Anda di halaman 1dari 2

Bersua di antara Kehilangan dan Kerinduan

Judul Novel : Amor Fati

Penulis: Stefani Bella dan Syahid Muhammad

Penerbit : Gradien Mediatama

Tebal : 440 halaman

ISBN : 978-602-208-161-6

Tahun Terbit : November 2017 (Cetakan Pertama)

Buku setebal 440 halaman ini sebenarnya merupakan sekuel


dari novel KALA yang terbit pada Juni 2017 lalu. Judul dari Novel ini ditulis dalam bahasa
Perancis, ”Amor” dalam bahasa Indonesia berarti “Cinta” dan “Fati” dalam bahasa Indonesia
memiliki arti, Takdir. Secara istilah dalam bahasa Indonesia judul novel ini memilki arti Takdir
Cinta. Novel ini ditulis berdasarkan kolaborasi dua penulis muda berbakat yaitu Stefani Bella
dan Syahid Muhammad.

Amor Fati yang mengambil latar kota-kota besar di Indonesia ini merupakan sambungan
dari novel sebelumnya yang berjudul KALA (Kita adalah sepasang luka yang saling melupa)
dengan tokoh utama yang sama seperti novel sebelumnya, Saka dan Lara. Bercerita, mengenai
dua orang sepasang kekasih yang telah tak lagi bersama, keduanya memutuskan untuk tidak lagi
berhubungan hingga keduanya di pertemukan secara tidak sengaja atau bila Saka secara sengaja
berkunjung ke Kota tempat Lara tinggal. Namun, takdir berkata lain. Keduanya di pertemukan
dengan cara yang tak terduga.

Novel ini mengisahkan proses dari dua orang orang yang sama-sama memiliki luka. Satu
tentang orang yang selalu ditinggalkan, dan satu tentang orang yang selalu meninggalkan.
Mereka bertemu, saling membantu menyembuhkan luka, saling membuat masing-masing
memaafkan diri mereka. Dari pertemuan itu mereka saling membuka diri, saling memberi diri
mereka kesempatan lagi. Lalu keduanya mulai berhubungan, mulai saling nyaman, lalu mulai
muncul konflik-konflik yang membuat satu dengan yang lain saling melukai.

Novel romantis? Mungkin sudah sangat biasa di dengar oleh telinga kita. Tapi tidak
dengan novel ini, ditulis oleh dua orang penulis berbakat dengan penggunaan dua sudut
pandang yang berbeda, memberikan kesan pada pembaca bahwa kisah yang dibaca tidak egois
dan dapat mengedukasi. Penggambaran suasana pada setiap setting tempat ditulis dengan detail
dan tampak seperti keadaan sesungguhnya, seperti pada halaman 85 (…..Bahkan tanpa sadar
pola kehidupan yang seperti itulah yang membuatku akhrinya jadi suka kalau semua halnya
well-preapared, terencana,udah disusun dari jauh-jauh hari, dan terbiasa untuk on time…).
Alur yang menarik membuat pembaca tidak sulit untuk memahami karakter Saka dan Lara.

Gaya bahasa yang digunakan juga tak seperti kebanyakan orang. Tidak terlalu berat
seperti sastra klasik, tapi tak bisa disebut ringan untuk bacaan anak remaja. Tak hanya
menyajikan cerita saja tetapi juga prosa dengan diksi yang dikemas apik. Penyampaian isi cerita
ini bisa dibilang sangat apik, sebab saat kita membaca novel ini kita mendapatkan sensasi seperti
membaca asal mula dan bagaimana novel ini dibuat. Ending untuk cerita ini juga tak serta merta
dapat disimpulkan secara langsung (last but not least), seperti kebanyakan novel. Sebab masih
menimbulkan tanya atas menggantungnya akhir cerita ini.

Hanya saja terdapat beberapa kata sulit dalam novel ini seperti “ denial, amygdala,
proofread, paradigma” yang tidak dijelaskan pada bagian kaki buku, yang membuat pembaca
mau tidak mau harus mencari makna dari kata tersebut agar lebih mendalami serta memahami
konflik yang terjadi pada novel. Dan juga terdapat beberapa kesalahan untuk tanda baca dan
EYD seperti yang ada pada halaman 275, dan 260 sebelum kalimat terakhir.”… Justru akan
menimbulkan kecurigaan Rio juga pRiana…”

Kisah ini dapat memberi pemahaman pada pembaca tentang meninggalkan dan
ditinggalkan. Mengenai kepergian seseorang yang selalu punya alasan dan selalu memberi luka
pada diri setiap orang. Tentang penerimaan yang selalu hadir selama kita sebagai manusia masih
hidup dan bisa bernafas.

Nama anggota Kelompok :

1. Ferdinan Aldiyansyah (10)

2. Freska Meliniar A (11)

3. Natasha Christy Sudarmaji (24)

Anda mungkin juga menyukai