Disusun oleh :
INDRIANI FIKRIYAH : 1811020004
DIMAS AJI KUNCORO : 1811020005
VIKA TRI : 1811020019
LAILA MUSAILIMAH : 1811020031
RITA DIAN RATNASARI : 1811020046
TRI HARYANTI : 1811020061
GHARIZA AMALIA :1811020044
B. Etiologi
1) Anemia mikrositik hipoktopi
a. Anemia defisiensi besi
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorbsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/lantasi
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi donor darah
- Hemoplobinuari
- Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru
b. Anemia penyakit kronik
- Di hubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi
ginjal, paru (bronkolektosis, abses, empiema dan lain-lain).
- Inflamasi kronik sepeti ardidis rematoid
- Neoplasma seperti limfoma, nekrosis jaringan
2) Anemia makrositik
a. Defisiensi vitamin B12/pernisiosa
- Kurangnya faktor intrinsik
- Absorpsi vit B12 menurun
b. Defisiensi asam folat
- Gangguan metabolisme asam polat
3) Anemia karena perdarahan
Karena adanya pengeluaran darah yang sedikit-sedikit/cukup banyak
yang baik di ketahui/tidak.
4) Anemia hemolitik
a. Intrinsik
- Kelainan membran seperti sferositosis hereditis, hemoglobinuria
makturnal pamosimal.
- Kelainan glikolisis
- Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat dehidrogenase
(GEDP)
b. Ektrinsik
- Gangguan sistem imun
- Mikro angiopah
- Infeksi
- Luka bakar
- Hiperplanisme
5) Animia aplastik
Penyebabnya bisa kongenital (jarang) idiopatik (kemungkinan
autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen, foluen,
inseklitisid. Obat-obatan seperti keramfenikol, sulfenomid analgesik, anti
epileptik (hidantoin), pasca hepatisis. (Arif Masjoer,2001)
Penyebab menurut Long antara lain :
1. Kehilangan darah ; akut atau kronis
2. Ketidak seimbangan produksi RBC : aplastic anemia
3. Peningkatan kerusakan RBC hemolesis
a. Turunan : gejala sisa spherocytis, anemia sel sickie, thelasemia,
kekurangan enzim.
b. Sangkitani, auto imune, drug reduced.
4. Kekurangan gizi
a. Kekurangan zat besi
b. Anemia mengarobiastik : kekurangan B12, kekurangan asam folat.
Gambar Pembentukan sel darah merah, dan sel darah merah pada
berbagai jenis anemia.
Sel darah merah/eritrosit adalah merupakan cakram bikonkar yang tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m, pada bagian
tengah tebalnya hanya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka
perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian
luar yang mengandung protein terdiri antigen kelompok 4 dan B serta faktor
R12 yang menentukan golongan darah seorang. Komponen utama sel darah
merah adalah protein hemoglobin (Hb, yang menyangkut O2 dan Co2 dan
mempertahankan PH normal melalui serangkaian dapat intraseluler. Jumlah
sel darah merah kira-kira 5 juta/mm3 darah pada rata-rata orang deurasa dan
berumur 120 hari. Pembentukan sel darah merah dirangsang oleh hormon
glikoprotein. Eritroprotein yang dianggap berasal dari ginjal. Pembentukan
eritroprotein di pengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengarugi faktor-
faktor perubahan O2 atmosfir, berkurangnya kadar O2 darah arteri dan
kekurangannya konsentrasi hemoglobin. Eritprotein merangsang sel induk
untuk memulai proliferasi (Doengos, 1997).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer hemoglobin,
yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah
merah merupakan cakram biconkaf yang mempunyai garis tengah rata-rata
sekitar 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1
mikron atau kurang, bentuk sel normal adalah suatu ”kantong: yang dapat
berubah menjadi hampir semua bentuk karena sel normal mempunyao
membran, dan akibatnya tidak merobek sel seperti yang akan terjadi pada sel-
sel lainnya. Pada laki-laki normal, jumlah rata-rata sel darah merah permili
liter kubik adalah 5.200.00 dan pada wanita normal 4.700.000. Jumlah
hemoglobin dalam sel dan transforoksigen, bila hemaktokrit (prosentase darah
yang berupa sel darah merah normal, darah mengandung rata-rata 15 gram
hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu meningkat kira-kira 1.39 ml
oksigen. Oleh karena itu pada orang normal lebih dari 20 ml oksigen dapat
diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100 ml darah
Guyton, 1997).
Sel darah merah merupakan protein karena strukturnya terbentuk dari
asam amino mereka juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk
penggantinya adalah diet seimbang. Wanita hamil memerlukan lebih banyak
lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu sel darah merah dibentuk
di dalam sum-sum tulang. Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115
hari, sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema tettikulo endoteliai
terutama dalam limpa hati globin dari hemoglobin di pecah menjadi asam
amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi
dalam hem darah hemoglobin di keluarkan untuk digunakan dalam
pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemaglobin di ubah menjadi
bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan yang
dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rudak pada luka memar.
Jadi hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah, dengan melalui fungsi ini maka
oksigen di bawa dari paru-paru kejaringan-jaringan, dalam berbagai bentuk
anemia parah kadar itu bisa di bawah 30% atau 5 gram setiap 100 ml. Karena
hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan
oksigen, maka dapat dimengerti bahwa pasien semalam itu memperlihatkan
gejala kekurangan oksogen seperti nafas pendek (pearce, 2002).
E. Patofisiologi
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa
jenis sel darah putih (leukosit) dan pecahan sel yang disebut trombosit, bila
kebutuhan meningkat akan terjadi hematopoesis (pembentukan dan
pematangan sel darah merah) yang terjadi pada sum-sum tulang tengkorak,
vetebrata pelvis sternum, iga-iga dan epifisis proksimal tulang-tulang panjang,
bila perdarahan ini terlalu banyak, kontak dengan obat berlebih, dan nutrisi
makanan rendah maka pembentukan eritrosit pada sum-sum tulang akan
mengalami gangguan. Pembentukan eritrosit yang menurun akan
mengakibatkan kadar HB dalam darah juga menurun. Anemia akan terjadi bla
jumlah sel darah merah yang dihasilkan kurang atau HB mengalami
penurunan sampai bawah batas normal (Soeparman 1990).
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut dan
kronis, anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah besar.
Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar jumlah
yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas, tetapi bila kehilangan sebanyak
1000 ml atau lebih maka dapat menyebabkan konsentrasi akut. Macam
gejalanya tergantung pada hilangnya darah dan pada tingkat akibat
hipoxlannya (kurangnya oksigen pada jaringan), bila jumlah RBC-nya
menurun maka sedikit oksigen yang bisa dikirim ke jaringan. Kehilangan
volume darah sebanyak 30 % atau lebih akan menimbulkan gejala seperti
diaphoresis, gelisah, tacycardia, tersengal-sengal dan shock.
Respon kompensasi tubuh terhadap hypoxia antara lain :
1. Tingkat out cardial dan pernafasan akan memperbanyak jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan.
2. Tingkatkan pelepasan oksigen oleh hemaglobin
3. Tambahkan volum plasma dengan cara pengeluarkan cairan dari jaringan
4. Distribusi ulang darah ke organ-organ vital
Vasokontriksi pengganti darah pada organ-organ vital adalah bergantung
yang bertanggung jawab terhadap beberapa tanda gejala anemia. Misalnya
kepulatan/kedinginan, atau lembab berlebihan. Cerebral hypoxia
menimbulkan gejala gangguan mental mengantuk, sakit kepala, pusing, dan
finitus (telinga berdengung). Penyebab paling umum anemia kekurangan zat
besi terhadap kehilangan darah adalah merupakan anemia kronis ke dua,
tubuh memiliki daya adaptasi yang luar biasa dan dapat mengatur dengan
sangat baik terhadap pengurangan RBC dan HB, dengan membentuk kondisi
secara perlahan. Seseorang bisa saja tidak menampakan gejala walaupun
jumlah total RBC-nya telah turun. Hampir separuh dari tingkat normal atau
tingkat Hbnya di bawah 7 gram/ml, bila jumlah kehilangannya darah berlanjut
secara perlahan maka sum-sum kurang tidak dapat mengimbangi dengan cara
meningkatkan produksi RBCnya. Bila penyebab kehilangan darah kronis
tidak diketahui dan tidak segera ditanggulangi, maka lambat laun sum-sum
tulang tidak dapat mengimbangi kehilangan tersebut, dan gejala anemia pun
akan segera muncul, akibata dari hipoksia chronis dapat juga terjadi gejala
gastro intekstinal (Anorexia, nausia, contipasien, atau diarhea stomatitis
(Long, 1996).
Menurut Sarumo (2001) patofisiologi anemia meyaloblas timbulnya
adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena gangguan sintesis DNA sel-
sel eritroblas, seperti dapat dilihat defisiensi asam folat jelas akan
mengganggu sintesa DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan
akibat tmbulnya sel-sel megalobias. Demikian pula defisiensi votamin B12
yang bermanfaat dini reaksi metirasi homosistein menjadi metlonin dan reaksi
ini berperan dalam mengubah metil TNF menjadi DNF, yang berperan dalam
sinteksis DNA, jadi defisiensi vitamin B12 juga akan mengganggu sintera
DNA dan ini akan mengganggu maturan inti sel dengan akibat terjadinya
meyaloblas, gejala lain yang menonjol pada defisiensi vitamin B12 adalah
merupakan dan menurut suatu teori hal ini terjadi akibat gangguan sintesa 5-
adenosil metionin (SAM) salah satu bahan metalolik penting untuk susunan
saraf.
F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Menurut Doenges pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa anemia antara
lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan Hematokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (apiastik) :
MCV (Volume Korpuskular Renatal) dan (MCH) Hemaglobin
korpuskuler rerata) menurun dan mikrositik dengan erit rosit hiopoktomik
(DB), peningkatan (AP) ponsi to pleura (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon
sum-sum tulang terkadang kehilangan darah (hemolisis).
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasi tipe khusus anemia).
5. LD : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi
6. Masa hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek,
7. Tes perapuhan eritrosit : menurun (DB)
8. SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (deferensial) mungkin
meningkat (hemolitik/atau menurun (aplastik)
9. Jumlah trombosit : menurun (aprastik), meningkat (DB) normal atau tinggi
(hemolitik)
10. Hemoglobin elektro foresis : mengidertifikasi tipe struktur HB.
11. Bilirubin serum (tidak terkonjungasi) : meningkat (AP Hemolitik)
12. Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan diferensi masukan/absorbsi.
13. Besi serum : tak ada (DB), tinggi (hemalitik)
14. TIBC serum : meningkat (DB)
15. Feritin serum : menurun (DB)
16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17. LDH serum : mungkin meningkat (AP)
18. Tes schilling : penurunan ekstresi vitamin B12 urine (AP)
19. Gualak : mungkin positif untuk darah pada urine, feces, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut (menit (DB).
20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan PH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP)
21. Aspirasi sum sum tulang / pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe
anemia, misal : peningkatan megaloblas (AP) lemak sum-sum dengan
penurunan sel darah (Aplastik).
G. Pathways
Perdarahan masif Kurang bahan Penghancuran Terhentinya
baku pembuatan eritrosit yang pembuatan sel darah
sel darah merah berlebihan oleh sum-sum tulang
Anemia
Komparten sel
Lemas penghantar oksigen/zat
nutrisi ke sel kurang
Cepat lelah
Dx: gangguan perfusi
jaringan
Dx: intoleransi
aktifitas
H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Besi
- Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada
ankilostomicis diberikan artelmintik yang sesuai.
- Pemberian preparat Fe :
a) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong
dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap
pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan.
b) Fero Glukonah 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila
terdapat intogransi terhadap pemberian praparat Fe oral atau
gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat
diberikan secara parental dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB).
Untuk tiap gram % penurun kadar Hb di bawah normal.
c) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara infra
muskular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari
sampai dosis total sesuai perhitungan dapat pula diberikan
intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam
3-5 menit menimbukan reaksi boleh diberikan 250-500 mg.
b. Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada
anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah
merah seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi tidak
diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada artrifis
rheomatoid. Pemberian Kobalt dan eritprotein dikatakan dapat
memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
2. Anemia Makrositik
a. Defisiensi Vitamin B12 / Pernisiosa
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x / buan.
b. Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula
dengan pemberian/suplementasi asam folat oral 1 mg / hari.
3. Anemia karena Perdarahan
a. Perdarahan Akut
- Mengatasi perdarahan
- Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan
perinfus
b. Perdarahan Kronik
- Mengoati sebab perdarahan
- Pemberian preparat Fe
4. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya.
Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat doberikan adalah :
Kortika steroid (predmison, predmisolon), kalau perlu dilakukan
splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat
glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
5. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan
etiologi dari anemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukanm seperti :
Transfusi darah, sebaiknya diberikan Packed red cell. Bila diperlukan
trombosit, berikan darah segar / platet concencrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik higiene yang baik perlu
untuk mencegah timbulnya infeksi.
Kortikostreoid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan
akibat trombositopenia berat.
Androgen, seperti pluokrimesteron, testoteron, metandrostenolon dan
non drolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air
dan garam, perubahan hati dan amenore.
Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin dkk
menyarankan penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun yang
tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien
yang telah mendapat transfusi berulang.
Transplantasi sumsum tulang.
I. Fokus Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan seluler
yang di perlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan : Menunjukan perfusi jaringan perifer adekuat
Kriteria hasil : - Tanda vital stabil
- Membran mukosa urine merah muda
- Pengisian kapiler baik
- Haluran urine baik
Intervensi :
- Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit.
- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
- Awasi upaya pernafasan dengan auskultasi bunyi nafas dan selidiki
keluhan nyeri dada, palpitasi.
- Kaji untuk respon melambat, mudah terangsang, agitasi, bingung
gangguan memori.
- Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh
hangat sesuai indikasi.
- Kolaborasi :
a. Awasi pemeriksaan laboratorium, misal Hb / Ht.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna / absorbsi nutrien yang diperlukan untuk
pembentukan SDM normal.
Tujuan : Gangguan nutrisi dapat berkurang/hilang
KH : - Tidak mengalami tanda malnutisi
- Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai berat badan ideal.
- BB meningkat.
Intervensi :
- Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
- Timbang berat badan 3 hari / sekali
- Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering/makan di antara waktu
makan.
- Observasi dan catat kejadian mual/muntah dan gejala lain yang
berhubungan.
- Berikan dan bantu hygiene mulut sesudah dan sebelum makan.
- Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa-mukosa oral luka.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan gangguan intoleransi aktifitas dapat berkurang/hilang
KH : - Melaporkan peningkatan toleransi aktifitas
- Pemahaman tentang pembatasan terapeutik yang diperlukan
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis infleransi : misal TTV
dalam batas normal.
Intervensi :
- Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/adalah normal
- Catat laporan kelelahan/gangguan keseimbangan gaya berjalan
kelemahan otot.
- Awasi TTV selama dan sesudah aktifitas
- Ubah porsi pasien dan pertahankan untuk pemantau terhadap pasien.
- Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila
diindikasikan, batasi pengunjung
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas,
perubahan sirkulasi dan neorologis, devisit nutrisi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
KH : - Dapat mempertahankan integritas kulit
- Mengidentifikasikan faktor resiko/perilaku untuk
mencegah udara edema
Intervensi :
- Kaji integral kulit, catat pada perubahan turgor gangguan warna kulit,
hangat, lokal eritma, ekskorlasi, dan imobilisasi jaringan dapat menjadi
rapuh dan cenderung untuk infeksi.
- Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur.
- Anjurkan permukaan kulit kering dan batasi penggunaan sabun
- Bantu untuk latihan rentang gerak pasif/aktif.
9. Anemia adalah keadaan yang timbul saat jumlah sel darah merah dalam tubuh
dibawah normal . dibawah ini, adalah penyebab terjadinya anemia, kecuali:
a. tubuh kehilangan banyak darah pada saat terjadi luka/trauma.
b. tubuh memiliki maslaah dalam pembentukan sel darah merah.
c. sel darah merah rusak/mati lebih cepat dari kemampuan tubuh memproduksi sel
darah merah yang baru
d. siklus haid yang banyak
e. olahraga hanya sekali seminggu
10. Kelainan darah yang jarang tubuh berhenti membuat sel darah yang baru,
semua sel darah terganggu disebut...
a. anemia aplastik
b. anemia defisiensi vitamin
b. anemia defisiensi besi
d. thalasemia
e. leukimia