Anda di halaman 1dari 4

Penyebab Menurunnya Penggunaan Uang Logam Sebagai Alat

Transaksi di Indonesia

A. Latar Belakang

Uang merupakan alat transaksi yang tidak dapat dipisahkan dari


kehidupan manusia terutama dalam kegiatan perekonomian. Zaman modern
sekarang tidak ada yang tidak mengenal uang, mulai dari orang tua hingga anak-
anak semua mengenal uang. Uang merupakan aset yang berharga yang bisa
langsung dipakai dalam bertransaksi. Seseorang dianggap semakin kaya dengan
semakin banyaknya uang yang dimilikinya (Mankiw, 2006).

Uang yang digunakan zaman modern ini telah mengalami proses


perubahan besar dalam periode yang panjang. Dalam setiap periode
perubahannya uang menjadi lebih efektif dan efisien digunakan sebagai alat
transaksi. Berdasarkan perkembangannya uang dikategorikan dalam beberapa
jenis, yaitu uang uang barang, uang logam, uang kertas, dan uang giral. Uang
logam dan kertas termasuk jenis uang kartal.

Pada zaman modern ini uang yang beredar adalah uang kertas dan logam.
Menurut undang-undang Bank Sentral No. 13 Tahun 1986 pasal 26 ayat 1
menyatakan Bank Indonesia mencetak dan mengeluarkan uang kartal yakni
uang kertas dan uang logam. Sehingga uang logam merupakan alat transaksi
yang sah yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Namun dalam perkembangannya, peredaran uang logam mulai


mengalami kemunduran di beberapa wilayah. Terdapat wilayah yang hanya
menerima beberapa jenis uang logam saja bahkan berdasarkan penelitian
banyak wilayah yang sudah tidak memberlakukan uang logam sebagai alat
transaksi padahal Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan tentang uang
logam sebagai alat transaksi.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis telah uraian di atas maka
masalah yang diangkat yaitu apa saja penyebab menurunnya penggunaan uang
logam sebagai alat transaksi di Indonesia.

C. Studi literatur
Uang secara umum adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum
sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebaga alat
pembayaran uatang, ata sebgai alat untuk melkukan pembelian barang atau jasa.
Dengan kata lain, uanga merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam
suatu wilayah tertentu (Ahmad, 2007)
Menurut undang-udang Bank Sentral No. 13 Tahun 1986 Pasal 26 ayat 1,
Bank Indonesia mencetak dan mengeluarkan uang kartal yakni uang kertas dan
uang logam. Menurut R. S. Sayers dalam bukunya Modern Banking (Nurfadhilah,
2008: 32), menyatakan bahwa uang adalah segala sesuatu yang umum diterima
sebagai alat pembayaran utang. Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa maupun utang
(Nopirin, 2011:2).
Uang memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu : sebagai media pertukaran (medium of
exchange). Sebagai penyimpan nilai (store of value), sebagai satuan hitung (unif
of account) (Mankiw, 2006). Uang kartal yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 Tahun 1986 Pasal 26 ayat 1,
memiliki dua jenis, yaitu uang logam dan uang kertas.
Shaleh dkk. (2004:88) mengatakan bahwa persepsi merupakan fungsi psikis
yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses
mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengkaitkan
beberapa rangsangan sekaligus. Rangsangan-rangsangan yang telah diterima dan
dikelompokkan ini kemudian diinterprestasi sedemikian rupa menjadi sebuah
arti yang subjektif individual. Menurut Sarwono (2012:86) megatakan bahwa
persepsi merupakan kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan,
memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasi.
D. Pembahasan

1. Inflasi

Salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan


uang logam sebagai alat transaksi adalah karena aspek inflasi. Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara terus menerus, hal ini
berdasarkan hasil penelitian Fadli Hi Sahar dan Lillies Setiartiti dalam Jurnal
Ekonomi Dan Studi Pembangunan Volume 17, Nomor 2, Oktober 2016 dengan
judul “faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak memakai uang logam
sebagai alat transaksi” berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa secara serempak inflasi, persepsi masyarakat, dan efisiensi uang logam
berpengaruh terhadap penggunaan uang logam sedangkan efisiensi uang logam
tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan uang logam

2. Persepsi masyarakat
Dewasa ini harga-harga barang terus meningkat, uang seribu rupiah tidak
lagi bernilai. Sehingga masyarakat beranggapan tidak mungkinnya menggunakan
uang logam digunkan sebagai alat transaksi. Hal ini sejalan dengan teori Shaleh
dkk. (2004:88) mengatakan bahwa persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai
dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses mengelompokkan,
menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengkaitkan beberapa rangsangan
sekaligus. Rangsangan-rangsangan yang telah diterima dan dikelompokkan ini
kemudian diinterprestasi sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif
individual. Menurut Sarwono (2012:86) megatakan bahwa persepsi merupakan
kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan
sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasi.

Anda mungkin juga menyukai