Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rani Puteri Azaria

Kelas : DKV/A

NIM : 09100319

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan syariah! Dan jelaskan juga pembagiannya dan
masing-masing bagiannya!
Jawab :
Syariah [arab: ‫ ]الشريعة‬secara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk menuju sumber air
dan secara etimologi berarti jalan, jalan ke sumber mata air. Sementara istilah syariah dalam
bahasa Arab berasal dari kata syari, yang secara etimologi berarti jalan yang harus dilalui oleh
setiap muslim.
Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk para hamba-
Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait
hubungan makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk. (Tarikh Tasyri’ Al-
Islami, Manna’ Qathan, hlm. 13).
A. Syari'ah Dalam Arti Luas
Dalam arti luas “al-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma
ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem kepercayaan/doktrinal) maupun
tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan kolektif. Dalam arti ini,  al-
syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan
Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak
dan Fikih).
B. Syari'ah Dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku
individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian ini, al-syari’ah dibatasi
hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih. Syari'ah dalam arti sempit (fikih) itu sendiri dapat
dibagi menjadi empat bidang: ‘ibadah, mu’amalah, ‘uqubah dan lainnya.
Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW untuk semua manusia dibagi 3
bagian:
1. Tauhid ilmu pengetahuan
Tauhid ilmu pengetahuan, hukum atau peraturan yang berkaitan dengan dasar-dasar
keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar iman kita.
Sebagai contoh, peraturan yang berhubungan dengan esensi dan Sifat Allah Yang
Mahakuasa. untuk iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-Nya, kitab-Nya,
dan iman di dalam hari-hari terakhir, termasuk kesenangan dan siksaan, dan iman kepada
qadar baik dan buruk. Kesatuan ilmu ini disebut juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.
2. Ilmu moral
Ilmu moral yaitu aturan-aturan yang berkaitan dengan pendidikan dan peningkatan jiwa.
Sebagai contoh, semua aturan yang mengarah pada perlindungan keutamaan dan mencegah
kejahatan, keburukan, sama seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, dapat
dipercaya, dan dilarang berbohong dan pengkhianatan.
3. Ilmu Fiqh,
Ilmu Fiqh, yaitu peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan
hubungan manusia satu sama lain. Ilmu fiqh berisi dua bagian: pertama, ritual menjelaskan
hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima)
kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua,
Muamalat, bagian yang menjelaskan hukum-hukum hubungan antara manusia dan
tetangganya. Sains juga dapat disebut Qanun Fiqih (hukum).

2. Jelaskan dari pengertian shalat, dan sertakan dalil yang menyatakan wajibnya shalat
lima waktu.
Jawab :
Shalat secara etimologi berarti doa, sedangkan secara terminologi adalah suatu ibadah
yang berupa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat tertentu.
Dalil yang menyataan wajibnya shalat lima waktu :
 “Telah diwajibkan Allah atas umatku pada malam isra’ 50 kali shalat, maka
senantiasa aku kembali kehadirat Illahi dan meminta keringanan sehingga
dijadikan Allah 50 kali shalat itu menjadi 5 kali shalat dalam sehari semalam”
(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
 “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah
merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (Q.S.Annisa : 103)
3. Sebutkan dan jelaskan syarat wajib dan syarat syah shalat, juga sebutkan dan jelaskan
rukun shalat.
Jawab :
a) Syarat Wajib Sholat :
- Orang tersebut harus beragama islam.
- Berakal sehat
- Dewasa atau sudah baligh
- Telah mengetahui tentang hukum sholat serta tata cara sholat dengan baik.
- Bersih ataupun suci dari hadats dan najis.
- Sadar.
b) Syarat Sah Sholat :
- Sudah masuk waktu sholat.
- Harus menghadap arah kiblat
- Suci dari hadas baik hadas kecil maupun besar
- Harus menutup aurat
- Mengetahui tentang cara melaksanakan ibadah sholat tersebut.
c) Rukun Shalat :
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Selanjutnya membaca takbiratul ikram.
4. Setiap raka’at membaca surat al fatihah.
5. Ruku’ secara tuma’ninah.
6. I’tidal secara tuma’ninah.
7. Sujud secara tuma’ninah.
8. Duduk atara dua sujud secara tumaninah
9. Kemudian duduk tasyahud akhir
10. Dan membaca sholawat Nabi.
11. Membaca salam.
12. Tertib.
4. Jelaskan perbedaan antara syarat dan rukun shalat!
Jawab :
Perbedaan Antara Syarat dan Rukun Shalat :
 Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum menjalankan ibadah dan harus
kontinyu sampai selesainya ibadah tersebut.
 Rukun adalah sesuatu yang ada didalam ibadah karena ia bagian darinya dan tidak harus
kontinyu menjalani sesuatu tersebut sampai selesainya suatu ibadah
 Rukun adalah bagian dari sesuatu, sesuatu itu di kategorikan tidak ada apabila bagian itu
tidak ada.
 Syarat tidak adanya dia maka sesuatu itu tidak ada. dan dengan adanya dia tidak harus
sesuatu itu ada atau tidak ada

5. Thaharah diartikan sebagai bersuci, menyucikan badan, pakaian dan tempat ibadah,
dari najis dan hadas. Jelaskan :
a. Pembagian najis dan bagaimana cara membersihkannya.
b. Pembagian hadas dan cara mensucikannya.
c. Perbedaan antara najis dan hadas.
Jawab :
a. Pembagian najis dan bagaimana cara membersihkannya :
1. Najis mughalladhah dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air
sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun
sebelum dibasuh dengan air mesti dihilangkan terebih dulu ‘ainiyah atau wujud
najisnya. Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada
lagi warna, bau dan rasa najis tersebut.
Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang terkena
najis tersebut karena belum dibasuh dengan air.
Untuk benar-benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuh
dengan air sebanyak tujuh kali basuhan dimana salah satunya dicampur dengan debu.
Pencampuran air dengan debu ini bisa dilakukan dengan tiga cara:
1) Mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian diletakkan pada
tempat yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebi utama dibanding
cara lainnya.
2) Meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.
3) Memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya
debu dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.
2. Najis mukhaffafah yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum
makan dan minum selain ASI dan belum berumur dua tahun, dapat disucikan dengan
cara memercikkan air ke tempat yang terkena najis.
Cara memercikkann air ini harus dengan percikan yang kuat dan air mengenai
seluruh tempat yang terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari
air kencing yang mengenai tempat tersebut. Setelah itu barulah diperas atau
dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang dipakai untuk menyucikan
harus mengalir.

3. Najis mutawassithah dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu


najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru
kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.
Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai ruang tamu,
umpamanya, maka langkah pertama untuk menyucikannya adalah dengan membuang
lebih dahulu kotoran yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada
dan yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa wujud kotoran itu
sudah tidak ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan lantai juga terlihat
kering) baru kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut.
Tindakan menyiramkan air ini bisa juga diganti dengan mengelapnya dengan
menggunakan kain yang bersih dan basah dengan air yang cukup.

b. Pembagian hadas dan cara mensucikannya :


- Hadas Kecil adalah keadaan seseorang yang tidak mempunyai wudhu sehingga dia tidak
bisa melaksanakan shalat.
Cara agar terlepas dari hadas kecil yaitu dengan cara melakukan wudhu kembali.
- Hadas Besar adalah keadaan seseorang yang tidak bisa melakukan shalat disebabkan
keluar air mani, bersetubuh dengan lawan jenis, meninggal dunia, dan datangnya darah
haid atau nifas khusus untuk perempuan.
Cara mensucikan dari hadast besar yaitu dengan cara mandi dengan niat yang telah
ditentukan karena hal yang telah menyebabkan kita punya hadast besar

c. Perbedaan Hadas dan Najis :


1. Hadas adalah kondisi yang menyebabkan seseorang tidak suci dan dapat membatalkan
wudhu dan shalat contohnya: kentut, kencing dll. Sedangkan Najis adalah sesuatu yang
tampak (kotoran) yang dapat membatalkan sahnya shalat, tetapi tidak membatalkan
wudhu contohnya: air liur anjing
2. Mensucikan Najis yakni dengan cara membuang dan membersihkan benda najis itu dari
tempatnya. sedangkan mensucikan Hadas selain dengan menghilangkan benda Najisnya
(bila ada), tetapi juga harus dengan wudlu atau mandi janabah (mandi besar).
3. Mensucikan najis tidak perlu niat, sedangkan mensucikan Hadas harus dengan niat
4. Najis yang jumlahnya sedikit dapat dimaafkan, sedangkan hadas tidak ada pemaafan.

6. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan akhlaq dengan menyertakan juga pendapat dari
beberapa ahli!
Jawab :
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabiat, perangai,
tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam
diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.
a. Menurut Ibnu Maskawaih
Menurutnya akhlak ialah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghoiri fikrin
walaa ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Menurut Abu Hamid Al Ghazali
Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-
perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta
tanpa adanya renungan terlebih dahulu
c. Menurut Ahmad bin Mushthafa
Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan,
dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni
kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
d. Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri
manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa
berpikir dan direnungkan.
7. Jelaskan perbedaan antara akhlaq, etika, dan moral dengan menyertakan contoh-
contohnya.
Jawab :
Peredaan antara akhlak, etika, moral dan susila adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moran dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku secara umum  dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik dan buruk itu adalah berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits.
Perbedaan lain antara etika, moral, dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral
dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian akhlak, etika, moral dan susila tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Etika, moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.[18]
Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas umum, agar apa yang
dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan
tidak membawa manusia menjadi sesat. Dengan kata lain penjabaran etika, moral dan susila akan
tetap sejalan apabila tetap mengedepankan akhlak.

Anda mungkin juga menyukai