Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

MODUL 1 & MODUL 2

Mata Kuliah Pembelajaran PKn di SD


PDGK 4201

Disusun oleh:
Nama : Dyah Kurniawati
NIM : 857672226
Tgl. Tugas : 22 September 2019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ SEMARANG
POKJAR KUDUS
2019.2
Modul 1
Hakikat, Fungsi, dan TujuanPendidikan Kewarganegaraa diSD

Kegiatan Belajar 1
Hakikat, fungsi, dantujuan PKn di SD.

A. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


1. Dalam Kurikulum 1957, dan Kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata
Pelajaran Penendidikan Kewarganegaraan. Dalam Kurikulum 1946 dan 1957
materi tersebut itu dikemas dalam Mata Pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau Tata
Negara di SMP dan SMA.

2. Dalam Kurikulum SD tahun 1968 di kenal Mata Pelajaran Pendidikan


Kewargaan Negara (PKN). Menurut Kurikulum SD 1968 Pendidikan Kewargaan
Negara mencakup Sejarah Indonesia, Geografi, dan Civics yang di artikan sebagai
Pengetahuan Kewargaan Negara. Dalam kurikulum SMP 1968 PKN tersebut mencakup
materi sejarah Indonesia dan Tata Negara, sedang dalam Kurikulum SMA 1968 PKN
lebih banyak berisikan materi UUD 1945.

3. Menrut Kurikulum SPG 1968 PKN mencakup sejarah Indonesia, UUD,


Kemasyarakatan, dan Hak Asasi Manusia (HAM).

4. Dalam Kurikulum Proyek Printis sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat


Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan
Negara.

5. Menurut Kurikulum PPSP 1973 di perkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan


Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi materi
Ilmu pengetahuan Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi Sosial terpadu
juga terdapat Mata pelajaran PKN sebagai Program inti dan Civics dan Hukum sebagai
program utama Jurusan Sosial.
6. Dalam kurikulum SD 1975 dan kurikulum SD 1984 mata pelajaran PKN tersebut
namanya berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
7. Menurut kurikulum Dikdas 1994 mata pelajaran itu diberi label Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (kemudian dipakai singkatan PPKn).

B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Fungsi PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai wahana kurikuler pengembangan
karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Serta adapun
fungsi lainnya yakni :
a) Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional /tujuan negara.
b) Dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam
menyelsaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara.
c) Dapat mengapresiasikan cita-cita nasional dan dapat membuat keputusan-keputusan
yang cerdas.
d) Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI
1945.
Sifat multidimensionalitasnya itu antara lain terletak pada:
(1) pandangannya yang pluralistik-uniter (bermacam-macam,tetapi menyatu dalam
pengertian Bhinneka Tunggal Ika,
(2) sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara
harmonis,
(3) tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan (spiritual,rasional,
emosional, dan sosial); dan
(4) konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel
atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya

Tujuan dan isi PPKn SD 1994 berkenaan dengan konsep nilai, moral dan norma
yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 45 serta penjabarannya dalam sumber
hukum di bawah UUD 45. Untuk tingkat sekolah dasar, kurikulum PPKn SD 1994
menjabarkan konsep, nilai, moral dan norma Pancasila dan UUD 45 itu secara
"Berjenjang berkelanjutan semakin meluas"mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.

Kegiatan Belajar 2
Ruang Lingkup PKn di SD

A. Struktur Kurikulum SD/MI


Struktur Kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh selama 6
tahun mulai kelas 1 sampai dengan kelas VI. Struktur kurikulum Sd/MI disusun
berdasarkan kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran antara lain:
1. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS
Terpadu Pembelajaran pada kelas I s.d.III dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
3. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
4. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit f.
5. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 34-38 minggu

Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006  Ruang lingkup Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum  meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, Hukum dan Peraturan
3. Hak Asasi Manusia
4. Kebutuhan Warga Negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Pilitik
7. Pancasila
8. Globalisasi

Kegiatan Belajar 3
Tuntutan Pedagogis PKn di SD
A. Tuntutan Pedagogis PKn di SD
Tuntunan pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai pengalaman belajar yang
bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan , dalam
pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat
dalam lingkup isi dan kompetensi dasar. PKn merupakan mata pelajaran sebagai pendidikan
nilai dan moral, alasannya sebagai berikut :
1. Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika
perwujudan alam kehidupan masyarakat negara Indonesia. 2.
2. Sasaran Belajar Akhir  PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata
kehidupan sehari-hari. 3.
3. Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosioal, intelektual, dan sosial dari
peseta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami ( bersifat kognitif) ,
tetapi dihayati (  bersifat objektif), dan dilaksanakan (bersifat perilaku).

Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirummuskan sebagai butir materi PKn
pada dasarnya harus memiliki aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. PKn
sebagai pendidikan nilaidan moral kaitannya dengan pendidikan watak, ada catatan sebagai
berikut :
1. PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebagai pendidikan nilaidan
moral, yang  bermuara pada pengembangan watak dan karakter peserta didik.sesuai
nilai-nilai dan moral Pancasila
2. Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri peeserta didik
melalui  pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral setiap
rumusan butir nilai materi PKn.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD
Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah barlangsung
dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya tradisi dongen dan
sejenisnya yang dulu dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan cucunya semakin lama
semakin tergeser oleh film kartun atau sinetron dalam media massa tersebut. Disitulah
pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual, instrumen, dan operasional.
Dalam Konteks Pendidikan Nasional Indonesia telah ditegaskan dalam Pasal 3 UU
Sidikan 20/2003  bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban  bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya  potensi perserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  berakhlak ulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi, serta  bertanggungjawab.
Melihat keadaan seperti itu dirasakan perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan
secara menyeluruh dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan mendesak bagi
kelangsungan kehidupan yang berkeadaban.
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis
dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
3. Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang berfungsi
sebagai  pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil
anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan peranan lembaga keagamaan
semakin kecil.
4. Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal
melintasi  batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung
banyak potensi terjadinya konflik nilai.
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari demokrasi
adalah  pemerintahan yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa amanah
rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah pertanyaan
moral.
7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan
membina guru-guru yang berkeadaban dan profesional.
9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.
Dari kajian dan bahasan terhadap konsep , isi dan strategi pendidikan nilai di dunia Barat
yang lebih cenderung bersifat bersifat sekuler dan berpijak serta bermuara pada pengembangan
moral kognitif , kiranya terdapat beberapa hal yang dapat bisa diaptasikan bagi kepentingan
pendidikan nilai di Indonesia.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau
demokrasi yang  ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi
Indonesia seyogyanya berpijak  pada nilai – nilai keagamaan , nilai  – nilai demokrasi yang ber
Bhinneka Tunggal Ika . Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari Piaget dan
Kohlberg yang dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai moral sosial- kultural selain nilai yang
berkenaan atau boleh dirasionalkan.
Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat
diadaptasikan dalam  pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional
Indonesia dan konteks sosial- kultural masyarakat Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika
termasuk dalam keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang menitikberatkan pada penalaran moral
melalui  pendekatan klarifikasi nilai yang memberikan kebebasan kepada individu peserta didik
untuk memilih  posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembahasan nilai selain aqidah
sesuai dengan keyakinan masing-masing . Sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan
moral Kohlberg secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi
pengembangan paradigma penelitian  perkembangan moral bagi orang Indonesia

KEGIATAN BELAJAR 2
Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD
Secara umum PKn diSD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan:
1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indoensia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Struktur kurikulum di SD meliputi susbtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu


jenjang  pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan Kelas VI. Struktur
kurikulum SD/MI disusun  berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi
mata pelajaran.
Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah, menurut
Permendiknas No.22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang didalamnya
mengandung nilai dan moral sebagai beriku :
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta Lingkungan,
kebanggaan, sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara, Kesatuan
Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi; Tata tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, Peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam dalam kehidupan  berbangsa, sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional Ham, Pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi; hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai
keputusan bersama,  prestasi kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi; Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan agar negara dengan
konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik meliputi; Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah
dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat
demokrasi.
7. Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasaar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi; globalisasi di lingkungannya, poloitik luar negeri Indonesia di era
globalisasi dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globaalisasi.

KEGIATAN BELAJAR 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn di SD

Konsep “values eduation, moral education, education for vitues” sebagai program dan
proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga mengembangkan nilai
dan sikap. Lickona (1992:6-7) “pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi
pekembangan dan  berhasilnya kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang lain.
Mematuhi hukum yang belaku, Partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan Peduli terhadap
perlunya kebaikan bagi umat. Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis
dalam diri individu mengikuti  perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan
perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan yang dibagi menjadi dua domain yaitu sebagai
berikut :
1. Tahapan Domain Kesadaran Mengenai Aturan
Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dirasakan sebagai susatu hal yang bersifa tidak
memaksa, usia 2-8 tahun, aturan disikapi dengan hal yang bersifat sacral dan diterima
tanpa pemikiran, usia 8-12 tahun aturan diterima sebagai hasil kesepakatan.
2. Tahapan Domain Pelaksanaan Aturan
Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan sebagai susatu hal yang bersifa monorik saja,
usia 2-6 tahun, aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi diri sendiri, usia
6-10 tahun diterima sebagai hasil kesepakatan.

Pendidikan sekolah seyogyanya menitik beratkan pada pengembangan kemampuan


mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan masalah ( problem solving )
dan membina pengembangan moral yang dilakukan dengan cara menutut peserta didik untuk
mengembangkan aturan berdasarkan keadilan (fairness).

Sedangkan Koherlberg merumuskan adanya tiga tingkat / level yang terdiri atas enam
tahap/stage yaitu sebagai berikut : 1) Tingkat I Prakonvensional (Preconventional) pada tingkat
ini ada tahapan-tahapannya yaitu tahap orientasi hukuman dan kepatuhan dan orientasi
instrumental nisbi ; 2) Tingkat II Konvensioanal (Conventional) ) pada tingkat ini tahapannya
yaitu; orientasi kesepakatan timbal balik dan orientasi hukum ketertiban; 3)Tingkat III
Poskonvensional (Postconventional) tahapannya yaitu Orientasi kontrak social lagalistik dan
Orientasi prinsip etika universal/

Dengan kata lain pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan Kohlberg sama dengan
yang ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh
penalaran moral, namun  berbeda dalam hal titik berat pembelaarannya dimana Piaget
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan
masalah, sedangkan Kohlberg menitikberatkan pada  pemilihan nilai yang dipegang terkait
dengan alternative pemecahan terhadap suatu dilemma moral melalui  proses klarifikasi bernalar

Anda mungkin juga menyukai