OLEH
Kelompok 4
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
penyertaannya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun pembuatan makalah ini untuk mengetahui serta memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Komunikasikeperawatantentangkomunikasiefektifdalamhubungan
interpersonal dengan sesame perawatdantenagakesehatanlainnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan untuk menyempurnakan makalah ini, penulis dengan
senang hati akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.
Sehingga di kemudian hari penulis dapat menyempurnakan makalah ini dan penulis dapat
belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi ............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 11 PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga
mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli gizi,
kesehatan masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat.
Semua profesi tadi diwajibkan salaing bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas
profesinya masing-masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan
kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat
ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan, ahli
gizi, radiologi dan lainnya.
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan
sesamaperawatdantenagakesehatanlainnya
1.3.2 Tujuan khusus
Mengidentifikasi komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan klien.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitiaan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Institusi
2. Bagi peneliti
3. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi semua mahasiswa di
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMUNIKASI EFEKTIF
B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komunikasi interpersonal atau disebut juga dengan komunikasi antar personal
atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu untuk
saling bertukar gagasan ataupun pemikiran kepada individu lainnya. Atau dengan kata
lain, komunikasi interpersonal adalah salah satu konteks komunikasi dimana setiap
individu mengkomunikasikan perasaan, gagasan, emosi, serta informasi lainnya secara
tatap muka kepada individu lainnya.
6
1. G.R Miller dan M. Steinberg (1975): Komunikasi interpersonal dapat dipandang sebagai
komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal.
2. Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai proses yang
menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara-paling tidak-antara dua
orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi
pembicara dan pendengar.
3. Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal
antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling tergantung satu sama
lain.
4. Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah semua komunikasi antara
dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya,
dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi
yang mendukung disekitarnya.
7
C. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KEPERAWATAN
1. Hubungan perawat-pasien
Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan non-verbal
yang dimanifestasikan secara terapeutik;
a. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Komunikasi verbal yang efektif yang harus diperhatikan yaitu:
8
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan kepada
pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
5) Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
b. Komunikasi Non-Verbal
1) Metakomunikasi.
contoh : tersenyum ketika sedang marah.
2) Penampilan personal
3) Intonasi (nada suara).
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien
4) Ekspresi wajah.
Menjaga Kontak mata
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien.
Ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
9
5) Sikap tubuh dan ekspresi wajah.
6) Sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap
isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:
10
2. Komunikasi antara perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.
11
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil
laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit
pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan
istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis
sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat
berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa
dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.
b. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang
untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan
pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi
(fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan
fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan
tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu,
perawatmerujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.Contoh. Perawat
merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut
pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
c. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat.Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif
jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian,perawat membantu
klienmembangun pengertian yang benar dan jelas tentang
12
pengobatan,mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek
smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia
dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka
perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.Saat komunikasi terjadi maka ahli
farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat
dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis
obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis
yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur
dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga
informasinini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli
farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi
atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.
d. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak
setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat
harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien,
jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan
oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara.
e. Hubungan antara Perawat dengan Perawat
Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan
S.Kep maupun DIII Keperawatan (Am.Kep) diperlukan adanya sikap saling
menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapatr mengadakan
pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.
13
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan
sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap
klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik
dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan
saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.
1) keterbukaan (openness),
2) empati (empathy),
3) sikap mendukung (supportiveness),
4) sikap positif (positiveness), dan
5) kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan ini mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal.
komunikator interpersonal yang efektif haruslah dapat terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. hal Ini tidaklah berarti bahwa orang harus membukakan semua
riwayat hidupnya.
Aspek keterbukaan ini mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara
jujur terhadap stimulus yang datang.
14
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan serta pikiran (Bochner dan Kelly,
1974). Terbuka dalam arti iyalah mengakui bahwa perasaan serta pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda serta anda bertanggung jawab atasnya.
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati iyalah sebagai ”kemampuan
seseorang untuk dapat ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada saat
tertentu.”berempati iyalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,
berada di kapal yang sama serta merasakan perasaan yang sama dengan cara yang
sama.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif merupakan hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan
berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka serta empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita dapat memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap
deskriptif, bukan evaluatif,
spontan, bukan strategic,
provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita dapat mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
dua cara:
menyatakan sikap positif secara secara positif dapat mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal.
perasaan positif untuk situasi komunikasi ini pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal ini akan lebih efektif bila suasananya
setara. dalam arti, harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak
sama-sama bernilai serta berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk dapat disumbangkan.
15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli
gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab
terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka
hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain itu perawat juga
mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak
bisa dipisah – pisahkan dan disendirikan.
B. SARAN :
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik
di masa yang sekarang maupun masa yang akan datang. Penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun
masih dalam tahap pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Volume I), Penulis: Potter & Perry,
Penerbi
17