PENDAHULUAN
1
Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama
sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda
dataran – sebab peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-
minggu sebelumnya. Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
Datangnya banjir dapat mendadak. Banjir luapan sungai ini kebanyakan
bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari- hari atau
berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir ini biasanya terjadi pada daerah-
daerah lembah.
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang
pasang air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di
dekat pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air
laut. Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan
pantai. Contoh daerah yang biasanya terkena ROB adalah Semarang.
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan
berlangsung cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di
pemukiman dekat hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena
tingginya debit air yang mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan bisa
berdampak destruktif.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering
karena peningkatan volume air yang diakibatkan dari tingginya curah hujan,
meluapnya air sungai atau laut, dan pecahnya bendungan. Banjir bandang
adalah banjir yang terjadi secara tiba-tiba karena terisinya air pada daerah
yang tanahnya kering /sukar meresap air ketika hujan turun, air sukar meresap
ke dalam tanah dan akhirnya terjadi banjir bandang.
2
6. Bagaimana strategi mitigasi bencana banjir bandang ?
7. Apa saja penatalaksanaan banjir bandang ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari banjir bandang.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari banjir bandang.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir bandang.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang.
5. Untuk mengetahui dampak dari banjir bandang.
6. Untuk mengetahui strategi mitigasi bencana banjir bandang.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan banjir bandang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
4
langsung bersifat besar, dan tidak perlahan- lahan seperti banjir yang
terjadi karena luapan air sungai atau semacamnya.
2) Disebabkan oleh hujan lebat yang turun tidak kunjung berhenti
Ciri- ciri selanjutnya yang dimiliki oleh banjir bandang adalah terjadi
karena hujan lebat yang bersifat terus-menerus atau tidak kunjung
berhenti. Maka dari itu banjir bandang ini terjadi setelah hujan lebat turun
dalam durasi waktu yang lama pula. Biasanya banjir bandang ini akan
terjadi maksimal selama enam jam. Dengan kata lain, banjir bandang
biasanya terjadi kurang dari enam jam.
3) Durasi terjadinya banjir relatif singkat
Ciri khas dari banjir bandang yang selanjutnya adalah terjadi dalam durasi
yang cukup singkat. Banjir bandang ini bukanlah tipe banjir yang datang
dan berlama- lama menggenangi daerah yang dilewatinya. Banjir bandang
merupakan tipe banjir yang terjadi dalam durasi yang cukup singkat.
Meskipun singkat, banjir bandang ini dapat juga menggenangi. Namun
genangan air yang diakibatkan oleh banjir bandang ini relatif tidak banyak.
Hanya sedikit genangan yang menempati daerah yang lebih rendah dan ini
terjadi ketika banjir surut.
4) Viskositas aliran yang tinggi
Banjir bandang juga merupakan tipe banjir yang mempunyai viskositas
tinggi.
5
6) Membawa beberapa material lainnya
Ciri khas yang menonjol linnya dari banjir bandang adalah banjir bandang
ini memuat banyak sekali material- materian yang bisa dibawa oleh air
banjir tersebut. Beberapa material yang dapat dibawa oleh air dari banjir
bandang antara lain lumpur, kerikil, batu, hingga pepohonan. Ya, arus dari
banjir bandang yang kuar terkadang mampu mengangkut kayu-kayu
pepohonan yang seresrakan di tanah, atau bahkan bisa mencabut
pepohonan yang ukurannya lebih kecil. Oleh karena banyaknya material
yang diangkut ini menyebabkan banjir bandang ini sebagai bencana yang
menyebabkan banyak sekali kerugian material.
6
hilir. Ketika bahian hulu ini sudah penuh terisi air, maka air tersebut akan
membludak atau menumpahkan air tersebut ke area yang berada di
sekelilingnya. Hal inilah salah satu yang menyebabkan terjadinya banjir
bandang di suatu wilayah.
3) Geometri di daerah aliran sungai yang menunjang antara bagian hulu dan
juga hilir
Terjadinya banjir bandang juga bisa disebabkan oleh karena geometri di
daerah aliran sungai yang menunjang antara bagian hulu dan juga di
bagian hilir.
4) Membuang sampah sembarangan.
Kita semua tahu bahwasannya membuang sampah sembarangan akan
menyebabkan terjadinya bencana alam berupa banjir. Bencana alam
berupa banjir yang bisa disebabkan karena membuang sampah
sembarangan di sungai salah satunya adalah bencana banjir bandang.
Ketika orang membuang sampah di sungai maka sampah- sampah yang
dibuang di sungai tersebut akan mengendap di dasar sungai. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pendangkalan di dasar sungai. Ketika terjadi
pendangkalan ini maka jumlah muatan air yang tertampung di dalam
sungai akan menjadi berkurang jumlahnya, akibatnya sungai akan mudah
sekali membludak atau meluap. Karena sungai mudah sekali meluap inilah
yang akan menyebabkan terjadinya banjir bandang.
5) Mendirikan bangunan liar yang berada di sekitar sungai
Lahan kosong dapat berfungsi sebagai penyerap air hujan ketika turun.
Ketika lahan- lahan kosong ini tidak digunakan dengan semestinya maka
hal ini akan akan menyebabkan air yang dapat terserap ke dalam tanah
tidak maksimal. Ketika air yang terserap ini tidak maksimal, maka hal ini
akan menyebabkan banjir. Terlebih apabila lahan yang disalah gunakan
tersebut adalah lahan yang berada di sekitar sungai. Maka hal ini akan
semakin membuat banjir bandang mudah sekali terjadi di daerah yang
demikian tersebut.
7
6) Penggundulan pepohonan
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya pepohonan mempunyai
banyak sekali manfaat. Salah satu manfaat yang dimiliki oleh pepohonan
adalah untuk menyerap air agar dapat tersimpan ke dalam tanah dan
merupakan cara menghindari banjir. Ketika pepohonan yang tumbuh di
lingkungan menjadi sedikit, maka hal ini akan membuat penyerapan air
menjadi sedikit terganggu. Akibatnya akan banyak air yang tidak diserap
atau penyerapan menjadi kurang maksimal. Ketika air yang tidak bisa
diserap jumlahnya terlalu banyak, maka akan meningkatkan resiko
terjadinya banjir bandang.
Salah satu tanda yang menyebabkan akan terjadinya banjir bandang adalah
adanya perubahan pada air sungai dari yang semula jernih menjadi keruh
secara tiba- tiba. Hal ini merupakan slaah satu tanda yang dapat dengan
mudah diketahui adan dilihat secara kasat mata. Apabila melihat hal yang
demikian ini, maka segera menjauh dari area sungai adalah pilihan yang
sangat tepat. Karena apabila hal ini tidak segera dilakukan, maka terjadi
resiko yang tidak baik karena banjir bandang dapat terjadi dengan tiba-
tiba tanpa sepengetahuan orang- orang yang berada di sekitarnya.
8
2) Terdapat banyak ranting pepohonan maupun sampah yang mengalir di
sungai
Salah satu tanda akan terjadinya banjir bandang yang selanjutnya adalah
apabila kita menemui banyak sampah ataupun ranting pepohonan yang
hanyut terbawa arus sungai. Padahal bila kita amati sebelumya, ranting dan
sampah tersebut pada mulanya tidak ada. Hal ini merupakan salah satu
tanda akan terjadinya banjir bandang.
Salah satu dampak yang paling besar dan paling terlihat dari adanya banjir
bandang adalah rusaknya berbagai macam fasilitas umum dan juga sarana
dan pra sarana yang ada di sekitar masyarakat. Beberapa macam sarana
dan pra sarana yangmungkin dapat rusak karena terjadinya banjir bandang
ini antara lain jalan umum, jembatan, gedung, perumahan dan lain
9
sebagainya sehingga akan mengganggu ruang publik untuk kehidmupan
anusia.
10
Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi
(economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.
Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
Dalam bencana apapun, data sejarah suatu kawasan rawan atau sumber
bencana harus selalu ada, dipelajari dan diperbaharui terus menerus tiap
kali ada kejadian baru. Untuk kajian perbandingan dengan peristiwa-
peristiwa banjir terdahulu dan sebagi dasar informasi peringatanyang
akan disampaikan kepada masyarakat yang beresiko terlanda banjir harus
diingat unsur - unsur sebagai berikut :
Analisis kekerapan banjir.
Pemetaan tinggi rendah permukaan tanah (topografi).
Pemetaan bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai)
lengkap dengan perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung
lebihan air.
Catatan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah
hulu.
Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai/pesisir).
Geografi pesisir / pantai.
Cara efektif untuk memantau jalur banjir adalah lewat teknik-teknik
penginderaan jauh, misalnya Landsat.
11
1. Upaya Mitigasi Non Struktural
Pembentukan “Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas
instansi terkait (diketuai Dinas Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat
kabupaten/kota sebagai dari Satuan Pelaksana (SATLAK) untuk
melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya‐
upaya nonfisik penanganan mitigasi bencana banjir diantara anggota
POKJA dan SATLAK, diantaranya inspkesi, pengamatan dan
penelusuran atas prasarana dan sarana pengendalian banjir yang ada dan
langkah yang akan diuraikan pada uraian selanjutnya.
Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana
pengendalian banjir sehingga dapat berfungsi sebagaimana
direncanakan.
Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan
dan informasi lain yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir,
daerah yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan banjir.
Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute
pengungsian, lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi
pos pengamat debit banjir/ ketinggian muka air banjir di sungai
penyebab banjir.
Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan
mengambil langkah‐langkah untuk memeliharanya dan membentuknya
jika belum tersedia dengan sarana yang paling sederhana sekalipun.
12
Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan
material yang diperlukan untuk kegiatan/upaya tanggap darurat,
diantaranya dana persediaan tanggap darurat; persediaan bahan pangan
dan air minum; peralatan penangulangan (misalnya movable pump,
dumb truck, dll); material penanggulangan (misalnya kantong pasir,
terucuk kayu/bambu, dll); dan peralatan penyelamatan (seperti perahu
karet, pelampung, dll).
Perencanaan dan penyiapan SOP (Standard Operation
Procedure)/Prosedur Operasi Standar untuk kegiatan/tahap tanggap
darurat yang melibatkan semua anggota SATKORLAK, SATLAK dan
POSKO diantaranya identifikasi daerah rawan banjir, identifikasi rute
evakuasi, penyediaan peralatan evekuasi (alat transportasi, perahu,dll),
identifikasi dan penyiapan tempat pengungsian sementara seperti
peralatan sanitasi mobile, penyediaan air minum, bahan pangan,
peralatan daput umum, obat‐obatan dan tenda darurat.
Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung
kepada masyarakat dan penerbitan press release/ penjelasan kepada
press dan penyebar luasan informasi tentang banjir melalui media masa
cetak maupun elektronik yaitu station TV dan station radio.
Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat
SATLAK dan peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian
sementara beserta perlengkapannya.
Mengadakan rapat‐rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS,
SATKORLAK, SATLAK, dan POKJA Antar Dinas/instansi untuk
menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana banjir berikut
konsekuensinya dan pembagian peran diantara instansi yang terkait,
serta pengenalan/ diseminasi kepada seluruh anggota SATKORLAK,
SATLAK, dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk
menyepakati format dan prosedur arus informasi/laporan.
Membentuk jaringan lintas instansi/sektor dan LSM yang bergerak
dibidang kepedulian terhadap bencana serta dengan media masa baik
13
cetak maupun elektronik (stasion TV dan radio) untuk mengadakan
kempanye peduli bencana kepada masyarakat termasuk penyaluran
informasi tentang bencana banjir.
Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir
dan resiko yang terkait serta pengunaan material bangunan yang tahan
air/banjir.
2. Upaya Mitigasi Struktural
Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok
laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat
membantu untuk mengurangi bencana banjir pada tingkat debit banjir
yang direncanakan.
Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu
sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberapa
upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan air dan debit
aliran air masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah dengan
reboisasi dan pembangunan sistem peresapan serta pembangunan
bendungan/waduk.
Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran
terbuka maupun tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi
terjadinya banjir.
3. Peran serta Masyarakat
Masyarakat baik sebagai individu maupun masyarakat secara
keseluruhan dapat berperan secara signifikan dalam manajemen bencana
banjir yang bertujuan untuk memitigasi dampak dari bencana banjir.
Peranan dan tangungjawab masyarakat dapat dikategorikan dalam dua
aspek yaitu aspek yaitu aspek penyebab dan aspek partisipasipatif.
Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat berpengaruh atas
factor ‐faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi akan secara
signifikan akan mengurangi besaran dampak bencana banjir, faktor‐faktor
tersebut adalah :
14
Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem
drainase,
Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau
mempersempit palung aliran sungai,
Tidak tinggal dalam bantaran sungai
Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau
untuk hal‐hal lain diluar rencana peruntukkannya.‐ Menghentikan
penggundulan hutan di daerah tangkapan air,
Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang
bertentangan dengan kaidah‐kaidah konservasi air dan tanah, dan ikut
mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.
Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari
masyarakat dapat mengurangi dampak bencana banjir yang akan
diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup:
Ikut serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana
banjir misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan
penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan
sebagainya.
Ikut serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan
banjir antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air
dan gerusan air.
Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mitigasi
bencana banjir.
Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan
pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi
bencana banjir.
Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan
kondisi banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan
pertanian dari banjir dan mengadakan gotong – royong pembersihan
saluran drainase yang ada dilingkungannya masing‐masing.
15
2.8 Penatalaksanaan Banjir Bandaang
1) Sumber Daya Manusia
Sebagai koordinator Tim adalah Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat Kepmenkes Nomor 066 tahun
2006).
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan
yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi:
a) Tim Reaksi Cepat
Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24 jam
setelah ada informasi kejadian bencana, terdiri dari:
Pelayanan Medik
Dokter Umum/BSB : 1 org
Dokter Sp. Bedah : 1 org
Dokter Sp. Anestesi : 1 org
Perawat Mahir (Perawat bedah, gadar) : 2 org
Tenaga Disaster Victims Identification (DVI) : 1 org
Apoteker/Ass. Apoteker : 1 org
Sopir Ambulans : 1 org
Surveilans Epidemiolog/Sanitarian : 1 org
Petugas Komunikasi : 1 org
b) Tim RHA
Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat
atau menyusul dalam waktu kurang dari 24jam, terdiri dari:
Dokter Umum : 1 org
Epidemiolog : 1 org
Sanitarian : 1 org
c) Tim Bantuan Kesehatan
Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi
Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka
di lapangan, terdiri dari:
16
Dokter Umum
Apoteker dan Asisten Apoteker
Perawat (D3/ S1 Keperawatan)
Perawat Mahir
Bidan (D3 Kebidanan)
Sanitarian (D3 kesling/ S1 Kesmas)
Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1 Kesmas)
Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas)
Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1 Biologi)
2) LOGISTIK
a) Selimut
b) Roti
c) Beras
d) Gula
e) Teh
f) Kopi
g) Susu
h) Softex
i) Pampers
j) Pasokan air bersih
k) Pakaian
17
8. Mobil rescue BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
9. Mobil Operasional BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
10. MobilTruk BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
11. Truk Trailer BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
12. Motor Trail BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
13. Mobile Water Treatment BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
14. Toilet Mobile BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
15. Mobil dapur umum BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
lapangan
16. Mobil BBM BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
17. Mobil tangki air BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
18. Water Pillow BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
19. Instalasi Penjernih Air BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
20. Velbet BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
21. Dapur Umum BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
22. Alat Komunikasi BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
23. Genset + lampu sorot BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
24. Tukang Kayu BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
25. Tukang Batu BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
26. Tukang Elektronik BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
27. Vertical Rescue BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
28. Mega Phone BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
18
4) Standar Minimal Peralatan Penanggulangan Bencanatingkat Nasional Dan
Daerah
19
Treatment
15. Mobil BBM 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
16. Mobil Kesht 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Keliling
17. Mobil 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Komunikasi
Alat Berat dan Pendukung
No. Alat Bantu Jumlah Instansi
1. Forklift Berat 3 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
2. Hand Forklift 9 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
3. Paket Pem. 50 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Kebakaran
4. Buldozer 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
5. Scope Loader 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
6. Garpu Loader 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
7. Beco 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
8. Clamshell 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
9. Jaws of Life 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
10. Jembatan Bally 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
11. Gorong – 15 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
gorong baja
12. Concrete 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Breaker
13. Chainsaw Kayu 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
14. Paket 250 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
perlengkapan
Evakuasi
15. Tukang kayu 500 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
16. Tukang Batu 500 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
17. Tukang Listrik 500 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
18 Pelampung 10.000 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
19 Alat Selam 15 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
20. Gerobag Dorong 500 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
21. Paket Pembersih 100 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Lokasi
22. Genset 25 kva = 25 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
lampu sorot
23. Pompa Air 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
24. Tangki air 10 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
portable 2rb
25. Tangki air 10 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
portable 1rb
26. Instansi 2 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Penjernih Air
27. Peralatan Dapur 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
20
Umum
Alat Perlindungan / Shelter / tenda
No. Nama Alat Jumlah Instansi
1. Tenda Posko 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
2. Tenda dapur 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
umum
3. Tenda Peleton 25 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
4. Tenda Regu 25 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
5. Tenda Keluarga 1.000 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
6. Velbet 1.000 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
7. Rumah Sakit 3 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Lapangan
8. Tenda Posko 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Kesehatan
Alat Komunikasi dan Elektronik
No. Nama Alat Jumlah Instansi
1. Play Way 1 Set BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Monitor Syst.
2. Life Detector 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
3. Telepon Satelit 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Biru
4. Telepon Seluler 33 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
5. Radio 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Komunikasi
SSB
6. Radio 5 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
Komunikasi
VHF
7. Handy Talky 50 Unit BNPB/BPBD/Instasi/Lembaga
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana terbagi menjadi dua jenis yaitu bencana alam seperti banjir,
genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga
dan lainnya dan bencana ulah manusia (man made disaster) seperti tabrakan
pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan,
gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Peran perawat dalam menghadapi banjir
bandang meliputi pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
3.2 Saran
22
Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko
penanggulangan banjir, diantaranya yaitu :
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir.
Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah
banjir.
Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
DAFTAR PUSTAKA
http://bnpb.go.id
http://lintasberita.com
http://rapi-nusantara.net/info-penting/artikel- banjir.html
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/artikel-tentang-banjir/
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/banjir-bandang
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/mitigasi-bencana-banjir
23
Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
LAMPIRAN
24
25