Anda di halaman 1dari 12

PENCEGAHAN Corona Virus Disease (COVID-19)

A. Pencegahan Covid 19
Cara penyebaran virus dapat melalui kontak dekat, lingkungan atau
benda yang terkontaminasi virus, dan droplet saluran napas. Droplet dapat
melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan mukosa
yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau
mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran
napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif
prosedur respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba
trakea. Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID19.
Oleh karena itu, kita dapat melakukan pencegahan transmisi virus pada
masyarakat dengan cara :
1. Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alcohol 60-70 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
2. Pembatasan interaksi fisik (physical contact/physical distancing)
a. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak
terdekat sekitar 1-2 meter. Tidak bersalaman, tidak berpelukan dan
berciuman.
b. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika
berpergian.
c. Bekerja dari rumah, jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
d. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
e. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan
bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media
sosial.
f. Hindari melakukan perjalanan baik keluar kota/ luar negri
g. Hindari bepergian ke tempat-tempat wisata
h. Menerapkan work from home bila memungkinkan
i. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya.
j. Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka

3. Peningkatan imunitas diri


a. Konsumsi gizi seimbang
b. Aktifitas fisik/senam ringan
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi,
kanker)
g. Menjaga kondisi mental/ menghindari stress
4. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
5. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
7 Menerapkan etika batuk dan bersin dengan :
a. saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu langsung buang tisu ke
tempat sampah dan segera cuci tangan
b. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas
dan ketia
8 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
9 Menggunakan masker medis/kain saat bepergian/keluar rumah. Cara
penggunaan masker yang efektif:
a. Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah. Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
b. Lepas masker dengan tehnik yang benar (misalnya; jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dar belakang dan
bagian dalam).
c. Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan segera cuci tangan.
d. Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker
jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
e. Jangan pakai ulang masker medis yang telah dipakai.
f. Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah
medis sesuai SOP.
g. Masker kain digunakan tidak lebih dari 4 jam
h. Gunakan masker kain 3 lapis/ melapisi masker dengan tissue.
B. Pencegahan sesuai kondisi dan tempat
1. Pencegahan transmisi di rumah
a. Pola hidup sehat (meningkatkan sistem imun tubuh)
b. Personal higienitas yang baik
c. Etika batuk dan bersin
d. Cuci tangan, jangan menyentuh mata, hidung atau mulut dengan
tangan kotor
e. Ventilasi ruangan yang baik, jaga tetap bersih
f. Hindari kontak dekat dengan orang dengan gejala sistem respirasi
(batuk/sesak/pilek/nyeri tenggorokan)
g. Hindari tempat ramai
h. Hindari kontak dengan hewan liar, unggas dan ternak
i. Makan makanan yang aman, dan dimasak dengan matang. Hindari
makan makanan yang mentah
j. Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran napas
(batuk/sesak/pilek/nyeri tenggorokan)
2. Pencegahan transmisi di fasilitas publik
a. Transportasi publik
1) Menjaga kebersihan dan melakukan desinfeksi.
2) Duduk berjarak minimal 1,5 meter,
b. Institusi pendidikan
1) Menjaga kebersihan dan melakukan desinfeksi
2) Tidak berkegiatan fisik saat belajar mengajar – berganti menjadi
daring
c. Pusat kegiatan keagamaan
1) Menjaga kebersihan dan melakukan desinfeksi
2) Tidak berkegiatan keagamaan secara fisk – berganti menjadi
daring
d. Pusat perbelanjaan:
1) Skrining pengunjung (mengukur suhu, mendeteksi gejala awal)
2) Hindari berkegiatan secara fisik selama melakukan
perbelanjaan. Menjaga jarak min 1,5 m
3) Menyediakan tempat cuci tangan dengan air dan sabun atau
hand sanitizer.
4) Menjaga kebersihan dan melakukan disinfeksi pada tempat-
tempat yang mudah dijangkau tangan seperti pegangan tangga,
tombol lift, mesin ATM, meja restoran dll.
C. Rekomendasi perjalanan internasional
a. Rekomendasi skrining keluar negara atau keluar daerah transmisi
COVID-19
1) Melakukan skrining keluar di bandara internasional dan tempat
keluar area terinfeksi, ditujukan untuk deteksi dini gejala untuk
dievaluasi dan ditatalaksana lebih lanjut dan mencegah pengiriman
penyakit.
2) Skrining keluar mencakup tanda dan gejala, anamnesis penumpang
dengan gejala infeksi saluran napas sebelum meninggalkan area
terinfeksi dan paparan potensial kontak tinggi atau sumber hewan
yang dicurigai, pemeriksaan medis, diikuti dengan pemeriksaan
COVID-19, dan jika terkonfirmasi dilakukan tatalaksana dan
isolasi.
3) Skrining di bandara domestik, stasiun kereta dan stasiun bus jarak
jauh
4) Orang yang kontak langsung dengan kasus yang terkonfirmasi atau
paparan langsung terhadap sumber potensial infeksi harus
ditempatkan dalam golongan observasi medis. Kontak risiko tinggi
harus menghindari perjalanan selama masa inkubasi yaitu 14 hari.
5) Kampanye informasi penerapan kesehatan pada titip masuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala infeksi
saluran napas akut.
b. Rekomendasi skrining masuk untuk negara atau area tanpa transmisi
COVID-19
1) Tidak cukup hanya memeriksa suhu ketika masuk karena pada
kasus suspek yang dalam masa inkubasi atau belum muncul demam
dapat terlewatkan. Namun, mayoritas kasus kiriman dideteksi
melalui skrining masuk. Selain memeriksa suhu, perlunya deteksi
dini gejala penumpang dan rujukan tindak lanjut medis.
2) Skrining suhu diikuti dengan pesan risiko penyebaran. Dapat
diberikan dengan poster, leaflet, bulletin dan lainnya bertujuan
untuk meningkatkan kewaspadaan penumpang mengenai tanda dan
gejala penyakit dan kapan mencari pelayanan kesehatan serta
melaporkan riwayat perjalanan.
3) Menghitung hasil skrining: jumlah orang yang diskrining dan kasus
terkonfirmasi dari hasil skrining serta metode skrining.
4) Kebijakan kesehatan publik berkolaborasi dengan operator
penerbangan untuk managemen kasus ketika mengudara dan
melaporkannya dan melakukan tatalaksana di kabin sesuai panduan
Kemenhub.
D. Pencegahan dan Pengendalian infeksi di fasilatas kesehatan
Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) merupakan
komponen penting yang harus diterapkan dalam managemen kasus infeksi.
Berikut strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan infeksi di
fasilitas kesehatan meliputi:
1. Triage, deteksi dini dan pengontrolan sumber
Triase, deteksi dini dan pengontrolan sumber triase klinis merupakan
sistem pemeriksaan pasien dititik pertama masuk rumah sakit yang
merupakan bagian penting dalam mengidentifikasi, deteksi dini dan
menempatkan segera pasien di area terpisah dari pasien lain
(pengontrolan sumber) atau isolasi serta merawat pasien dengan dugaan
infeksi COVID-19. Untuk memudahkan deteksi dini kasus yang
dicurigai, fasilitas kesehatan harus:
a. Memotivasi petugas kesehatan untuk memiliki tingkat kecurigaan
klinis yang tinggi
b. Tempat triase yang memadai serta staff yang terlatih.
c. Memberlakukan kuesioner skrining berdasarkan definisi kasus
(pada bab sebelumnya).
d. Memasang tanda di tempat umum yang mengingatkan gejala-gejala
pada pasien yang penting untuk diberitahukan kepada petugas
kesehatan.
e. Promosi respiratory hygiene merupakan tindakan pencegahan yang
penting
f. Isolasi atau pemisahan pasien COVID-19 yang dicurigai segera
setelah dicurigai serta terapkan program PPI.
2. Penerapan standar pencegahan untuk semua pasien
Penerapan standard precautions untuk semua pasien Standard
Precaution mencakup kebersihan tangan dan pernapasan (hand and
respiratory hygiene); penggunaan alat pelindung diri (APD),
bergantung penilaian risiko; pencegahan luka tertusuk jarum suntik atau
benda tajam; pengelolaan limbah yang aman; pembersihan lingkungan
dan sterilisasi peralatan dan linen yang digunakan dalam merawat
pasien.
a. Kebersihan tangan dan pernapasan. Langkah-langkah respiratory
hygiene yang harus dilakukan yaitu:
1) Tutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin dengan tisu
atau bagian dalam siku.
2) Lakukan hand hygiene.
 Setelah kontak dengan secret saluran napas.
 Lima momen cuci tangan: sebelum menyentuh pasien,
sebelum prosedur dilakukan, setelah terpapar cairan tubuh,
setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh sekitar
pasien.
 Menggunakan alkohol atau sabun dengan air.
 Jika terdapat minyak atau kotoran yang terlihat, cuci tangan
dengan sabun dan air.
 Jika kotoran tidak terlihat, gunakan alcohol-based hand
rub.
3) Tawarkan masker untuk pasien terduga infeksi COVID19
bagi yang bisa mentolerirnya.
b. Alat pelindung diri Penggunaan APD yang rasional, benar dan
konsisten membantu mengurangi penyebaran patogen. Efektivitas
APD tergantung pada persediaan yang memadai, pelatihan staf yang
memadai, hand hygiene yang tepat dan perilaku yang baik.
c. Kebersihan lingkungan dan desinfektan Pembersihan lingkungan
dan prosedure desinfeksi harus dipatuhi secara konsisten dan
benar.Pembersihan permukaan lingkungan dengan air dan deterjen
yang teliti. Selain itu, penerapan desinfektan yang biasa digunakan
(seperti natrium hipoklorit) harus efektif dan memadai. Pengelolaan
laundry, layanan penyediaan alat makan dan limbah medis harus
sesuai dengan prosedur rutin yang aman.
d. Penerapan tindakan pencegahan tambahan secara empiris (droplet
dan kontak dan pencegahan airborne lain) untuk kasus yang
dicurigai infeksi COVID-19. Penerapan tindakan pencegahan
tambahan secara empiris (untuk droplet, kontak, dan pencegahan
lain) untuk kasus yang dicurigai.
1) Setiap individu, termasuk anggota keluarga, pengunjung, dan
petugas kesehatan harus mematuhi pencegahan kontak dan
droplet.
2) Setiap pasien harus ditempatkan di ruangan privat yang
memiliki ventilasi cukup. Ventilasi memerlukan 160
L/detik/pasien.
3) Jika ruangan privat tidak tersedia, kumpulkan pasien terduga
COVID-19 bersama
4) Tempatkan pasien pada bed yang paling tidak terpisah sejauh 1
meter
5) Jika memungkinkan, petugas kesehatan yang menangani pasien
COVID-19 eksklusif hanya menangani pasien terduga COVID-
19 untuk mencegah risiko transmisi infeksi
6) Gunakan masker medis/bedah
7) Gunakan gaun APD yang bersih, non steril, dan berlengan
panjang
8) Gunakan pelindung mata dan wajah (misal googles atau face
shield)
9) Gunakan gloves / handscoon
10) Setelah kontak pasien, lakukan pelepasan APD dengan tepat dan
lakukan cuci tangan. APD baru dibutuhkan untuk kontak atau
merawat pasien yang berbeda.
11) Gunakan alat-alat sekali pakai atau gunakan alat yang
diperuntukkan hanya untuk pasien COVID-19. Alat seperti
stetoskop, cuff sphygmomanometer, termometer tidak boleh
dicampur. Jika alat harus digunakan untuk pasien lain, bersihkan
dan desinfeksi setiap selesai pemakaian (misalnya dengan
alkohol 70%)
12) Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang berpotensi terkontaminasi
13) Hindari memindahkan pasien keluar ruangan kecuali diperlukan
secara medis. Gunakan portable X-ray atau alat diagnostik lain
yang diperlukan. Jika perpindahan dibutuhkan, gunakan jalur
perpindahan yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
meminimalisir paparan terhadap staff, pasien lain, dan
pengunjung. Pasien menggunakan masker.
14) Pastikan petugas kesehatan yang mengantar pasien pada saat
perpindahan pasien menggunakan APD dan melakukan hand
hygiene yang baik
15) Beritahu area yang akan menerima pasien sebelum
memindahkan pasien. Pastikan area yang akan menerima telah
melakukan tindakan pencegahan (precaution) yang baik
sebelum kedatangan pasien
16) Bersihkan dan desinfeksi permukaan yang kontak dengan pasien
secara rutin
17) Batasi jumlah petugas kesehatan, keluarga, dan pengunjung
yang melakukan kontak dengan terduga pasien COVID-19
18) Catat setiap orang yang masuk dan keluar ruangan pasien
termasuk staff dan pengunjung
3. Penerapan kontrol administratif
4. Penggunaan kontrol lingkungan dan engineering
E. Contoh Pencegahan Covid Dari Negara Lain (Korea Sealatan)
Kebijakan Korea Selatan dalam meratakan Kurva Covid 19 tanpa
Lockdown: Sebuah pelajaran. Tidak seperti negara-negara lain (Tiongkok,
Italia, Perancis) yang menerapkan lockdown, pemerintah Korea Selatan
justru berhasil menekan penyebaran wabah COVID-19 tanpa menutup kota.
Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk menerapkan empat strategi
yaitu tracking, tracing, testing, dan treating dalam rangka melakukan
perlindungan, pencegahan, dan penanggulangan COVID-19
a. Sektor informasi publik
1) Pemerintah Korea Selatan sejak awal bersikap terbuka kepada
masyarakat dengan memberikan edukasi dan informasi tentang
COVID-19 secara transparan. Untuk mengedukasi masyarakat,
pemerintah memberi informasi tentang Covid 19 melalui
penyebaran poster-poster di tempat umum, stasiun televisi dan
situs web Centers for Disease Control & Prevention (CDC)-Korea,
melalui situs web dan pemerintah lokal juga mengirimkan pesan
teks ke warga sekitar jika terjadi peringatan darurat di daerah
tersebut
2) Pemerintah Korea Selatan juga memanfaatkan teknologi digital
melalui aplikasi khusus, GPS, kamera CCTV, dan rekam jejak
transaksi kartu kredit dalam melakukan tracking dan tracing untuk
membatasi penyebaran virus corona. Melalui aplikasi khusus,
masyarakat dapat mengakses informasi rinci tentang jumlah
pasien, wilayah yang terdampak, riwayat kontak dan tempat yang
pernah dikunjungi pasien corona, hingga pengumuman peringatan
waspada jika berada di dekat pasien yang terinfeksi COVID-19
dalam radius 10 km sehingga masyarakat dapat menghindari lokasi
tersebut.
b. Sektor kesehatan
1) Deteksi dini adalah langkah preventif yang diambil oleh
pemerintah Korea Selatan dengan melakukan pengujian (testing)
kepada masyarakat dengan skala besar. Pemerintah Korea Selatan
menjadi pelopor dalam menerapkan cara inovatif dengan
menyediakan pos pemeriksaan melalui layanan drive-thru-clinics
dan K-walk-thru. Melalui layanan drive-thru, para pengemudi
kendaraan dapat menghampiri pos pemeriksaan tersebut dan
melakukan pemeriksaan hanya dalam hitungan menit, kemudian
hasilnya akan diinformasikan melalui telepon atau pesan singkat
sehari setelahnya. Dengan adanya deteksi dini melalui pengujian
dalam skala besar, memang jumlah kasus COVID-19 di Korea
Selatan sempat melonjak tajam dalam waktu singkat karena
semakin banyak masyarakat yang dites positif. Namun, dengan
cara ini, pemerintah dapat segera memetakan wilayah-wilayah
yang terpapar, mengisolasi dan merawat pasien-pasien yang
terinfeksi.
2) Setelah melakukan pengujian, langkah selanjutnya adalah
melakukan perawatan (treating) pasien yang positif COVID-19.
Strategi Korea Selatan adalah pasien dikategorikan berdasarkan
risiko (tanpa gejala, ringan, berat, atau kritis) dan dirawat sesuai
dengan hal tersebut. Pasien dengan risiko rendah dan gejala ringan
ditempatkan di sebuah asrama. Sedangkan, pasien dengan risiko
tinggi seperti lansia dan mempunyai gejala yang berat dirawat di
rumah sakit khusus pasien COVID-19.
3) Untuk mengurangi risiko penularan kepada tenaga medis, Korea
Selatan menerapkan metode yang dinamakan “phone booth”. Jadi,
para pasien melakukan konsultasi dengan dokter dan perawat
melalui telepon di ruang yang terpisah.
4) Untuk wilayah yang paling parah terdampak COVID-19,
pemerintah Korea Selatan tidak menutup kota tersebut, tetapi
menerapkan kebijakan perawatan khusus (special care zone)
seperti di kota Daegu, Cheongdo, dan Gyeongsan. Sebagai zona
perawatan khusus, pemerintah pusat mengerahkan sumber daya
tambahan ke wilayah-wilayah tersebut seperti kesiapan rumah
sakit, tenaga medis (dokter, perawat), dan pasokan masker.
DAFTAR PUSTAKA

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Maret 2020. 2020 . Pedomanan


Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di Indonesia.
https://Pedoman_Penanganan_Cepat_Medis_dan_Kesehatan_Masyarakat_COVID
-19_di_Indonesia.pdf%20(1)%20(1).pdf (Akses 24 April 2020)

Burhan, Erlina., Fathiyah Isbaniah., Agus Dwi Susanto., Tjandra Yoga Aditama.,
Soedarsono., Teguh Rahayu Sartono., Yani Jane Sugiri., Rezki Tantular., Bintang
YM Sinaga., R.R Diah Handayani., Heidy Agustin. 2020 . Pneumonia Covid 19
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Februari 2020. 2020.


Pedoman Kesiapsiagaan menghadapi Corona Virus Disease. Kementrian
Kesehatan https://pedoman_kesiapsiagaan_covid19.pdf (Akses 24 April 2020)

Sari, Maria Eka. 2020. Kebijakan Korea Selatan dalam Meratakan Kurva COVID-
19 tanpa Lockdown: Sebuah Pelajaran. Journal of THC Insight.
https:/9d02394e698911c3d5d717e98b093da4.pdf (Akses 24 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai