Anda di halaman 1dari 17

PKOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL DENGAN

SESAME PERAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

OLEH
Kelompok 4

Nama nama kelompok :


1. Yakobet Mina Sae
2. Selfriantywulanninef
3. Tony habronnatonis
4. Suorpi H otu
5. Rudy faah
6. Yohanalauata

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
penyertaannya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun pembuatan makalah ini untuk mengetahui serta memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Komunikasikeperawatantentangkomunikasiefektifdalamhubungan
interpersonal dengan sesame perawatdantenagakesehatanlainnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan untuk menyempurnakan makalah ini, penulis dengan
senang hati akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.
Sehingga di kemudian hari penulis dapat menyempurnakan makalah ini dan penulis dapat
belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Kupang, 20 juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi ............................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang .............................................................................................3


Rumusan Masalah.........................................................................................3
Tujuan Penulisan...........................................................................................3
Manfaat Penulisan.........................................................................................4

BAB 11 PEMBAHASAN

1.1 komunikasi perawat dengan tenaga


kesehatan.....................................................................................................5
1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter....................................6
2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat..................................6
3. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik...........6
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi..........................7
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi................................8

BAB 111 PENUTUP


3.2 Penutup.................................................................................................9
3.3 kesimpulan............................................................................................9
3.3 Saran.....................................................................................................9
3.3 Daftar Pustaka......................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga
mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli gizi,
kesehatan masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat.
Semua profesi tadi diwajibkan salaing bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas
profesinya masing-masing.

Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan
kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat
ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan, ahli
gizi, radiologi dan lainnya.

Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat


berjalan secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi
pendidikan dan praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan. Semua jenis
profesi harus mempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Perawat, bidan, dokter, dan
semua profesi lain merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di
bangku pelajar. Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam batas-
batas lingkup praktek yang sesuai dengan aturan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasakan uraian latar belakang maka penulis merumuskan pertanyaan tentang

“Bagaimanakah komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan klien.

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan
sesamaperawatdantenagakesehatanlainnya
1.3.2 Tujuan khusus
Mengidentifikasi komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan klien.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil Penelitiaan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Institusi

Pendidikan dalam mengembangkan Program Keperawatan

2. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu

pengetahuan yang di dapat selama pendidikan baik teori maupun praktek

3. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi semua mahasiswa di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang untuk dapat di lakukan

penelitian lanjutan dengan metode yang berbeda

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI EFEKTIF

Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama


memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing
orang menyebutnya “the communication is in tune”, yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.

Menurut Jalaluddin dalam buku Psikolog Komunikasi menyebutkan, komunikasi


yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,
mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan.
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :

1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.


2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihk komunikan.

B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komunikasi interpersonal atau disebut juga dengan komunikasi antar personal
atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu untuk
saling bertukar gagasan ataupun pemikiran kepada individu lainnya. Atau dengan kata
lain, komunikasi interpersonal adalah salah satu konteks komunikasi dimana setiap
individu mengkomunikasikan perasaan, gagasan, emosi, serta informasi lainnya secara
tatap muka kepada individu lainnya.

Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli,


diantaranya adalah sebagai berikut :

6
1. G.R Miller dan M. Steinberg (1975):  Komunikasi interpersonal dapat dipandang sebagai
komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal.
2. Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai proses yang
menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara-paling tidak-antara dua
orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi
pembicara dan pendengar.
3. Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal
antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling tergantung satu sama
lain.
4. Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah semua komunikasi antara
dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal


adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu hubungan interpersonal antara dua orang
atau lebih, baik secara verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan
makna.

Komunikasi interpersonal efektif adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap


muka dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan,
kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan
perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung.

Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua


bagian yaitu componential dan situational.

1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya,
dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi
yang mendukung disekitarnya.

7
C. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KEPERAWATAN
1. Hubungan perawat-pasien

Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan non-verbal
yang dimanifestasikan secara terapeutik;

a. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Komunikasi verbal yang efektif yang harus diperhatikan yaitu:

1) Jelas dan ringkas


Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Kejelasan dapat
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas.
Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan.
2) Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika
ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti klien.
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati
memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat
penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan bicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan untuk

8
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan kepada
pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
5) Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.

b. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan


katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan,
karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang
mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Sikap pada saat melakukan komunikasi interpersonal;

1) Metakomunikasi.
contoh : tersenyum ketika sedang marah.
2) Penampilan personal
3) Intonasi (nada suara).
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien
4) Ekspresi wajah.
Menjaga Kontak mata
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien.
Ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
9
5) Sikap tubuh dan ekspresi wajah.
6) Sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap
isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:

1) Perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah


siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap
menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak,
remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi
2) Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk
oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita
dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang
dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku
sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai
seseorang.
3) Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
4) Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi
kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini
dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
5) Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa
menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
6) Peran. Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan.
Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
7) Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk
berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

10
2. Komunikasi antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga


kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau
struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau
ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang
dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya
a. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama
dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di
mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam
bentukkolaborasi dengan dokter.Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang
baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama
mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter
terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV,

11
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil
laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit
pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan
istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis
sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat
berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa
dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.
b. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang
untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan
pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi
(fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan
fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan
tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu,
perawatmerujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.Contoh. Perawat
merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut
pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
c. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif
jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian,perawat membantu
klienmembangun pengertian yang benar dan jelas tentang

12
pengobatan,mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek
smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia
dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka
perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.Saat komunikasi terjadi maka ahli
farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat
dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis
obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis
yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur
dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga
informasinini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli
farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi
atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.
d. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak
setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat
harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien,
jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan
oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara.
e. Hubungan antara Perawat dengan Perawat

Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan
S.Kep maupun DIII Keperawatan (Am.Kep) diperlukan adanya sikap saling
menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapatr mengadakan
pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.

13
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan
sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap
klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik
dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan
saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi antartenaga


kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan


dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural, dan
hubungan intrapersonala

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum ( Devito,


1997, p.259-264 )  yang dipertimbangkan yaitu

1) keterbukaan (openness),
2) empati (empathy),
3) sikap mendukung (supportiveness),
4) sikap positif (positiveness), dan
5) kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan ini mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal.
komunikator interpersonal yang efektif haruslah dapat terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. hal Ini tidaklah berarti bahwa orang harus membukakan semua
riwayat hidupnya.
Aspek keterbukaan ini mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang.

14
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan serta pikiran (Bochner dan Kelly,
1974). Terbuka dalam arti iyalah mengakui bahwa perasaan serta pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda serta anda bertanggung jawab atasnya.
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati iyalah  sebagai  ”kemampuan
seseorang untuk dapat ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada saat
tertentu.”berempati iyalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,
berada di kapal yang sama serta merasakan perasaan yang sama dengan cara yang
sama.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif merupakan hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan
berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka serta empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita dapat memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap
 deskriptif, bukan evaluatif,
 spontan, bukan strategic,
 provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita dapat mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
dua cara:
menyatakan sikap positif secara secara positif dapat mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal.
perasaan positif untuk situasi komunikasi  ini pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal ini akan lebih efektif bila suasananya
setara. dalam  arti, harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak
sama-sama bernilai serta berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk dapat disumbangkan.

15
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli
gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab
terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka
hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain itu perawat juga
mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak
bisa dipisah – pisahkan dan disendirikan.

B. SARAN :
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik
di masa yang sekarang maupun masa yang akan datang. Penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun
masih dalam tahap pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Currentnursing. 2013. Application of Interpersonal Theory in Nursing Practice. Diakses 10


November 2014.
http://currentnursing.com/nursing_theory/application_Peplau's_interpersonal_theory
.html

Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Volume I), Penulis: Potter & Perry,
Penerbi

17

Anda mungkin juga menyukai