PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I
“NTIFERTILISASI”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
NAMA : NIM :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan
dalam meyelesaikan makalah Praktikum Farmakologi I ini yang berjudul
“Antifertilisasi”.
Tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Di dalam makalah ini kami selaku penulis menyadari banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam
dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil
menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di
masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak
untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang
reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk
menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan.
Dengan penambahan penduduk dunia kira-kira 90 juta pertahun,
diperkirakan bahwa pada tahun 2010 populasi dunia akan mencapai angka
7.115 juta manusia dan Indonesia akan mengambil bagian sebanyak 2.388 juta
(population reports, May 1992).
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan
di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi
33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini
berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi. Di
Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai
anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau
infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan
mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami
hambatan untuk mempunyai anak.
Teori Malthus (1766-1834 Essay On population) mengatakan bahwa
“Reproduksi manusia cenderung merupakan deret unsure, sedangkan pasokan
bahan pangan hanya tumbuh sesuai deret hitung .
Keluarga berencana merupakan suatu cara efektif untuk antara lain
mencegah motilitas ibu dan anak dengan menghindari kelahiran yang tidak
4
dinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan mengatur jarak
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Program Keluarga berencana Nasional (KB) di Indonesia, yang telah
dirintis sejak tahun 1968 (LKKBN). Bertujuan untuk meningkatan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk.
Penyelenggaraannya ditempuh oleh Pemerintah (BKKBN) maupun unsure-
unsur non pemerintah, seperti organisasi profesi dan istitusi penunjang program
KB.
Metode antikonsepsi yang ideal untuk digunakan secara missal sampai
saat ini belum ada hendaknya harus memenuhi syarat sebagai berikut.
Pertama-tama harus efektif, dapat dipercaya, tanpa resiko gagal dan tanpa
efek samping buruk, tidak mempengaruhi senggama mudah menggunakan
dan mendapatkannya, serta harga relative murah . (Tjay dan Raharja, 2007).
B. Tujuan
Untuk mengetahui efektivitas obat antifertilisasi (kontrasepsi)
dengan menentukan jumlah fetus dan peningkatan berat badan terhadap
hewan coba mencit (Mus musculus L.).
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fertilisasi
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-
kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu
tanpa kontrasepsi (Strigh B, 2005 : 5 ). Sedangkan Menurut Mansjoer, 2004.
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara teratur
2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami
kehamilan selama satu tahun.
Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok : satu pertiga
masalah terkait pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan
oleh faktor kombinasi.
B. Jenis-jenis Infertilisasi
Jenis infertilitas ada dua yaitu :
1. Infertilitas primer
Infertilisasi primer adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun
bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kepada
kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.
2. Infertilitas sekunder
Infertilisais sekunder adalah kalau isrti pernah hamil, namun
kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha
kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua
belas bulan.
6
konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau
lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi
daya hidup sperma (Stright B, 2005).
2. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal
terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan
serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas
dan peningkatan sekresi (Stright B, 2005).
3. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini
tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut
antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau
leiomioma,bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut
dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin
(Wiknjosastro, 2002).
4. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita
tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah
masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi.
Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba
atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all.
1974).
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling
menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul
(pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut
yang memblok kedua tuba fallopi.
5. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi
hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur
7
lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini
masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau
tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat
pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis,
terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya
tingkat stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormon
(Handersen C & Jones K, 2006).
8
Berupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap
pasangan meliputi : frekuensi sanggama yang tidak memadai, waktu
sanggama yang buruk, perkembangan antibody terhadap sperma pasangan
dan ketidakmampuan sperma untuk melakukan penetrasi ke sel telur
(Stritgh B, 2005).
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena
gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan
yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-
duanya, maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi
penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian
antigen/antibodi pasangan tersebut.
Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan
akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan
struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak
sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
9
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.
4. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat
produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan
pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah
melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi
dan menyalurkan sperma terganggu.
5. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke
kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada
skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
6. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
7. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X
dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis
sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam
penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat
mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam
jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens,
saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.
8. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan
infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.
9. Masalah seksual
10
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia).
Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang
bersifat toksik terhadap sperma.
11
15. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis
memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi
pada pria usia 18 – 32 tahun.
E. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode ini terdiri atas 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat
antara lain : metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode
Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan dan
Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu bsal dan lendir serviks.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode ini pada dasarnya terdiri atas 2 yaitu kombinasi
(menggunakan hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya
berisi progesteron saja. Kontasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil
dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implan (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Secara garis besar metodeini terbagi atas dua yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon
Progesteron atau Leuonorgestrel yaitu Progestastrel (Alza-T dengan daya
kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonoergestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode ini terdiri atas 2 macam yaitu metode Operatif Wanita
(MOW) dan metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
12
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran Tuba/Tuba Falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi.
Vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluras vas deferens sehingga
cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
13
2. Masalah reproduksi
Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah
kehamilan awal bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang
menyebabkan masalah reproduksi yang benar-benar mengarah pada
infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan dengan operasi
caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada
penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan dalamreproduksi yaitu
ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan penyumbatan
saluran sperma.
3. Faktor gaya hidup
Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada
kemampuan setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi.
Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan
ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam
tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga
secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka,yang
mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang
ketat juga mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001:66 ).
a. Faktor Penyebab Infertilitas dari Segi Psikologis
Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses
fisiologis dan anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari
sekresi internal yang mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan
wanita itu merupakan satu unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor psikis dan factor organis atau fisis. Kesulitan-
kesulitan psikologis ini berkaitan dengan koitus dan kehamilan, yang
biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita menjadi hamil.
Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta
kecemasan berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak
yang merintangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya
dinyatakan bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan adalah
14
ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar, yang
infantile atau kekanak-kanakan sifatnya. (Kartono, 2007).
Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar
prolaktin dan kadar Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan
masalah psikis. Kecemasan dan ketegangan cenderung mengacaukan kadar
LH, serta kesedihan dan murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar
prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan menekan
hormon gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya ovulasi (Kasdu,
2001).
Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali
mengalami perasaan tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya
dapat jatuh pada keadaan depresi, cemas dan lelah yang berkepanjangan.
Perasaan yang dialami para wanita tersebut timbul sebagai akibat dari hasil
pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang terus menerus tidak
membuahkan hasil. Hal inilah yang mengakibatkan wanita merasa
kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak enak terhadap diri sendiri,
suami dan keluarga ataupun lingkungan dimana wanita itu berada. Keadaan
wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan dengan
wanita yang selalu dalam keadaan stres.
Adapun perasaan tertekan atau tegang yang dialami wanita tersebut
berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus yang merupakan kelenjar otak
yang mengirimkan sejumlah sinyal untuk mengeluarkan hormon stres
keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu banyak keluar dan lama akan
mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada jantung dan melemahkan
sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga dapat mengganggu
keseimbangan hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan. Pernyataan ini
seperti dikemukakan oleh Mark Saver pada penelitiannya tahun 1995,
mengenai Psychomatic Medicine yang menjelaskan bahwa wanita dengan
riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan untuk hamil dibandingkan dengan
wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena wanita tersebut
mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen). Kelebihan
15
hormon estrogen akan memberikan sinyal kepada hormon progesteron
untuk tidak berproduksi lagi karena kebutuhannya sudah mencukupi.
Akibatnya akan terjadi kekurangan hormon progesteron yang berpengaruh
terhadap proses terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001).
b. Pengaruh Kebudayaan terhadap Infertilitas
Berbagai budaya di belahan dunia masih menggunakan simbol dan
upacara adat untuk merayakan fertilitas ataupun keberhasilan pasangan
dalam memperoleh keturunan. Salah satu upacara yang masih bertahan
sampai saat ini ialah adat istiadat melempar beras ke arah pengantin pria dan
wanita. Ada juga yang memberikan rokok, permen ataupun pensil sebagai
ucapan selamat kepada pria yang baru menjadi ayah sebagai antisipasi
kelahiran anak. Banyak budaya yang masih menjamur terutama ditengah-
tengah masyarakat kita yang menyatakan bahwa suatu ketidaksuburan itu
merupakan tanggung jawab wanita.
16
c. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko kemandulan lebih
tinggi misalnya; IUD. IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita
yang belum pernah memiliki anak.
H. Uraian Obat
1. Penotab (Theodorus, 1996)
Nama Resmi : Estradiol
Bentuk Sediaan : Tablet
Nama Paten : Planotab
Komposisi : Mengandung 21 tablet Levonorogastrel 0,15 mg dan
Etinilestradiol 0,03 mg
Kegunaan : Sebagai Antifertilisasi
Farmakodinamik : Mekanisme kerjanya yaitu memacu sintesis mRNA dan
beberapa protein spesifik lain sehingga terjadi stimulasi
DNA, menurunkan produksi androgen, efek sitotoksin
pada sel tumor akibat akibat penempatan reseptor
hormon.
Farmakokinetik : Resorbsinya dari usus cepat dan lengkap, tetapi karena
FTE-nya tinggi, maka BA-nya hanya 40%. PP-nya ca
98%, plasma t1/2-nya 6-20 jam. Mengalami siklus
enterohepatis. Ekskresinya melalui tinja 60% dan kemih
secara utuh dan sebagai metabolit (H. T. Tan, 2008).
Kehamilan, gangguan fungsi hati yang hebat, penyakit
Konta Indikasi : kuning tau rasa gatal-gatal yang terus menerus selama
kehamilan sebelumnya, sindrom Dubin-Johnson,
sindrom rotor, pernah atau sedang mengalami proses
tromboembolik di arteri-arteri atau vena-vena dan
keadaan-keadaan dimana ada kecenderungan ke arah
penyakit-penyakit tersebut.
Pada defisiensi oral 10-30 mcg selama 2 minggu per
Dosis : siklus haid, prevensi osteoporosis 15 mcg sehari p.c.
17
secara siklis, selalu bersama progestagen. Sebagai
morning-after-pill 1 dd 1 mg p.c. selama 5 hari, dimulai
dalam 12 jam (maksimum 72 jam) setelah senggama,
tetapi MAP yang paling efektif adalah pil KB 2 x 2
dengan jarak waktu 12 jam (H. T. Tan, 2008).
Efek Samping : Berupa sakit kepala, gangguan lambung, rasa mual, rasa
kencang pada payudara, perubahan berat badan dan
libido atau adanya rasa tertekan.
2. Microgynon (Bayer Schering Pharma, 2008)
Komposisi : 21 Tablet masing-masing mengandung 0,15 mg
: Levonorgestrel dan 0,03 mg Etiniles tradiol serta 7
: tablet placebo.
Cara Kerja Obat : Efek kontasepsi KOK (Kontasepsi Oral Kombinasi)
didasarkan atas interaksi beberapa faktor yang
terpenting diantaranya terlihat sebagai inhibisi ovulasi
dan perubahan-perubahan sekresi leher rahim.
Disamping sebagai perlindungan terhadap kehamilan,
KOK mempunyai beberapa sifat positif, di samping
efek-efek negatif, yang berguna dalam menggunakan
metode kontrol kelahiran. Siklus lebih teratur dan
menstruasi tidak teralu nyeri dan perdaraha menjadi
sedikit. Menyebabkan penurunan terjadinya kekurangan
zat besi.
Indikasi : Kontasepsi oral.
Efek Samping : Pada wanita sensitif, penggunaan mycroginon kadang-
kadang dapat menimbulkan kloasma yang semakin
parah apabila terkena sinar matahari.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Elizabeth. 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.
20