Anda di halaman 1dari 5

Presiden Joko Widodo menekankan physical distancing untuk penanganan dan

pencegahan virus corona COVID-19 di Indonesia. Physical distancing bisa


diterjemahkan dengan jaga jarak atau jaga jarak aman dan disiplin untuk
melaksanakannya, demikian seperti dikutip dari situs web Sekretariat Kabinet. "Jaga
jarak ini bukan hanya berlaku di tempat umum, tetapi juga berlaku di seluruh rumah
tangga di setiap keluarga. Karena diantara keluarga belum tentu semuanya itu negatif,
belum tentu seluruh anggota keluarga itu aman dari Virus Korona ini,” ujar Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, menyampaikan
hasil rapat dengan Jokowi. Istilah physical distancing ini tak hanya diterapkan di
Indonesia, tetapi juga di Kanada. Para ahli kesehatan dan politikus Kanada telah
mendesak warga untuk menjaga jarak fisik satu sama lain dan tinggal di rumah
sesering mungkin untuk membantu menghentikan penyebaran virus corona. Perdana
Menteri Justin Trudeau mengatakan, tidak ada toleransi bagi mereka yang menentang
perintah physical distancing dan bahwa pemerintah dapat memperkenalkan langkah-
langkah untuk menegakkan peringatan kesehatan. "Anda semua berpikir Anda tidak
kelihatan. Anda salah. Sudah cukup,” katanya dalam pidatonya di depan warga Kanada
dari Rideau Cottage, tempat ia diisolasi. "Pulang dan tinggal di rumah." Wakil Perdana
Menteri Chrystia Freeland dan kepala petugas kesehatan masyarakat Dr. Theresa Tam
menggemakan physical distancing selama konferensi pers tingkat menteri tak lama
setelah Trudeau berbicara dengan para wartawan. "Warga Kanada harus
mempraktikkan jarak sosial dan fisik," desak Freeland. "Itu berarti tinggal di rumah
kecuali jika Anda melakukan pekerjaan penting seperti menjaga toko bahan makanan,
staf apotek staf dan memberikan perawatan medis," demikian seperti dikutip Global
News Canada. Apa Itu Physical Distancing? Physical distancing semakin banyak
digunakan untuk membantu orang memahami apa yang perlu mereka lakukan untuk
mencegah penularan COVID-19. "Kami mulai dengan istilah 'jarak sosial' [social
distancing] dan saya pikir beberapa orang tidak mengerti apa artinya itu, dan mereka
khawatir hal itu dapat menyebabkan isolasi sosial," kata Dr. Jeff Kwong, spesialis
penyakit menular dan profesor di Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas di
University of Toronto. "Jadi kami merasa bahwa mungkin kami harus benar-benar
menggunakan istilah 'jarak fisik', karena ini benar-benar tentang terpisah secara fisik,
dan secara sosial kita perlu tetap bersatu - tetapi hanya dengan cara virtual," ujarnya.
Seperti yang dikatakan Freeland dalam konferensi pers, menjaga jarak secara fisik
berarti tetap berada di dalam rumah kecuali Anda harus pergi bekerja atau membeli
bahan makanan. Pejabat kesehatan menekankan, isolasi dari orang lain adalah cara
untuk mencoba membatasi penyebaran COVID-19. Kwong mengatakan jarak fisik
sangat penting dalam membantu mencegah penyebaran COVID-19. Jika orang terus
menentang perintah, itu akan memiliki efek yang menghancurkan, katanya. “Jika orang
tidak melakukan ini, kami akan terus melihat semakin banyak kasus, dan kemudian
rumah sakit kami dipenuhi dan orang-orang akan mati karena tidak ada tempat tidur
yang cukup atau cukup ventilator,” katanya. Suzanne Sicchia, seorang profesor di
Pusat Interdisipliner untuk Kesehatan dan Masyarakat di University of Toronto
mengatakan, memerangi wabah COVID-19 adalah sesuatu yang semua orang perlu
menjadi bagian darinya. Manusia adalah makhluk sosial, katanya, jadi penting bagi kita
untuk memikirkan kewajiban untuk saling membantu melewati wabah ini. “Kami ingin
dan perlu mendorong hal-hal seperti solidaritas sosial, kerja sama sosial dan tanggung
jawab sosial,” kata Sicchia. “Ini adalah inti dari tindakan yang telah diminta atau diminta
untuk dilakukan untuk membantu meratakan kurva dan melindungi mereka yang
berisiko terbesar dari komplikasi serius atau kematian. ... Mengubah bahasa kita dari
'jarak sosial' ke 'jarak fisik' adalah upaya beberapa orang untuk menangkap dan
mengomunikasikan semua ini dengan lebih jelas," ujarnya.

Physical distancing atau pembatasan fisik adalah salah satu langkah yang


disarankan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Tidak hanya saat di luar
rumah, pemerintah bahkan menganjurkan agar cara ini juga dilakukan saat di
dalam rumah.  
Jumlah orang yang menderita infeksi virus Corona atau COVID-19 di Indonesia terus
meningkat dan semakin memprihatinkan. Untuk mengurangi kemungkinan penyebaran
virus Corona yang mudah menular ini, pemerintah Indonesia dan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menganjurkan masyarakat untuk menjaga jarak aman dengan orang lain
melalui physical distancing.
Apa Itu Physical Distancing?
Physical distancing atau pembatasan jarak fisik adalah upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyebaran infeksi virus Corona dan mencegah COVID-19.
Saat menjalani physical distancing, Anda diminta untuk tidak bepergian ke tempat yang
ramai, misalnya mal, restoran, pasar, serta gym, atau pusat kebugaran. Sebisa
mungkin hindari juga menggunakan  commuter line, busway, atau transportasi umum
lainnya yang padat penumpang.
Anda juga perlu membatasi kontak langsung, seperti berjabat tangan, dan menjaga
jarak aman minimal 1 meter ketika berinteraksi dengan orang lain, terlebih jika orang
tersebut sedang sakit atau berisiko tinggi terinfeksi virus Corona.
Dalam prakteknya, physical distancing juga dapat dilakukan dengan beberapa cara
berikut ini:

 Jangan keluar rumah, kecuali untuk urusan penting, seperti membeli kebutuhan


pokok atau berobat ketika sakit.
 Sapa orang lain dengan lambaian tangan, bukan dengan berjabat tangan.
 Bekerja atau belajarlah dari rumah.
 Manfaatkan telepon genggam atau video call untuk tetap terhubung dengan kerabat dan
rekan kerja.
 Lakukan olahraga di rumah, tidak di pusat olahraga atau gym.
 Jika ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari, lakukan di luar jam sibuk.
 Menunda mengunjungi orang lain atau mudik, terutama di bulan Ramadan yang akan
datang.

Untuk memastikan physical distancing berjalan disiplin dan efektif, beberapa negara,


seperti China, Italia, dan India, bahkan sudah menerapkan lockdown.
Selain di tempat umum, pemerintah juga menekankan physical distancing di dalam
rumah. Hal ini dikarenakan Anda atau orang rumah yang terlihat sehat dan tidak
menunjukkan gejala COVID-19 bisa saja sebetulnya sudah terinfeksi virus Corona dan
berpotensi menularkannya kepada orang lain.
Penularan virus Corona ini akan lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki risiko
tinggi tertular virus Corona, seperti para lansia, penderita penyakit kronis, seperti asma,
diabetes, dan penyakit jantung, serta orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah,
misalnya karena kanker atau infeksi HIV.

Apakah Physical Distancing Sama Dengan Social Distancing?


Sebelumnya, upaya pembatasan jarak dengan orang lain ini dikenal dengan
istilah social distancing. Hanya saja, beberapa waktu lalu, WHO menganjurkan untuk
mengganti istilah tersebut dengan physical distancing.
Alasannya, penggunaan istilah social distancing dikhawatirkan bisa disalahartikan
dengan memutus komunikasi atau interaksi sosial dengan keluarga dan kerabat.
Padahal, interaksi sosial juga memiliki peran penting dalam upaya menghadapi
pandemi COVID-19.
Dengan menjaga komunikasi dengan orang lain, kita bisa saling memberi kabar dan
semangat, sehingga kita tidak merasa kesepian, sedih, atau terasing. Perasaan-
perasaan negatif ini dapat memicu stres dan depresi, serta melemahkan daya tahan
tubuh.
Selain itu, kita juga bisa saling bertukar informasi terkait cara pencegahan virus dan
situasi terbaru di luar rumah.
Pemerintah dan WHO berharap, penggantian istilah ini dapat memudahkan masyarakat
untuk memahami bahwa upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus
Corona adalah menjaga jarak aman secara fisik, bukan memutus kontak secara sosial.
Physical distancing pada intinya cukup efektif untuk mencegah penyebaran virus
Corona. Namun, hal ini tentu perlu disertai dengan upaya pencegahan lainnya, seperti
rajin mencuci tangan, membersihkan rumah dengan baik, dan memperkuat daya tahan
tubuh.
Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan Anda telah terinfeksi virus Corona,
Anda bisa memanfaatkan fitur cek risiko virus Corona yang disediakan gratis oleh
Alodokter.
Jika Anda pernah berada di daerah endemis COVID-19 dalam 14 hari terakhir dan
mengalami gejala-gejala COVID-19 berupa demam, batuk, dan sesak napas, segera
lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan
pengarahan lebih lanjut.
Bila ragu, Anda bisa chat langsung dengan dokter di aplikasi Alodokter. Jangan
langsung pergi ke rumah sakit karena risiko penularan virus Corona di rumah sakit
cukup tinggi. Bila memang memerlukan pemeriksaan langsung dari dokter, buatlah janji
konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Alodokter agar bisa diarahkan
ke dokter terdekat yang dapat membantu Anda.

Anda mungkin juga menyukai