PENDAUHULUAN................................................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum..................................................................................................2
1.2 Teori Dasar.............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................4
MONOGRAFI ZAT AKTIF.................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................................5
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN.................................................................................5
BAB IV....................................................................................................................................6
3.1 Alat dan Bahan.............................................................................................................7
3.2 Metode...................................................................................................................7
3.3 Formula Lengkap.............................................................................................8
3.4 Perhitungan Tonisitas...................................................................................8
3.5 Perhitungan Bahan.........................................................................................8
3.6 Penimbangan Bahan......................................................................................8
BAB V...................................................................................................................................10
PROSEDUR.........................................................................................................................10
BAB VI..................................................................................................................................11
PEMBAHASAN...................................................................................................................11
BAB VII................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
KEMASAN...........................................................................................................................14
i
ii
BAB I
PENDAUHULUAN
1
zat asing tidak selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal,
misalnya hati yang dapat berfungsi untuk menetralisir atau
menawarkan racun (detoksifikasi). Diharapkan dengan kondisi steril
dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku
relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan
tidak steril. Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik
infeksi, tablet implant, tablet hipodermik, dan sediaan untuk mata
sperti teted mata (guttae ophth), obat cuci mata (collyrium), dan salep
mata (oculenta). (Syamsuni. 2007 : 181-182).
Steril adalah suatu keadaan di mana suatu zat
bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen
(tidak menimbulkan penyakit), baik
dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) m
aupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis,tidak
dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan
lapisan pelindung yang kuat). Sterilisasi adalah suatu
proses untuk membuat ruangan/benda menjadi steril.
Vial merupakan wadah dosis ganda, disegel
dengan karet atau penutup plastik yang memiliki
sebuah area yang kecil dan tipis (dikenal sebagai
diafragma) di tengahnya. Diafragma memungkinkan
pemasukkan sebuah jarum hipodermik dan penarikan
isinya. Vial didesain sedemikian sehingga sebuah jarum
dapat dengan mudah dimasukkan tanpa menyobek
fragmen dan sehingga vial akan menutup kembali saat
penarikan jarum. (Parrot, E.L., 1971.)
2
Pembuatan sediaan yang akan digunakan injeksi harus hati-hati
untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah
akhir injeksi harus diamati satu persatu secara fisik.
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah
dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap
untuk digunakan dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan
pembawa (vial).
Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip ampul tetapi
disegel dengan pemanasan. Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol
serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan kisaran 75-100 ml
dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup karet
spiral. Labu atau tutup yang lebih besar menganandung 250-2000 ml
digunakan untuk cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis.
Vial didesain sedemikian sehingga sebuah jarum
dapat dengan mudah dimasukkan tanpa menyobek
fragmen dan sehingga vial akan menutup kembali saat
penarikan jarum. (Parrot, E.L., 1971.)
Keuntungan:
1. Lebih dari satu dosis dapat diambil pada waktu yang
berbeda
2. Fleksibilitas dosis yang dapat diberikan oleh ahlinya
3. Lebih aman daripada dosis tunggal (Rhemingtons
Pharmaceutical Science 18th edition).
Kerugian:
1. Membutuhkan perhatian teknik aseptik yang penuh,
meliputi spuit dengan jarum suntik
2. Suntik steril untuk pengambilan dosis
3
3. Pengawet dapat diserap permukaan penutup
4. Risiko kontaminasi mikroorganisme dan virus
(Rhemingtons Pharmaceutical Science 18th edition).
BAB II
MONOGRAFI ZAT AKTIF
1. Testosteron Propionat
4
dan dalam metanol, larut dalam minyak
lemak. (British Pharmacopeia, 2009)
Dosis Maksimal : -
Stabilitas :-
pH : 4-7,5
BAB III
5
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
6
bilangan Iodium antara 79 dan 128 seperti yang tertera
pada lemak dan Minyak lemak.
BAB IV
A. Alat
1. Beaker Glass
2. Erlenmeyer
3. Mortir
4. Syringe
5. Spatel logam
6. Batang pengaduk
7. Vial
8. Stamper
9. Tutup karet vial
10. Alu Cap
B. Bahan
1. Testosteron propionat
2. Oleum Pro Injection
3.2 Metode
Sterilisasi Alat
1. Alat
7
ALAT STERILISASI WAKTU
2. Sediaan Obat
8
Sediaan injeksi pembawa non air tidak perlu menghitung
tonisitas karena tidak memiliki titik beku.
15
Testosteron Propionat : 1 x 11,9 = 178,5 mg
Volume
Satuan Dasar
Produksi
Bahan
1 ml 1 vial / 15
ml
9
BAB V
PROSEDUR
10
BAB VI
PEMBAHASAN
11
2. Oleum Pro Injection (pembawa)
12
diperhitungkan sebelumnya. Timbang testosteron propionat
sebanyak 178,5 mg menggunakan timbangan analitik. Bahan
dimasukkan ke dalam mortir yang telah disterilkan, gerus
hingga halus. Tuangkan (suspensikan) oleum pro injection
sedikit demi sedikit ke dalam mortir sambil digerus sampai
homogen.
13
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
14
KEMASAN
15