Anda di halaman 1dari 14

Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 1

MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN (MKD) DAN PENEGAKAN KODE ETIK DPR RI

DPR HONORARY COUNCIL AND THE ENFORCEMENT OF THE CODE OF ETHICS

Syarifuddin
Kemas Gerby Novario
(Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya,
Jl. Palembang – Prabumulih KM 32, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia;
email: syarifuddin.unsri@gmail.com, gerynovario@gmail.com)

Naskah Diterima: 9 Agustus 2016, direvisi: 24 Desember 2016,


disetujui: 30 Maret 2017

Abstract
DPR Honorary Council (MKD) formerly known the Honorary Board (BK) is one of parliament’s complimentary organ in upholding the
honor and dignity of Members of Parliament (MPs) as people’s epresentative. MKD plays its function in monitoring the behavior of
MPs as regulated in the Rules of Conduct and Code of Ethics. Some cases of violations in 2015 are the involvement of a MPs in Freeport
scandals, brawling and showing bad manner in meeting chairman, and getting involve in the campaign of US presidential candidates
led to the MKD trials and sanctions. Some hearings of MPs violations has demonstrated MKD’s failure in making firm sanctions. This
article aims to provide inputs to MKD to be able to act decisively with other parties in monitoring, investigating and putting sanctions
to minimize code violations. This article uses mix approaches of library and cases studies.
Keywords: DPR, MKD, ethic code, ethics, Rules of Procedures

Abstrak
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dulu bernama Badan Kehormatan (BK), adalah salah satu alat kelengkapan DPR RI dalam
menegakan kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat. MKD memiliki fungsi melakukan
pemantauan dalam rangka fungsi pencegahan terhadap perilaku anggota agar tidak melakukan pelanggaran atas kewajiban anggota,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai Tata Tertib dan Kode Etik DPR. Beberapa kasus pelanggaran kode etik
sepanjang tahun 2015 seperti terlibatnya salah satu anggota DPR RI dalam skandal Freeport, perkelahian sesama anggota dewan, dan
pertemuan ketua dan wakil ketua DPR RI dalam kampanye salah satu kandidat presiden Amerika Serikat berujung pada persidangan
MKD dan pemberian sanksi. Beberapa sidang MKD mengenai kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan anggota DPR yang belum
jelas keputusannya menjadi gambaran ketegasan MKD. Tulisan ini bertujuan memberikan masukan kepada MKD sebagai salah satu
alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap untuk bertindak tegas serta bekerjasama dengan pihak lain dalam upaya pemantauan,
pencegahan, penyelidikan dan pemberian sanksi tegas dalam meminimalisir pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota DPR.
Artikel ini menggunakan studi literatur dan studi kasus dalam pendekatan masalah.
Kata kunci: DPR, MKD, kode etik, etika, tata tertib

PENDAHULUAN Setiap anggota DPR wajib patuh terhadap kode


Dewan Perwakilan Rakyat atau dengan sebutan etik yang berlaku selama menjalankan tugasnya
DPR merupakan institusi penting dalam suatu sebagai wakil rakyat untuk menjaga martabat,
negara. DPR memiliki peran fungsional dalam kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR seperti yang
kehidupan berbangsa dan bernegara. DPR memiliki tercantum dalam UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 3.2
tanggung jawab sebagai penyerap aspirasi rakyat, Anggota DPR diharuskan menghindari perilaku tidak
fungsi legislasi, perancang anggaran, dan pengawas pantas atau tidak patut yang dapat merendahkan
pemerintahan seperti yang tercantum dalam UU No. citra dan kehormatan DPR baik di dalam gedung
17 Tahun 2014 Pasal 69 Ayat 1 dan Pasal 70 Ayat 1, maupun di luar gedung DPR menurut pandangan
2, dan 3.1 Untuk menjalankan fungsi tersebut Dewan etika dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Perwakilan Rakyat memiliki anggota yang dipilih oleh Hal ini menunjukan seorang anggota DPR harus
rakyat melalui pemilihan umum setiap lima tahun sangat berhati-hati dalam lisan dan perbuatan yang
sekali. Adapun setiap Aggota Dewan merupakan ditunjukannya, bukan hanya semata-mata untuk
wakil rakyat yang diajukan oleh partai politik. menjaga kehormatan dan citra DPR melainkan
mencerminkan representasi wakil rakyat.

1
UU No. 17 Tahun 2014. Tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan 2
UU No. 1 Tahun 2015. Tentang Kode Etik Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Rakyat Republik Indonesia
2 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

Dalam segi kelembagaan, DPR dituntut menjadi saat ini yang cenderung mementingkan kepentingan
lembaga yang memiliki Kredibilitas tinggi sebagai pribadi atau kelompok mereka dari pada fokus
pengemban amanah rakyat. Profesionalitas anggota memikirkan nasib rakyat. Singkat kata, anggota DPR
DPR sangat dibutuhkan dalam meningkatkan dituntut untuk memiliki ketajaman visi dan kemauan
kredibilitas DPR. Fungsi yang dimiliki DPR apabila politik (political will) yang bisa menghasilkan produk
dijalankan dan dilaksanakan secara proporsional legislatif untuk pembangunan masyarakat secara
dengan senantiasa berpihak pada kepentingan umum.
bangsa, maka dapat dipastikan hal tersebut akan Menyimak pemikiran Socrates (399 S.M.), Plato
menjadi kontribusi yang besar bagi percepatan (427-347 S.M.), Aristoteles (384-322 S.M.) dan
pembangunan nasional yang bermuara kepada Cicero (106-43 S.M.) yang menyorot ketidakpiawaian
kemajuan dan kemakmuran bangsa. seorang pemimpin dalam menjalankan mandat
DPR sebagai wakil rakyat dituntut untuk publik adalah suatu pelanggaran. Diantara indikasi
membuat suasana kerja yang kondusif, karena tanpa ketidakpiawaian penyelenggara negara merupakan
“habitat” yang kondusif mustahil untuk membangun penyalahgunaan kekuasaan, misalnya melanggar
DPR yang berintegritas. DPR harus memahami hukum dan mengabaikan etika. Plato berpendapat
peran dan fungsinya sebagai wakil rakyat. DPR bahwasannya pemerintahan yang baik ialah
harus berevolusi tidak hanya bersifat mekanis dan pemerintahan yang praktiknya dilandasi oleh hukum.
biologis, namun juga humanis serta dituntut untuk Sedangkan pandangan Cicero menggariskan bahwa
lebih fleksibel, kreatif dan mampu bekerja secara pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang
harmonis. DPR era baru membutuhkan manusia- memperhatikan civil society, karena civil society
manusia baru yang memiliki kompetensi global, merupakan salah satu manifestasi dari etika politik,
dewasa, etika dan kreatif. dan etika politik itu sendiri berasal dari berbagai
Dalam beberapa tahun ini anggota DPR literatur yang didukung oleh dua unsur, antara lain
menjadi sorotan publik dan media, baik itu berupa atas agama dan living law.4
kinerja, prestasi, sampai dengan pelanggaran etik Kajian tentang etika politik, menurut pandangan
yang dilakukan oleh anggota DPR. Hal demikian Bernhard Sutor dalam buku Etika Politik dan
menunjukan perlunya pengawasan kode etik anggota Kekuasaan.5 mengungkapkan bahwa etika politik
dewan untuk meminimalisir pelanggaran anggota memiliki tiga dimensi: pertama, menyangkut
DPR yang dapat merusak citra DPR dimata rakyat. tujuan politik yang dirumuskan dalam mencapai
KontraS sebagai salah satu organisasi kesejahteraan masyarakat dan hidup damai yang
pemantauan HAM, mencatat anggota DPR periode didasarkan pada kebebasan dan keadilan; kedua,
2014-2015 sedikitnya 19 nama pernah terlibat menyangkut masalah pilihan saran yang meliputi
dalam kasus tindak pidana seperti; pengeroyokan, sistem dan prinsip dasar pengorganisasian praktik
pemukulan, intimidasi, hingga penipuan, dan 38 penyelenggaraan negara dan institusi-institusi
nama terlibat dalam kasus pelanggaran Pemilu, sosial; ketiga, berhadapan dengan aksi politik.
seperti; dugaan terlibat politik uang, pemasangan Selanjutnya, dimensi ketiga mengenai aksi politik ini
APK sebelum massa kampanye, pemanfaatan ruang berkaitan langsung dengan perilaku para elit politik
publik untuk kampanye, hingga eksploitasi anak yang memegang peran penting untuk menentukan
di bawah umur dalam kampanye dan kegiatan rasionalitas politik yang terdiri dari rasionalitas
kampanye yang tidak ramah lingkungan. Sedangkan tindakan dan keutamaan (kualitas moral pelaku).
16 nama tercatat pernah menerima hukuman dari Hal demikian menunjukan bahwa ketika seorang
Badan Kehormatan (BK) DPR, dan 52 nama memiliki pejabat yang menjalankan mandat publik dituntut
catatan absensi yang buruk.3 harus memiliki etika politik, apabila etika politik ini
Pelanggaran kode etik ini menunjukan kualitas dilanggar mengindikasikan bahwa pejabat tersebut
moral politik yang selama ini dianggap menjadi melakukan pelanggaran dan ketidakpiawaian dalam
faktor penyebab banyak anggota DPR terjebak dalam melaksanakan tugas yang telah diamanahkan
persoalan etika politik dan hukum. Para anggota Penegakan hukum dan pengawasan dalam
DPR yang mengemban tugas sebagai wakil rakyat pelaksanaan kode etik di internal DPR merupakan
seakan lupa akan tanggung jawab utamanya, dan realisasi pengawasan publik yang diatur dalam
mempengaruhi kualitas produk kebijakan legislatif peraturan DPR. Keberadaan lembaga ini sangat
yang dihasilkan. Selain itu, masih banyak anggota DPR

4
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik

3
“242 Anggota DPR Periode 2014-2019 Memiliki Catatan Di Indonesia, cet. Ke-2, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
Buruk”, (online), (http://sp.beritasatu.com/home/kontras- Negara Fakultas Hukum Penulisan, 2005, hlm. 70
242-anggota-dpr-periode-2014-2019-memiliki-catatan- 5
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta: Kompas,
buruk/67011, di akses pada tanggal 3 September 2016) 2014, hlm. 15
Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 3
diperlukan karena teori dasar perwakilan terkait menjadi Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD)
dengan kontrol masyarakat. Jika ada pengaduan, sesuai dengan hasil revisi UU MD3 yaitu UU No. 17
pelanggaran etika dan moral akan digelar dan Tahun 2014 pasal 119 degan beberapa penambahan
proses pengadilannya pun sudah disepakati beberapa fungsi pada Mahkamah Kehormatan
dalam peraturan. Hal ini berbeda jika persoalan Dewan seperti yang tercantum dalam pasal 122.10
hukum sebagai obyek pelaporannya, karena ranah Unsur etika sangat menyatu dalam sebuah norma
pengadilannya juga berbeda. Subtansi pasal-pasal hukum, jika kedua unsur ini dilanggar, tentu sanksi
yang menjerat pelanggarnya sangat bervariasi, akan ditegakkannya, seperti halnya seseorang dalam
diantaranya pelanggaran tata tertib administrasi, kehidupannya selalu melanggar etika dan merugikan
tertib menjalankan tugas dan kewajiban. Peradilan perorangan atau kelompok tertentu, maka perlu
etika dan moral ini dibentuk agar perwujudan prinsip- dijatuhi sanksi yang seimbang dengan perbuatannya.
prinsip kepemerintahan yang baik dan benar dapat Indonesia, secara sosio-historis merupakan lembaga
diterapkan oleh legislator sesuai harapan Undang- perwakilan rakyat yang baru mempunyai Badan
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Kehormatan dalam menerapkan kode etik. Posisi
dan peraturan perundang-undangan yang terkait.6 etika dalam teori hukum sangat dekat dengan hukum
Dalam upaya penegakan kode etik Dewan disipliner, karenanya, hukum disipliner adalah
Perwakilan Rakyat, pada tahun 2004 dibentuk Badan satu jenis hukum pidana (bila dikehendaki: hukum
Kehormatan DPR (BK DPR) yang kemudian diganti sanksi) yang secara terbatas berlaku bagi (anggota),
menjadi Mahkamah Kehormatan Dewan hasil revisi kelompok organisasi kemasyarakatan tertentu.11
UU MD3. MKD merupakan sebuah alat kelengkapan MKD bekerja berdasarkan beberapa undang-
tetap yang memiliki tugas menegakkan kode etik7 undang, surat keputusan dan tata tertib DPR-RI,
dan salah satu bentuk perwujudan tanggung jawab yang memberlakukan sanksi sebagai tindakan yang
moral anggota Dewan Perwakilan Rakyat kepada tepat dalam mengawasi etika anggota Dewan bila
rakyat. Pembentukan MKD merupakan tanggapan melakukan pelanggaran terhadap kode etik dan tata
atas sorotan publik terhadap kinerja buruk sebagian tertib DPR-RI atau hal-hal yang berhubungan dengan
anggota DPR. Beberapa kasus pelanggaran kode etik penyalahgunaan kekuasaan (a buse of power).12
oleh angota DPR seperti kasus suap yang diduga MKD dibentuk oleh DPR sebagai alat
melibatkan anggota DPR dan keengganan sebagian kelengkapan DPR yang bersifat tetap, badan ini
anggota DPR untuk menyerahkan formulir daftar bekerja berdasarkan undang-undang Susunan dan
kekayaan yang diserahkan oleh Komisi Penyelidik Kedudukan, Peraturan DPR-RI tentang Tata Tertib
Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN) juga sempat dan Kode etik DPR-RI, serta aturan perundang-
memunculkan desakan agar Badan Kehormatan undangan lain yang terkait dengan substansi Kode
segera dibentuk.8 etik DPR-RI, sebagai alat kelengkapan parlemen
Badan Kehormatan dibentuk berdasarkan Pasal yang baru di Indonesia, ia berbenah diri dalam
98 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2003 Tentang mengemban aspirasi rakyat secara serius dan
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD konsisten menyelesaikan masalah. MKD disamping
Ayat (2) point (g) mengatur bahwa alat kelengkapan untuk mengembalikan citra yang negatif dan juga
DPR termasuk Badan Kehormatan. Berdasarkan anggapan buruk sebagian masyarakat terhadap DPR-
pasal 123 Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009 RI akan sedikit berkurang, bahkan lambat laun akan
disebutkan Badan Kehormatan dibentuk oleh DPR hilang jika badan ini bekerja secara maksimal dalam
dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat memantau kinerja para anggota parlemen.
tetap9. Badan Kehormatan ini kemudian digantikan MKD tidak dapat bekerja sendiri dalam
mengawasi etika anggota dewan, melaksanakan

6
Nur Habibi, “Praktik Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat tugas-tugas dan kewajibannya sebagai wakil rakyat,
Republik Indonesia”, Jurnal Cita Hukum, Vol 1 No. 1 Th.
oleh karena itu, tanpa ada pengaduan dan kontribusi
2014, Hlm. 39

7
Kode etik yang tertera pada pasal 1 Kode Etik DPR, kode etik dari masyarakat beserta bukti-bukti yang nyata,
sebagai norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan

10
UU No. 17 Tahun 2014. Tentang Majelis Permusyawaratan
kesatuan landasan etik atau filosofi dengan peraturan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan,
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh anggota.

11
Jan Remmelink, Hukum Pidana, cet. 1, Jakarta: Gramedia

8
Rizqi Ramadhani, “Dilema Badan Kehormatan DPR Antara
Pustaka Utama, 2003, hlm.26.
Penegak Etika Anggota Dewan dan Kepentingan Fraksi”,

12
Penyalahgunaan Kekuasaan (A Buse of Power) adalah ”To
Skripsi, Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah, 2013, hlm: 1-2
Depart from Legal or Reasonable Use in Dealing (A Person

9
Marulak Pardede, Efektifitas Putusan Badan Kehormatan
or Thing) to Mesesu. Bryan A. Garner and Thomson, Blacks
DPR/DPRD, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional
Law Dictionary, St. Paul: Eight Edition, 2004, hlm. 10.
Kementerian Hukum dan HAM RI, 2011, hlm. 24
4 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

badan ini tidak dapat bekerja dan berfungsi secara apakah sesuai dengan kompetensi MKD atau tidak.
maksimal.13 Dalam upaya penegakan etika politik Aduan harus relevan dengan dugaan pelanggaran
dikalangan anggota DPR, MKD bersama rakyat, kode etik dan perilaku anggota dewan.16
dan pihak lain saling bersinergi dalam melakukan Muncul harapan, MKD lebih terbuka dalam
pengawasan dan penindakan tegas atas pelanggaran memproses suatu pelanggaran yang dilakukan
etik yang dilakukan oleh anggota DPR-RI. anggota DPR. Dengan demikian, masyarakat
Mengutip pendapat Marulak Pardede14 dalam akan yakin, MKD telah menjalankan fungsi
penelitiannya mengenai efektifitas putusan BK pengawasannya. Meski secara umum masyarakat
DPR. Pembentukan alat kelengakapan seperti BK tidak bisa berharap banyak kepada para politikus
DPR dan MKD merupakan respon atas sorotan DPR, sebab pandangannya kini sangat pragmatis,
publik terhadap kinerja sebagian anggota dewan untuk jabatan dan kekuasaan. Oleh beberapa
yang buruk, misalnya dalam hal rendahnya tingkat kalangan disebutkan, bahwa di internal MKD
kehadiran dan konflik kepentingan. MKD melakukan memungkinkan terjadi intrik-intrik politik, bukannya
penelitian dan pemeriksaan terhadap dugaan menjalankan fungsi pengawasan bagi anggota DPR,
pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPR, dan malahan mereka yang duduk sebagai anggota Dewan
pada akhirnya memberikan laporan akhir berupa Kehormatan dapat terjadi konflik. Satu-satunya
rekomendasi kepada Pimpinan DPR sebagai bahan untuk mengurangi konflik di internal MKD yaitu
pertimbangan untuk menjatuhkan sanksi atau dengan evaluasi kinerja yang telah dilakukan.
merehabilitasi nama baik Anggota. Rapat-rapat Pembentukan MKD di DPR merupakan respon
Dewan Kehormatan bersifat tertutup. Tugas Dewan atas sorotan publik terhadap kinerja sebagian anggota
Kehormatan dianggap selesai setelah menyampaikan dewan yang buruk, misalnya dalam hal rendahnya
rekomendasi kepada Pimpinan DPR. tingkat kehadiran dan konflik kepentingan. Oleh
Reaksi berbagai kelompok masyarakat yang karena itu, ada usulan agar sebaiknya, anggota MKD
kritis terhadap parlemen memberikan rapor merah tidak hanya anggota DPR, harus ada orang luar,
bagi kinerja MKD. MKD dinilai belum optimal dalam harus ada masyarakat dan harus ada ahli politik yang
mengarahkan anggota legislatif bekerja sesuai dengan independen dan lain-lain. Persoalan yang dihadapi
kode etik yang berlaku. Tidak hanya itu, inisiatif dan DPR dalam meminimalkan pelanggaran yang akan
respons MKD terhadap pelanggaran kode etik yang dilakukan melalui pembentukan alat kelengkapan
dilakukan anggota DPR juga dianggap masih rendah. DPR yaitu MKD memunculkan ketertarikan penulis
Di sisi lain, minimnya efektivitas putusan MKD atas untuk membahas permasalahan ini. Artikel ini akan
perilaku anggota DPR tidak mampu memberikan mengungkapkan bagaimana upaya pengawasan MKD
sanksi yang optimal bagi pelanggaran kode etik. terhadap anggota DPR yang melakukan pelanggaran,
Sanksi yang diberikan belum mampu menimbulkan bagaimana upaya MKD dalam Penegakan Hukum
efek jera. Hal itu semakin membuat MKD terlihat terhadap pelanggaran kode etik anggota DPR, dan
tidak optimal dan efektif dalam menjalankan tugas bagaimana independensi MKD dalam penanganan
mereka. pelanggaran kasus kode etik anggota DPR.
Harus dipahami terlebih dahulu bahwa MKD
adalah badan internal DPR. MKD adalah peradilan etik Kerangka Pemikiran
dan perilaku. Perkara yang diperiksa MKD bukanlah Pengertian Etika
perkara pidana yang harus diselesaikan dengan
Etika merupakan suatu pemikiran kritis yang
pendekatan hukum acara pidana. Pendekatan etik
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
dan perilaku yang berlaku bagi anggota DPR yang
pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang
menjadi acuan.15 MKD mempunyai hukum acara
membahas tentang bagaimana dan mengapa
tersendiri yang diatur secara khusus (lex specialis)
kita mengikuti suatu ajaran moral terentu, atau
dalam UU MD3 dan Peraturan DPR Nomor 2 tahun
bagaimana kita harus mengambil sikap yang
2015. Disitu diatur mengenai siapa pengadu,
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai
teradu, sampai pada alat bukti. Mengenai siapa saja
ajaran moral. Etika termasuk kelompok filsafat
yang dapat menjadi pengadu, ada tiga pihak, yaitu
praktis dan dibagi menjadi etika khusus yaitu etika
pimpinan DPR, anggota DPR dan masyarakat. Artinya,
yang membahas prinsip dalam berbagai aspek
pengadu dapat berasal dari internal atau eksternal
kehidupan manusia sedangkan etika umum yaitu
DPR. Yang terpenting adalah substansi aduannya,

16
Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015. Tentang Tata
13
Habibi, op.cit, Hlm. 47 Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan
14
Pardede, op.cit, hlm. 14 Rakyat Republik Indonesia.
15
Oce Madril, “Menjaga Kehormatan Dewan”, (online), (http://
pukatkorupsi.ugm.ac.id/?p=3952, diakses 15 oktober 2016).
Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 5
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Sedangkan menurut Bernard lewis kata
setiap tindakan manusia.17 “politik” sering diterjemahkan dengan kata siyasa,
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa mungkin lebih tepat dirujukkan ke dalam bahasa
Yunani yaitu ethos dan ethikos, ethos yang berarti Inggris sebagai statecraft yaitu cara menjalankan
sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. pemerintahan atau keahlian dan ketrampilan
Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan memerintah. Lain lagi dengan pendapat Miriam
perbuatan yang baik. Kata “etika” dibedakan dengan Budiardjo yang mengatakan bahwa “politik” (politics)
kata “etik” dan “etiket”. Kata etik berarti kumpulan adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu menentukan dan melaksanakan tujuan-tujuan dari
golongan atau masyarakat. Adapun kata etiket berarti sistem tersebut. Pengambilan keputusan (decision
tata cara atau adat, sopan santun dan lain sebagainya making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari
dalam masyarakat beradaban dalam memelihara sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa
hubungan baik sesama manusia.18 Sedangkan alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-
Menurut Kattsoff, etika lebih banyak bersangkutan tujuan yang telah dipilih itu. Sedangkan Mukhoyar
dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam berpendapat bahwa “politik” dapat didefinisikan
hubungan dengan tingkah laku manusia, dan juga dengan berbagai cara, tapi satu hal sudah pasti bahwa
berkaitan dengan dasar filosofis dalam hubungan politik menyangkut kekuasaan dan cara penggunaan
dengan tingkah laku manusia. kekuasaan. Disamping itu, dalam pengertian sehari-
hari, politik juga berhubungan dengan cara dan
Pengertian Politik proses pengelolaan suatu pemerintahan suatu
Pengertian Politik dalam bahasa Inggris “politics” Negara (the act of human social control).20
yang berarti ilmu yang mengatur ketatanegaraan. Dengan demikian, politik merupakan suatu
Sedangkan dalam kamus politik, ada empat definisi kegiatan penting, sehingga banyak orang berpendapat
politik; Satu. Perkataan “politik” berasal dari bahwa politik adalah “panglima”. Artinya politik
bahasa Yunani dan diambil alih oleh banyak bahasa, sangat menentukan corak sosial, ekonomi, hukum
termasuk bahasa Indonesia. Pada zaman klasik dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Menurut
Yunani, negara atau lebih tepat negara-kota disebut Deliar Noer “Politik” adalah bermacam-macam
polis. Plato (± 347 sebelum Masehi) menamakan kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang
bukunya tentang soal-soal kenegaraan politea, menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan
dan muridnya bernama Aristoteles (± 322 sebelum dari sistim itu dan melaksanakan tujuan-tujuan
Masehi) menyebut karangannya tentang soal-soal itu. Politik juga menyangkut tujuan-tujuan dari
kenegaraan Politikon. Maka “politik” memperoleh seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan
arti seni mengatur dan mengurus negara dan ilmu pribadi seseorang (private goals). Lagi pula politik
kenegaraan. Politik mencakup kebijaksanaan atau menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk
tindakan yang bermaksud mengambil bagian dalam partai politik.
urusan kenegaraan/pemerintahan termasuk yang
menyangkut penetapan bentuk, tugas dan lingkup Pengertian Etika Politik
urusan negara. Dua; “politik” adalah masalah yang Secara substantif pengertian etika politik tidak
mencakup beraneka macam kegiatan dalam suatu dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika
sistem masyarakat yang terorganisasikan (terutama yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait
negara), yang menyangkut pengambilan keputusan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini
baik mengenai tujuan–tujuan sistem itu sendiri berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’
maupun mengenai pelaksanaannya. Tiga; “Politik” senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
berarti sebuah kebijakan, cara bertindak dan subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan
kebijaksanaan. Empat; Dalam arti yang lebih luas dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya,
“politik” diartikan sebagai cara atau kebijaksanaan karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia
(policy) untuk mencapai tujuan tertentu.19 sebagai manusia. Walaupun dalam hubungannya
dengan masyarakat, bangsa maupun Negara, etika
17
Franz Magnus Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia
Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta: Kanisius, 1987, hlm. 44.
sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar
18
Abd Haris, Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Al-Afkar, 2007,
hlm. 3. etika politik bahwa kebaikan senantiasa didsarkan
19
Pengertian Politik, (online), (http://www.e-jurnal.
com/2013/12/pengertian-politik.html diakses 16 Oktober
20
ibid.
2016).
6 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

kepada hakekat manusia sebagai makhluk yang ditetapkan oleh Rapat Paripurna. Keanggotaan DK
beradab dan berbudaya.21 terdiri atas unsur Pimpinan DPR-RI dan beberapa
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, anggota dari tiap-tiap Fraksi. Pimpinan DK terdiri dari
bangsa maupun negara bisa berkembang kearah seorang Ketua dan dua orang Wakil Ketua. Berbeda
keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya dengan unit kerja yang lain, Ketua Dewan Kehormatan
suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim langsung dijabat oleh unsur Pimpinan DPR. Momen
yang otoriter, yang memaksakan kehendak kepada reformasi merupakan awal sejarah bagi bangsa
manusia tanpa memperhitungkan dan mendasarkan Indonesia dalam menentukan kebijakan-kebijakan
kepada hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu baru yang demokratis, dan pada akhir periode 1999-
masyarakat negara yang demikian ini maka seorang 2004, tepatnya pada tahun 2003 badan ini resmi
yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang menjadi alat kelengkapan yang bersifat tetap, hal ini
tidak baik menurut negara serta masyarakat otoriter, diawali dengan berdirinya BK DPR-RI yang semula
karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang bernama DK DPR-RI, proses peralihan BK DPR-RI
buruk dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena menjadi DK DPR-RI mempunyai nilai tersendiri dalam
itu aktualisasi etika harus senantiasa mendasarkan sejarah keparlemenan Indonesia.25
kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai Dalam upaya penegakan kode etik Dewan
manusia. Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan Perwakilan Rakyat, Badan Kehormatan DPR (BK DPR)
pokok-pokok etika politik seperti : kemudian diganti menjadi Mahkamah Kehormatan
1. Perpisahan antara kekuasaan gereja dan Dewan hasil revisi UU MD3. MKD merupakan
kekuasaan negara (John Locke) sebuah alat kelengkapan tetap yang memiliki tugas
2. Kebebasan berfikir dan beragama (Locke) menegakkan kode etik26 dan salah satu bentuk
3. Pembagian kekuasaan (Locke, Montesque) perwujudan tanggung jawab moral anggota Dewan
4. Kedaulatan rakyat (Roesseau) Perwakilan Rakyat kepada rakyat. Pembentukan
5. Negara hukum demokratis/repulikan (Kant) MKD merupakan tanggapan atas sorotan publik
6. Hak-hak asasi manusia (Locke, dsb) terhadap kinerja buruk sebagian anggota DPR.
7. Keadilan sosial22 Beberapa kasus pelanggaran kode etik oleh angota
DPR seperti kasus suap yang diduga melibatkan
Dalam tradisi pemikiran politik, etika dipahami
anggota DPR dan keengganan sebagian anggota
sebagai sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
DPR untuk menyerahkan formulir daftar kekayaan
nilai dan norma moral yan menentukan dan terwujud
yang diserahkan oleh Komisi Penyelidik Kekayaan
dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
Pejabat Negara (KPKPN) juga sempat memunculkan
secara pribadi dan maupun kolektif.23 Pada tataran
desakan agar Badan Kehormatan segera dibentuk.27
yang lain, etika juga dipahami sebagai sebuah
Mahkamah Kehormatan Dewan dibentuk sesuai
landasan normative yang meliputi egala perbuatan
dengan hasil revisi UU MD3 yaitu UU No. 17 Tahun
yang timbul dari orang yang melakukannya, sehingga
2014 pasal 119 degan beberapa penambahan
ia menyadari apa yang ia perbuat”.24
beberapa fungsi pada Mahkamah Kehormatan
Dewan seperti yang tercantum dalam pasal 122.28
Sejarah Pengadilan Etika Anggota DPR
Sejarah badan atau alat kelengkapan DPR Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI
yang berfungsi mengawasi dan menindaklanjuti
Mahkamah Kehormatan Dewan merupakan
pelanggarn kode etik diawali dengan dibentuknya
alat kelengkapan DPR RI yang bersifat tetap.
Badan Kehormatan (BK) DPR-RI akan tetapi
Sebagai sebuah alat kelengkapan yang tetap, MKD
sebelumnya dinamakan Dewan Kehormatan
bertujuan menjaga serta menegakan kehormatan
(selanjutnya disebut DK). Pembentukan DK di dalam
lembaga negara tersebut merupakan respon atas
25
Habibi, op.cit, Hlm. 46-47
sorotan publik terhadap kinerja sebagian anggota
26
Kode etik yang tertera pada pasal 1 Kode Etik DPR, kode
dewan yang buruk, baik yang korupsi, kolusi dan etik sebagai norma-norma atau aturan-aturan yang
nepotisme. Pengaturan mengenai DK terdapat dalam merupakan kesatuan landasan etik atau filosofi dengan
Pasal 56 - 59 Tatib DPR-RI, susunan keanggotaan DK peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal
yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh
21
Suseno, op.cit, hlm. 15 anggota.
22
Suseno, op.cit, hlm. 15
27
Rizqi Ramadhani, Dilema Badan Kehormatan DPR Antara
23
Burhanuddin Salam, Etika Sosial dan Asas Moral dalam Penegak Etika Anggota Dewan dan Kepentingan Fraksi,
Kehidupan Manusia, Jakarta: PT Renika Cipta, 2002, hlm. 1 Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah, 2013, hlm: 1-2
24
Neneng Nur Awaliah, Etika Politik: Pemikiran Komarrudin
28
UU No. 17 Tahun 2014. Tentang Majelis Permusyawaratan
Hidayat, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Jakarta, 2012, hlm. 16 Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 7
dan keluhuran martabat DPR sebaagai lembaga MKD sebagai pengganti BK DPR memiliki peran
perwakilan rakyat. Keanggotaan dan susunan lebih dalam penegakan kode etik di lingkungan DPR,
MKD ditetapkan oleh DPR, yang terdiri atas semua bukan hanya untuk menjaga kehormatan, citra, dan
fraksi dengan memperhatikan perimbangan dan martabat DPR sebagai badan terhormat melainkan
pemerataan jumlah anggota setiap fraksi pada juga representasi wakil rakyat yang mestinya dapat
permulaan masa keanggotaan DPR dimana anggota memberikan tindakan dan contoh yang baik yang
MKD berjumlah 17 orang yang ditetapkan pada saat mewakilli aspirasi rakyat dalam lembaga negara. Bila
rapat paripurna, hal ini telah diatur dalam UU No. 17 etika dan perilaku anggota DPR sudah baik dengan
Tahun 2014 Pasal 119 dan 120. perlahan citra DPR akan menjadi lebih baik lagi di
Perubahan nama Badan menjadi Mahkamah mata rakyat.
ditujukan untuk menempatkan alat kelengkapan ini
sebagai semacam lembaga yang mempunyai kedudukan Tugas Mahkamah Kehormatan Dewan
yang ditinggikan. Benny K. Harman, anggota DPR dari MKD adalah salah satu alat kelengkapan
Fraksi Partai Demokrat misalnya mengatakan, ketika parlemen yang penting. Tugasnya dalam menegakan
UU MD3 masih dalam tahap pembahasan, perbedaan kode etik anggota, membuat alat kelengkapan ini
Badan Kehormatan dan Mahkamah Kehormatan disatu sisi sangat berguna dan disisi lain memiliki
terletak pada kewenangan untuk membentuk komite tantangan yang sangat berat. Maraknya kasus indikasi
penyelidikan. Lebih jauh dikatakannya juga, pelanggaran kode etik yang konkuren dan berjalan
“Didiskusikan tidak hanya anggota DPR saja atau parallel dengan skandal kasus publik seperti korupsi
tokoh-tokoh masyarakat. Kalau rumusan MD3 juga membuat alat kelengkapan ini tugasnya semakin
melakukan pelanggaran sumpah janjinya yang berat. Ada persoalan kewajiban melaksanakan fungsi
mengadili adakah BK tingkatkan otoritasnya alat kelengkapan sesuai dengan amanat undang-
supaya lebih berwibawa, membentuk komite undang. Badan Kehormatan juga harus berada di
khusus untuk penyelidikan”.29 dalam dilema, antara membela kepentingan public
Opini lainnya dari anggota DPR diungkapkan dan menjaga citra, baik citra kelembagaan DPR RI,
oleh anggota Komisi I DPR RI Hidayat Nur Wahid, yang maupun citra partai politik dan anggota DPR.
menekankan kehormatan anggota DPR RI. Nampak Di dalam Pasal 122 UU MD3 telah diatur tentang
adanya keprihatinan mengenai banyaknya anggota DPR tugas MKD, yaitu: MKD adalah :
yang terlibat dalam kasus korupsi. Harian Republika 1) Mahkamah Kehormatan Dewan bertugas
mengutip, Hidayat menyatakan, saat ini anggota DPR melakukan penyelidikan dan verifikasi atas
terlalu mudah dipanggil menjadi saksi dalam persidangan- pengaduan terhadap anggota karena:
persidangan kasus korupsi. Hal ini menurutnya a) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
menimbulkan citra buruk di mata masyarakat dan dimaksud dalam Pasal 81;
mengurangi kepercayaan publik terhadap parlemen.30 b) tidak dapat melaksanakan tugas secara
MKD dapat melakukan penyelidikan dan verifikasi berkelanjutan atau berhalangan tetap
atas pengaduan terhadap anggota DPR yang dianggap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan
telah melakukan pelanggaran. Sedangkan Mahkamah berturut-turut tanpa keterangan yang sah;
Kehormatan dewan sebenarnya merupakan lembaga c) tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota
etik, yang setara dengan anggota lainnya dan tidak DPR sebagaimana ketentuan mengenai
memiliki hubungan langsung pada sistem peradilan syarat calon anggota DPR yang diatur dalam
pidana. Adanya tambahan wewenang Mahkamah undang–undang mengenai pemilihan umum
Kehormatan untuk memberikan izin pemeriksaan anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan/atau
berada di luar tugas sebuah lembaga etik.31 d) melanggar ketentuan larangan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
29
Rendi Ferdi Firdaus, “UU MD3 baru DRPR Wacanakan Ganti 2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
BK jadi Mahkamah Kehormatan”, 9 Juni 2014 (online),
(http://www.merdeka.com/politik/uu-md3-baru-dpr-
(1), Mahkamah Kehormatan Dewan melakukan
wacanakan-ganti-bk-jadi-mahkamah-kehormatan.html evaluasi dan penyempurnaan peraturan DPR
diakses pada 19 oktober 2016). tentang kode etik DPR.

30
“DPR Bentuk Mahkamah Kehormatan Dewan”, 29 Agustus 3) Mahkamah Kehormatan Dewan berwenang
2014, (online), (http://www.republika.co.id/berita/ memanggil pihak yang berkaitan dan melakukan
nasional/politik/14/08/29/nb2h4q-dpr-bentuk-mahkamah-
kerja sama dengan lembaga lain.32
kehormatan- dewan, diakses pada 19 oktober 2016)
31
Bivitri, “Mahkamah Kehormatan Dewan Dalam Konteks
Negara Hukum”, (online), (http://icjr.or.id/data/wp-
32
UU No. 17 Tahun 2014. Tentang Majelis Permusyawaratan
content/uploads/2014/08/Keterangan-Ahli-UU-MD3- Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Bivitri-Susanti.pdf, diakses pada 19 Oktober 2016) Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
8 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

Kewajiban Anggota DPR sebagai Dennis F Thompson34 dalam Political Ethics and
Pertanggungjawaban Etika Politik Public Office yang dialih bahasakan menjadi Etika
Seorang anggota DPR memiliki kewajiban Politik Pejabat Negara menulis, setidak-tidaknya ada
yang mesti dipenuhi sebagai pengemban amanat tiga pendekatan untuk mengetahui etika legislatif
rakyat di kursi legislatif, dalam pelaksanaannya pun anggota dewan. Pertama, etika minimalis, etika ini
seorang anggota DPR diwajibkan untuk menjalankan memerintahkan diharamkannya beberapa tindakan
kewajibannya sesuai dengan yang melekat pada yang buruk, semisal korupsi, dengan membuat
masing-masing individu sebagai wakil rakyat. Adapun aturan internal objektif yang berlaku bagi anggota
sebagai tolak ukur menjalankan tugasanya, seorang dewan. Contoh penerapan etika minimalis di tubuh
anggota DPR memiliki kewajiban sebagai berikut: dewan adalah dibentuknya aturan tata tertib dan
1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; kode etik yang diterbitkan di internal parlemen serta
2) melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara dibentuknya sebuah badan kehormatan.
Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati Kedua, etika fungsionalis. Thompson mencatat,
ketentuan peraturan perundang-undangan; etika fungsional menawarkan basis fungsional bagi
3) mempertahankan dan memelihara kerukunan para legislator. Etika tersebut mendefinisikan tugas
nasional dan keutuhan Negara Kesatuan bagi anggota dewan dalam lingkup fungsi mereka
Republik Indonesia; sebagai wakil rakyat. Anggota dewan mesti paham
4) mendahulukan kepentingan negara di atas kenapa mereka dipilih dan untuk apa mereka duduk
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; di kursi dewan perwakilan. Dalam setiap pesta
5) memperjuangkan peningkatan kesejahteraan demokrasi digelar, potensi calon legislator yang
rakyat; mengalami gangguan jiwa lebih besar di banding
6) menaati prinsip demokrasi dalam periode-periode sebelumnya. Penyebabnya, mereka
penyelenggaraan pemerintahan negara; masih mempersepsikan menjadi anggota legislative
7) menaati tata tertib dan kode etik; sebagai suatu pekerjaan dan mata pencaharian.
8) menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja Anggota dewan belum mampu menempatkan
dengan lembaga lain; diri bahwa menjadi seorang legislator merupakan
9) menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen amanah, bukan pekerjaan semata. Jika ditempatkan
melalui kunjungan kerja secara berkala; sebagai pekerjaan, tentuanya mereka akan bekerja
10) menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan kepada siapa saja yang mampu bayar tinggi.
pengaduan masyarakat; dan Akibatnya, bisa kita ketahui uang haram korupsi yang
11) memberikan pertanggungjawaban secara berupa “gratifikasi”, ‘sumbangan”, “bantuan”, atau
moral dan politis kepada konstituen di daerah apa pun namanya masuk ke gedung dewan.
pemilihannya.33 Ketiga, etika rasionalis. Pondasi rasional
menyandarkan para legislator bertugas pada prinsip-
Pada nomor 11 tertera kewajiban seorang prinsip hakiki politik, seperti keadilan, kebebasan,
anggota DPR, yaitu memberikan pertanggungjawaban atau kebaikan bersama (bonum commune).
secara moral dan politis kepada konstituen di daerah Berdasarkan pendekatan etika rasionalis, maka
pemilihannya. Kewajiban yang tertera pada nomor anggota legislatif diharamkan bertindak memperkaya
11 tersebut merupakan landasan seorang anggota diri, melawan hukum, baik atas nama kepentingan
DPR perlu memperhatikan etika politiknya sebagai pribadi, golongan, maupun partainya. Saat anggota
wakil rakyat. Oleh karena itu pertanggungjawaban dewan telah duduk di kursi parlemen, maka tuan
moral sangat dituntut dari seorang pengemban mereka bukan lagi partai, bukan lagi petinggi parta,
amanat rakyat. melainkan rakyat dan konstituen.35
Masalah etika legislative jauh berbeda dengan Pendapat Thompson di atas dapat disimpulkan
jenis etika yang berorientasi pada peran, yakni bahwa untuk menjadi seorang anggota DPR
etika profesi khususnya hukum dan kedokteran. setidaknya perlu memahami etika politik. Seorang
Salah satu perbedaannya adalah legislator tidak anggota DPR harus memahami posisinya sebagai
mengontrol orang menjadi legislator tidak mengatur pengemban amanah rakyat di parlemen. Hal demikian
pendidikan dan perizinan orang yang akan menjadi menjadikan MKD memiliki peran yang sangat penting
anggota legislatif pada periode berikutnya. Berbeda dalam mengawasi dan menindaklanjuti pelaksaan
dengan etika profesi seperti etika kedokteran yang etika politik dalam lingkungan internal DPR RI.
menerapkan kode etik bagi tiap calon dokter.
34
Dennis Thompson, Etika Politik Pejabat Negara, ed:
Terjemahan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2012, hlm
“DPR-RI”, (online), (http://www.dpr.go.id/tentang/hak-
33
140-141
kewajiban diakses pada tanggal 5 September 2016) 35
Rizqi Ramadhani, op.cit, hlm 25
Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 9
PEMBAHASAN hambatan utama. MKD seharusnya sudah secara
Perbaikan Pengawasan MKD Terhadap Pelanggaran aktif menyikapi berbagai laporan justru sebelum hal
Kode Etik Dewan itu menjadi isu publik dengan mengambil langkah
meminta klarifikasi dari anggota yang sedang
Upaya pengawasan penerapan kode etik pada
disoroti berkaitan dengan kasus tersebut. Langkah
lingkup Dewan Perwakilan Rakyat telah dilaksanakan
menunggu MKD ini sangat kontraproduktif dalam
sejak dibentuknya BK DPR-RI yang kemudian
upaya meningkatkan citra DPR yang kian terpuruk.
berubah menjadi MKD. Keberadaan MKD banyak
MKD ke depan harus difokuskan pada penyingkiran
mendapat apresiasi dan pandangan positif bagi
hambatan prosedural ataupun politik dalam
perbaikan internal di DPR, penilaian publik tetap
pemrosesan indikasi pelanggaran tata tertib dan kode
mempertanyakan adanya indikasi tebang pilih di
etik DPR. MKD ke depan harus lebih proaktif dalam
bawah justifikasi jenis pelanggaran, baik yang ringan,
menyikapi isu yang berkembang di publik ataupun
sedang, atau berat. Beberapa kasus pelanggaran
laporan masyarakat mengenai indikasi pelanggaran
kode etik sebelumnya, seperti pelesiran ke luar
kode etik anggota DPR-RI. Karena itulah MKD harus
negeri tanpa hasil yang jelas, percaloan anggaran,
menyusun strategi dan sistem pengawasan yang
serta ketidakpatuhan dalam pelaporan harta
efektif terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi DPR-
kekayaan pejabat Negara, dan kasus suap, tentu
RI.38
saja tidak bisa dianggap remeh dan mengalami
Upaya dan langkah mencegah dan mengontrol
pembiaran tanpa sanksi yang tegas. Pemimpin dan
kemungkinan terjadinya percaloan anggaran,
MKD harus memberikan perhatian yang serius atas
misalnya, harus mulai dipikirkan MKD. Demikian
sorotan publik ini karena indikasi tebang pilih dalam
juga dalam mengontrol kelakuan anggota DPR-RI
penjatuhan sanksi telah memunculkan beragam
di masa reses. Penggunaan anggaran daerah untuk
spekulasi.
memfasilitasi anggota DPR ketika turun lapangan
MKD juga memiliki tugas menyelidiki dugaan
berjumpa dengan konstituen juga seharusnya
pelanggaran yang dilakukan anggota DPR/D
tidak terjadi lagi dan harus ditemukan mekanisme
terhadap peraturan tata tertib dan kode etik DPR/D
pencegahan dan pengawasannya. Demikian pula
serta sumpah/janji. Secara normatifnya, MKD punya
amplop yang kerap beredar di tengah pembahasan
kewenangan untuk menyelidiki, memverifikasi,
rancangan undang-undang di DPR-RI. Selain
dan mengklarifikasi pengaduan pimpinan DPR/D,
memperbaiki sistem penanganan kasus dan
masyarakat dan atau pemilih. Berikutnya, MKD
pengawasan, MKD harus mulai menjalin kerja sama
menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan,
dengan instansi terkait, misalnya KPK, dalam kaitan
verifikasi, dan klarifikasi sebagai rekomendasi untuk
dengan tindak lanjut temuan MKD yang berindikasi
ditindaklanjuti DPR/D. Pada dimensi itu, kinerja MKD
kuat terjadi tindak pidana korupsi.
terbentur dengan tugas anggotanya yang notabene
Mekanisme pertanggungjawaban publik atas
belum tentu punya keterampilan khusus untuk
laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan MKD
melakukan penyidikan sampai eksekusi.36
juga harus dirumuskan formatnya. Ini penting untuk
Pada kenyataannya batas yang seharusnya tegas
mencegah timbulnya interpretasi publik yang justru
tetapi ternyata tidak tegas adalah kinerja anggota
akan mengurangi nilai keabsahan keputusan MKD
MKD yang secara normatif harus mengawasi moral
di mata publik. Menjadikan MKD sebagai salah
dan perilaku para anggota dewan itu. Pada ranah
satu sistem perimbangan kekuatan (checks and
tersebut, begitu sulit membedakan kapan terjadi
balances) di DPR-RI juga pantas didorong. Partai
pelanggaran hukum pada satu sisi dan pelanggaran
yang memposisikan diri sebagai oposisi pemerintah
etika pada sisi yang lain. Pada kasus tertentu, berbekal
seharusnya merebut posisi penting di MKD. Untuk
izin instansi terkait, ternyata aparat penegak hukum
memperoleh hasil yang sempurna, DPR-RI dalam
bisa saja langsung memeriksa anggota dewan tanpa
menegakkan wibawanya melalui kode etik yang
memandang MKD.37
dibawah kewenangan MKD mengawasi proses
Praktik Pengawasan Etika DPR-RI terhadap
penyeleksian yang menempuh dan mengalami waktu
beberapa kasus masih terkesan pasif dan tidak
yang tidak singkat, bertahap dan selektif, sebab
terlihat meski isunya sudah cukup santer dibicarakan
posisi ini hanya dimiliki orang yang mempunyai
publik. Keaktifan MKD dalam menyikapi isu etis
semangat kepahlawanan dan mempunyai wawasan
yang ada di DPR secara prosedural masih menjadi
yang luas, adil dan tidak mudah disuap. Kualitas yang

36
Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015. Tentang Tata mumpuni sebagai hasil akhir, dan proses ini akan
Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan melahirkan generasi dan kader yang konsistensinya
Rakyat Republik Indonesia.

37
Samsul Wahidin, op.cit.
38
Nur Habibi, op.cit, hlm. 48-50
10 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

tinggi terhadap pekerjaannya, serta benar-benar dan ada perbedaan yang mendasar pada prakteknya.
menghadirkan figur yang bersih dan berkarakter. Adapun tugas dari MKD adalah:
Figur yang memiliki pengetahuan luas, objektif, bijak 1. Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika, dan
dalam menyikapi sebuah kasus atau permasalahan moral para anggota DPRD dalam rangka menjaga
yang terjadi. martabat dan kehormatan sesuai dengan kode
MKD dengan komposisi semua anggota Dewan etik DPRD.
dianggap belum terlalu mampu menegakkan kode 2. Meneliti dugaan pelanggar yang dilakukan
etik Dewan, dan jangan sampai keberadaan MKD anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib
terulang kembali seperti kinerja yang dimiliki oleh dan kode etik DPRD serta sumpah/ janji.
Dewan Kehormatan (DK). Solusi yang tepat untuk 3. Melakukan penyelidikan, unifikasi, dan klarifikasi
menegakkan kode etik anggota Dewan adalah atas pengaduan Pimpinan DPRD masyarakat
direalisasikannya keanggotaan independen yang atau pemilih.
harus diperluas. Artinya, anggotanya tidak saja 4. Menyampaikan kesimpulan atas hasil
diisi oleh anggota Dewan, akan tetapi melibatkan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi
unsur yang berasal dari luar anggota Dewan, yakni sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagai
tokoh masyarakat, akademisi. Selanjutnya, bagi rekomendasi untuk ditindak lanjuti oleh DPRD.
anggota Dewan yang terlibat kasus pidana, proses 5. Menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan
hukum tidak perlu persetujuan dari presiden dan DPRD berupa rehabilitasi nama baik apabila tidak
karena memakan waktu lama. Ketika menjalani terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan
pemeriksaan, status anggota Dewan diberhentikan anggota DPRD atas pengaduan pimpinan DPRD,
untuk sementara waktu, apabila sudah ada kekuatan masyarakat dan atau pemerintah.
hukum tetap, maka diproses pergantian antarwaktu 6. Menyampaikan laporan atas keputusan Badan
(PAW), PAW dilakukan dengan persetujuan Dewan, Kehormatan kepada pimpinan DPRD.
bukan partai, Partai hanya berwenang mengajukan 7. Dapat menjatuhkan sanksi kepada anggota
anggota penggantinya saja tanpa intervensi lebih DPRD yang terbukti melanggar kode etik DPRD.
jauh. 8. Badan Kehormatan membuat laporan dirinya
pada akhir masa keanggotaan.
Upaya MKD dalam Penegakan Hukum Terhadap
Untuk melaksanakan fungsinya, MKD
Pelanggaran Kode Etik Anggota DPR
berwenang:
Menurut UU MD3, Mahkamah Kehormatan 1) Memanggil anggota yang bersangkutan untuk
Dewan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat memberikan penjelasan dan pembelaan
tetap dan bertugas menjaga serta menegakkan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan.
kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai 2) Meminta keterangan pelapor, sanksi dan/atau
lembaga perwakilan rakyat Pasal 119 UU MD3, MKD pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk
bekerja berdasarkan undang-undang Susunan dan meminta dokumen atau bukti lain.39
Kedudukan, Peraturan DPR-RI tentang Tata Tertib
dan Kode etik DPR-RI, serta aturan perundang- Dalam awal perjalanan rancangan Kode etik
undangan lain yang terkait dengan substansi Kode DPR, anggota bisa diberhentikan, jika ia melanggar
etik DPR-RI, sebagai alat kelengkapan parlemen yang kode etik yang dibuktikan dengan data-data yang
baru di Indonesia, MKD harus terus berbenah diri valid, sanksi terberat berupa pemberhentian sebagai
dalam mengemban aspirasi rakyat secara serius dan anggota diumumkan dalam Rapat Paripurna.
konsisten menyelesaikan masalah. MKD disamping Mekanisme pengaduan/pelaporan terhadap dugaan
untuk mengembalikan citra yang negatif dan juga adanya pelanggaran pelanggaran Kode etik DPR-
anggapan buruk sebagian masyarakat terhadap DPR- RI, sebagaimana termuat dalam Pasal 23, diajukan
RI akan sedikit berkurang, bahkan lambat laun akan secara tertulis kepada Pimpinan DPR-RI. Pimpinan
hilang jika badan ini bekerja secara maksimal dalam DPR dapat mengesampingkan laporan yang tidak
memantau kinerja para anggota parlemen. disertai identitas pelapor yang jelas. Pimpinan DPR-
MKD dapat bekerja sendiri dalam mengawasi RI menyampaikan laporan pengaduan kepada Badan
etika anggota dewan, melaksanakan tugas-tugas Musyawarah (Bamus) untuk ditindaklanjuti. Rapat
dan kewajibannya sebagai wakil rakyat, oleh karena Bamus selanjutnya memutuskan tindak lanjut dugaan
itu, tanpa ada pengaduan dan kontribusi dari pelanggaran oleh anggota Dewan untuk meneruskan
masyarakat beserta bukti-bukti yang nyata, badan ini atau tidak meneruskan proses laporan tersebut.
tidak dapat bekerja dan berfungsi secara maksimal.
39
Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015. Tentang Tata
MKD mempunyai tugas dan kewenangan tersendiri Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia.
Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 11
Tabel 1. Data Kinerja MKD Dalam Penyelesaian Laporan Etika Anggota Dewan Selama Tahun
2014-2016
Tahun Total Perkara Perkara dengan Perkara Tanpa Keterangan
Persidangan yang diproses Pengaduan Pengaduan
5 Perkara diputuskan(4
perkara pengaduan & 1
perkara tanpa pengaduan)
2014-2015 18 13 5 11 dalam proses
1 tidak ditindak lanjuti
1 proses verifikasi
6 diputuskan (3 perkara
pengaduan & 3 perkara tanpa
pengaduan)
2015-2016 41 38 3
28 tidak dilanjuti
7 proses verifikasi
Total 59 51 8
Sumber: Pengolahan data primer laporan kinerja DPR tahun 2014-2015 dan 2015-2016

Alat kelengkapan Badan Musyawarah asas peradilan pidana, apalagi sampai berakibat pada
memutuskan untuk meneruskan proses laporan terhambatnya proses hukum.41
tersebut, badan musyawarah mengusulkan kepada Tabel 1 di atas menunjukan kinerja MKD
Rapat Paripurna untuk meneruskan laporan. dalam penyelesaian perkara kode etik anggota
MKD setelah melakukan penulisan terhadap dewan selama tahun 2014-2016. Data kinerja MKD
laporan tersebut dapat menolak atau menyatakan tersebut menunjukan peningkatan kerja dalam
pengaduan/laporan tidak diterima. Sebaliknya, proses penyelesaian perkara etika anggota dewan.
MKD dapat menerima pengaduan/pelaporan dan Penegakkan kode etik melalui proses penyelesaian
menentukan rekomendasi sanksi kepada Pimpinan perkara baik dari pengaduan maupun bukan oleh
DPR-RI. Selanjutnya Pimpinan DPR-RI menetapkan Mahkamah Kehormatan Dewan akan berdampak
sanksi atau rehabilitasi terhadap anggota yang pada penguatan lembaga Dewan Perwakilan
dilaporkan, setelah mendengar pertimbangan Rakyat dan merupakan momentum yang menuntut
dan penilaian dari Dewan Kehormatan serta keseriusan dari anggota MKD untuk memperbaiki
pertimbangan yang bersangkutan. Sanksi bisa kualitas, integritas dan kepercayaaan masyarakat.42
berupa teguran lisan, teguran terulis, sampai dengan Proses penyelesaian pelanggaran kode etik
diberhentikan sebagai anggota DPR. anggota dewan oleh MKD kenyataannya terkesan
Masalah selanjutnya, anggota DPR yang berperan mengulur-ulur waktu yang menyebabkan tingkat
menyuarakan aspirasi publik, dalam bahasa Daniel kepercayaan masyarakat terhadap kinerja, integritas
Dhakidae, ada “kuasa wicara” atau power of speech anggota dewan turun. Jika penegakan kode etik tidak
pada diri anggota dewan.40 Kuasa wicara ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh maka yang akan
diberikan proteksi khusus dalam konteks negara terjadi adalah perbuatan pelanggaran tersebut akan
hukum agar bisa digunakan secara maksimal dalam terjadi berulang-ulang dan akhirnya menjadi habits
proses pembentukan hukum. Legislator harus merasa bagi individu-individu di dalam lembaga tersebut
bebas dalam melaksanakan kuasa wicaranya. Karena dan kita akan senantiasa disibukan untuk mencari
itu, pengkhususan ini dapat dibenarkan dalam konteks pembenaran-pembenaran yang semakin abstrak.
negara hukum sepanjang tetap berada dalam koridor Dengan banyaknya pelanggaran-pelanggaran
prinsip kemandirian kekuasaan kehakiman. Ditambah, terhadap etika yang tidak ditindaklanjuti sampai
sesuai pendapat Mahkamah Konstitusi, perlakuan tuntas. Akhirnya pelanggaran-pelanggaran tersebut
khusus ini tidak boleh bertentangan dengan asas- telah menjadi suatu kebiasaan yang sulit diperbaiki.
41
Putusan MK No. 6-13-20/PUU-VIII/2010 jo. Putusan MK No.
Daniel Dhakidae, Dewan Perwakilan Rakyat dan
40
73/PUU-IX/2011
Kemampuan Mengolah Kuasa Wicara, dalam F. Harianto 42
Else Suhaimi, “Penguatan Dewan Perwakilan Rakyat
Santoro (ed.), Wajah Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Republik Indonesia Dengan Penegakan Kode Etik Terhadap
Indonesia Pemilihan Umum 1999, Jakarta: Kompas, 2000,
Anggota Dewan”, Jurnal Pemerintahan dan Politik, Vol. 1
hlm. xxv.
No. 2 Thn. 2016, hlm. 21
12 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

Pemberian izin oleh MKD untuk pemanggilan Solusi yang tepat untuk menegakkan kode
atau pemeriksaan oleh lembaga peradilan terhadap etik anggota Dewan adalah direalisasikannya
anggota DPR yang diduga melanggar hukum juga keanggotaan independen yang harus diperluas.
bertentangan dengan prinsip kemandirian kekuasaan Artinya, anggotanya tidak saja diisi oleh anggota
kehakiman, dan berakibat pada terhambatnya Dewan, akan tetapi melibatkan unsur yang berasal
proses hukum, sehingga tidak tepat untuk digunakan dari luar anggota Dewan, yakni tokoh masyarakat,
sebagai bentuk kekhususan dimaksud. Apalagi, akademisi. Selanjutnya, bagi anggota Dewan
proses pemberian izin ini tidak sejalan dengan yang terlibat kasus pidana, proses hukum tidak
pemahaman mengenai negara hukum karena perlu persetujuan dari presiden maupun MKD
merupakan warisan pengaturan yang sudah bersifat karena memakan waktu lama. Ketika menjalani
usang dan tak layak lagi diterapkan, yaitu penjagaan pemeriksaan, status anggota Dewan diberhentikan
martabat dan kehormatan pejabat.43 MKD sekarang untuk sementara waktu, apabila sudah ada kekuatan
harus lebih tegas dalam menyelesaikan permasalah hukum tetap, maka diproses pergantian antarwaktu
dan pelanggaran kode etik oleh anggota DPR, sebagai (PAW), PAW dilakukan dengan persetujuan Dewan,
rasionalisasi kontrol masyarakat dalam DPR. bukan partai, Partai hanya berwenang mengajukan
anggota penggantinya saja tanpa intervensi lebih
Independensi MKD Dalam Penanganan Pelanggaran jauh.
Kasus Kode Etik Anggota DPR Dalam kategori tanggung jawab kolektif,
Pembentukan MKD di Indonesia merupakan pandangan etik dari MKD terhadap sumpah/janji
efek dari gagasan reformasi etik, rezim etik, kode etik merupakan bentuk rasa solidaritas agar martabat
dan kode perilaku pada sejumlah parlemen di dunia. seluruh anggota parlemen tidak terlukai oleh suatu
Reformasi etik sendiri mempunyai dua fungsi yaitu perbuatan immoral dari anggota parlemen tertentu.
fungsi Internal dan eksternal, fungsi Internal, yakni Pengambilan keputusan untuk pelanggaran terhadap
untuk meningkatkan standar etik dan kinerja pejabat sumpah/janji tidaklah mungkin diterapkan terhadap
publik, sedangkan fungsi eksternalnya adalah untuk suatu perbuatan yang benar-benar tidak terbukti
mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat dalam hal perjuangan aspirasi rakyat. Seluruh
publik. Keterlibatan unsur non-DPR adalah sebagai anggota MKD seharusnya menggunakan “hikmat
lambang independensi dan keadilan, maka perlu kebijaksanaan” yang melekat terhadap dirinya
adanya rumusan yang mengatur tentang tindak- sendiri, untuk menilai apakah ada kewajiban dan
tanduk dan perilaku anggota Dewan yang berasal tanggung jawab kolektif yang dilanggar oleh seorang
dari luar anggota Dewan, sehingga akan diperoleh anggota parlemen dalam kasus tertentu. Dengan
hasil yang jelas, tanpa ada muatan politik sedikitpun, demikian, keberadaan MKD terhindar dari suatu
hal inilah yang harus diperhatikan, karena kegiatan tindakan immoral seperti intrik politik (individual dan
ini erat kaitannya dengan tugas dan fungsi MKD, faksional) yang menjauhi kewajiban dan tanggung
dan jika ini tidak melibatkan unsur dari luar, tidak jawabnya terhadap Tuhan dan Konstituen.45
menutup kemungkinan anggota Dewan tidak dapat
bekerja dengan proporsional untuk mengamati, KESIMPULAN DAN SARAN
mengevaluasi disiplin, etika, dan moral para anggota Kesimpulan
Dewan lainnya dalam rangka menjaga martabat, Upaya Dewan Perwakilan Rakyat dalam
kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR-RI.44 memperbaiki kinerja dan etika anggotanya patut
Selama ini, MKD baru bertindak setelah diapresiasi. Dengan dibentuknya MKD sebagai alat
menerima pengaduan dari masyarakat dan pimpinan kelengkapan parlemen merupakan hal yang penting.
DPR maupun DPRD. Selain pasif, dengan posisi dan Tugasnya dalam menegakan kode etik anggota,
peran seperti itu membuat MKD tidak responsif. membuat alat kelengkapan ini di satu sisi sangat
Sementara banyak kasus-kasus yang terjadi di sekitar berguna dan di sisi lain memiliki tantangan yang
DPR dan DPRD yang publik mengetahui dengan sangat berat. Maraknya kasus indikasi pelanggaran
sangat jelas. Di sisi lain MKD masih belum berfungsi kode etik yang kongkuren dan berjalan paralel
secara optimal sehingga makin menambah beban dengan skandal kasus publik seperti korupsi juga
citra DPR. Padahal, MKD diharapkan berperan tidak membuat alat kelengkapan ini tugasnya semakin
hanya sekadar menjadi penjaga moral dan integritas berat. Ada persoalan kewajiban melaksanakan fungsi
anggota DPR melainkan juga menjadi mekanisme alat kelengkapan sesuai dengan amanat Undang
internal untuk menegakkan kode etik DPR. Undang, Tata Tertib dan Kode Etik di satu sisi. Di sisi
lain, MKD juga harus berada di dalam dilema antara
Bivitri, op.cit, online
43

Habibi, op.cit, hlm. 48


44
Pardede, op.cit, hlm. 66
45
Syarifuddin dan Kemas Gerby Novario Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan Penegakan Kode Etik DPR RI 13
membela kepentingan publik dan menjaga citra, baik personal seorang hakim dapat membentuk benteng
citra kelembagaan DPR RI maupun citra Partai Politik diri dari intervensi eksternal. selain itu independensi
serta anggota DPR. institusional harus dikuatkan agar terwujud
Pengawasan penerapan kode etik pada lingkup transparasi dan imparsialitas secara imbang dan tegas.
Dewan Perwakilan Rakyat oleh MKD harus terus MKD juga harus lebih tegas dalam menyelesaikan
dilakukan perbaikan. Keberadaan MKD banyak permasalah dan pelanggaran kode etik oleh anggota
mendapat apresiasi dan pandangan positif bagi DPR, sebagai rasionalisasi kontrol masyarakat dalam
perbaikan internal di DPR-RI, penilaian publik tetap DPR. Pelaporan secara berkala mengenai pelanggaran
mempertanyakan adanya indikasi tebang pilih di yang dilakukan oleh anggota DPR kepada rakyat atau
bawah justifikasi jenis pelanggaran, baik yang ringan, badan khusus memungkinkan dapat memberikan
sedang, atau berat. Beberapa kasus pelanggaran efek jera kepada anggota DPR yang telah melakukan
kode etik sebelumnya, seperti pelesiran ke luar negeri pelanggaran dengan konsekuensi dapat membuka
tanpa hasil yang jelas, percaloan anggaran, serta sifat kerahasian dari laporan yang diterima MKD.
ketidakpatuhan dalam pelaporan harta kekayaan Keterlibatan unsur non-DPR adalah sebagai
pejabat Negara, dan kasus suap, tentu saja tidak bisa lambang independensi dan keadilan, maka perlu
dianggap remeh dan mengalami pembiaran tanpa adanya rumusan yang mengatur tentang tindak-
sanksi yang tegas. Keterlibatan pihak independen tanduk dan perilaku anggota Dewan yang berasal
(non-DPR) yang bersih dan berkarakter dalam fungsi dari luar anggota Dewan, sehingga akan diperoleh
pengawasan sangat dibutuhkan sebagai upaya hasil yang jelas, tanpa ada muatan politik sedikitpun,
peningkatan kualitas MKD. hal inilah yang harus diperhatikan, karena kegiatan
MKD memiliki kewenangan melakukan ini erat kaitannya dengan tugas dan fungsi MKD,
pemantauan dalam rangka fungsi pencegahan dan jika ini tidak melibatkan unsur dari luar, tidak
terhadap pelanggaran kode etik oleh perilaku menutup kemungkinan anggota Dewan tidak dapat
anggota dewan, memeriksa pengaduan baik secara bekerja dengan proporsional untuk mengamati,
pasif maupun sesuai insiatif sendiri terhadap dugaan mengevaluasi disiplin, etika, dan moral para anggota
terjadinya pelanggaran etik anggota dewan dalam Dewan lainnya dalam rangka menjaga martabat,
menjalankan tugas dan kewajiban maupun dugaan kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR-RI. Salah satu
pelanggaran pidana. Berdasarkan Pasal 148 UU MD3 solusi untuk menegakkan kode etik anggota Dewan
setelah diakomodirnya penguatan kelembagaan adalah direalisasikannya keanggotaan independen
MKD berupa melibatkan unsur masyarakat atau yang harus diperluas. Artinya, anggotanya tidak saja
ahli disamping unsur fraksi di DPR dalam komposisi diisi oleh anggota Dewan, akan tetapi melibatkan
sidang panel etik, harapannya mekanisme peradilan unsur yang berasal dari luar anggota Dewan, yang
etik secara independen konsisten ditegakkan. bisa saja diisi oleh tokoh ulama, tokoh masyarakat,
Selain itu MKD juga memiliki hak eksekutorial dan akademisi dengan kriteria tertentu.
dalam memeriksa anggota dewan yang terindikasi
melakukan pelanggaran kode etik sebagai upaya
mengawal dan membangun pengawasan etis internal
dalam menjaga independensi dan kehormatan DAFTAR PUSTAKA
institusi. MKD harus menjunjung tinggi objektivitas,
sebagaimana lembaga peradilan yang independen
dan imparsial. Penguatan kelembagaan MKD akan
tercapai jika keanggotaannya juga independen. Buku dan Jurnal
Tantangannya ialah sebagai penegak etik anggota Arinanto, Satya. (2005). Hak Asasi Manusia Dalam
dewan, MKD akan menghadapi pengaduan Transisi Politik Di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi
pelanggaran etik yang dilakukan oleh koleganya satu Hukum Tata Negara-Fakultas Hukum.
fraksi atau satu koalisinya sendiri. Sehingga tidak
menutup kemungkinan terjadi konlik kepentingan Awaliah, Neneng Nur. (2012). Etika Politik: Pemikiran
(conflict of interest) dalam proses penegakan kode Komarrudin Hidaya. Jakarta.
etik. Habibi, Nur. (2014). Praktik Pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonoesia. Jurnal
Saran Cita Hukum. Vol 1 No. 1. Thn. 2014
Independensi personal sangat dibutuhkan oleh Haris, Abd. (2007). Pengantar Etika Islam. Sidoarjo:
anggota MKD dalam menjunjung tinggi peradilan Al-Afkar.
yang bebas dan bermartabat. Melalui independensi
14 Kajian Vol. 22 No. 1 Maret 2017 hal. 1 - 14

Haryatmoko. (2014). Etika Politik dan Kekuasaan. Internet


Jakarta: Kompas Alim, Hifidzi. Merumuskan Etika Legislatif, (online),
Pardede, Marulak. (2011). Efektifitas Putusan (www.suaramerdeka.com diakses pada tanggal
Badan Kehormatan DPR/DPRD. Jakarta: Badan 4 September 2016).
Pembinaan Hukum Nasional Kementerian DPR Bentuk Mahkamah Kehormatan Dewan, (online),
Hukum dan HAM RI. 29 Agustus 2014, (http://www.republika.co.id/
Ramadhani, Rizqi. (2013). Dilema Badan Kehormatan berita/nasional/politik/14/08/29/nb2h4q-dpr-
DPR Antara Penegak Etika Anggota Dewan dan bentuk-mahkamah-kehormatan-dewan, diakses
Kepentingan Fraksi. Jakarta: FISIP UIN Syarif pada 19 oktober 2016)
Hidayatullah. Firdaus, Rendi Ferdi. UU MD3 baru DRPR Wacanakan
Remmelink, Jan. (2003). Hukum Pidana, cet. 1. Ganti BK jadi Mahkamah Kehormatan, 9 Juni
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2014, (online), (http://www.merdeka.com/
politik/uu-md3-baru-dpr-wacanakan-ganti-bk-
Salam, Burhanuddin. (2002). Etika Sosial dan Asas jadi-mahkamah-kehormatan.html diakses pada
Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT 19 oktober 2016).
Renika Cipta.
Kontras: 242 Anggota DPR Periode 2014-2019
Suhaimi, Else. (2016). Penguatan Dewan Perwakilan Memiliki Catatan Buruk, (online) (http://
Rakyat Republik Indonesia Dengan Penegakan sp.beritasatu.com/home/kontras-242-anggota-
Kode Etik Terhadap Anggota Dewan. Jur dpr-periode-2014-2019-memiliki-catatan-
Pemerintahan dan Politik Vol. 1 No. 2. buruk/67011, di akses pada tanggal 3 September
Thompson, Dennis. (2012). Etika Politik Pejabat 2016).
Negara, ed: Terjemahan, Jakarta: Yayasan Obor Wahidin, Samsul. Mempersoalkan Kinerja BK-
Indonesia. DPR, Indonesia Corruption Watch (online),
(http://www.antikorupsi.org/id/content/
mempersolkan-kinerja-bk-dpr diakses pada
tanggal 5 September 2015).

Anda mungkin juga menyukai