Transaksi di Indonesia
A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini uang yang beredar adalah uang kertas dan logam.
Menurut undang-undang Bank Sentral No. 13 Tahun 1986 pasal 26 ayat 1
menyatakan Bank Indonesia mencetak dan mengeluarkan uang kartal yakni
uang kertas dan uang logam. Sehingga uang logam merupakan alat transaksi
yang sah yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis telah uraian di atas maka
masalah yang diangkat yaitu apa saja penyebab menurunnya penggunaan uang
logam sebagai alat transaksi di Indonesia.
C. Studi literatur
Uang secara umum adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum
sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebaga alat
pembayaran uatang, ata sebgai alat untuk melkukan pembelian barang atau jasa.
Dengan kata lain, uanga merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam
suatu wilayah tertentu (Ahmad, 2007)
Menurut undang-udang Bank Sentral No. 13 Tahun 1986 Pasal 26 ayat 1,
Bank Indonesia mencetak dan mengeluarkan uang kartal yakni uang kertas dan
uang logam. Menurut R. S. Sayers dalam bukunya Modern Banking (Nurfadhilah,
2008: 32), menyatakan bahwa uang adalah segala sesuatu yang umum diterima
sebagai alat pembayaran utang. Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang
(Nopirin, 2011:2).
Uang memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu : sebagai media pertukaran (medium of
exchange). Sebagai penyimpan nilai (store of value), sebagai satuan hitung (unif
of account) (Mankiw, 2006). Uang kartal yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 Tahun 1986 Pasal 26 ayat 1,
memiliki dua jenis, yaitu uang logam dan uang kertas.
Shaleh dkk. (2004:88) mengatakan bahwa persepsi merupakan fungsi psikis
yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses
mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengkaitkan
beberapa rangsangan sekaligus. Rangsangan-rangsangan yang telah diterima dan
dikelompokkan ini kemudian diinterprestasi sedemikian rupa menjadi sebuah
arti yang subjektif individual. Menurut Sarwono (2012:86) megatakan bahwa
persepsi merupakan kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan,
memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasi.
D. Pembahasan
1. Inflasi
2. Persepsi masyarakat
Dewasa ini harga-harga barang terus meningkat, uang seribu rupiah tidak
lagi bernilai. Sehingga masyarakat beranggapan tidak mungkinnya menggunakan
uang logam digunkan sebagai alat transaksi. Hal ini sejalan dengan teori Shaleh
dkk. (2004:88) mengatakan bahwa persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai
dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses mengelompokkan,
menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengkaitkan beberapa rangsangan
sekaligus. Rangsangan-rangsangan yang telah diterima dan dikelompokkan ini
kemudian diinterprestasi sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif
individual. Menurut Sarwono (2012:86) megatakan bahwa persepsi merupakan
kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan
sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasi.