Anda di halaman 1dari 9

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No.

2, Desember 2004: 110 - 118

TRADISIONALITAS DAN MODERNITAS


TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID

M. Syaom Barliana Iskandar


Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Arsitektur, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan apakah faham keagamaan masyarakat pendukung masjid yang
didalamnya menyangkut pula cara dan orientasi berfikir, turut mempengaruhi bentukan tipologi arsitektur masjid. Metode
penelitian deskriptif kualitatif digunakan dengan pendekatan penelitian sinkronik-diakronik; dalam tiga langkah generik
tipologi, generik morfologi, dan holistik komparasi. Hasil penelitian pada kasus masjid yang diteliti dan tidak dapat
digeneralisasi pada kasus lain, menunjukkan bahwa tipologi masjid Nahdlatul Ulama mencerminkan tradisionalitas
arsitektur masjid, dan sebaliknya tipologi masjid Muhammadiyah menampilkan modernitas arsitektur masjid. Artinya
terdapat perbedaan yang khas dari tipologi arsitektur masjid, yang disebabkan oleh perbedaan dalam doktrin keagamaan.

Kata kunci: faham/doktrin keagamaan, tradisionalitas, modernitas tipologi arsitektur masjid.

ABSTRACT
This research want to present what the religious doctrine of the mosque community included the way and
mind orientation could be supposed influence in the architecture typhology of mosque. Qualitative descriptive
research method is used based on syncronic and diacronic approach with three steps: generic typhology, genetic
morphology, and holistic comparison. The result of research shown that Nahdlatul Ulama mosques typhology is
reflecting the traditionality of architecture, and vise verse Muhammadiyah mosques typhology is reflecting the
modernity of architecture. Finally the study concludes that the specific differences of the mosque architecture
typhology due to the religious doctrine differences.

Keywords: religious doctrine, traditionality, modernity, architecture typhology of mosque.

PENDAHULUAN: FAKTOR DETERMINAN diduga memiliki pengaruh terhadap pembentukan


BENTUKAN ARSITEKTUR MASJID arsitektur. Terlebih lagi ketika berbicara tentang
bangunan relijius, yaitu masjid. Masjid, ialah pusat
Banyak telaah dan penelitian menunjukkan kegiatan ibadah ummat Islam, yang hadir dari
bahwa pembentukan arsitektur masjid lebih banyak segenap kemampuan yang dimiliki masyarakatnya.
dideterminasi oleh faktor-faktor globalisasi Masjid adalah representasi dari komunitas ummat
penyebaran Islam, geografi dan iklim setempat, dan Islam yang melahirkan dan memakmurkannya.
budaya lokal. Hal ini bisa dipahami, karena memang Dalam tataran itu, patut ditelaah dua arus besar
faktor-faktor itu tampak lebih langsung dan kasat gerakan dan faham keagamaan yang sangat berpe-
mata serta bersifat umum berlaku pula bagi ngaruh terhadap orientasi dan arah perkembangan
pembentukan fungsi-fungsi arsitektur yang lain. masyarakat Islam di Indonesia, yaitu gerakan Islam
Namun demikian, berkaitan dengan arsitektur tradisionalis yang diwakili oleh Nahdlatul Ulama
Islam, faktor norma dan religi1 tampaknya dapat (NU) dan gerakan Islam modernis yang diwakili
antara lain oleh Muhammadiyah. Dua gerakan ini
mewakili doktrin keagamaan, yang secara teologis,
1
Menurut Altman, sebagai produk budaya, arsitektur pada sesungguhnya dipertemukan dalam dasar-dasar dan
dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, faktor konsep fundamental keagamaan yang sama. Perbe-
budaya, dan teknologi. Faktor lingkungan, mencakup kondisi
alamiah lingkungan seperti faktor geografis, geologis, iklim, suhu,
daan terletak pada wilayah fiqiyah dan setting sosial
dan sebagainya. Faktor teknologi, meliputi aspek pengelolaan historis sosiologis-nya.2
sumber daya dan ketrampilan teknis membangun. Faktor budaya,
di antara banyak definisi tentang kebudayaan, meliputi aspek-
aspek falsafah, kognisi lingkungan, persepsi, norma dan religi,
struktur sosial dan keluarga, ekonomi, dan lain-lain. Selengkap-
2
nya, lihat: Irwin Altman. 1980. Environmental and Culture. Abdul Munir Mulkan. 2000. Mempertemukan NU-Muhamma-
Plenum Press. diyah. Kompas. 13/8/2000. h. 4

110 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
TRADISIONALITAS DAN MODERNITAS TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID (M. Syaom BarlianaIskandar)

Dalam konteks masjid, yang bersifat terbuka adalah cara ummat Islam Indonesia berarsitektur
bagi siapapun masyarakat Islam yang ingin sejak Islam masuk ke Indonesia, yang untuk mula-
menggunakannya, jelas berbeda dengan kalangan mula bersinkretik dengan tradisi Hindu-Budha yang
kelompok masyarakat Kristen yang memiliki gereja- lebih dulu berkembang di Indonesia. Sebaliknya,
nya masing-masing. Namun demikian, pada banyak modernitas merujuk kepada cara beraksitektur yang
masjid pun dapat diidentifikasi basis masyarakat berupaya melepaskan diri dari masa lalu sehingga
pendukung yang memiliki orientasi faham ke-Islam- bersifat a historis, dan lebih menekankan kepada
an tertentu, seperti kalangan Nahdlatul Ulama dan pendekatan rasional kritis.
Muhammadiyah tersebut misalnya. Perlu ditegaskan pula, bahwa penelitian tentang
Merujuk kepada kenyataan itu, fenomena- tradisionalitas dan modernitas arsitektur masjid ini
fenomena yang dapat diamati dan akan diobservasi samasekali tidak berhubungan dengan penilaian
lebih jauh, menunjukkan bahwa perbedaan dalam arsitektur yang baik dan yang buruk. Penelitian lebih
gerakan dan doktrin keagamaan patut diduga difokuskan kepada upaya untuk menjelaskan fakta-
memberi pengaruh terhadap perbedaan arsitektur fakta (artefact) arsitektur, dengan sifat-sifat mana
masjid. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui, yang paling dominan pada suatu masjid apakah
bahwa perbedaan arsitektur masjid tampak jelas tradisionalitas atau modernitas arsitektur, baik pada
terjadi pada basis utama masyarakat NU dan masjid yang beraffiliasi dengan Muhammadiyah
Muhammadiyah yang berakar sejak permulaan maupun Nahdlatul Ulama.
penyebaran Islam pada daerah tersebut, sehingga Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah
memiliki faham ke-NU-an dan ke-Muhammadiyah- tersebut, dirumuskan masalah pokok penelitian
an yang kental. sebagai berikut: Bagaimanakah tipologi arsitektur
Apakah sikap tajdid dan rasionalis dari kalang- yang terbentuk pada masjid berbasis masyarakat
an modernis terhadap ketentuan agama, dan sebalik- Islam tradisionalis (Nahdlatul Ulama)?; Bagaimana
nya sikap menerima apapun ketentuan fiqh pada pula tipologi arsitektur masjid berbasis masyarakat
kalangan tradisionalis, patut diduga berimplikasi Islam modernis (Muhammadiyah)?; Apakah tipologi
terhadap cara berfikir dalam mendekati berbagai masjid Nahdlatul Ulama mencerminkan tradisiona-
persoalan dalam kehidupan termasuk arsitektur?. litas arsitektur masjid?; Sebaliknya apakah tipologi
Artinya, muncul pertanyaan, apakah perbedaan masjid Muhammadiyah mencerminkan modernitas
faham keislaman, yang sering disederhanakan arsitektur masjid? ; Jika kedua hal itu terjadi, apakah
dengan menyebut kalangan NU sebagai masyarakat fenomena tersebut bisa dirujuk pada sebab-sebab
Islam tradisionalis dan kalangan Muhammadiyah perbedaan doktrin/faham keagamaan Islam tradisio-
sebagai kaum Islam modernis, memberi makna nalis dn Islam modernis?
perbedaan tertentu bentukan arsitektur masjid sebagai
pusat kegiatan ibadah mereka? Inilah persoalan
dasar yang ingin diteliti.
Sementara itu, kajian mengenai arsitektur
masjid dapat meliputi spektrum masalah yang demi-
kian luas, dan karena itu diluar kemampuan peneliti
untuk membahas secara komprehensif. Oleh sebab
itu, merujuk kepada latarbelakang masalah, serta
kerangka pemikiran teoritik yang akan dijelaskan
kemudian maka aspek-aspek arsitektur masjid yang
diteliti dibatasi pada lingkup masalah: tipologi
arsitektur masjid. Sementara itu, model pendekatan
kualitatif dengan pengambilan objek penelitian se-
cara purposif yaitu masjid-masjid berbasis masya-
rakat kalangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Gambar 1. Tradisionalitas Langgam Arsitektur
Ulama, menyebabkan hasil penelitian tidak untuk
digeneralisasikan. KERANGKA TEORITIK:
Di sisi lain, meskipun lebih berkaitan dengan TRADISIONALITAS DAN MODERNITAS
sifat-sifat dan bukan konsep linier baku sehingga TIPOLOGI ARSITEKTUR
bukan sesuatu yang sangat rigid, kerangka rentang
waktu (time frame) yang berkaitan dengan konsep Tipologi adalah kajian tentang tipe. Tipe berasal
tradisionalitas dan modernitas arsitektur tetap men- dari kata Typos (bahasa Yunani), yang bermakna
jadi penting. Tradisionalitas dalam konteks ini, impresi, gambaran (imej), atau figur dari sesuatu.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 111
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 2, Desember 2004: 110 - 118

Secara umum, tipe sering digunakan untuk menjelas- oleh pembuatnya. Dengan demikian seharusnya tidak
kan bentuk keseluruhan, struktur, atau karakter dari mungkin ada dua objek arsitektural yang persis sama,
suatu bentuk atau objek tertentu3. Bila ditinjau dari sekalipun dibuat oleh orang yang sama. Pandangan
objek bangunan, tipologi terbagi atas tiga hal pokok, kedua, mengatakan sebaliknya, bahwa objek-objek
yaitu site (tapak) bangunan, form (bentuk) bangunan, arsitektural dapat memiliki nilai yang sama dengan
dan organisasi bagian-bagian bangunan tersebut4. objek lain yang dihasilkan dari sebuah aktivitas yang
Sementara itu, untuk kepentingan praktis bersifat repetitif (berulang kali) dan bahkan sengaja
penelitian ini, pengertian tipologi dikaitkan langsung dibuat agar untuk seterusnya dapat diulangi lagi6.
dengan objek arsitektural, karena pada dasarnya Artinya, sebuah objek arsitektural bukan saja
arsitektur adalah aktifitas yang menghasilkan objek menghasilkan sebuah pengulangan, melainkan juga
tertentu. Dengan demikian, tipologi adalah kajian dihasilkan dari sebuah pengulangan.
yang berusaha menelusuri asal-usul atau awal mula Penelitian ini lebih merujuk kepada pandangan
terbentuknya objek-objek arsitektural. Untuk itu, ada kedua sebagai acuan. Tindak lanjut dari konsep
tiga tahap yang harus ditempuh. Pertama, menentu- pengulangan ini, tipologi dapat diartikan sebagai
kan bentuk-bentuk dasar (formal structure) yang ada sebuah aktivitas klasifikasi dan pengelompokan.
dalam tiap objek arsitektural. Kedua, menentukan Tipologi merupakan konsep untuk mendeskripsikan
sifat-sifat dasar (properties) yang dimiliki oleh setiap kelompok objek berdasarkan atas kesamaan sifat-
objek, berdasarkan bentuk dasar yang ada padanya. sifat dasar, dengan cara memilah atau mengklasifi-
Ketiga, mempelajari proses perkembangan bentuk kasikan keragaman bentuk dan kesamaan jenis7.
dasar tersebut sampai pada perwujudannya saat ini. 5 Disamping pengelompokkan berdasarkan
Bentuk dasar, adalah unsur-unsur geometri bentuk-bentuk dasar, sifat-sifat dasar, dan perkem-
utama seperti segitiga, segi empat, lingkaran, dan bangan bentuk arsitektur, de Quincy8 mengintrodusir
ellips, serta berbagai variasi yang terkait dengannya. konsep physiognomy yaitu suatu cara menafsirkan
Unsur geometri utama ini sering disebut geometri objek arsitektural melalui upaya mengidentifi-
abstrak atau disebut juga deeper geometry. Disebut kasikannya dengan suatu objek ragawi tertentu, yang
abstrak, karena unsur ini seringkali dijumpai dalam selanjutnya akan menghasilkan suatu citra tertentu
keadaan tidak terwujud secara nyata tetapi hanya pula. Dalam konteks ini, tipologi kemudian dilihat
teridentifikasikan saja akibat sejumlah variasi atau pula sebagai aktivitas pengelompokkan berdasarkan
kombinasi unsur geometri. Sebuah atap kubah langgam (style), karena tiap objek memiliki tipenya
misalnya, bisa dianggap terdiri dari beberapa unsur masing-masing sesuai dengan fungsi serta kebiasaan
setengah lingkaran yang disatukan. masyarakat dalam memakai objek tersebut.
Sifat dasar, adalah gambaran (feature) yang Tentang langgam dan kebiasaan masyarakat,
membentuk orientasi, kesan, atau ungkapan tertentu. Jules9 menjelaskannya dalam dua terma;
Misalnya kesan memusat, memencar, simetris, statis,
dinamis, dan sebagainya. Beberapa sifat dasar ini
sudah menjadi milik beberapa bentuk dasar dengan 6
Lihat kembali penjelasan tentang arketipe, prototipe, dan
sendirinya (inheren). Misalnya, sebuah lingkaran stereotipe yang relevan dan korelatif dengan telaah ini.
7
memiliki sifat dasar memusat, sedangkan sebuah segi Rafael Moneo, 1979. On Typology dalam Journal Oppositions
empat memiliki sifat dasar statis. Sebaliknya, jika 13. Macashusette: The MIT Press. h. 23-45.
8
Quatreme de Quincy adalah teoritisi Perancis abad senbilan
beberapa bentuk dasar yang berlainan digabungkan, belas yang membedakan antara tipe dengan model. Model adalah
maka akan membentuk sifat-sifat dasar yang baru bentuk dasar dari sesuatu objek yang akan dibuat copy atau
dan berbeda. imitasi atau bentuk perulangannya secara persis. Sedangkan tipe
Asal usul arsitektur dan proses perkembangan- adalah suatu bentuk pengulangan, tetapi dapat merupakan bentuk
nya sampai saat ini, sering dilihat dalam dua kaca yang dilebihkan atau dikurangi dari bentuk dasarnya. Lihat:
Anthony Vidler. 1987. The Writing of the Walls: Architectural
mata pandangan yang berbeda. Pertama, objek Theory in the Late Enlightenmen. Princenton University Press. h.
arsitektural dianggap sebagai sesuatu yang unik dan 152
orisinal, karena merupakan ekspresi yang dipikirkan 9
Gaya/langgam berada diantara dua koridor, antara dunia
pengalaman dan kesadaran manusia. Misalnya, menyangkut
makna-makna sakral dan profan pada masyarakat kuno ataupun
3 masa kini. Dengan demikian, gaya bergantung kepada situasi,
Paul Alan Johnson. 1994. The Theory of Architecture; Concept, kondisi, dan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi pada kehidupan
Themes, & Practices. Van Nostrand Reinhold. h. 288 masyarakat. Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat dapat
4
Rossi. 1982. The Architecture of the City. Cambridge Mass: ditransformasikan oleh gaya menjadi suatu keindahan, yang
MIT Press. merefleksikan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Sementara itu,
5
Lihat: Budi A. Sukada. 1997. Memahami Arsitektur Tradisional kebiasaan dan konteks sosial yang membentuk gagasan kolektif
dengan Pendekatan Tipologi: dalam Eko Budihardjo; Jati Diri masyarakat, dapat membuat gambaran pengelompokkan tipe
Arsitektur Indonesia. Alumni. bangunan, dengan contoh berikut. Sebuah sekolah adalah berbeda

112 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
TRADISIONALITAS DAN MODERNITAS TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID (M. Syaom BarlianaIskandar)

gaya/langgam dan simbolisme bangunan dalam hirarki ruang, maupun hubungan ruang11. Oleh sebab
konteks sosial yang ada. Pengertian gaya/langgam itu, kedua terminologi itu tidak dapat dipisahkan satu
merujuk hal yang lebih spesifik, yaitu menyangkut sama lain, baik secara metode maupun substansinya,
karakteristik atau ornamentasi arsitektur yang khas, sehingga sering disebut dalam satu rangkaian: tipo-
pada waktu tertentu, periode tertentu, daerah tertentu, morfologi. Namun demikian, Moudon menyebutkan
ataupun orang tertentu. Sedangkan simbolisme bahwa tipologi adalah gabungan antara studi tipologi
bangunan dalam konteks sosial yang ada, misalnya dan morfologi, yaitu suatu pendekatan untuk meng-
ditunjukkan dengan bangunan-bangunan yang dapat ungkapkan struktur fisik dan keruangan.12 Oleh
dikelompokkan ke dalam kategori-kategori seperti sebab itu, untuk kepentingan penelitian ini, substansi
sekolah, pabrik, kantor, masjid, rumah sakit, bank, tipologi yang dimaksud adalah meliputi kajian
atau gereja. Setiap kategori bangunan tersebut tipologi dan morfologi.
melambangkan fungsi, dan secara tradisional Secara metodologi, untuk bisa merumuskan
memberikan citra yang mewakili gagasan kolektif suatu tipologi arsitektur dalam arti klasifikasi dan
masyarakat. pengelompokkan bangunan berdasarkan tipe-tipe
Berdasarkan kepada seluruh paparan di muka, tertentu, maka harus dilakukan terlebih dulu kajian
maka dapat disimpulkan bahwa tipologi adalah suatu morfologis pada satuan bangunan. Untuk kedua hal
konsep atau tindakan berfikir dalam kerangka itu biasanya dipakai metode yang biasa dilakukan
klasifikasi dan pengelompokan objek-objek arsitek- dalam sejarah, yang secara substansi mengikutserta-
tur. Klasifikasi dan pengelompokkan ini disusun kan aspek-aspek kebudayaan manusia (menyangkut
berdasarkan kesamaan bentuk-bentuk dasar, sifat- norma dan religi, teknologi dan metoda membangun,
sifat dasar, gaya/langgam, simbolisme dalam konteks sosial ekonomi, dan lain-lain)13 sebagai faktor penye-
sosial yang ada, serta asal-usul dan proses perkem- bab atau pengaruh perubahan bentuk arsitektur.
bangan bentuk arsitektur. Dalam hal terakhir itu, sangat relevan untuk
Dalam hal terakhir ini, yaitu telaah mengenai ditekankan, terutama dalam menganalisis dan menaf-
asal-usul dan proses perkembangan bentuk arsitektur, sirkan fakta fisik (artefact) arsitektur masjid,
berarti memasuki pula wilayah kajian yang sering dikaitkan dengan doktrin keagamaan Islam tradisio-
disebut morfologi. Morfologi sendiri diartikan nalis dan Islam modernis sebagai fakta sosial.
sebagai kajian yang menelusuri asal-usul atau proses Dengan demikian, penelitian tipologi ini, berarti pula
terbentuknya suatu bentuk arsitektur, baik menyang- menyangkut analisis dan tafsir terhadap makna di
kut elemen-elemen arsitektural maupun bentuk dan balik fenomena fisik arsitektur.
massa bangunan secara keseluruhan. Artinya, morfo- Pengertian tradisionalitas dan modernitas yang
logi menekankan kepada perubahan bentuk baik dimaksudkan dalam penelitian ini, tidak merujuk
sebagian maupun keseluruhannya, termasuk pula kepada konsep dan identitas baku arsitektur tradi-
faktor penyebab dan faktor pengaruh perubahan sional atau arsitektur modern, tetapi lebih kepada
bentuk itu sendiri10. sifat atau ciri-ciri ketradisionalan dan kemodernan
Meski demikian, terdapat perbedaan antara arsitektur yang dikaitkan dengan doktrin keagamaan
tipologi dengan morfologi. Jika tipologi merupakan tersebut. Artinya, penelitian ini tidak mengambil
suatu klasifikasi untuk pengelompokkan bangunan definisi yang lugas, tetapi lebih menunjuk kepada
(berarti lebih dari satu bangunan) berdasarkan tipe- ciri-ciri dan indikator tradisionalitas dan modernitas
tipe tertentu, sedangkan morfologi menyangkut yang disebut di bawah ini. Disamping itu, tradi-
perubahan bentuk pada satu bangunan. Perubahan sionalitas dan modernitas ini pun untuk sebagian
bentuk ini, menurut Schulz, menyangkut kualitas tidak selalu kontras hitam putih, tetapi lebih kepada
figurasi dalam konteks bentuk dari pembatas ruang. ciri mana yang paling dominan melekat pada suatu
Sistem figurasi ruang dihubungkan melalui pola, tipologi arsitektur. Untuk itu, berdasarkan kajian teori
serta berdasarkan konsep-konsep umum yang selama
ini dikenal, berikut ini diuraikan sifat-sifat dan ciri
dengan rumah dan berbeda dengan masjid misalnya, dan ketradisionalan dan kemodernan arsitektur tersebut.
perancang harus mampu menelaah citra dalam masyarakat
mengenai bentukan arsitektur dari ragam fungsi bangunan
tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi sebuah bangunan yang 11
didesain sebagai bank, tetapi dikesankan oleh masyarakat sebagai CH. Schulz. 1979. Genius Loci. New York: Rizzoli Interna-
gereja, misalnya. Selengkapnya, lihat: Frederick A. Jules. Basic tional Publication
12
Perception for Architecture Design dalam James C. Snyder & AV. Moudon. 1994. Getting To Know The Build Landscape
Anthony J. Catanesse. 1979. Introduction to Architecture. Mc. Typomorphology dalam Ordering Space Type in Architecture and
Graw Hill Book Co. Design. New York: Van Nostrand Reinhold.
10 13
Slamet Wirasonjaya. (1993). Manuskrip Bahan Kuliah. Lihat kembali: Irwin Altman. 1980. Environmental and
Pascarsarjana-ITB. Culture. Plenum Press

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 113
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 2, Desember 2004: 110 - 118

Terma-terma semacam sinkretisisme, eklekti- tradisionalis tanpa ada usaha pembaruan. Sebaliknya,
sisme, mistisme, simbolisme, ketaatan pada tradisi modernitas bentuk atap diperlihatkan dengan
dan sejarah, ketaatan pada sumber legitimasi (taqlid bentuk-bentuk yang non-simbolik, tidak terikat
pada Kyai), rancangan inkremental (tanpa orde), sebagai “merk”, dan lebih didasarkan kepada
bentuk dilahirkan dari logika bahan semata, dan pertimbangan perancangan rasional dan ide-ide.
lemahnya semangat inovasi, adalah beberapa indi- Dari segi sifat dasar atau karakter, tradisionalitas
kator tradisionalitas. Sementara indikator modernitas, tipologi masjid umumnya diperlihatkan dengan
diantaranya adalah semangat pembaruan (inovasi) adanya konfigurasi ruang pada denah dengan pola
dan reinterpretasi, rasional, kritis, a-historis, anti- memusat. Aspek memusat yang terfokus pada suatu
simbol, bentuk dilahirkan dari ide/gagasan tertentu bagian ruang ini dapat terlihat pada ruang utama,
yang multidimensi, kesetiaan pada orde, serta bentuk serambi masjid, halaman dalam, dan halaman luar.
mengikuti fungsi. Jika tidak disebut secara khusus, Bahkan di ruang dalam, ruang diantara empat kolom
maka ciri modernitas tipologi arsitektur adalah utama atau sakaguru membentuk suatu tempat
kontras dari tradisionalitas tipologi arsitektur yang khusus.16 Karakter bentuk bangunan, dengan tipologi
diuraikan lebih lengkap. atap tajug dan atau kubah, jelas memperlihatkan
Dalam aspek tipologi, tradisionalitas bentuk tradisionalitas bentuk yang bersifat simbolik. Orien-
dasar arsitektur masjid umumnya diperlihatkan tasi arah ke atas yang kuat, biasanya diimbangi
dengan bentuk-bentuk denah persegi/bujursangkar, dengan horisontalitas atap serambi berbentuk
dengan serambi di mukanya. Bagian utama adalah limasan.
bujursangkar dalam, yang biasanya memiliki empat Dengan menelaah tipologi bentuk dasar dan
kolom (sakaguru) untuk mendukung atap. Meski sifat dasar tersebut, maka dapat disimpulkan pula
kolom ini sekarang mungkin digantikan dengan bahwa tradisionalitas langgam arsitektur masjid
elemen lain karena perkembangan teknologi, namun banyak ditampilkan oleh sinkretisme, eklektisisme,
idiom simbolik tipologi ini tetap dipakai pada dan simbolisme bentuk. Ini melahirkan masjid-
tradisionalitas masjid. Esensinya adalah perulangan masjid tipikal tradisional di Jawa yang memiliki ciri-
tipologi karena eklektisisme. Sebaliknya, modernitas ciri umum sebagai berikut: memakai material kayu,
arsitektur menghadirkan bentuk dasar yang ahistoris, beratap tumpang, terdapat memolo (hiasan dari
tak memiliki keterikatan terhadap bentuk tertentu, puncak atap yang diadaptasikan dari tradisi Hindu),
kecuali didasarkan kepada fungsi-fungsi sesuai memiliki tempat wudlu berupa kolam/gentong,
dengan analisis kebutuhan. beduk/kentongan, serambi/pendopo, pawestren
Tradisionalitas tipologi bentuk dasar atap (ruang shalat wanita), pagar/gerbang, makam, dan
biasanya diperlihatkan dengan bentuk atap tajug sebagian memiliki istiwa (jam matahari), dan tidak
dengan memolo di puncak atap atau meru karena bermenara (kecuali pada perkembangan kemudi-
pengaruh Hindu, bentuk atap Kubah karena an).17
pengaruh Timur Tengah yang dibawa para Kyai/ Dari segi perubahan bentuk arsitektur, ada dua
Ulama masa lampau sesudah naik Haji. Sinkretisme hal yang pantas ditelaah, yaitu transformasi bentuk
terjadi dalam hal ini. Bentuk kubah selanjutnya serta transformasi ruang arsitektur masjid. Ini
menjadi simbol utama bahkan “merk” (setara dengan merupakan dua hal yang berkaitan, karena figurasi
corporate brand)14 tradisionalitas masjid, sehingga bentuk dilahirkan dari pembatas ruang melalui pola,
kubah dipakai tidak selalu karena alasan fungsional hirarki, dan organisasi ruang itu sendiri. Dalam kaitan
tetapi penanda masjid menggantikan memolo. Tajug itu, akibat persinggungan budaya lokal dengan
dan Kubah merupakan langgam pengaruh Hindu budaya asing di bumi nusantara selama ini serta
(meru atau candi) serta Pan Islam (kubah dan proses tawar menawar dan tukar menukar elemen-
lengkungan pada elemen arsitektur). Ini adalah elemen budaya yang dimiliki, terjadilah akulturasi
tipologi masjid tradisional Jawa15, yang kemudian desain.
secara turun temurun diikuti masyarakat Islam Berdasarkan telaah itu, tradisionalitas tranfor-
masi bentuk arsitektur masjid umumnya diperlihat-
14
kan dengan perubahan yang inkremental, perubahan
Josef Projotomo. 2001. Arsitektur Masjid tanpa Arsitek.
Simposium Nasional Ekspresi Islami dalam Arsitektur Nusantara-
4 (SNEIDAN-4). Semarang: UNDIP.
15 16
Menurut Pijper, Indonesia memiliki arsitektur masjid kuno Adi Utomo Hatmoko. 2000. Teknonika dan Ekspresi Masjid
yang khas yang membedakannya dengan bentuk-bentuk masjid di Tradisional dan Kontemporer di Jawa. The Third International
negara lain. Tipe masjid Indonesia berasal dari pulau Jawa, Symposium on Islamic Expression in Indonesian Architecture.
sehingga kerap disebut sebagai masjid tipe Jawa. G.F. Pijper. Yogyakarta. UII.
17
1992. Empat Penelitian tentang Agama Islam di Indonesia 1930- Bambang Setiabudhi, 2000. Menelusuri Arsitektur Masjid di
1950. Terjemahan: Tujumah. Jakarta: UI Press. p. 24 Jawa, dalam Mencari Sebuah Masjid. Bandung. Masjid 2000.

114 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
TRADISIONALITAS DAN MODERNITAS TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID (M. Syaom BarlianaIskandar)

tidak mengikuti pola yang jelas, tak ada kesetiaan pendekatan genetik morfologis18, yang ditujukan
kepada order bentuk arsitektural dan struktural untuk memperoleh deskripsi perkembangan bentuk
maupun pola dan organisasi ruang. Sebaliknya, satuan objek arsitektur masjid, sejak awal kehadiran
modernitas perubahan dan perkembangan arsitektur sampai bentuk terakhir.
masjid dicirikan dengan perubahan yang terencana, Langkah terakhir, penelitian tipomorfologi
mengikuti pola atau bahkan modul bentuk dan sinkronik-diakronik, menggunakan pendekatan holis-
struktur, serta kesetiaan kepada order pengaturan tik komparatif, untuk menggali faktor pengaruh
pola dan organisasi ruang. perkembangan tipo-morfologi yang dikaitkan dengan
orientasi faham keislaman sebagai gejala budaya
pada basis masyarakat pendukung masjid.
Melalui teknik purposive yang didasarkan atas
pertimbangan tujuan penelitian, maka latar penelitian
ini akan dibatasi pada objek masjid-masjid berbasis
masyarakat tradisionalis dan modernis yang di-
bangun atau sudah mengalami perubahan/perkem-
bangan pada tahun 1960-1980-an. Masjid-masjid itu
ialah masjid NU di pesantren Cipasung Tasikmalaya,
masjid Baiturrahman pesantren Nurul Huda Garut,
dan masjid Jami pesantren Ciwarigin Cirebon, serta
masjid-masjid Muhammadiyah yaitu masjid Tejasuar
Gambar 2. Tradisionalitas Trasformasi Bentuk Cirebon, masjid Darul Arqom Lio Garut, dan masjid
Basmalah Singaparna.
Penelitian artefak arsitektur ini, jelas menekan-
METODE TIPOMORFOLOGI
kan kepada aspek kebendaannya dan bukan pada
ARSITEKTUR: SUATU PENDEKATAN
proses. Teknik utama pengumpulan data dalam
SINKRONIK DAN DIAKRONIK
penelitian kualitatif ini adalah observasi. Alat
pengumpulan data, dengan demikian digunakan
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk
pedoman observasi, dengan skema proses observasi
memperoleh data kualitatif, dengan cara mengob-
yang diadaptasi dari Spradley19. Skema ini terdiri dari
servasi artefak arsitektur masjid yang merupakan
tiga langkah: observasi deskriptif, observasi terfokus,
hasil kebudayaan material (material culture) sebagai
dan terakhir observasi selektif. Selanjutnya, dilaku-
objek kajian. Sesuai dengan rumusan masalah dan
kan pengabsahan data sebagai hal yang mutlak dalam
tujuan penelitian, digunakan metoda tipo-morfologi.
proses penelitian, dengan cara triangulasi. Analisis
Penelitian tipologi bersifat diakronik, karena
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data
mengobservasi artefak arsitektur masjid pada saat
dengan langkah; analisis domain, analisis taksono-
keadaannya sekarang. Observasi memang seharus-
mik, analisis komponensial, selanjutnya hasil dari
nya meliputi bukan saja skala bangunan (objek
ketiga analisis terus dilanjutkan dengan analisis tema
masjid itu sendiri), tapi juga konteks hubungan
masjid dengan lingkungan sosial, kawasan, dan kota.
Namun demikian, karena keterbatasan penelitian ini,
maka fokus kajian hanya menyangkut objek masjid 18
Pendekatan genetik bertolak dari asumsi dan memaknai bahwa
belaka. Dalam hal ini, dilakukan pendekatan generik segala sesuatu itu berkembang dari yang lebih elementer ke yang
tipologik, yang digunakan untuk memperoleh des- lebih sempurna, meskipun tidak selalu yang lebih kemudian pasti
lebih sempurna karena mungkin terjadi penyimpangan atau
kripsi bentuk dasar, sifat dasar, dan langgam involusi. Pendekatan morfogenetik mengakui bahwa perkem-
arsitektur masjid sehingga diperoleh suatu pengelom- bangan sesuatu dapat berlangsung secara kualitatif maupun
pokkan tipe tertentu. kuantitatif, serta dapat berkelanjutan atau tidak berkelanjutan.
Sementara penelitian morfologi bersifat sin- Dalam penelitian ini, pendekatan diadaptasi menjadi genetik
kronik, karena bertujuan menemukan variasi/ragam morfologi, karena diletakan dalam kerangka mengkaji
perkembangan bentuk arsitektur. Selengkapnya, lihat: Noeng
fenomena/fakta yang ada pada saat sekarang, namun Muhadjir (1992). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin.
menyangkut usia dan kehadiran objek masjid pada h. 92-93.
19
rentang waktu tertentu di masa lalu (1960-1980-an), Teknik penelitian ini, sesungguhnya digunakan Spradley dalam
serta perubahannya sampai saat sekarang, sehingga penelitian kualitatif terlibat melalui observasi partisipasi. Meski
bersifat historik. Dalam konteks ini, digunakan tidak sama substansinya, tapi dari segi prosedur observasi dan juga
analisisnya kemudian, model ini relevan diadaptasi untuk
digunakan dalam penelitian artefak objek arsitektur ini. Selanjut-
nya, lihat: Spradley. 1980. Participant Observation. Holt, Rinehart
and Winston. h. 34.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 115
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 2, Desember 2004: 110 - 118

sebagai suatu proses interpretasi, dengan cara arsitektur masjid, dan lain-lain. Dari segi transformasi
mendeskripsikan secara menyeluruh dan menampil- bentuk, tampak bahwa perubahan bentuk masjid
kan makna dari obsjek yang menjadi fokus bersifat inkremental; bentuk masjid tumbuh dan
penelitian. Untuk menjaga objektivitas tafsir ini, berkembang tanpa sekrenario dengan tempelan ruang
kembali digunakan referensi teoritik untuk memberi- dan bentuk yang tidak selalu menyatu dengan bentuk
kan penjelasan dan wawasan yang luas terhadap asal; dan lain-lain. Dengan demikian, dapat disimpul-
domain, taksonomik, dan komponen yang ditemukan kan bahwa tipologi masjid berbasis masyarakat Islam
dalam penelitian. tradisionalis (Nahdlatul Ulama) umumnya dominan
menampilkan ciri tradisionalitas arsitektur.
Kedua, sebaliknya, masjid berbasis masyarakat
Muhammadiyah terbukti melahirkan tipologi masjid
yang tidak terikat pada satu langgam tipikal tetapi
mencari tipologi sesuai dengan konsep dan program
rancangan masjid, atau bahkan tanpa terikat dengan
suatu tipologi tertentu karena pendekatan rasional
dan ide dalam mengolah bentuk21; pengolahan denah
dan tapak masjid memiliki kesetiaan kepada order
berdasarkan grid rasional dan modul struktur tertentu;
orientasi rasionalitas, fungsi, dan efisiensi; kompo-
sisi dan konfigurasi bentuk atau struktur berdasarkan
Gambar 3. Modernitas Langgam Arsitektur pertimbangan estetik dan bukan simbolik/mistik;
bentuk bersifat ahistoris, noneklektik, dan non
sinkretik; jika memakai idiom tradisional bentuk
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI: tetap diolah secara rasional dan terjadi desakralisasi;
PERBEDAAN TIPOLOGI ARSITEKTUR penggunaan material alam/tradisional diolah secara
MASJID modern baik segi segi teknik maupun estetik, dan
demikian pula penggunaan material buatan sehingga
Merujuk kepada temuan dan pembahasan hasil memberi ekspresi modernitas. Dari segi transformasi
penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian, bentuk, hasilnya adalah bentuk-bentuk yang sudah
maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan seperti final tanpa transformasi; jika ada perubahan, bentuk
diurai di bawah ini. Sementara itu, mengingat jenis mengikuti rancangan yang terintegrasi dengan
pendekatan penelitian dan metode penarikan sampel, bentuk asal atau karakter tapak, dan lain-lain.
maka kesimpulan hanya berlaku untuk kasus masjid Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tipologi
yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada masjid berbasis masyarakat Islam modernis
tipologi arsitektur masjid-masjid secara keseluruhan. (Muhammadiyah) umumnya dominan menampilkan
Pertama, masjid berbasis masyarakat NU juga ciri modernitas arsitektur.
umumnya memiliki bentuk dasar denah “tradisional Ketiga, dari kedua kesimpulan tersebut, menun-
Jawa” persegi empat (dalam arti fisik maupun jukkan bahwa memang terdapat perbedaan yang
simbolik); pengolahan denah masjid yang tidak khas dari tipologi arsitektur masjid berbasis masya-
berdasar perhitungan rasional modular tetapi lebih rakat Islam tradisionalis dengan tipologi arsitektur
berdasarkan intuisi (metode blackbox) dan peng- masjid berbasis masyarakat Islam modernis, yang
alaman imitatif tukang; sinkretisme dan eklektisisme masing-masing dipengaruhi oleh karakteristik orien-
dalam penataan ruang, bentuk, dan fungsi; adanya tasi faham keislaman masyarakat pendukungnya.
orientasi kosmologis dan mistis; komposisi dan Karakteristik masyarakat Islam tradisionalis (NU)
konfigurasi simbolik; penggunaan material tidak yang cenderung ketat memegang tradisi eklektik dan
diterapkan mengikuti kaidah teknologik20; gaya/ sinkretik, taqlid pada Kyai, serta pada tingkat tertentu
langgam arsitektur masjid mengikuti langgam juga memiliki ritual sinkretik serta orientasi berfikir
tradisional seperti bentuk atap tajug atau pemakaian
kubah berlanggam Timur Tengah/Pan Arabian
21
berdasar persepsi massa ummat Islam tentang “ciri” Konsep “form follow function” dari arsitek modernis Louiss
Sullivan, sesungguhnya menyatakan bahwa bentuk-arsitektur
secara rasional dilahirkan dari fungsi atau program ruang tertentu.
Karena itu, jika fungsi berubah maka bentuk berubah pula.
20
Penggunaan material untuk konstruksi beton bertulang Demikian pula program ruang yang berbeda akan menghasilkan
misalnya, tidak berdasarkan perhitungan rasional, tetapi bentuk arsitektur yang berbeda pula. Persoalannya ortodoksi
berdasarkan intuisi dan pengalaman tukang; tak ada standarisasi, arsitektur modern, melahirkan bentuk-bentuk akhir yang seragam
dll. dan tipikal.

116 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
TRADISIONALITAS DAN MODERNITAS TIPOLOGI ARSITEKTUR MASJID (M. Syaom BarlianaIskandar)

kosmologis dan mistis, fatalistik, tapi juga teguh Kedua, dari temuan penelitian, khususnya
memegang fiqh secara kaku, memberi konteks dan berkaitan dengan masjid berbasis masyarakat NU,
memberi pengaruh atas kehadiran tipologi masjid Islam terlihat mengadaptasi budaya dan tradisi
dengan ciri tradisionalitas arsitektur. Sementara itu, setempat ke dalam perwujudan tipologi arsitektur
karakteristik masyarakat Islam modernis (Muham- masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat
madiyah) yang rasional dan purifikatif, kritis, bahwa masyarakat asli setempat cenderung untuk
mengedepankan ijtihad untuk pembaruan (tajdid), menyerap ide-ide baru (Islam) dan kemudian
tidak anti modernisme, menjauhkan diri dari bid’ah mengasimilasikannya dengan kepercayaan yang
dan ritual sinkretis maupun mistis, juga memberi mereka anut. Temuan itu menunjukkan realitas,
konteks dan pengaruh atas kehadiran tipologi masjid bahwa lewat bentukan arsitektur sebagai salahsatu
yang mencerminkan modernitas arsitektur seperti produk budaya masyarakat, terlihat proses akulturasi
telah disebut di muka. damai antara dimensi kultural Islam dengan kebu-
Akhirnya, secara umum dapat disimpulkan, dayaan setempat yang melahirkan ragam tipologi
bahwa, kecenderungan sikap tajdid dan rasionalis arsitektur masjid yang kaya. Dengan demikian,
dari kalangan modernis terhadap ketentuan agama, persoalan tradisionalitas dan modernitas sesungguh-
dan sebaliknya kecenderungan sikap menerima nya tidak berkaitan dan sama sekali terlepas dari
apapun ketentuan fiqh pada kalangan tradisionalis, penilaian baik atau buruknya suatu ekspresi arsitek-
berimplikasi terhadap cara berfikir dalam mendekati tur masjid atau doktrin keagamaan itu sendiri.
berbagai persoalan dalam kehidupan termasuk dalam Persoalannya, ketika bentukan arsitektur itu
berarsitektur. Karena itu, benarlah apa yang dikata- menjadi simbol atau bahkan menjadi merk tertentu
kan Rapoport, bahwa “arsitektur dapat menyediakan yang seragam, yang kategorial, maka proses
tempat bagi kegiatan-kegiatan tertentu, mengingat- kreativitas dan inovasi beraksitektur lalu berhenti dan
kan orang tentang kegiatan apa yang dilakukan, menjadi beku. Maka, sekali lagi relevan untuk
menyatakan kekuasaan, status, dan privasi; menyata- diungkapkan pernyataan Mangunwijaya23, bahwa
kan dan mendukung kepercayaan kosmologis; meski buah arsitektur yang tumbuh dari pohon
menyampaikan informasi; membantu menetapkan penghayatan keagamaan biasanya menampakkan arti
identitas pribadi dan kelompok; dan mengkiaskan sejati yang diilhami oleh kedalaman jiwa manusia
sistem nilai. Arsitektur juga dapat memisahkan yang peka dimensi kosmologis, namun kita harus
wilayah dan membedakan antara di sini dan di sana, awas dan jangan gegabah mencangkokkan suatu
suci dan profan, pria dan wanita, depan dan belakang, predikat “ciri keagamaan” tertentu pada suatu
pribadi dan umum, yang dapat dan tak dapat didiami, perwujudan bentuk-bentuk arsitektural tertentu pula.
dan sebagainya”.22 Seolah-olah arsitektur Islam atau Kristen misalnya,
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian, baru boleh disebut arsitektur dengan predikat Islam
beberapa implikasi dari penelitian ini dirumuskan atau Kristen jika setia kepada suatu deretan kategori
sebagai berikut. bentuk-bentuk arsitektur.
Pertama, meski penelitian kualitatif ini telah Ketiga, dengan segala keterbatasannya, diharap-
berupaya memilih objek arsitektur masjid yang kan hasil penelitian ini berkontribusi terhadap
berada pada basis-basis utama masyarakat NU dan pengembangan konsep dan penerapan ilmu arsitektur
Muhammadiyah, namun dengan hanya masing- khususnya arsitektur masjid. Penelitian ini telah
masing 3 objek masjid yang diteliti, maka sulit untuk menunjukkan fenomena kesamaan yang khas dari
dapat dikatakan bahwa objek-objek tersebut telah tipologi arsitektur pada masing-masing kelompok
mewakili seluruh populasi masjid berbasis NU dan masjid berbasis masyarakat yang sama (NU dan
Muhammadiyah di Jawa Barat. Oleh sebab itu, Muhammadiyah), dan keberbedaan yang khas pula
sesuai dengan metode penelitian yang dipakai, hasil antara tipologi arsitektur masjid berbasis masyarakat
penelitian ini tidak dapat digeneralisasi terhadap NU dengan masjid berbasis masyarakat Muham-
seluruh populasi masjid di Jawa Barat. Untuk itu, madiyah. Fenomena ini diinterpretasikan lebih jauh,
penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian- menjadi sebuah konsep adanya keterkaitan antara
penelitian lain yang relevan baik dari segi metode, doktrin atau faham keagamaan masyarakat pen-
populasi, substansi topik, maupun spektrum masalah dukung masjid dengan perwujudan tipologi arsitektur
penelitian. masjid secara langsung maupun tidak langsung.

22
Amos Rapopot, 1979. Cultural Origin of Architecture. In :
23
Introduction to Architecture. Edited by James C. Snyder and Y.B. Mangunwijaya. 1992. Wastu Citra. Gramedia Pustaka
Anthony J. Catanesse. New York: McGraw Hill. p. 15. Utama. h 51-88

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 117
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 2, Desember 2004: 110 - 118

Johnson, Paul Alan, The theory of Architecture. New


York: Van Nostrand Reinhold, 1994.

Khudori, Darwis. Islam, Architecture and


Globalisation: problematic and Prospects for
Research in Indonesia. Proceeding Internati-
onal Symposium on Islamic Expression in
Indonesia Architecture. UIA-LSAI. 2000.

Lesnikowski, Wojciech G., Rationalism and Roman-


ticism in Architecture. New York: McGraw-
Hill Book Co. 1982.
Gambar 4. Modernitas Transformasi Bentuk Lombard, Denys, Nusa Jawa: Silang Budaya.
Bagian II: Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000.
DAFTAR PUSTAKA
Maarif, A. Syafii, Indepedensi Muhammadiyah: Di
Abel, Chris, Architecture and Identity. Oxpord: Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan
Architectural Press. 1997. Politik. Jakarta: Pustaka Cidesindo. 2000.

Alaena, Badrun, NU, Kritisisme dan Pergeseran Mangunwijaya, YB. Wastu Citra. Jakarta: Gramedia.
Makna Aswaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1987.
2000.
Moneo, Rafael, On Typology dalam Journal
Altman, Irwin. Environmental and Culture. New Oppositions 13. Macashusette: The MIT
York: Plenum Press. 1980. Press. 1979. h. 23-45.

Aly, Abdullah, dan Maryadi, ed., Muhammadiyah Mulkhan, Abdul Munir, Menggugat Muhamma-
dalam Kritik. Surakarta: Muhammadiyah diyah. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000.
University Press. 2000.
Nasr, Sayyed Hossein. Islam Tradisi di Tengah
Antoniades, Anthony C., Poetics of Architecture, Kancah Dunia Modern. Bandung: Pustaka.
Theory of Design. New York: Van Nostrand 1994.
Reinhold. 1990.
Rahadhian PH., Meru; dalam Jurnal Arsitektur
Budi, Bambang S. Arsitektur Masjid. Jaringan Tatanan Vol. 2 No. 4, Bandung: Unpar.
Komunitas Arsitektur Indonesia. Arsitektur 2001.
Com. 2000.
Bambang Setiabudhi, 2000. Menelusuri Arsitektur
Fealy, Greg, and Greg Barton, ed., Nahdlatul Ulama, Masjid di Jawa, dalam Mencari Sebuah
Traditional Islam and Modernity in Indone- Masjid. Bandung. Masjid 2000.
sia. Monash: Monash Asia Institute. 1996.
Zein, M.W., Perkembangan Arsitektur Masjid di
Frampton, Kenneth, Modern Architecture, a Critical Jawa Timur . Surabaya: PT. Bina Ilmu. 1986.
History. London: Thames and Hudson Ltd.
1996.

Frick, Heizz, Pola Struktural dan Teknik Bangunan


di Indonesia. Yogyakarta-Semarang: Kanisius
Soegiajapranata University Press. 1997.

Frishman M. & Hasanuddin Khan. ed. The Mosque:


History, Architectural Development, and
Regional Diversity. London: Thames and
Hudson, 1994.

118 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/

Anda mungkin juga menyukai