Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU SEKS BEBAS/KEMATIAN

AKIBAT ABORSI

KELOMPOK 3

APRIANI J1A117183

SUKAENA MAS’UD J1A117

WA ODE CHAERUNISA J1A117

WA PINA SUGANDE J1A117158

ANDI RESKI J1A117

ALMAYANTI J1A117176

WINDA SUKMA DEWI J1A117

KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas
berkatnya penulis telah berhasil menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Perilaku
seks bebas/kematian akibat aborsi” ini dengan baik.
Dalam penyususan makalah ini tidak sedikit hambatan-hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis sadar bahwa kelancaran dalam penyususan makalah ini juga didorong oleh
adanya bantuan dan bimbingan dari teman-teman seperjuangan, sehingga berbagai kendala-
kendala penulis akhirnya dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman seperjuangan yang telah membantu, membimbing, dan memberikan
berbagai motivasi, sehingga berbagai kesulitan dalam pembuatan makalah ini dapat teratasi
dengan baik.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aaminn..
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)..................................................................2
DIAGRAM MASALAH (PROBLEM OF DIAGRAM).........................................2
INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM.......................................................2
STRATEGI PROGRAM..........................................................................................2
ALTERNATIF STRATEGI PROGRAM................................................................2
PROGRAM PRIORITAS........................................................................................2
DETAILED PROGRAM..........................................................................................

COST ACTIVITY....................................................................................................

GANT CHATR........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)

Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam
pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa remaja,
informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan supaya remaja tidak
mendapatkan informasi yang salah dari sumber-sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi
masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi
seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan
tidak cukupnya informasi mengenai aktifitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut
akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila tidak didukung dengan
pengetahuan dan informasi yang tepat (Glevinno, 2008) dalam Anna, 2010.
Pengetahuan remaja tentang seks masih sangat kurang. Faktor ini ditambah dengan
informasi keliru yang diperoleh dari sumber yang salah, seperti mitos seputar seks, VCD
porno, situr porno di internet, dan lainnya akan membuat pemahaman dan persepsi anak
tentang seks menjadi salah. Pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas yaitu
suatu pendidikan seksual dalam arti luas yang meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan
seks, diantaranya aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku.
Perilaku seks bebas pada remaja adalah cara remaja mengekspresikan dan melepaskan
dorongan seksual, yang berasal dari kematangan organ seksual dan perubahan hormonal
dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena
remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
semua informan yang pernah melakukan hubungan seks bebas sudah memiliki teman dekat
dan pacar. Informan penelitian mulai pacaran sejak duduk di bangku SMA dan pada saat
memasuki bangku perkuliahan. Alasannya ingin tahu bagaimana rasanya mempunyai teman
dekat laki-laki, hanya sekedar cari perhatian, karena merasa sudah dewasa, ingin mengenal
lawan jenis dan karena rasa saling sayang menyayangi.
Aborsi adalah salah satu isu kesehatan reproduksi yang mendapat perhatian sangat
serius, dan menguras energi juga emosi. Berbagai kalangan telah membincangnya dalam
bingkai perdebatan dan beda pendapat yang tiada ujung. Apalagi saat aborsi dikaitkan dengan
hukum, moralitas, kesehatan, atau hak asasi manusia untuk hidup, aborsi menjadi sangat
problematis dan kontroversial.
Keragaman pandangan mengenai legalitas aborsi adalah realitas diskursus normatif
yang diwacanakan oleh berbagai kalangan untuk menjawab problematika yang muncul di
masyarakat. Perbincangan mengenai aborsi sudah setua usia manusia dan kehidupannya.
Titik ‘tengkar’ dan polarisasi dari perbedaan pandangan ini adalah pembelaan secara ekstrem
terhadap hak hidup janin/embrio atau pembelaan terhadap kepentingan perempuan yang
mengandung. Poin inilah yang kemudian menyebabkan ‘pertengkaran’ antara kubu pro-
choice dan pro-live1 dalam menyikapi tindakan aborsi. Apakah demi hak hidup janin atau
penyelamatan ibu yang mengandung janin.
DIAGRAM MASALAH
SEKOLAH TIDAK MEMBERIKAN
PEMANFAATAN
PENGETAHUAN TENTANG
TEKNOLOGI KEARAH
KESPRO
YANG NEGATIF

DESAKAN
EKONOMI
RENDAHNYA
PENGETAHUAN
TENTANG SEKS
KEBUTUHAN
BEBAS DAN
ABORSI
YANG BANYAK

RASA INGIN TAHU

YANG TINGGI SEKS BEBAS/KEMATIAN


AKIBAT ABORSI
NAMUN TANPA

PENGAWASAN

KURANGNYA RENDAHNYA KESIBUKAN


PERHATIAN ORTU PENGETAHUAN
ORTU

KELABILAN
REMAJA
KURANGNYA
PENGETAHUA
N TENTANG
AGAMA
PERGAUL
AN BEBAS

Dari diagram diatas, dapat kita lihat bahwa ada beberapa faktor yang mendorong
resiko seorang remaja melakukan seks bebas dan kematian akibat aborsi . Pihak sekolahyang
tidak memberikan informasi kepada siswanya mengenai Kesehatan Reproduksi dapat
menjadi factor yang mempunyai dampak besar sebagai pendorong timbulnya remaja untuk
seks bebas dan aborsi. Dimana factor tersebut dapa menimbulkan dampak-dampak buruk
lainnya terhadap remaja. Dampak lain yang dapat timbul yaitu seperti ketika seorang remaja
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, maka ia akan mulai memanfaatkan kecanggihan
teknologi dengan mengakses internet untuk mencari hal-hal yang ingin diketahuinya tetapi
karena tanpa adanya pengawasan dari orang tuanya maka si anak tersebut mengakses konten-
konten yang negative yang tidak sesuai dengan umurnya. Hal tesebut menimbulkan siakp-
sikap negative dalam diri si anak tersebut yang mengarah ke pergaulan bebas yang tidak
diketahuinya karena kurangnya pengetahuannya mengenai dampak dari seks bebas.
Apabila remaja tersebut telah terjerumus ke pergaulan bebas maka akan banyak
dampak negative yang meningkatkan resikonya untuk seks bebas. Ada beberapa aspek yang
dapat ditinjau, sepertia misalnya dari aspek ekonomi. Dapat kita lihat apabila remaja tersebut
termasuk dalam pergaulan bebas, maka ia akan mulai mengikuti tren-tren dari teman-
temannya dengan gaya hidup yang mewah, yang mencari hiburan-hibura yang membutuhkan
banyak uang. Saat si remaja tersbut memiliki ekonomi yang kurang maka ia akan mulai
melakukan hal-hal yang negative agar dapat mendapatkan uang untuk mencukupi
kebutuhannya. Sedangkan si remaja tersebut belum sadar bahwa hal yang dilakukannya itu
dpat menimbulkan drinya berisiko untuk melakukan seks bebas.

Factor terakhir yang juga memiliki pengaruh besar terhadap seorang anak beresiko
untuk melakukan seks bebas dan aborsi yaitu orang tua. Dimana kita ketahui bahwa saat
remaja adalah saat dimana seorag anak meiliki sifat kelabilan yang begitu besar, yang mana
bila tidak adanya pengawasan dari orang tua maka mereka akan sangat mudah untuk
terjerumus kearah yang negative. Orang tua memiliki peran penting bagi perkembangan dan
juga pengawasan dlam pergaulan anak remaja. Beberapa penyebab yang sering menimbulkan
seorang anak smpi beresiko melakukan seks bebas dan aborsi yaitu seperti kurangnya
pengetahuan si orang tua mengenai kesehatan reproduksi ataupun dampak-dampak negative
seks bebas dan jugabanyaknya pekerjaan orang tuanya menyebabkan dirinya sibuk mengurus
pekerjaannya sehingga kurang memperhatikan anaknya yang menyebakan anak tersebut
terjerumus ke pergaulan bebas.

semua faktor resiko penyebab penyakit pemanfaatan teknologi ke arah yang negatif,
kurangnya pengetahuan ,desakan ekonomi, rsa ingin tahu yang tinggi, kurangnya perhatian
dari orang tua, sekolah tidak memberikan pengetahuan mengnai bahaya pergaulan
bebas,kenakalan remaja dan lain sebagainya akan mengarah ke kematian remaja akibat seks
bebas dan aborsi ini.
INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM (ACVIVMENT PROGRAM
INDIKATOR)

Indikator Program Indikator


INDIKATOR POPULASI Penghambat
Program
% Populasi Target Capaian
% siswa yang 90% 75 % Input: 1. Yang
berpacaran  Kontrol orang tua bersangkutan
Proses: tidak bisa
 Orang tua diatur atau di
memberikan kontrol
pemahaman 2. Kepedulian
agama tentang orang tua
larangan pacaran kurang
dan mengontrol 3. Kesadaran
anaknya untuk individu
tidak keluar
malam.
Output:
 Ceramah agama
tentang larangan
pacaran

% siswa yang 95 % 90% Input: 1. Kesadaran


tinggal di rumah  Kontrol bapak anak-anak
kos atau ibu kos kos
Proses: 2. Kurangnya
 Bapak atau ibu pengawasan
kos menerapkan atau
peraturan yang perhatian
ketat terhadap dari bapak
anak kos atau ibu kos
Output:
 Penjagaan yang
ketat.

% siswa yang 75 % 60% Input: 1. kurangnya


menggunakan  Adanya pengawasan
narkoba pengawasan dari dan perhatian
orang tua dari orang tua
Proses: 2. Yang
 Pengawasan dari bersangkutan
orang tua tidak bisa
mengenai diatur atau di
pergaulan kontrol
anaknya
Output:
 Membatasi
pergaulan
anaknya

% siswa yang 80% 90% Input: 1. kurangnya


pulang larut  Penetapan jam pengawasan
malam pulang terhadap anak
Proses: 2. kurangnya
 Orang tua aturan yang
membatasi jam mebatasi jam
pulang atau pulang malam
menetapkan jam
pulang anak
Output:
 Adanya batasan
jam pulang
malam

% siswa yang 70% 80% Input: 1. mudahnya


mengakses situs  Pengontrolan dari mengakses
porno dalam pihak orang tua internet
sehari Proses: 2. kurangnya
 Pemakaian akses pengawasan
internet dengan orang tua saat
adanya control mengakses
dari orang tua internet
Output:
 Membatasi
penggunaan TIK
dan melakukan
pengawasan
kepada anak

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa keberhasilan suatu program dapat dilihat
dari beberapa indikator yang mendukung keberhasilan program tersebut yaitu seperti
indikator populasi, indikator program dan indikator penghambat program. Dalam indikator
populasi, bukan hanya mempertimbangkan mengenai target populasi tetapi juga berapa
persen target maupun capaian yang ingin ditentukan untuk program tersebut. Untuk
melaksanakan program ini, ada beberapa indicator yang dapat ditinjau yaitu seperti berapa
persen jumlah siswa yang berpacaran, yang tinggal di rumah kos, yang menggunakan
narkoba, yang sering pulang larut malam serta siswa yang sering mengakses situs porno
dalam sehari. Indikator program bagi siswa yang berpacaran dapat diberikan control dari
orang tuanya, dimana si remaja diberikan ceramah agama dengan pemahaman-pemahaman
mengenai larangan berpacaran dalam agama. Tetapi terdapat juga beberapa indicator
penghambat program seperti kurangnya perhatian dari orang tuanya, ataupun sikap remaja
yang kurang memilki kesadaran diri dan juga susah untuk dikontrol.

Adapun indicator lain yang berpengaruh yaitu siswa yang tinggal di rumah kos,
indicator siswa yang sering pulang malam, siswa yang memakai narkoba dan juga siswa yang
mengakses situs porno sangat memberikan pengaruh besar terhadap meningkatnya resiko
seorang remaja yang melakukan aborsi apabila tidak ada pengawasan dari orang tua maupun
pemilik kos-kosan agar para remaja ini tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas atau seks
bebas.
STRATEGI PROGRAM
PROGRAM PENJELASAN
Pihak sekolah dapat
Konseling remaja membuat suatu wadah
berupa bimbingan
konseling yang aktif
dimana guru BK
melakukan pendekatan
kepada semua siswa-
siswi. Sedangkan pihak
orang tua juga dapat
memberikan pengetahuan
kepada anaknya dengan
INPUT
cara melakukan
pendekatan kepada
anaknya.
Penetapan kos-kosan Dengan adanya
khusus putra dan putri penetapan kos khusus
putra atau putri dapat
meminimalkan pergaulan
bebas yang kemungkinan
dapat terjadi pada anak
kos.

Pihak sekolah dapat Wadah ini berfungsi


membuat suatu wadah untuk mengontrol
untuk melakukan perilaku para siswa-siswi
bimbingan konseling dalam bergaul.
Pihak asrama-kos Dengan adanya peraturan
PROSES
menerapkan peraturan jam pulang dan jam batas
jam pulang dan jam tamu dapat mengontrol
batas tamu penghuni kos-kosan agar
tidak pulang larut malam

Pelayanan bimbingan Memberikan bimbingan


konseling di sekolah kepada siswa-siswi
mengenai bahaya
OUTPUT pergaulan bebas
Membuat kos khusus Bertujuan untuk
putra dan putri membatasi

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa terdapat strategi program yang bertujuan
untuk mengatasi suatu pergaulan bebas yang dapat menyebabkan kematian akibat aborsi.
adapun programnya yaitu :
 Input.
Pada proses input ini di mana terbagi menjadi dua bagian yang membantu untuk
mengatasi masalah pergaulan bebas. dimana yang pertama yaitu konseling remaja.
pada konseling remaja ini dimana Pihak sekolah dapat membuat suatu wadah berupa
bimbingan konseling yang aktif mengenai pergaulan bebas sehingga siswa-siswi tidak
terjerumus ke pergaulan bebas dengan cara dimana guru BK melakukan pendekatan
kepada semua siswa-siswi,sehingga dari bimbingan konseling ini dapat mengatasi
suatu masalah HIV di kalangan siswa-siswi. selanjutnya bagian kedua adalah
Penetapan kos-kosan khusus putra putri. dimana Dengan adanya penetapan kos
khusus putra atau putri dapat mengurangi pergaulan bebas yang kemungkinan dapat
terjadi pada anak kos.
 Proses
Pada bagian proses dimana yang pertama yaitu Pihak sekolah dapat membuat suatu
wadah untuk melakukan bimbingan konseling.Wadah ini berfungsi untuk mengontrol
perilaku para siswa-siswi dalam bergaul.selanjutnya bagian kedua yaitu Pihak asrama-
kos menerapkan peraturan jam pulang dan jam batas tamu. Dengan adanya peraturan
jam pulang dan jam batas tamu dapat mengontrol penghuni kos-kosan agar tidak
pulang larut malam.
 Output

Pada output ini dibagi menjadi dua bagian dimana yang pertama yaiu Pelayanan
bimbingan konseling di sekolah. pada pelayanan ini dimana guru melakukan
bimbingan koseling kepada siswa-siwi mengenai bahaya pergaulan bebas. sehingga
dengan adanya bimbingan ini maka siswa-siswi tidak terjerumus kehal yang negatif
yang dapat mengakibatkan HIV. selanjutnya Membuat kos khusus putra dan putri.
Bertujuan untuk membatasi.Dimana kita ketahui bahwa saat remaja adalah saat
dimana seorang anak memiliki sifat kelabilan yang begitu besar.
ALTERNATIF STRATEGI PROGRAM

Pendekatan Alternative
sistem Versi lama Versi 1 Versi 2 Versi 3 Versi lain
Input Orang tua Pemilik kos Konselor Pihak Guru
remaja/seba kampus agama/toko
ya h agama
Proses Orang tua Dalam hal ini Memberikan Pihak Memberikan
selalu pemilik kos informasi kampus pengetahuan
melakukan ata bapak kos tentang dalam hal agar mampu
pengontrolan selalu pergaulan ini selalu mengontrol
kepada melakukan seks bebas memberika dirinya agar
anaknya agar pengawasan yang n edukasi tidak
terhindar dari atau mengarah kepada terjerumus
pergaulan membuat kepada mahasiswa ke pergaulan
seks bebas larangan kematian tentang bebas yang
dalam hal ini kepada kaum akibat pergaulan mengakibat
pacaran laki2 untuk aborsi bebas yang kan
sehingga tidak bertamu mengarah kematian
terjadi hamil di malam kepada akibat aborsi
diluar nikah hari kematian
dan akibat
melakukan aborsi
aborsi
Output Konseling di Konseling di Layanan Konseling Layanan
tingkat tingkat konseling di tingkat ceramah
keluarga pemilik kos kampus
Impact Terkontrolny Peningkatan Peningkatan Peningkata Peningkatan
a sang anak pengetahuan pengetahuan n pengetahuan
yang jauh tentang tentang pengetahua dan
dari orang pengawasan bahaya seks n tentang kesadaran
tua yang ketat bebas yang bahaya diri secara
yang di menyebabka seks bebas spiritual
lakukan n kematian yang
pemilik kos akibat menyebabk
aborsi an
kematian
akibat
aborsi di
tingkat
kampus

Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa ada beberapa cara Alternatif strategi
program untuk menanggulangi pergaulan bebas Yaitu dengan melakukan pendekatan
alternatif versi lama yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan tugasnya
yaitu melakukan pemeriksaan kepada siswa-siswi tiap semester untuk meminimalkan resiko
penularan HIV akibat dari pergaulan seks bebas. Selain versi lama ada juga beberapa versi
yang dapat kita gunakan yaitu seperti versi 1.Versi 1 disini dilakukan oleh konselor remaja
yang tugasnya yaitu memeberikan pemahaman tentang bahaya pergaulan bebas sehingga
siswa-siswi mampu mengontrol keadaan lingkungan sekitarnya yang bisa membawa kearah
yang negatif.

Selain versi 1 ada juga versi 2 yang dilakukan oleh keluarga. Keluarga disini
mempunyai peranan penting dalam mengontrol anaknya dengan pergaulan teman sebayanya
yang bisa membawa kearah negatif. Selain itu orang tua juga harus mampu mengendalikan
anaknya dalam penggunaan teknologi karena seperti kita ketahui penggunaan teknologi
secara berlebih itu mempunyai dampak terhadap perubahan perilaku remaja yang mengarah
ke hal-hal yang negatif . Selain itu ada juga versi 3 dimana dilakukan oleh dukun tugasnya
yaitu melakukan pengobatan tradisional setiap orang yang datang ke dukun untuk melakukan
pengobatan . Akan tetapi melakukan pengobatan didukung ini tidak efisien sama sekali
karena seperti kita ketahui dukung tidak mengetahui fisiologi pergaulan seks bebas.

Akan tetapi ada juga versi lain yang dapat kita gunakan untuk melakukan pendekatan
kepada siswa-siswi yaitu dengan melalui guru agama. Guru agama disini dapat memberikan
pemahaman tentang dosa akibat dari pergaulan bebas dan siksaan yang akan diterima
diakhirat nanti jika melakukan pergaulan bebas. Sehingga siswa-siswi disini dampak berpikir
bahaya yang akan didapatnya kelak nanti. Sehingga siswa-siswi mampu mengontrol dirinya
agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas.
PROGRAM PRIORITAS

Prioritas Bobot
Pertimbanga Petugas Konselor Keluarg Dukun Guru
n memilih kesehatan remaja/sebay a agama/toko
a h agama
Ketersediaan 3 1 3 1 2
tenaga
Ketersediaan 3 1 2 1 2
fasilitas
Ketersediaan 3 2 3 1 1
dana
Ketersediaan 3 2 3 1 2
waktu
Kemudahan 3 2 1 3 3
untuk
melakukan
Efektifitas 2 1 3 1 2
Total score 17 9 15 6 12

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa untuk pemilihan pertimbangan pada


program prioritas yang telah di susun sebelumnya kami menetapkan beberapa prioritas
program dimana prioritas program pertama adalah ketersediaan tenaga untuk dibagian
petugas kesehatan kami memberi bobot sebanyak 3 poin karena menurut kami untuk petugas
kesehatan pasti sudah jelas memiliki tenaga kesehatan untuk melayani pasien yang
berkunjung ketempat pelayanan kesehatan, untuk konseler remaja/sebaya kami memberikan
bobot sebanyak 1 poin kaarena menurut pandangan kami untuk ketersediaan tenaga pada
konseler remaja masi sangat minim , kemudian pada phak remja ketersediaan tenaga kami
memberikan bobot sebanyak 3 poin karena seperti kita ketahui keluarga berperan penting
dalam menyikapi penyakit yang di hadai oleh salah satu anggota keluarganya sehingga untuk
ketersediaan tenaga pasti sudah jelas tersedia dari pihak keluarga itu sendiri kemidian dudkun
untuk ketersediaan tenaga dukun begitu banyak jumlahnya namun untuk menangani
pergaulan seks bebas ini perlu ada keahlian dan pengetahuan khusus sehingga kami
memberikan 1 poin kemudian selanjutnya adalah guru agama/tokoh agama kami memberikan
2 poin karna menurut kami untuk guru agama memiliki peranan penting untuk mempengaruhi
psikis penderita daan juga menambah ilmu spiritual penderita sehingga untuk melakukan hal-
hal yang negatif sesorang dapat memikirkan konsekuensinya.

prioritas pemilihan pertimbangan kedua adalah ketersediaan fasilitas pada petugas


kesehatan kami memberikan 3 poin karena pada pelayanan kesehatan pasti tersedia fasilitas
yang cukup memadai untuk penanganan pergaulan seks bebas ini. untuk konseler remaja
atau sebaya kami memberikan 1 poin karena pihak ini masi jarang di temukan meskipun ada
namun jumlahnya sangat sedikit sedangkan untuk pergaulan seks bebas setiap tahunnya terus
meningkat, untuk keluarga kami memberikan 3 poin karena keluarga akan melengkapi
keperluan dari penyakit yang diderita oleh pergaulan seks bebas yaitu penderita HIV baik
material berupa uang pengobatan maupun non-material kemudian untuk pihak dudkun kami
memberikan 1 poin karena untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap HIV belum
memadai pada pihak dukun mereka bekerja setelah datangnya penyakit atau lazimnya adalah
dukun berperan dalam proses pengobatan dan bukan pencegahan., untuk selanjutnya guru
agama atau tokoh agama ketersediaan fasilitas kami memberikan 2 poin karena tokoh agama
ini tidak memerlukan fasilitas yang memadai untuk proses pencegahan namun cukup
memeberikan pengetahuan spiritual saja kepada remaja terhadap pergaulan seks bebas.

ketersediaan dana juga dapat membentu penderita dapat mengakses tempat pelayanan
kesehatan untuk itu kami memberikan poin sebanyak 3, untuk ketersediaan waktu seperti kita
ketahui pada pihak / petugas kesehatan melayani pasien selama 24 jam sehingga untuk
melakukan pengontrolan terhadap penyakit dapat dengan mudah dilakukan sehingga kami
memberikan 3 poin, untuk pihak konseler remaja/sebaya kami memberikan poin sebanyak 2
karena pihak ini memeng dalam hal ketersediaan waktu mempunyai cukup waktu untuk
memberikan konseling kepada remaja sekaligus memberikan pengetahuan kepada remaja
mengenai pergaulan seks bebas tersebut sehingga kami memberikan 2 poin . pada pihak
keluarga kami memberikan 3 poin karena keluarga sangat berpengaruh penting dalam
pencegahan penularan penyakit ini sehingga ketersediaan waktu keluarga baik untuk
mengontrol maupun memberikan.konseling pada anak remaja mereka.

pada prioritas selanjutnya yaitu kemudahan melakukan kami memilih petugas


kesehatan dan juga keluarga dengan memberikan poin sebanyak 3 karena ketersediaan
petugas merupakan salah satu fasilitas untuk pencegahan penyakit menular ini pihak
pelayanan kesehatan dapat membuat suatu program berupa penyuluhan besar-besaran atau
penyuluhan secara rutin pada pihak-pihak sekolah dengan menggerakan para petugas
kesehatan yang ada tujuannya adalah mencegah secara dini penulran penyakit HIV pada
remaja. khusunya siswa dan siswi SMA. Peran orang tua juga sangat mendukung dalam hal
pencegahan penularan penyakit, orang tua dapat melakukan pendekatan kepada anak dan

secara tidak langsung memberikan perhatian kepada anak agar melakukan aktifitas atau
kegiatan yang tidak menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai