BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Keluarga Diwiliyah Kerja
Puskesmas Pamboang Kab.Majene
43
STIKes Marendeng Majene
44
Tabel 5.2
Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan Keluarga Diwilayah kerja
Puskesmas pamboang Kab.Majene
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan umur pasien Diwilayah kerja
Puskesmas Pamboang Kab.Majene
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Diwilayah Kerja
Pusekesmas Pamboang Kab.Majene
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Diwilayah
Kerja Pusekesmas Pamboang Kab.Majene
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal
Hygiene Diwilayah Kerja Pusekesmas Pamboang Kab.Majene
(10%). Dari hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0.001 (p<0.05)
dari hasil uji statistik, dengan demikian dinyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada
pasien gangguan jiwa diwilayah kerja Puskesmas Pamboang Kabupaten
Majene.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, distribusi umur responden dengan persentase
kelompok umur tertinggi yaitu 19-44 tahun yaitu sebanyak 25 orang (83.3%)
dan responden dengan persentase terendah yaitu 45-59 tahun yaitu sebanyak 2
orang (6.7%). Umur adalah karakteristik yang selalu dikaitkan dengan
penyelidikan epidemiologi, angka-angka kesakitan dan hampir semua
menunjukkan ada hubungan dengan umur. Umur merupakan suatu kondisi
biologi pada individu yang melekat dan berubah sesuai dengan bertambahnya
hari/bulan/tahun atau umur seseorang. Semakin bertambah umur seseorang
maka tingkat ketenangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja (Hurlock, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2016) menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berumur 31 – 54 tahun yang seharusnya merupakan
kelompok yang telah memiliki ketenangan dan kekuatan untuk mengendalikan
dirinya. Namun ternyata disisi lain, sesuai dengan teori perkembangan psikologi
pada usia 31-54 tahun individu berada dalam fase adanya suatu tanggung jawab
pada dirinya seperti memiliki keluarga sehingga memaksa mereka untuk bekerja
sehingga memiliki mobilias yang tinggi. Mobilitas yang tinggi berdampak pada
timbulnya gangguan ketenangan yang disebabkan adanya tekanan dalam pekerjaan
dan ekonomi, permasalah sosial dan lain sebanyaknya menjadi faktor stressor
untuk timbulnya gangguan jiwa pada seseorang.
Pada penelitian ini, dari 30 responden persentase perempuan sebanyak
20 orang (66.7%) dan persentase laki-laki sebanyak 10 orang (33.3%). Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2016) menunjukkan
bahwa responden menurut jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-
laki. Laki-laki memiliki perbedaan dalam berbagai hal dengan perempuan
5.2.1 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal Hygiene Pada Pasien
Gangguan Jiwa
hygiene yang lebih baik dibandingkan dengan pasien gangguan jiwa yang
mendapat dukungan keluarga kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel
silang yang menunjukkan semakin banyak dukungan keluarga kategori baik
diikuti dengan semakin banyak status personal hygiene kategori baik, begitu
juga sebaliknya semakin sedikit dukungan keluarga kategori baik diikuti
menurunnya jumlah status personal hygiene kategori baik.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Marselina (2016), bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan status personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di
wilayah kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Arfandi (2014) menjelaskana bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan
kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental.
Dukungan keluarga sangat penting bagi pasien dengan
gangguan jiwa. Karena keluargalah yang paling lama
berinteraksi dengan pasien. Dan dalam keluarga masalah
dapat muncul dan dalam keluarga pula masalah dapat
dicarikan alternatif penyelesaiannya, disebutkan ada empat
jenis dukungan keluarga yaitu: dukungan instrumental,
dukungan informasional, dukungan penilaian (appraisal) dan
dukungan emosional (Setiadi, 2008).
Bentuk dukungan informasional adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk, dan pemberian informasi. Sebagian besar keluarga dalam penelitian
ini selalu memberikan nasehat kepada anggota keluarganya yang menderita
ganguan jiwa dan nasehat atau sarannya berupa : keluarga menjelaskan
kepada pasien tentang bahayanya jika tidak menjaga kebersihan diri. Dalam
dukungan penlaian, sebagian besar keluarga memberikan penghargaan
kepada penderita dengan cara merawat dengan baik dan memberikan kasih
sayang. Kemudian secara emosional, dukungan dari keluarga menunjukkan
hal yang positif dan baik. Setiap keluarga memberikan dukungan yang
membuat penderita gangguan jiwa merasa ada yang memperhatikan dan
keluarga selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik agar anggota
Series 1
16
14
12
10
Series 1
8
0
PRE TEST POST TEST