REALITAS HISTORIS
Pembahasan islam sebagai realitas normatif dan realitas historis. Tidak
jauh berbeda dengan pembahasan lalu mengenai islam normativitas dan islam
historisitas. Dalam hal ini yang menjadi perbedaan paling terlihat adalah adanya
kata realitas dimana kata realitas dalam Kamus besar Bahasa Indonesia memiliki
arti kenyataan.
Realitas sendiri dapat dimaknai sebagai sesuatu yang berkelanjutan, proses
dinamis yang diciptakan, direproduksi dan diubah dalam bentuk tindakan melalui
berbagai interpretasi dan persepsi. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto
dinyatakan bahwa realitas menjadi bagian dari kesadaran, pengetahuan, dan
keyakinan oleh suatu kelompok. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa realitas yang terdapat pada aspek normatif dan historis tidak
terlepas dari peran masyarakat dalam menilai dan melakukan tindakan-
tindakannya. Baik tindakan tersebut berhubungan dengan normatif, maupun
tindakan yang berhubungan dengan historis.
A. Islam Sebagai Realitas Normatif
Kata normatif, berasal dari Bahasa inggris norm yang memiliki arti norma,
ajaran, acuan, ketentuan masalah yang baik dan buruk, tentang apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Islam normatif sendiri memiliki sifat
absolut atau axioma yang sudah tetap dan tidak dapat dipersoalkan kebenarannya.
Hal ini karena islam yang disebutkan terfokus pada doktrin-doktrin dan ajaran-
ajaran yang telah ditetapkan. Seperti doktrin yang ada dalam Alquran maupun
hadist. Dengan demikian membuat nilai realitas dalam kajian ini terbentuk sebagai
realitas ketuhanan. Realitas ini berada pada dimensi yang sakral dan
transendental. Yang bersifat mutlak dan universal serta melampaui batas-batas
pemikiran. Sehingga terkadang ada penjelasan yang sukar untuk di ungkapkan.
Dengan sifat-sifatnya yang melampaui batas ruang dan waktu, membuat
cara berpikir memalui pendekatan ini akan berbeda. Dengan cara berpikir yang
deduktif, yang berawal dari keyakinan yang kuat secara benar dan mutlak
sehingga tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, yang selanjutnya pemikiran
tersebut akan diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.1
B. Islam Sebagai Realitas Historis
Kata historis berasal dari Bahasa inggris history yang berarti sejarah.
Sejarah sendiri merupakan ilmu yang memperlajari tentang kejadian atau
peristiwa masa lalu. Tidak semua kejadian masalalu dapat dijadikan sejarah
1
Chuzaimah Batubara dkk., Handbook Metodologi Studi Islam (Jakarta: Prenadamedia Group,
2018), 43.
universal. Terdapat beberapa syarat yang harus dimiliki. Adapun yang dimaksud
dengan islam sebagai realitas historis adalah peradaban islam yang tidak terlepas
dari sejarah kehidupan pemeluk-pemeluknya yang berada dalam konteks ruang
dan waktu. Jika islam normatif berupa aspek-aspek tekstual seperti Alquran dan
Hadist. Maka islam historis berupa aspek konstekstual, yakni penerapan secara
praktis nilai-nilai yang ada pada islam normatif.
Menurut M. Amin Abdullah dalam bukunya berjudul Studi Agama
Normativitas dan Historisitas, menyebutkan bahwa Islam historis merupakan
islam yang dikaji dari berbagai perspektif keilmuan sosial keagamaan yang
bersifat multi dan inter disipliner. Ketika disebut ilmu sosial, maka sudah pasti
kontruski sosial masyarakat akan terbawa didalamnya. Dimana wilayah itulah
menjadi aspek dari realitas historis. Oleh sebab itu, pendekatan ini dapat disebut
sebagai islam riil atau islam yang senyatanya, dalam peradaban kehidupan
manusia. Berbeda dengan islam normatif dengan realitas ketuhanannya yang
disebut sebagi islam ideal atau islam yang sesungguhnya.