Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu
organ tubuh yang di mulai dari hidung ke alveoli beserta
adneksa( Romelan,2006).infeksi sakluran pernapasan akut (ISPA)
merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara
berkembang.pada akhir tahun 2000,ISPA mencapai enam kasus
diantaranya1000 bayi dan balita.tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat
ISPA sebanyak lima dari 1000 balita (Oktaviani,2009).setiap anak balita
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi
kematian yang di sebabkan ISPA mencakup 20-30%
(Suhandayani,2007).untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan
masyarakat,Departemen kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas
masalah kesehatan yang ditemukan dimasyarakat untuk mencapai tujuan
Indonesia sehat 2010,dimana salah satu diantaranya adalah program
pencegahan penyakit menular termasuk penyakit infeksi saluran pernapasan
akut ( Depkes RI,2002).
Anak- anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk
terserang berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi.menurut temuan
organisasi kesehatan dunia ( WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal
tiap tahun.yang disebabkan karena diare,HIV/AIDS,malaria,Dan ISPA
( Depkes RI,2007).penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan
utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama

1
pada anak- anak dan balita.ISPA mengakibatkan sekita 20-30& kematian
anak balita.ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada
sarana kesehatan.sebanyak 40-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15-
30% kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap (Triska,2007).
Tingginya angka kejadian ISPA pada bayi di Indonesia,salah satunya
disebabkan oleh pengetahuan ibu yang sangat kurang tentang
ISPA.pengetahuan adalah hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga dari
pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi tindakan ibu terhadap penyakit
ISPA.dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang ISPA maka akan
langsung berhubungan dalam menurunkan angka kejadian ISPA
( Notoatmodjo,2007).beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya
angka insiden ISPA antara lain status gizi balita.keadaan gizi yang buruk
muncul sebagai faktor risiko penting yang mempermudah terjadinya ISPA
,hal ini berkaitan dengan ketahanan tubuh balita.selain itu,kejadian ISPA
juga dipengaruhi oleh kualitas udara.perubahan kualitas udara umumnya
disebabkan oleh adanya polusi yaitu masuknya bahan pencemar dalam
jumlah tertentu yang dapat menyebabkan perubahan komponen atmosfir
normal.salah satu contoh permasalahan polusi akibat asap rokok,gangguan
sirkulasi udara ( ventilasi) dan asap yang terjadi di dapur dapur tradisional
ketika memasak (Aditama,1992).berdasarkan latar belakang di atas
prevelensi terjadinya ISPA semakin banyak maka diharapkan bagi
mahasiswa keperawatan untuk mengatahui bagaimana asuhan keperawatan
bagi penderita ISPA maka kami membuat makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu defini dari ISPA?
2. Etiologi dari penyakit ISPA?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit ISPA?
4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit ISPA?

2
5. Apa patofisiologi dari ISPA?
6. Apa saja WOC (Web of coution) dari penyakit ISPA?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang bagi penyakit ISPA?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit ISPA ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit ISPA?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
setelah proses pembelajaram ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan proses keperawatan secara benar terhadap penderita ISPA.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari ISPA.
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit ISPA .
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit ISPA
4. Untuk mengetahui manifestasi kinis dari penyakit ISPA.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit ISPA.
6. Untuk mengetahui WOC dari penyakit ISPA.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit ISPA .
8. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit ISPA
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ISPA.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ISPA (Infeksi saluran nafas akut)


Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernapasan terberat
dan terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali,2011).ISPA
merupakan salah satu penyakit pernapasan terberat dimana penderita yang
terkena serangan infeksi ini sangat menderita,apa lagi bila udara
lembab,dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydan,2011).berdasarkan
pengertian diatas ,maka ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung selama 14 hari.saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai
dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti
sinus,ruang telinga tengah,dan pleura ( Habeahan,2009).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernapasan di atas laring,tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan
( Nelsen,2000 ).menurut Depkes, (2004) infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) merupaka istilah yang diadaptasikan dari istilah bahasa inggris
Acute Respiratory Infection (ARI).istilah ISPA meliputi tiga unsure penting
yaitu infeksi,saluran pernapasan,dan akut.dengan pengertian sebagai berikut:
infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,ringga telinga dan
pleura.infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari .batas 14
hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

4
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) adalah penyakit inpeksi yang mengenai
saluran pernapasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya
kuman berupa virus,bakteri,atipikal (atipikal plasma ) atau aspirasi substansi
asing yang menyerang organ pernapasan.

B. Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran
nafas. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus
dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri,
virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus
Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella
Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria. Untuk golongan virus penyebab
ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-
influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus penyebab lain
adalah faktor lingkungan rumah,seperti halnya pencemaran udara dalam
rumah,ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah.pencemaran udara
dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap
pembakaran yang digunakan untuk memasak.dalam hal ini misalnya bahan
bakar kayu.selain itu,asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih
anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko
terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI,2002).
Menurut Notoatmodjo (2007),ventilasi rumah dibedakan menjadi
dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan.ventilasih alamiah yaitu
dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui
jendela,pintu,lubang angin,dan lubang –lubang pada dinding.ventilasi
alamiah tidak menguntungkan,karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah.ventilasi buatan yaitu dengan

5
mengunakan alat alat khusus untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin
dan mesin penghisap udara.namun alat ini tidak cocok dengan kondisi
rumah di pedesaan.ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan
timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama berada
di rumah sehingga dosis pencernaan tertentu akan lebih tinggi.
Adapun faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Pencetus ISPA
Terdiri dari 3 aspek yaitu :
1. Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki laki dan perempuan,laki
lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan,sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA.hal ini disebabkan karena banyaknya
ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong
anaknya.
3. Pendidikan
Merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan,karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan
gelaja dan upaya penanggulangannya,sehingga banyak kasus
ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam
keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta
pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.
4. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status
imunisasinya tidak lengkap.

6
5.   Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di
kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan
timbulnya penyakit ISPA pada anak.
6. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik,sebenarnya bisa juga
mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit
ISPA.misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih,olahraga yang
teratur serta istirahat yang cukup.karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
meningkat,sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang
akan masuk kedalam tubuh
b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
Terdiri dari 3 aspek yaitu (Notoatmodjo,2007)
1. Faktor rumah
Syarat- syarat rumah yang sehat ( Suhandayani,2007)
a. Bahan bangunan
1. Lantai : ubin atau semen adalah baik.syarat yang
penting disini adalah tidak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan.untuk
memperoleh lantai tanah yang padat ( tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian
dipadatkan dengan benda benda yang berat,dan
dilakukan berkali kali.lantai yang basah dan berdebu
merupakan sarang penyakit gangguan pernapasan.
2. Dinding : tembok adalah baik namun disamping
mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah
tropis,lebih lebih bila ventilasinya tidak
cukup.dinding rumah di daerah tropis khusunya di

7
pedesaan lebih baik dinding atau papan.sebab
meskipun jendela tidak cukup,maka lubang lubang
pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan
ventilasi,dan dapat menambah penerangan alamiah.
3. Atap genteng : adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan.disamping atap genteng
cocok untuk daerah tropis,juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat
membuatnya sendiri.
b. Ventilasi
Rumah mempunyai banyak fungsi.fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut
tetap segarkurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 di
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi menigkat.
c. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,tidak
kurang dan tidak terlalu banyak.kurangnya cahaya yang
masuk ke dalam ruangan rumah,terutama cahaya matahari
di samping kurang nyaman.

2 . faktor polusi

penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu


( Lamsidi,2003 ):

1. Cerobong asap
Sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik pabrik
industry yang dibuat menjulang tinggi ke atas
(vertical).cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke
atas terbawa oleh angin.cerobong asap sebaiknya dibuat

8
horizontal tidak lagi vertical,sebab gas ( asap) yang di buang
melalui cerobong horizontal dan alirkan ke bak air akan
mudah larut.
2. Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin,gas karbon
monoksida,nitrogen oksida ,hydrogen cianida,ammonia,
acrolein sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko
terserang ISPA.
d. Faktor timbulnya penyakit
Menurut Bloom di kutip dari Effendy (2004) menyebutkan
bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,sehat atau tidaknya
lingkungan kesehatan,individu,keluarga, dan masyarakat sangat
tergantung pada prilaku manusia itu sendiri.selain itu juga dapat
disebabkan oleh :
1. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan
penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat
mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan
terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk
ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya
penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2.  Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong
peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula.
Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang

9
masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan
pemberantasan penyakit ISPA.
3.  Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi
daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap
saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya
peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat
ISPA.Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan
ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor
risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4 . Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat
dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk.Dengan makin meningkatnya tingkat
pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh
positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga
kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu
melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan
lingkungan sehat.

C. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002)
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk
pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak nafas,suhu tubuh lebih
dari 39 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.

10
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun,nadi cepat atau tidak teraba,nafsu
makan menurun,bibir dan ujung nadi membiru ( sianosis ) dan gelisah.
Kalsifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah
2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan – 5 bulan ( Muttaqin,2008 ):
a. Golongan umur kurang 2 bulan
1. Pneumonia berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat.batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 6x/menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia ( batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat.tanda bahaya untuk golongan umur
kurang 2 bulan,yaitu :
a. Kurang bisa minum ( kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ dari volume yang biasa di minum)
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Wheezing
f. Demam/dingin
3. Golongan umur 2 bulan – 5 tahun
1. Pneumotorak berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding
dada bagian bawah ke dalam perut pada waktu anak menarik
napas ( pada saat di periksa anak harus dalam keadaan
tenang,tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia
Bila diserai napas cepat.batas napas cepat adalah :
a. Umur usia 2 bulan – 12 bulan =50 kali /menit atau lebih

11
b. Umur usia 1- 4 tahun =40 kali/menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada nafas cepat.tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan
– 5 tahun yaitu:
1. Tidak bisa minum
2. Kejang
3. Kesadaran menurun
4. Stridor
5. Gizi buruk

D. Manifestasi klinis

Menurut ( Wong’s 1996,Nelson 2000 )

1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas


Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt.
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,
adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan
membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau
bahkan sama sekali tidak mau.
2. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali
demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh
bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
3.  Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda
kernig dan brudzinski.

12
4.  Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
5. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
6. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
7.  Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
8. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
9.  Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
10. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan .

E. Patofisologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3.Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :
a)  Dapat sembuh sempurna.
b)  Sembuh dengan atelektasis.
c)  Menjadi kronos.

13
d)  Meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan
dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem
pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan
tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang
sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag
alveoli, dan antibodi.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.
Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini
akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang
terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah
terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat
terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat
melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara
nafas.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel
epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain
hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa
dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

F. Web of caution

Virus dan
bakteri

Terhirup

Merangsang tubuh
Invasi Kuman untuk melepas zat
kuman Peradangan melepas pirogen oleh leukosit
endotoksin
14
ISPA
Hipotalamus
bagian
Menempel termogureguler

Suhu tubuh
Hidung Laring faring

Hipertermi
Aktivasi Edema plika
Menginvasi sistem
sel vokalis
imun
Penyempitan
jalan nafas
Respon
Limfadenopati Suara
pertahan sel
regional (tonsil) serak

Menyumbat
Produksi makanan
mukus

Nyeri saat
Kesulitan saat menelan
Anoreks
i bernafas

Intake
Bersihan
jalan nafas
Ketidakseimb tidak efektif
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

15
G. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium dan tes diognastik IPSA menurut Betz dan souden
(2000) :
a) Pemeriksaan radiologi ( foto torak) adalah untuk mengetahui
penyebab dan mendiagnosa secara tepat
b) Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV
(Resviratosri Sinisial Virus )
c) Gas darah arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem
saluran pernafasan kandungan oksigen dalam darah
d) Jumlah sel darah putih normal atau meningkat
b. Pemeriksaan diagnostik
Pengkajian pertama pada jalan nafas :
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman ,
usaha serta irama dari pernafasan .
1) Pola, cepat (tachyena atau normal)
2) Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang
biasanya dpat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan
pergerajkan abdomen
3) Usaha, kontinyu , terputus-putus atau tiba-tiba berhenti disertai
dengan adanya bersin
4) Irama pernafasan, bervariasi tergntung pada pola dan kedalaman
pernafasan
5) Observasi lainnya adalah terjadinya infeksi yang biasanya
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara
nafas wheezing. Bia juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada
rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum .
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

16
1) Pemeriksaan kultur atau biakan kuman ( swab) ; hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2) Pemeriksaan hitung darah (Deferensiasi count ): laju endap darah
meningkat disertai adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adaya trombotisopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

H. Komplikasi
penyakit ini sebanarnya merupakan self limited disease,yang sembuh sendiri
dalam 5 -6 hari jika terjadi invasi kuman lainnya.komplikasi yang dapat
terjadi adalah :
1. Sinusitis paranasul
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh.gejala umum tampak lebih
besar,nyeri kapala bertambah,rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di
daerah sinus frontalis dan maksilaris.proses sinusitis sering terjadi kronik
dengan gejala malaise,cepat lelah dan sukar berkonsentrasi(pada anak
besar).kadang kadang disertai sumbatan hidung,nyeri kepala hilang
timbul,bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral
ataupun bilateral.sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan
antibiotic
2. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu member gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telingah tengah dan menyebabkan otitis
media akut.gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu
badan yang tinggi (hiperperiksia) kadang menyebabkan kejang
demam.anak sangat gelisah,terlihat nyeri bila kepala digoyangkan juga
disertai muntah atau diare.
3. Penyebaran infeksi

17
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis,trakeitis,bronkitiis dan bronkopneumonia.selain itu dapat pula
terjadi komplikasijauh,misalnya terjadi meningitis pirulen (Adelle,2002).

2. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaaankasus
yang benar merupkan strategi untuk mencpai dua dari tiga tujuan program
( turunnya kematian karna pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotic
dan obat bentuk yang kurang tepat pada pngobatan penyakit ISPA ).
Pedoman piñata laksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk setandar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotic untuk ksus-kasus batuk pilek biasa , serta mengurangi penggunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penat laksanaan kasus
mencakupp pula petunjuk tentang pemberian makan dan minuman sebgai
bagian dari tindakan penunjang yang penting bgi penderita ISPA .
Penatalaksaanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai
berikut (smeltzer dan Bare ,2002)
1. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c.  Bila demam beri kompres dan banyak minum
d.  Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih

18
e.   Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat.
f.   Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila
anak tersebut masih menetek
3.      Pengobatan antara lain :
a.   Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam
harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
b.   Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman
yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.

19
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Khairdir Minaj ( 2008 ):
1. Identitas pasien
a. Umur : kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering
mengenai anak usia di bawah 3 tahun,terutama pada bayi kurang
dari 1 tahun.beberaapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada
usia muda akanmlebih sering menderita ISPA daripada udia yang
lebih lanjut . ( Anggana Rafika,2009 )
b. Jenis kelamin: angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia
kurang dari 2 tahun,dimana angka kesakitan ISPA anak
perempuan lebih tinggi daripada laki laki di negara Denmark
( Anggana Rafika,2009)
c. Kondisi lingkungan : kepadatan hunian seperti luar ruang per
orang,jumlah anggota keluarga dan masyarakat di duga
merupakan faktor resiko untuk ISPA.penelitian oleh Khocet al
( 2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian ( crowded )
mempengaruhi secara bermakna pravalensi ISPA berat.diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernapasan lain adalah rendahnya kualitas udara di dalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis,fisik maupun
kimia.adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap
tengku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe
akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana
Rafika,2009).

20
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan uutama : klien mengeluh demam
b. Riwayat penyakit sekarang : dua hari sebelumnya klien
mengalami demam mendadak,sakit kepala,badan lemah,nyeri
otot dan sendi,nafsu makan menurun,batuk,filek, dan sakit
tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu : klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit sekarang.
d. Riwayat penyakit keluarga : menurut anggota keluarga ada juga
yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
e. Riwayat social : klien mengatakan bahwa klien tinggal di
lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.
f. Riwayat tumbuh kembang : BB,TB,perkembangan tiap tahap
( berguling,duduk,merangkak,berjalan)
g. Riwayat nutrisi : pemberian ASI,pemberian susu formula,pola
perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini.
3. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi- manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,penatalaksaan
kesehatan,kemampuan menyusun tujuan,pengetahuan tentang
praktik kesehatan.
2. Pola nutris- metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi,balance cairan dan
elektrolit,nafsu makan,pola makan.diet,fluktuasi,BB dalam 6
bulan terakhir,kesulitan menelan,mual/muntah,kebutuhan jumlah
zat gizi,masalah/penyembuhan kulit,makanan kesukaan.
3. Pola eliminasi

21
Menjelaskan pola fungsi ekskresii,kandung kemih dan
kulit,kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah
miksi (oliguri,disuri,dll),penggunaan kateter,frekuensi defekasi
dan miksi,karakteristik urin dan feses,pola input cairan,infeksi
saluran kemih,masalah bau badan,perspirasi berlebih.

4. Pola latihan –aktivitas


Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernapasan,dan
sirkulasi.pentingnya latihan – gerak dalam keadaan sehat dan
sakit,gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama
lain.kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat
kemampuan:
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3: dibantu orand alat
4 : tergantung dalam melakukan aktivitas
5. Pola kognitif perseptual
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, penglihatan,
perasa,pembau dan konpensasinya terhadap tubuh.
6. Pola istirahat – tidur
Menggambarkan pola tidur,istirahat dan persepsi tentang
energi.jumlah jam tidur pada siang dan malam,masalah selama
tidur,insomnia atau mimpi buruk,penggunaan obat dan mengeluh
letih.
7. Pola konsep diri – persepsi diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi tehadap
kemampuan.kemampuan konsep diri antara lain: gambaran
diri,harga diri,peran,identitas dan ide diri sendiri.

22
8. pola peran dan hubungan

menggambarkan dan menegatahui hubungan dan peran klien


tehadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal
klien.pekerjaan,tempat tinggal,tidak punya rumah,tingkah laku
yang pasive atau agresif terhadap orang lain,masalah keluarga.

9. Pola reproduksi/seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau
dirasakan dengan seksualitas dampak sakit terhadap
seksualitas,riwayat haid,pemeriksaan mamae sendiri,riwayat
penyakit hub sex,pemeriksaan genital.
10. Pola pertahanan diri ( koping- toleransi stress)
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
penggunaan sistem pendukung.penggunaan obat untuk
menangani stress,interaksi dengan orang terdekat,menangis,
kontak mata,metode koping yang biasa digunakan,efek penyakit
terhadap tingkat stress.
11. Pola keyakinan dan nilai
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk
spiritual.menerangkan sikap keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :
a. Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien
b. Inspeksi :
1. Membrane mukosa hidung faring tampak kemerahan
2. Tonsil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak batuk tidak produktif
4. Tidak ada jaringan parut padda leher

23
5. Tidak tampak penggunaan otot otot pernnapasan
tambahan.pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan
hiperventilasi.
c. Palpasi
1. Adanya demam
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
d. Perkusi
1. Suara paru normal (resonance)
e. Auskultasi
1. Suara napas vesikuler /tidak terdengar ronchi pada kedua
sisi paru
2. Bentuk dada : normal
3. Pola nafas: teratur /tidak teratur
4. Jenis nafas : vesikuler
5. Suara nafas tambahan : ronchi/wheezing
6. Sesak nafas : tidak
7. Alat bantu nafas : tidak
8. Masalah keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif
Focus utama pada pengkajian pernnafasan ini adalah
pola,kedalaman,usaha seerta irama dari pernapasan.
1. Pola cepat ( trachynea) atau normal
2. Kedalaman: nafas normal,dangkal atau terlalu dalam yang
biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada
dan pergerakan abdomen.usaha : kontinyu,terputus –
putus,atau tiba tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
3. Irama pernafasan: bervariasi tergantung pada pola dan
kedalaman pernafasan.
f. Pemeriksaan lain

24
1. Sistem kardiovaskuler B2
Irama jantung : normal,bunyi jantung: normal,akral :
panas,masalah keperawatan : hyperthermia
2. Sistem persyarafan B3
Kesadaran:composmentis,penglihatan:
normal,pendengaran : normal,penciuman : tidak normal
( tertutup mucus )
3. Sistem perkemihan B4
Jumlah urin: normal,warna : normal (kuning),bentuk alat
kelamin: normal,uretra : normal
4. Sistem pencernaan B5
Nafsu makan: menurun,Mulut : bersih,Mukosa : lembab
,tenggorokan : nyeri telan,Perut : kembung,Pembesaran
hepar : tidak,Pembesaran lien : tidak,Buang air besar :
tidak teratut,Masalah keperawatan : pemenuhan nutrisi
kurang dari kebuthan.
5. Sistem musculoskeletal dan integument B6
Kemampuan gerak sendi : bebas,warna kulit :
normal,turgor : baik,odema: tidak ada,
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang lazim dilakukan :
a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab);hasil yang
didapatkan adalah biakkan kuman(+)sesuai dengan jenis
kuman diantaranya staphyloccus.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count):laju endap
darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan
bisa juga disertai dengan adanya trombositopenia.
c. Pemeriksaan foto torax jika di perlukan (benni:2010)

25
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak  efektif  berhubungan
dengan obstruksi mekanis ,imflamasi dan
peningkatan sekresi
Diagnosa II : resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh
Diagnosa III : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan Anoreksia dan mual muntah
Diagnosa IV :hipertermi berhubungan dengan imfasi
mikroorganisme
Diagnosa V : nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada
membrane mukosa faring dan tonsil.

C. Interversi keperawatan
Diagnose keperawatan Intervensi keperawatan
Dx.1 : bersihan jalan nafas tidak efektif a. Pastikan masukan cairan yang
berhubungan dengan obstruksi mekanis, adekuat untuk mengencerkan
imflamasi ,peningkatan sekresi. sekresi
Tujuan : Pernafasan dalam batas normal b. Bantu pasien dalam batuk efektif
jalan nafas tetap bersih c. Buah mokus yang
terakumulasi ,hisap bila
perlu,beri nebulizer dengan
larutan dan alat yang sesuai
ketentuan
d. Lakukan perkusi,pibrasi dan
draynase fortura
e. Kolaborasi pemebrian obat
bronkodilator
Dx.2 : Resiko infeksi berhubungan dengan a. Pertahankan lingkungan aseptic
penurunan daya tahan tubuh dengan menggunakan kateter
Tujuan : pasien menunjukkan penurunan penghisap steril dan tekhnik
gejala infeksi mencuci tangan yang baik
b. Isolasi pasien sesuai indikasi
c. Anjurkan fisioterapi dada yang
baik
d. Batasi jumlah pengunjungan
e. Kolaborasi pemberian antibiotik

26
Dx.3 : ketidakseimbangan nutrisi kurang a. Timbang setiap hari
b. Jelaskan pentingnya makan,
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
minum yang adekuat
anoreksia dan mual muntah . c. Jaga kebersihan mulut
d. Berikan makanan dengan porsi
Tujuan : tidak ada mual muntah dan
sedikit tapi dan dalam keadaan
Berat badan ideal hangat
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memberikan diet sesuai
dengan kebutuhan pasien
Dx.4 : hipertermi berhubungan dengan a. Monitor suhu tubuh sesering
invasi mikroorganisme mungkin
b. Monitor tanda tanda vital
Tujuan : suhu tubuh , nadi dan RR pasien
c. Selimuti pasien
dalam batas normal
d. Kompres pada kepala,lipatan
paha,dan axial
e. Kolaborasi dengan dokter dan
pemberian antipiretik
Dx.5 : nyeri akut berhubungan dengan a. Teliti keluhan nyeri,catat
intensitas dengan skala 0-10
inflamasi pada membrane mukosa faring
b. Pantau TTV
dan tonsil. c. Dorong pasien menyatakan
perasaan tentang nyeri
Tujuan : nyeri berkurang serta terkontrol
d. Anjurkan pasien untuk
menghindari allergen/iritan
terhadap debu,bahan kimia,asap
rokok dan meminimalkan
berbicara bila serak
e. Kolaborasi,berikan obat sesuai
indikasi.

27
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada
anak anak dengan gejala batuk,pilek,panas,atau gejala tersebut muncul
secara bersamaan.penyebab ISPA yaitu virus,bakteri,alergen
spesifik,perubahan cuaca dan lingkungan,aktivitas,dan asupan gizi yang
kurang .komplikasi ISPA adalah asma,demam
kejang,tuli,syok.pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan perbaikan
gizi dan peningkatan gizi pada balita penyusunan atau p.engaturan
menu,cara pengolahan makanan,variasi menu,perbaikan dan sanitasi
lingkungan,pemeliharaan kesehatan perotrangan.
ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka
kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia.adapun
yang termasuk ISPA adalah
influenza,campak,faringitis,trakeitis,brongkhitis akut,bronkhiolitis,dan
pneumonia (Yuliastuti,1992).berbagai strategi yang dapat dilakukan
untuk pencegahan dan pemberantasan ISPA oleh masyarakat di
anataranya adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemberian
imunisasi dan kebersihan lingkungan.

B. SARAN
ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada
anak di negara berkembang.oleh karena itu,sebagai manusia yang ingin
memiliki tubuh sehat maka selayaknya kita menjaga kesehatan dan
keseimbangan sistem tersebut.salah satunya dengan menjaga sanitasi

28
lingkungan .maka dari itu perawat haruslah mengetahui tentang ISPA
dan penatalaksaan pada pasien dengan ISPA.

29
DAFTAR PUSTAKA

American Medical Association.(2008).Acute respiratory tract infection guideline


summary.USA.Author

Danusantoso, Halim. (2008). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Gosyen
Publishing

Faris. (2010).infeksi saluran pernafasan atas.Diakses 20 Mei 2012.

Vietha.(2009).ASKEP Anak Preschool dengan ISPA.Diakses 12 Mei 2012.

Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai