibu.
d. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu.
e. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu jam, bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1
jam
f. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi
lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibu selama 30 menit.
Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas,
diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian
diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan.
a. Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B (HB 0).
b. Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD
sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter,
bidan atau perawat.
c. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
d. Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin
1%).
e. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
2. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

9
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya,
oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau
keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.
3. Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit setelah bayi
baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular kepada ibu.
Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di bungkus tutupi dengan kassa steril
dalam keadaan longgar, agar tetap terkena udara dan akan lebih mudah kering.
4. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari bayi terpapar langsung
dengan suhu lingkungan
5. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
a. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir
b. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
c. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di
puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada
pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda
(Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari
(bila tidak diberikan pada saat lahir).
C. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita
1. Defini Pelayanan Kesehatan Pada balita
Anak balita (bawah lima tahun), merupakan kelompok tersendiri yang dalam
perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih khusus. Bila
perkembangan dan pertumbuhan pada masa BALITA ini mengalami gangguan, hal
ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap pembentukan anak yang
berkualitas. Untuk mencapai hal diatas, maka tujuan pembinaan kesejahteraan anak
adalah dengan menjamin kebutuhan dasar anak secara wajar, yang mencakup segi-
10
segi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan dan perlindungan
terhadap hak anak yang menjadi haknya [hak anak]. Disamping itu diperlukan juga
suatu lingkungan hidup yang menguntungkan untuk proses tumbuh kembang anak.
(Chairuddin P. Lubis, 2004)
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang
pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk
dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi
sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan
pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan
pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin
dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembng anak di lapangan dilakukan dengan mengacu
pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya
seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah
dengan tegnologi sederhana ditingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya
adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), ditingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS
merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita
yang disebabkan oleh infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria,
kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sabagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket
pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di
indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah
mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi
:
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
11
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita
dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2
kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung
(sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
d. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.
2. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Balitac
Pelayanan kesehatan pada balita yang lain adalah:
a. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan
anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus
selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak
seimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai
bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan
yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga
berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng
kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
1) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
12
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
b. Pelayanan kesehatan dengan Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada
Anak.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian
makanan yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak,
yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini
tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang
mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
c. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat
dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi
lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang
dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
1) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia
6-11 bulan satu kali dalam satu tahun.
2) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini
dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan
sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput
bening (kornea mata). Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina
Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan
Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis
dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian
13
diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi
balita dari keluarga menengah kebawah.
d. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan,
segera ditunjuk ke Puskesmas.
e. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan
MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan
jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi
dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling)
dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang
sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara

14
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
1) Manajemen Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan ).
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan ini, meliputi
penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan
terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada bayi muda, antara
lain adanya kejang, gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi
bakteri, ikterus, gangguan saluran cerna, diare serta kemungkinan berat
badan rendah dan masalah pemberian ASI.
2) Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada usia 2 bulan
sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen terpadu bayi muda, yaitu
penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut. Dalam MTBS usia 2 bulan sampai 5 tahun
ini, dilaksanakan pengelolaan terhadap beberapa penyakit pada anak usia
2 bulan sampai 5 tahun. Beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak
usia 2 bulan sampai 5 tahun, aantara lain adanya tanda bahaya umum
( tidak bias minum atau menetek, muntah, kejang, letargis, atau tidak
sadar ), batuk dan sukar bernafas, diare, demam, masalah telinga, status
gizi buruk ( malnutrisi dan anemia ).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit
( MTBS ) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
15
implementasinya dimulai tahun 1997 dan saat ini telah mencakup 33
provinsi.
3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
f. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
1) Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
2) Pemberian makanan bayi
3) Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
4) Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
5) Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan
seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai
laki-laki atau perempuan
g. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan
vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi
akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC,
Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B.
Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar
dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari
kematian.
Vaksin yang di gunakan adalah :
1) BCG : Untuk mencegah penyakit tuberculosis
Imunisasi BCG (Bacicile Calmette Guerin) untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab TBC yang primer atau ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Contohnya: TBC
pada selaput otak, TBC milier pada lapang paru ,TBC tulang . Vaksin
BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang
dilemahkan, diberikan melalui intradermal dengan dosis 0,05 ml. Efek
samping imunisasi BCG yaitu terjadinya ulkus pada daerah
suntikan,reaksi panas.
Rekomendasi :
a) Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2 bulan

16
b) Jangan melakukan imunisasi pd bayi dg imunodefisiensi (HIV,gizi
buruk)
c) Pada bayi yg kontak erat dg penderita TB,diberi INH
profilaksis,jika kontak sdh tenang dpt diberi BCG
d) Polio oral vaksin : Untuk mencegah penyakit polio
Imunisasi polio digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio
diberikan melalui oral bersamaan dengan suntikan vaksin DPT &
hepatitis B. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir
dengan dosis 2 tetes oral yang menempatkan diri di usus &
memacu pembentukan system baik dalam darah maupun pada
epitelium usus yang menghasilkan pertahanan terhadap virus polio
liar yang datang masuk kemudian.
2) DPT : Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertuis, dan Tetanus
Vaksin mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui system scular dengan dosis
0,5 ml & dapat menimbulkan efek samping ringan, terajdi
pembengkakan, nyeri & demam. Efek samping berat : terjadi menangis
hebat, kesakitan ± 4 jam, kesadaran menurun, kejang & syok.
3) Hepatitis B : Untuk mencegah penyakit Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B sering menyebabkan hepatitis kronik yang dalam
kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi hepatitis akut.
Penularan penyakit melalui: hubungan seksual, dari ibu kepada
bayinya, melalui alat-alat kedokteran. Imunisasi diberikan melalui
system scular dengan dosis 0,5 ml dan dapat menimbulkan efek
samping yang pada umumnya ringan, hanya berupa nyeri, bengkak,
panas, mual & nyeri sendi maupun otot.
4) Campak : Untuk mencegah penyakit Campak
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis
(batuk rejan), polio, campak dan hepatitis. Imunisasi dapat diperoleh di
Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
17
DAFTAR PUSTAKA

Dokter, P., Di, B., Bengkulu, A. A., R, A. A. S., & Saragih, R. B. R. (2019). JURNAL
KAGANGA VOL. 3 NO. 1, APRIL 2019 https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jkanganga.
3(1), 13–21.
Kirkham M, Stapleton H. Midwives’ support needs as childbirth changes. J Adv Nurs.
2000;32(2):465–72.
MerrickJ,ChongA,ParkerE,etal.Reducingdiseaseburdenandhealthinequalitiesarisingfromchron
ic diseaseamongindigenouschildren:anearlychildhoodcariesintervention.BMCPublicHealth.20
12;12:323.doi: 10.1186/1471-2458-12-323
Addisse, M. (2003). Maternal and Child Health Care. January.
Jamieson, L., Smithers, L., Hedges, J., Mills, H., Kapellas, K., Ha, D., Do, L., & Ju, X.
(2019). Follow-up of Intervention to Prevent Dental Caries Among Indigenous Children
in Australia A Secondary Analysis of a Randomized Clinical Trial. 2(11).
https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2019.15611
Addisse, M. (2003). Maternal and Child Health Care. January.

18

Anda mungkin juga menyukai