Anda di halaman 1dari 10

43

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang


telah dilakukan selama ± 2 minggu, mulai dari tanggal 20 sampai 29 Agustus
yang bertempat diwilayah kerja Puskesmas Pamboang Kab.Majene dengan
judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal Hygiene Pada
Pasien Gangguan Jiwa. Berdasarkan data yang didapat dilapangan, dari 30
responden terbagi dalam beberapa jenis gangguan jiwa diantaranya responden
dengan jenis gangguan jiwa halusinasi sebanyak 27 orang, perilaku kekerasan
(PK) sebanyak 1 orang, deficit perawatan diri sebanyak 1 orang, dan pasien
dengan jenis gangguan jiwa waham sebanyak 1 orang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Data yang menyangkut karakteristik responden diuraikan sebagai


berikut :

5.1.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Keluarga

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Keluarga Diwiliyah Kerja
Puskesmas Pamboang Kab.Majene

NO Umur Responden (Keluarga) (n) (%)


1 19-44 Tahun 13 43.3
2 45-59 Tahun 11 36.7
3 60-74 Tahun 6 20
Total 30 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan persentase


kelompok umur tertinggi yaitu umur 19-44 tahun yakni sebanyak 13 orang
(43.3%) dan persentase pada kelompok umur terendah yaitu 60-74 tahun
yakni sebanyak 6 orang (20%)
5.1.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga

43
STIKes Marendeng Majene
44

Tabel 5.2
Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan Keluarga Diwilayah kerja
Puskesmas pamboang Kab.Majene

NO Pekerjaan Responden (Keluarga) (n) (%)


1 Tidak bekerja/URT 11 36.7
2 PNS/TNI/POLRI 6 20
3 Dagang/Wiraswasta 8 26.7
4 Staf/Honorer 1 3.3
5 Nelayan 3 10
6 Petani 1 3.3
Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dominan pekerjaan


responden dari 30 responden adalah tidak bekerja/URT yaitu sebanyak 11
orang (36.7%) dan distribusi pekerjaan responden yang terendah yaitu petani
sebanyak 1 orang (3.3%) dan staf/honorer juga sebanyak 1 orang (3.3%).
Responden dengan pekerjaan PNS/TNI/POLRI sebanyak 6 orang (20%),
kemudian responden dengan pekerjaan Dagang/Wiraswasta sebanyak 8 orang
(26.7%), sedangkan responden dengan pekerjaan sebagai nelayan sebanyak 3
orang (10%).

5.1.1.3 Distribusi responden berdasarkan Umur Pasien

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan umur pasien Diwilayah kerja
Puskesmas Pamboang Kab.Majene

NO Umur Responden (n) (%)


1 19-44 Tahun 25 83.3
2 45-59 Tahun 2 6.7
3 60-74 Tahun 3 10
Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan


persentase kelompok umur tertinggi yaitu 19-44 tahun yaitu sebanyak 25
orang (83.3%) dan responden dengan persentase terendah yaitu 45-59 tahun
yaitu sebanyak 2 orang (6.7%).

STIKes Marendeng Majene


45

5.1.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Diwilayah Kerja
Pusekesmas Pamboang Kab.Majene

NO Jenis Kelamin Responden (n) %


1 Perempuan 20 66.7
2 Laki-laki 10 33.3
Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas dari 30 responden persentase perempuan


sebanyak 20 orang (66.7%) dan persentase laki-laki sebanyak 10 orang
(33.3%).

5.1.2 Analisis Univariat

Tahap pertama dari analisis data adalah analisis univariat. Analisis


univariat akan dilakukan untuk mencari gambaran yang menyangkut
karakteristik responden yang akan diuraikan sebagai berikut :

5.1.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Diwilayah
Kerja Pusekesmas Pamboang Kab.Majene

NO Dukungan Keluarga (n) %


1 Cukup (9-16) 11 36.7
2 Baik (≥17) 19 63.3
Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan


dukungan keluarga dalam kategori cukup sebanyak 11 orang (36.7%)
sedangkan responden dengan dukungan keluarga dalam kategori baik
sebanyak 19 orang (63.3%).
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Status Personal Hygiene Diwilayah
Kerja Pusekesmas Pamboang Kab.Majene

STIKes Marendeng Majene


46

NO Status Personal Hygiene (n) %


1 Kurang bersih 12 40
2 Bersih 18 60
Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan


status personal hygiene yang kurang bersih sebanyak 12 orang (40%)
sedangkan responden dengan status personal hygiene yang bersih sebanyak
18 orang (60%).

5.1.2 Analisis Bivariat


Dalam bagian ini akan dibahas mengenai analisa hubungan dukungan
keluarga dengan status personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di
wilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten Majene.

Tabel 5.7
Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal
Hygiene Diwilayah Kerja Pusekesmas Pamboang Kab.Majene

Dukunga Status personal Hygiene Tota % P OR


n l Valu
Keluarga e
Kurang % Bersih %
bersih
Cukup 9 30 2 6.7 11 36.7 0.001 24

Baik 3 10 16 53. 19 63.3


3
Total 12 40 18 60 30 100
Fisher’s Exact Test

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi responden dengan


dukungan keluarga dalam kategori cukup memiliki status personal hygiene
yang bersih lebih sedikit yaitu sebanyak 2 orang (6.7%) daripada status
personal hygiene yang kurang bersih yaitu sebanyak 9 orang (30%),
sedangkan responden dengan dukungan keluarga yang baik memiliki status
personal hygiene yang bersih lebih banyak yaitu sebanyak 16 orang (53.3%)
daripada status personal hygiene yang kurang bersih yaitu sebanyak 3 orang

STIKes Marendeng Majene


47

(10%). Dari hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0.001 (p<0.05)
dari hasil uji statistik, dengan demikian dinyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada
pasien gangguan jiwa diwilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten
Majene.

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, distribusi umur responden dengan persentase
kelompok umur tertinggi yaitu 19-44 tahun yaitu sebanyak 25 orang (83.3%)
dan responden dengan persentase terendah yaitu 45-59 tahun yaitu sebanyak 2
orang (6.7%). Umur adalah karakteristik yang selalu dikaitkan dengan
penyelidikan epidemiologi, angka-angka kesakitan dan hampir semua
menunjukkan ada hubungan dengan umur. Umur merupakan suatu kondisi
biologi pada individu yang melekat dan berubah sesuai dengan bertambahnya
hari/bulan/tahun atau umur seseorang. Semakin bertambah umur seseorang
maka tingkat ketenangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja (Hurlock, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2016) menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berumur 31 – 54 tahun yang seharusnya merupakan
kelompok yang telah memiliki ketenangan dan kekuatan untuk mengendalikan
dirinya. Namun ternyata disisi lain, sesuai dengan teori perkembangan psikologi
pada usia 31-54 tahun individu berada dalam fase adanya suatu tanggung jawab
pada dirinya seperti memiliki keluarga sehingga memaksa mereka untuk bekerja
sehingga memiliki mobilias yang tinggi. Mobilitas yang tinggi berdampak pada
timbulnya gangguan ketenangan yang disebabkan adanya tekanan dalam pekerjaan
dan ekonomi, permasalah sosial dan lain sebanyaknya menjadi faktor stressor
untuk timbulnya gangguan jiwa pada seseorang.
Pada penelitian ini, dari 30 responden persentase perempuan sebanyak
20 orang (66.7%) dan persentase laki-laki sebanyak 10 orang (33.3%). Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2016) menunjukkan
bahwa responden menurut jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-
laki. Laki-laki memiliki perbedaan dalam berbagai hal dengan perempuan

STIKes Marendeng Majene


48

diantaranya adalah kebiasaan. Hubungan sosial, pengaruh lingkungan dan segi-


segi lainnya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memicu terjadinya
gangguan jiwa. Gangguan jiwa jenis skizofrenia pada laki-laki tiga kali tinggi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab dan
tuntutan hidup pencari kerja dan pembiayaan kerja keluarganya dituntut untuk
bekerja keras sementara lapangan pekerjaan sulit didapatkan (Keliat, 2011).

5.2.1 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal Hygiene Pada Pasien
Gangguan Jiwa

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan


bahwa responden dengan dukungan keluarga dalam kategori cukup memiliki
status personal hygiene yang bersih lebih sedikit yaitu sebanyak 2 orang
(6.7%) daripada status personal hygiene yang kurang bersih yaitu sebanyak 9
orang (30%), sedangkan responden dengan dukungan keluarga yang baik
memiliki status personal hygiene yang bersih lebih banyak yaitu sebanyak 16
orang (53.3%) daripada status personal hygiene yang kurang bersih yaitu
sebanyak 3 orang (10%).
Dari 30 responden terdapat 3 (tiga) pasien yang mengalami personal
hygiene yang kurang bersih walaupun pasien tersebut mendapatkan dukungan
keluarga yang baik, dari 3 (tiga) pasien tersebut 1 pasien yang mengalami
jenis gangguan jiwa perilaku kekerasan (PK), 1 pasien jenis gangguan jiwa
waham dan 1 pasien tersebut yang menagalami jenis gangguan jiwa deficit
perawatan diri, sehingga pasien menolak ketika keluarga menyuruh atau ingin
melakukan perawatan diri pada pasien tersebut, dan salah satu dari ketiga
responden tersebut tinggal sendiri dirumah sehingga keluarga sulit untuk
mengontrol pasien dalam waktu 24 jam meskipun keluarga telah memberikan
dukungan yang baik kepada pasien. Dari hasil uji Fisher’s Exact Test
diperoleh nilai p sebesar 0.001 atau p<0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada pasien
gangguan jiwa dan dapat disimpulkan bahwa pasien gangguan jiwa yang
mendapat dukungan keluarga baik cenderung memiliki status personal

STIKes Marendeng Majene


49

hygiene yang lebih baik dibandingkan dengan pasien gangguan jiwa yang
mendapat dukungan keluarga kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel
silang yang menunjukkan semakin banyak dukungan keluarga kategori baik
diikuti dengan semakin banyak status personal hygiene kategori baik, begitu
juga sebaliknya semakin sedikit dukungan keluarga kategori baik diikuti
menurunnya jumlah status personal hygiene kategori baik.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Marselina (2016), bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan status personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di
wilayah kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Arfandi (2014) menjelaskana bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan
kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental.
Dukungan keluarga sangat penting bagi pasien dengan
gangguan jiwa. Karena keluargalah yang paling lama
berinteraksi dengan pasien. Dan dalam keluarga masalah
dapat muncul dan dalam keluarga pula masalah dapat
dicarikan alternatif penyelesaiannya, disebutkan ada empat
jenis dukungan keluarga yaitu: dukungan instrumental,
dukungan informasional, dukungan penilaian (appraisal) dan
dukungan emosional (Setiadi, 2008).
Bentuk dukungan informasional adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk, dan pemberian informasi. Sebagian besar keluarga dalam penelitian
ini selalu memberikan nasehat kepada anggota keluarganya yang menderita
ganguan jiwa dan nasehat atau sarannya berupa : keluarga menjelaskan
kepada pasien tentang bahayanya jika tidak menjaga kebersihan diri. Dalam
dukungan penlaian, sebagian besar keluarga memberikan penghargaan
kepada penderita dengan cara merawat dengan baik dan memberikan kasih
sayang. Kemudian secara emosional, dukungan dari keluarga menunjukkan
hal yang positif dan baik. Setiap keluarga memberikan dukungan yang
membuat penderita gangguan jiwa merasa ada yang memperhatikan dan
keluarga selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik agar anggota

STIKes Marendeng Majene


50

keluarganya dapat sembuh. Namun, Dalam dukungan instumental keluarga


tidak terlalu memperhatikan atau memberikan dukungan kepada anggota
keluarganya yang menderita gangguan jiwa dengan baik dan positif, karena
keluarga kurang mampu melakukan perannya sebagai keluarga dengan baik
berupa mengantarkan penderita untuk control pada jadwal yang ditentukan.
Jadi, dari 30 responden, dapat disimpulkan bahwa dukungan
keluarga yang paling banyak diberikan/dilakukan terhadap
pasien yaitu dukungan informasional dan dukungan keluarga
paling sedikit diberikan/dilakukan adalah dukungan
instrumental.
Pasien gangguan jiwa yang memiliki dukungan keluarga yang baik,
secara tidak langsung akan berdampak pada pelaksanaan personal hygiene
pada diri pasien tersebut. Keluarga yang memiliki pengetahuan mengenai
pentingnya pelaksanaan personal hygiene, akan selalu berusahan untuk
membantu dan mendukung anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
dalam pelaksanaan personal hygiene. Selain itu, dukungan sosial ekonomi
yang dimiliki keluarga, juga berperan penting dalam pelaksanaan personal
hygiene. Pasien jiwa yang memiliki latar belakang keluarga dengan status
ekonomi yang kuat, cenderung akan mampu untuk melaksanakan dan
melakukan personal hygiene dengan lebih baik dibandingkan dengan pasien
jiwa yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi yang kurang.
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau
air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan personal hygiene.
Praktik personal hygiene pada penderita gangguan jiwa dapat berubah
dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal di rumah sakit
jiwa, mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru.
Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena
mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal
hygiene sendiri. Untuk dapat meningkatkan kemampuan personal hygiene
pada pasien jiwa dibutuhkan peran serta berbagai pihak untuk mendukung
pelaksanaan personal hygiene (Meisaroh, 2014).

STIKes Marendeng Majene


51

Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami


dan dilakukan. Tugas yang pertama yaitu mengenal masalah kesehatan setiap
anggotanya yang berarti perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga. Yang kedua yaitu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat bagi keluarga dengan tugas ini merupakan upaya keluarga yang
utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga.
Yang ketiga yaitu tentang bagaimana mempertahankan suasana dirumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
Dan yang terakhir yaitu mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
(Friedman, 2010).
Dari pemaparan diatas, hasil penelitian ini didapatkan bahwa
dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa baik secara
informasional, penilaian, instrumental dan emosional di wilayah kerja
Puskesmas Pamboang menunjukkan dukungan yang baik. Keluarga
memberikan dukungan, perhatian, dan kasih sayang dengan merawat,
melakukan pengobatan dan pengontrolan, baik minum obat maupun kontrol
ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Dengan demikian, peran orang tua dan
keluarga menjadi hal yang sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh pasien
agar dirinya merasa masih dibutuhkan dan berguna dalam kehidupannya.

STIKes Marendeng Majene


52

Series 1
16

14

12

10
Series 1
8

0
PRE TEST POST TEST

STIKes Marendeng Majene

Anda mungkin juga menyukai