Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKHIR BAHASA INDONESIA

MAKALAH

PENGGUNAAN GEOTHERMAL

SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

Dosen Pengampu:

Muhammad Hambali, S.S M.Pd

Disusun oleh :

SHINTA RAFIDAH (175090707111012)

TEKNIK GEOFISIKA

Disunting Oleh :

RIZQI AMALIA (175090807111014)

INSTRUMENTASI

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir Bahasa Indonesia
berupa makalah yang berjudul “Penggunaan Geothermal sebagai Energi
Alternatif”. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad
Hambali, S.S M.Pd selaku dosen Bahasa Indonesia Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya karena tanpa bimbingan dari beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua dan juga teman-teman yang selalu mendukung atas terlaksananya
makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah
bahasa Indonesia. Makalah ini berisi tentang bagaimana efektifnya penggunaaan
energi geothermal di Indonesia sebagai energi alternatif pengganti energi fosil.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menampah wawasan dan pengetahuan
pembaca seerta menyadarkan banyak pihak bahwa sesungguhnya Indonesia saat
ini tengah mengalami krisis energi.
Pada makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan
maupun kelengkapan isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
diperlukan dalam rangka dalam menyempurnakan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat,
Malang, 28 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II. Isi
2.1 Proses pembentukan energi panas bumi (geothermal) ...................... 3
2.2 Eksistensi geothermal di Indonesia ................................................... 4
2.3 Geothermal di Indonesia .................................................................... 5
2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) ............................... 6
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) ramah lingkungan . 7
2.6 Risiko eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan pans bumi .......... 8
BAB III. Penutup
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 11
3.2 Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan kemampuan suatu benda untuk melakukan usaha.
Ada banyak sekali bentuk-bentuk energi yang tersedia, yakni energi listrik,
panas, bunyi, kimia, dll. Energi adalah salah satu hal yang tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan manusia, tumbuhan, dan hewan. Kebutuhan
makhluk hidup akan energi semakin besar. Penggunaan energi yang semakin
besar ini tentunya harus diimbangi degan ketersediaannya yang melimpah
pula. Namun, kenyataannya ketersediaan energi ini semakin tipis dan
eksistensinya semakin mengkhawatirkan.
Semua makhluk hidup sangat bergantung pada energi. Sumber energi
yang banyak digunakan adalah fosil. Energi fosil adalah energi yang berasal
dari alam seperti fosil-fosil yang menghasilkan gas, batu bara, dan minyak
bumi. Energi fosil lebih mudah diolah dan dimanfaatkan menjadi bentuk
energi-energi lainnya. Tak heran jika keberadaan energi fosil ini seolah
adalah harta karun yang sangat berharga. Namun, dibalik sejuta manfaat dan
kepopulerannya, ketersediaan dari energi fosil ini semakin menghawatirkan.
Hal ini seperti bom waktu yang kapan saja dapat meledak dan mengancam
keberlangsungan hidup seluruh lapisan masyarakat. Tentu saja karena energi
fosil adalah energi tak terbarukan yang kapan saja dapat habis ketersediannya.
Oleh karena itu diperlukan suatu solusi dalam mengantisipasi terjadinya krisis
energi di masa yang akan datang atau bahakan saat ini. Salah satu solusi
nyatanya adalah penggunaan uap panas bumi atau yang biasa disebut dengan
geothermal.
Inti bumi mengandung panas yang tidak akan habis kapanpun itu.
Energi panas bumi adalah energi panas yang terbentuk di dalam kerak bumi.
Temperatur dibawah kerak bumi bertambah seiring dengan bertambahnya
kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapat 5400 °C. Saat ini
panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena energi yang
dihasilkan dapat dirubah menjadi energi listrik maupun bentuk energi lainnya,
selain itu geothermal adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan dan

1
bebas polusi. Banyak sekali pembangkit listrik bertenaga panas bumi yang
terpasang di beberapa negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia,
Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Padahal,
Indonesia adalah negara yang kaya akan Gunung Berapi memiliki potensi
panas bumi yang banyak untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Sekitar 54% potensi panas bumi dunia berada di wilayah Indoonesia dan
sisanya tersebar di seluruh negara dunia. Dari 54% ini yang baru dalam
proses pemanfaatan dan pengolahan barulah 5% saja. Dengan potensi yang
sangat besar ini, wilayah Indonesia sangat cocok dimaanfaatkan sebagai
tempat pengolahan dan pemanfaatan geothermal. Oleh karena itu, dalam
makalah ini saya akan membahas bagaimana potensi geothermal untuk
dimanfaatkan sebgai sumber energi alternatif yang efisien sebagai pengganti
energi fosil.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana efisiensi penggunaa geothermal sebagai energi alteratif ?
2. Bagaimana tingkat keamanan geothermal sebagai sumber enegi alteratif?
3. Bagaimana pengelolaan geothermal sebagai enegi alternatif?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan geothermal sebagai energi
alternatif
2. Untuk mengetahui tingkat keamanan geothermal sebagai sumber enegi
alteratif?
3. Untuk mengetahui pengelolaan geothermal sebagai energi alternatif?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembentukan Energi Panas Bumi (Geothermal)
Kata geothermal berasal dari geo yang artinya bumi dan thermal yang
artinya panas. Itu berarti energi geothermal adalah energi yang berasal dari
panas bumi. Geothermal adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan
dan fluida di bawah permukaan bumi. Geothermal merupakan jenis energi
terbarukan karena panas bumi akan selalu diproduksi secara kontinu di dalam
inti bumi. Selain terbarukan, energi geothermal juga merupakan sumber
energi yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. (U.S
Department Energy, 2017).
Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya (Saptadji,
2015). Panas yang ada di dalam bumi ini berperan besar pada proses yang
terjadi di planet bumi ini. Panas dapat berpindah secara konduksi, konveksi
dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi disebabkan interaksi atomik
atau molekul penyusun bahan tersebut dalam mantel. Perpindahan panas
secara konveksi diikuti dengan perpindahan massa. Kedua proses inilah yang
sangat dominan di dalam bumi. Bumi kita tersusun atas tiga lapisan, yakni
crust (kerak bumi) atau kulit bumi, selubung bumi atau mantel, dan core (inti
bumi).

Gambar 1. Lapisan bumi


Lempeng bumi di atas lapisan astenosfer bergerak secara perlahan dan
terus-menerus. Pada suatu bagian lempeng bumi akan bergerak secara terpisah,
tetapi ada juga yang gerakannya mendorong lempeng di bawahnya. Gesekan
ini akan menimbulkan panas yang juga disebabkan oleh panas di dalam lapisan

3
astenosfir itu sendiri. Gesekan yang terjadi secara terus-menerus ini akan
mengakibatkan ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh dan mempunyai
temperatur tinggi atau biasa disebut dengan proses magmatisasi.

2.2 Eksistensi Geothermal di Indonesia


Air yang dipompa ke dalam bumi dikumpulkan ke permukaan bumi
dalam bentuk uap yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin
untuk memprduksi listrik. Biaya eksplorasi dan juga biaya modal pembangkit
listrik geothermal lebih mahal jika dibandingkan dengan energi fosil tak
terbarukan. Akan tetapi, setelah mulai dioperasikan secara masal, biaya
produksinya akan lebih rendah jika dibandingkan dengan energi listrik
berbahan bakar fosil. Selain menghasilkan listrik geothermal juga mampu
digunakan pompa pemanas, alat mandi, pemanas ruangan, rumah kaca untuk
tanaman, dan proses proses Industri (Indonesia-Invesment.com, 2015).
Tabel berikut ini menggambarkan lima negara yang paling banyak
menghasilkan listrik dengan menggunakan geothermal :
NO. NAMA NEGARA JUMLAH PRODUKSI
1. Amerika Serikat       3,092 MWe
2. Filipina       1,904 MWe
3. Indonesia       1,197 MWe
4. Meksiko         958 MWe
5. Italia         843 MWe
Mwe : Megawatt electrical
Sumber: International Geothermal Asociation
Tabel 1. 5 besar pemroduksi listrik menggunakan geothermal
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang kebutuhan
listriknya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
permintaan listrik ini terjadi sekitar 10% terutama di luar pulau Jawa. Oleh
karena itu negara ini membutuhkan tambahan kapasitas untuk menghasilkan
listrik. Pada tahun 2013 data pengguna listrik di Indonesia hanya sekitar
80,38 %, itu artinya 50 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki akses
listrik. Oleh karena itu pemerintah memiliki harapan yang tinggi untuk energi
geothermal. Cadangan energi geothermal Indonesia adalah yang terbesar di
dunia, karena itu pemerintah memiliki ambisi besar untuk meningkatkan

4
peran geothermal sebagai penghasil listrik. Pemerintah juga sedang gencar-
gencarnya melakukan usaha-usaha untuk mempermudah investasi dalam
ekspansi geothermal setelah sekian lama sektor ini cenderung diabaikan. Pada
masa lalu pemerintah cenderung sangat bergantung pada batu bara, gas bumi,
dan minyak mentah untuk menjadi bahan bakar pembangkit listrik. Selain itu,
sebelumnya pemerintah juga cenderung mangabaikan potensi sumber-sumber
terbarukan, seperti energi hidroolektrik, tenaga surya, biofuel, dan biomass.
Sehingga, pihak swasta juga enggan untuk berinvestasi di sumber energi
terbarukan Indonesia karena iklim investasi negara yang rumit, seperti
birokrasi yng buruk, korupsi, kurangnya infrasrtuktur yang layak, dan
kurangnya kepastian hukum. Terlebih lagi batu bara yang melimpah dan
murah di Indonesia menjadi rumput yang lebih hijau daripada energi
terbarukan yang cenderung mahal dan eksistensinya belum menjamin
(Indonesia-Invesment.com, 2015).

2.3 Geothermal di Indonesia


Usaha pencarian sumber energi panas bumi di Indonesia telah
dilakukan sejak 1918 di daerah Kawah Kamojang. Hingga pada tahun 1929
lima sumur eksplorasi dibor. Meletusnya perang dunia dan perang terhadap
kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu alasan diberhentikannya
kegiatan eksplorasi tersebut. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina dengan
bantuan pemerintah New Zealand telah melakukan survey di seluruh wilyah
Indoensia pada tahun 1972 dan hasilnya ditemukan 217 prospek panas bumi,
yaitu sepanjang jalur vulkanik mulai bagian barat Sumatra terus ke pulau
Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kmeudian bebrelok ke arah utara melalui
Maluku dan Sulawesi. Survey-survey terus dilakukan hingga titik prospek
panas bumi terus mengalami peningkatan. Sistem panas bumi di Indonesia
umumnya adalah sistem hidrotermal yang mempunyai suhu tinggi lebih dari
225oC, hanya beberapa diantaranya yang mempunyai suhu sedang sekitar
150-225oC
Lempeng pasifik, lempeng India-Australia, dan lempeng Eurasia
berinteraksi di Indonesia. Tumbukan antara ketiga lempeng tektonik tersebut

5
memberikan peranan yang penting bagi terbentuknya sumber energi panas
bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India Australia di selatan dan
lempeng Eurasia di utara akan menghasilkan zona penunjaman (subduksi) di
kedalaman 160-210 km di bawah pulau Jawa Nusatenggara dan di kedalam
100 km di pawah Pulau Sumatera. Sehingga, magmatisasi di daerah Pulau
Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan Pulau Jawa dan Nusatenggara.
Pada kedalaman yang lebih besar magma yang dihasilkan akan lebih bersifat
basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi
sehingga erupsi gunung api yang dihasilkan nanti akan lebih kuat. Oleh
karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan
berada pada batuan vulkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatra
terdapat pada batuan sedimen yang berapakali mengalami deformasi tektonik
atau pengeseran dan ada pada kedalaman yang lebih dangkal.

2.4  Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Sistem panas bumi di Indoensia umumnya merupakan sistem
hidrotermal yang mempunyai temperatur tinggi dan hanya beberapa saja
yang mempunyai temperatur sedang. Sitim panas bumi bertemperatur tinggi
maupun sedang sangat mendukung apabila dikembangkan menjadi
pembangkit listrik. Potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, yaitu
sekitar 2700 Mwe atau sekitar 30-40% potensi panas bumi dunia.
Prinsip dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) sama
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan di PLTP uap berasal dari
reservoir panas bumi. Fluida di kepala sumur akan naik berupa fase uap,
maka uap tersebut akan dialirkan ke turbin, kemudian turbin akan mengubah
energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator
sehingga dihasilkan energi listrik.

6
Gambar 2. Perbedaan sistem PLTU dan PLTP
Ada banyak sistem pembangkit pembangkit lstrik dari fluida panas
bumi yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya Single Flash Steam,
Double Flash Steam, Multi Flash Steam, Combined Cycle, Hybrid/fossil
geothermal conversion system.

2.5  Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ramah Lingkungan


Energi panas bumi adalh energi yang ramah lignkungan karena fluida
setelah panas diubah menjadi energi listrik akan dikembalikan lagi ke
reservoir. Penginjeksian air ke dalam reservor merupakan suatu keharusan
untuk menjaga keseimbangan masa sehingga memperlambat penurunan
reservoir dan mencegah terjadinya subsidence. Penginjeksian kembali fluida
panas bumi setelah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, serta adanya
rembesan air permukaan menjadikan energi panas bumi sebegai eenrgi yang
berkelanjutan (suistainable energy).
Emisi dair pembngkit listrik tenaga panas bumi sangat rendah apabila
dibandingkan dengan menggunakan fosil sebgai sumber nerginya. Emisi yang
rendah ini membut energi panas bumi memiliki kesempatan untuk
memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM), yakni negara maju
ahrus menguranngi emisi gas rumah kaca (GKR) sebesar 5.2% terhadap emisi
tahun 1990. Hal ini dapat melalui pembelian energi bersih dari negara
berkembang yang proyeknya dibangun di atas tahun 2000. Energi bersih
tersebut termaasuk energi panas bumi. Sehingga jika kita dapat

7
memanfaatkan hal ini secara maksimal bukan tidak mungkin bahwa
pendapatan anggaran negara juga dapat meningkat.

Sumber: IIPC and Indonesia’s First Communication Report


Gambar 3. Perbandingan emisi CO2 yang dikeluarkan oleh geothermal dan yang
lainnya

2.6  Risiko Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pengembangan Lapangan Panas


Bumi.
Memulai suatu yang baru pasti memiliki banyak rintangan dan
hambatan. Begitu juga untuk memulai proyek panas bumi. Pengembangan
panas bumi memiliki risiko yang tinggi dan dana yang besar. Oleh karena itu,
pengkajian yang hati-hati diperlukan sebelum suatu lapangan pans bumi
dikembangkan.penilai kelayakan meliputi banyak aspek, yakni aspek teknis,
pemasaran, finansial, legal, dan sosial ekonomi.
Dari segi teknis, hal-hal yang harus dipertimbngkan adalah :
1. Sumber daya memiliki cadangan panas yang besar sehingga mampu
digunakan dalam jangka waktu 25-30 tahun.
2. Reservoirnya tidak lebih dari 3 km.
3. Sumber daya panas bumi tidak terdapat di daerah yang sulit untuk
dijangkau.
4. Sumber daya panas bumi harus memiliki fluida dengan pH yang relatif
netral agar fasilitas produksi tidak cepat terkorosi.
5. Diproduksinya panas bumi dapat meningkatkan kemungkinan
terjadierupsi hidrotermal. Sehingga, pemilihan tempat untuk sumber daya

8
panas bumi harus di daerah dengan kemugnkinan terjadinya erupsi
hidrotermal yang rendah.
Dari aspek pemasaran haruslah memperhatikan kebutuhan konsumen
serta memadainya jaringan distribusi. Pada spek finansial yang harus
diperhaitkan adalah pengkajian terhadap dana yang diperlukan, indikator
ekonomi, dll. Pada aspek sosial ekonomi yang harus diperhatikan adalah
mengubah persepsi masyarakat tentang tidak amannya energi geotermal
karena ketika masyarakat awam mendengan kata “panas bumi” mereka pasti
mempunyai gambaran-gambaran buruk yang akan terjadi apabila
memanfaatkan ini, seperti lumpur lapindo. Selian itu pada aspek sosila
ekonomi juga perlu diperhatikan pengaruh proyek terhadap penerimaan
negara, kontribusi proyek terhadap pajak, kontribusi proyek terhadap
penerimaan kerja, dll.
Menurut Sanyal dan Koening (1995), ada beberapa risiko dalam
pengusaahan panas bumi, yaitu :
1. Risiko yang berkaitan dengan sumber daya, yakni :
o Kemungkinan tidak ditemukan sumber panas bumi ditempat
dilakukannya eksplorasi.
o Cadangan dan potensi listrik di daerah tersebut lebih kecil daari yang
diperkirakan, sehingga tidak berniali komersial.
o Potensi sumur lebih kecil dari yang diperkirakan.
o Biaya eksplorasi, pengembangan lapangan, dan pembuatan PLTP
lebih besar dari yang diperkirakan.
o Terjadi masalah teknis, seperti korosi terhadap alat pengembangan,
scalling, dan masalah lingkungan.
2. Risiko yang berkaitan dnegan penurunan laju produksi atau penurunan
suhu reservoir lebih cepat dari yang diperkirakan.
3. Risiko pembangunan.
4. Risiko yang berkaitan dengan perubahan pasar dan harga.
5. Risiko yang berkaitan dengan perubahan menejemen
Risiko pertama dalam pengembangan panas bumi adalah tidak
ditemukannya sumber panas bumi setelah dilakukan kegiatan eksplorasi atau

9
sumber energi yang ditemukan tidak bernilai komersial. Pemerintah dan
lembaga keuangan tidak akan meminjamkan dananya sebelum dibuktikan
bahwa pada daeraht ersebut mangandung sumber panas bumi yang bernilai
ekonomi. Risiko akan tetap ada meskipun pada daerah tersebut telah
dibuktikan ada sumber panas bumi, yakni ketidakpastian mengenai besarnya
cadangan, potensial listrik,d an kemampuan produksi di sumur yang akan
dibor di masa yang akan datang. Hal ini membuat investor tidak tertarik untuk
menanamkan sahamnya sampai berhaasil memproduksi panas bumi dan
menunjukkan cadangan atau potensi listrik di daerah itu cukup untuk
memnunjang proyek yang dimaksud. Apabila didekat daerah tersebut telah
ada lapangan panas bumi yang telah berhasil dikembangkan, maka kepastian
mengenai adanya cadangan yang memadai cukup ditunjukkand engan adanya
satu atau dua sumur yang telah berhasil memroduksi fluida panas bumi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggunaan geothermal sebagai energi alternatif lebih efisien jika
dibandingkan dengan energi fosil. Hal ini karena geothermal adalah energi
dengan emisi paling sedikit yang telah dikembangkan saat ini. Sehingga,
tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan karena geothemal adalah
sumber energi ramah lingkungan. Geothermal juga aman untuk
dikembangkan di Indonesia. Kendalanya hanyalah upaya untuk memulai
pengembangannya karena banyak aspek yang perlu diperhatikan sebelum
mengembangkan energi geothermal ini. Prinsip kerja dari penggunaan
geothermal sebagai energi alternatif ini sama dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), yakni uapnya berasal dari reservoir panas bumi. Fluida
di kepala sumur akan naik berupa fase uap, maka uap tersebut akan dialirkan
ke turbin, kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi
gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.

3.2 Saran
Dalam pengembangkan panas bumi sebagai energi alternatif perlu
dilakukan banyak kajian-kajian sebelum memulainya. Jangan gegabah dalam
memulai kegiatan eksplorasi agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan
tidak menimbulkan kerugian apapun bagi khalayak umum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Saptadji, Nenny Miryani. 2015. Geothermal Training for Power Pant Operator.
Bandung: Institut Teknologi Bandung
Direktorat Panas Bumi, Ditjen EBTKE. 2017. Potensi Panas Bumi Indonesia.
Jakarta: Kementerian Energi dan Sumer Daya Mineral.
Fandari, Andiesta El, Airef Daryanto, dan Gendut Suprayitno. 2014.
Pengembangan Energi Panas Bumi yang Berkelanjutan. Yogyakarta:
Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. Vol. 17, No. 1, 68-82.
U.S Energy Information. 2017. Geothermal Explained.
https://www.eia.gov/energyexplained/index.cfm?page=geothermal_home.
Online. diakses 3 Desember 2017.
Indonesia Invesments. 2015. Energi panas Bumi. https://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-bumi/item268. Online.
diakses tanggal 3 Desember 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai