Anda di halaman 1dari 24

MATERIALITAS, RESIKO DAN STRATEGI AUDIT

Volume transaksi kas sangat tinggi, tingginya volume transaksi menyebabkan tingginya
resiko bawaan siklus kas.

Beberapa faktor penyebab tingginya resiko bawaan siklus kas, antara lain :

1.Tingginya potensi salah saji akibat volume transaksi yang tinggi

2.Sifat kas

3.Kesempatan manipulasi dalam bentuk kitting maupun window dressing

Tingginya resiko bawaan siklus ini menyebabkan banyak perusahaan memprioritaskan atau
memperluas struktur pengendalian intern siklus kas untuk mencegah dan mendeteksi salah
saji. Perluasan struktur pengendalian intern signifikan mengurangi resiko pengendalian kas.

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

1.Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendaian sangat penting untuk mewujudkan struktur pengendalian intern kas
yang baik. Pemahaman pengendalian meliputi pemahaman pemberian kekuasaan dan
tanggung jawab atas transaksi kas.

Pemahaman dapat diperoleh melalui :

a.Pengajuan pertanyaan kepada manajemen

b.Mempelajari bagan organisasi

c.Menelaah deskripsi tugas

2.Penaksiran resiko

Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian,


analisis, dan pengelolaan resiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar sesuai dengan PABU.

3.Informasi dan komunikasi (sistem akuntansi)


Pemahaman informasi dan komunikasi menuntut pengetahuan auditor tentang metode
pemrosesan data, dan dokumen serta catatan pokok yang digunakan.

4.Aktivitas pengendalian

a.Review kinerja

b.Pengolahan informasi

c.Pengendalian fisik

d.Pemisahan tugas

Dokumen dan Catatan :

a.Bukti kas masuk

b.Surat pemberitahuan

c.Daftar surat pemberitahuan

d.Bukti setor

e.Bukti kas keluar

f.Permintaan pengeluaran kas kecil

g.Bukti pengeluaran kas kecil

h.Permintaan pengisian kembali kas kecil

Fungsi yang terkait :

a.Fungsi pencatat piutang

b.Fungsi penerima surat

c.Fungsi penyimpan kas

d.Fungsi pembuat bukti kas keluar

e.Fungsi penyimpan dana kas kecil

f.Fungsi akuntansi biaya


g.Fungsi akuntansi keuangan

h.Fungsi pemeriksa intern

PENGUJIAN PENGENDALIAN SIKLUS KAS

a.Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penyimpanan kas dengan fungsi


pencatatan kas

b.Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi kasir dari pencurian
dan perampokan kas yang disimpannya

c.Mintalah salinan notulen rapat direksi mengenai pembukaan dan penutupan rekening bank
serta pembentukan dana kas kecil

d.Mintalah salinan polis asuransi fidelity bond, cash on hand dan cash in transit

e.Ambil sampel bukti kas masuk

f.Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar

g.Ambil berita acara penghitungan kas

PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO KAS

1.Prosedur insial

-Mengusut saldo kas awal tahun baik untuk kas yang ditangan maupun kas yang dibank
menelaah aktivitas data rekening buku besar dan menyelidiki adanya aktivitas yang nampak
tidak biasa

-Mendapatkan data ringkasan mengenai kas yang dipegang perusahaan dan di bank,
menentukan keakuratan perhitungan matematisnya dan menentukan kesesuaiannya dengan
buku besar

2.Prosedur analitis

-Membandingkan saldo kas dengan anggaran, saldo tahun lalu dan jumlah yang diharapkan

-Menghitung kas sebagai bagian dari aktiva lancar dan membandingkan dengan tingkat yang
diharapkan
3.Pengujian detail transaksi

-Melakukan cut off test untuk kas

-Mengusut ke bank transfer untuk beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan bahwa setiap transfer dicatat dengan tepat sebagai penerimaan dan pengeluaran

-Menyiapkan proof of cash untuk rekening bank yang tidak direkonsiliasi atau ada indikasi
kecurangan

4.Pengujian detail saldo

-Menghitung jumlah kas ditangan dan menentukan bahwa jumlah tersebut sudah termasuk
didalam saldo kas

-Mengkonfirmasi deposito bank dan saldo utang dengan bank

-Mengkonfirmasi perjanjian yang lain dengan bank yang berkaitan dengan kredit,
compensating balance, dan jaminan utang

-Scanning, penelaahan dan penyiapan rekonsiliasi bank

-Mendapatkan dan menggunakan laporan bank untuk memverifikasi rekonsiliasi bank dan
mendeteksi cek yang tidak tercatat dan menganalisa adanya praktik window dressing

5.Penyajian dan pengungkapan

-Membandingkan penyajian dengan GAAP/PABU

PENGUJIAN UNTUK MENDETEKSI LAPPING

Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang melibatkan ketidaktepatan jumlah penerimaan


kas.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk mendeteksi lapping antara lain:

a.Konfirmasi piutang dagang

b.Melakukan perhitungan kas secara mendadak

c.Membandingkan detail penjurnalan penerimaan kas dengan detail slip deposit harian yang
terkait
AUDIT ATAS KAS UMUM

Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus mengakumulasikan
bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana dinyatakan dalam
neraca, dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam tujuan audit-
terkait saldo untuk seluruh pengujian perincian saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi ,
pisah batas, dan kecocokan perincian). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan
nilai realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama
dengan saldo akun neraca lainya.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)

Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam
memengaruhi saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas
yang tidak memadai atau penanganan dana yang dilakukan pihak luar.

Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainya. Beberapa
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami kerugian besar akibat aktivitas
perdagangan oleh perorangan yang disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi
dan kas. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama
halnya dengan pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)

Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi
saldo ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah
saji material dalam kas.

Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainya, terdapat risiko bawaan cukup
tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi. Tujuan ini biasanya akan berfokus
pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk tujuan lainya.
Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)

Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:

Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan


pengeluaran kas.

Rekonsiliasi bank independen


Pada bab ini, kita membahas pengendalian yang memengaruhi pencatatan transaksi kas, yang
penting dalam penelitian dan pengendalian untuk kas. Misalnya dalam siklus akuisisi,
pengendalian utama meliputi pengendalian pembagian tugas yang memadai antara
penandatangan cek dan fungsi utang dagang,penandatanganan cek hanya dilakukan oleh
personel yang berwenang, menggunakan cek yang bernomor urut yang dicetak pada kertas
khusus, adanya telaah yang saksama atas dokumen pendukung sebelum cek ditandatangani
oleh personel yang berwenang, dan verifikasi internal yang memadai. Jika penegendalian
yang memengaruhi kas terkait transaksi beroperasi efektif, maka risiko pengendalian
berkurang sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.

Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank secara bulanan dari
akun bank umum berbasis waktu oleh personel yang independen dari pihak yang menangani
atau mencatat transaksi kas. Jika suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan
memakan waktu lama, maka nilai pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian
auditor atau risiko pengendalian kas. Rekonsiliasi membantu mencatat akuntansi agar
mencerminkan saldo kas yang lama antar saldo kas aktual di bank setelah
mempertimbangkan transaksi-transaksi yang memerlukan rekonsiliasi. Lebih penting lagi,
verifikasi atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat dilakukan dalam rekonsiliasi
yang independen. Jika laporan bank diterima dalam keadaan tertutup oleh pihak yang
merekonsiliasi dan pengendalian fisik dilakukan atas laporan bank tersebut sampai
rekonsiliasi diselesaikan, maka cek dibatalkan, duplikat slip setoran, dokumen lain yang
termasuk dalam laporan bank dapat diperiksa tanpa perlu khawatir akan diganti, dihapus atau
ditambahkan. Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hati-hati oleh pihak klien dengan
melakukan tindakan berikut ini:
Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas tanggal,
dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.

Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek dibatalkan.

Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah pada pencatatan
setoran kas.

Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.

Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku dengan saldo
bank dan memeriksa kewajaranya dalam bisnis klien.

Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas.

Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan kas.

Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.

Banyak paket peranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank sebagai bagian
dari prosedur bulanan. Meskipun peranti lunak mengurangi tindakan klerikal dalam
melakukan rekonsiliasi bank, pihak yang menyiapkan harus tetap melakukan banyak
prosedur pada daftar di atas. Pengendalian atas rekonsiliasi bank dilakukan pada saat personel
yang kompoten menelaah rekonsiliasi bank sesegera mungkin setelah selesai.

Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas Transaksi
(Tahap II)

Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab sebelumnya, telah
membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan pegujian substansif yang
memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas. Transaksi
kas diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)

Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan menggunakan
prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting dibandingkan area
audit lainya.

Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan pada
tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan-
bulan sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.

Mendesaian Pengujian Perincian Saldo Kas (Tahap III)

Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan rekonsiliasi
bank dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas dibank,
auditor melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar.
Tujuan audit-terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting
adalah keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan. Auditor
juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan
pengungkapan, seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan penyajian utang untuk
menentukan apakah ada restriksi atas kas yang harus diugkapkan. Dalam area audit lainya,
prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah
diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainya.

Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan permintaan konfirmasi bank
sangat penting dan kompleks: laporan bank atas pisah batas dan pengujian rekonsiliasi bank.

Permintaan atas Konfirmasi Bank

Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi dari
setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat
sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan konfrimasi, maka
auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien berkomunikasi dengan bank
untuk meminta mereka melengkapi dan mengembalikan konfirmasi kepada auditor, agar
memudahkan auditor maupun pihak bank yang diminta mengisi konfirmasi, di Amerika
Serikat, AICPA menyetujui penggunaan formulir bank standar.

Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank
mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir yang sama. Infromasi pada
wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal
pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan.

Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau
pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian bawah
formulir meminta bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang tidak
dimasukkan dalam konfirmasi dari bank yang memiliki informasi tersebut. Dampak dari
tanggung jawab yang terbatas ini dalah untuk mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan
kelngkapan atas saldo dan utang bank yang tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya,
bank tidak perlu menginformasikan kepada auditor mengenai persyaratan kredit, persyaratan
saldo kompensasi, atau kewajiban kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor
menginginkan konfirmasi tas jenis informasi ini, maka mereka harus mendapatkan
konfirmasi yang terpisah dari institusi keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang
dikonfirmasi oleh bank garus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank.
Sama halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke skedul audit
lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus
memeriksa selisihnya.

Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas

Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode tertentu dan pembatalan cek
terkait, duplikan slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank,
dikirimkan oleh bank ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk
memberikan verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun
dengan bukti yang tidak dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta
klien agar bank mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari
setelah tanggal neraca.

Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas tidak
diterima langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan klien
tidak memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan.
Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi
berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:

Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit.

Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan.

Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank pada
periode yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.

Pengujian Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan
pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan
apakah pihak klien sudah menyiapkan rekonsiliasi denga gati-hati dan melakukan verifikasi
apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada
setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya.

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah
batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi
meliputi beberapa prosedur:

Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.

Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke saldo per
bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.

Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke laporan bank
atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga jurnal pengeluaran kas
dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek yang dikliring bank setelah
tanggal neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan dalam daftar
cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas, maka seharusanya dianggap
cek beredar karena tidak dikliring di bank sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh
dimasukkan dalam rekonsiliasi bank.

Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar  yang
belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam pemeriksaan ini
harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam jurnal pengeluaran
kas. Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan jika auditor
khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk dalam saldo utang dagang
harus dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor tersebut sudah mengakui penerimaan
kas dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal
terakhir audit jika memang ada.

Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal tahun berikutnya.

Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi
biaya jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat yang didebet atau
dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis rekonsiliasi ini perlu di investigasi
untuk memastikan sudah diperlukan dengan benar oleh klien.
Bagi perusahaan atau instansi yang ingin melakukan audit, ada beberapa hal yang perlu
disiapkan oleh perusahaan sebelum diaudit yaitu:

a. Permanent File

– Salinan Akta Pendirian Perusahaan termasuk seluruh perubahannya (jika ada perubahan);

– Struktur Organisasi dan Job Description beserta Fotokopi SK Pengangkatan Direksi untuk
masa jabatan yang termasuk di tahun Perusahaan akan diaudit;

– Salinan Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

– Salinan Surat Keterangan Terdaftar NPWP dan PKP beserta kartu NPWP;

– Salinan Surat Izin Usaha Perusahaan;

– Salinan Tanda Daftar Perusahaan;

– Salinan Perjanjian – kontrak pekerjaan konstruksi dan distribusi serta sewa tahun;

– Kontrak/Surat-surat perjanjian penting lainnya;

– Perkiraan (Chart of Accounts);

– Salinan Standar Operasional Prosedur Perusahaan (SOP) dan Pedoman Akuntansi.

b. Current File

– Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi serta Arus Kas untuk tahun buku
periode Januari 20XX sampai dengan Desember 20XX;

– Neraca Percobaan (Trial Balance);

– Buku besar masing-masing perkiraan untuk periode-periode di atas;

– Bukti-bukti transaksi untuk periode-periode di atas, berupa voucher beserta bukti


pendukungnya;

– Rekening Koran Bank untuk periode-periode di atas;

– Daftar rekonsiliasi bank;


– Daftar Aktiva Tetap per periode-periode di atas serta perhitungan penyusutannya selama
periode-periode tersebut dengan disertakan fotokopi bukti kepemilikannya;

– Daftar Piutang per periode-periode di atas beserta alamat debiturnya dan umur piutangnya
(aging schedule)

– Daftar Utang per periode-periode di atas beserta alamat krediturnya;

– Dokumen-dokumen perpajakan (PPh 21) selama periode-periode di atas (SSP, SPT Masa
dan SPT Tahunan);

– Dokumen-dokumen perpajakan (PPh 23 dan PPh 26) selama periode-periode di atas (SSP,
SPT Masa, SPT Tahunan);

– Dokumen-dokumen perpajakan (PPN) selama periode-periode di atas (SSP, SPT Masa,


SPT Tahunan);

– Perincian Pendapatan untuk periode-periode di atas;

– Perincian Pendapatan dan Biaya Lain-lain dan Pendapatan/Biaya Luar Biasa untuk periode-
periode di atas;

– Perincian Pendapatan/ Biaya yang masih harus dibayar/ akan diterima;

– Laporan Hasil Audit bagian Pengawas Internal tahun buku 20XX (jika ada).

Selain data yang diminta dilengkapi, perusahaan juga harus memastikan bahwa setiap data
berupa rincian harus sinkron dengan laporan keuangan yang telah dibuat oleh perusahaan
karena itu akan berdampak pada opini yang akan diberikan oleh auditor.

 
4. Tahap Audit yang Harus Anda Ikuti

Ada beberapa tahap dari proses audit yang harus Anda ikuti. Mulai dari tahap perencanaan,
tahap analisa dan observasi, mendapatkan hasil, dan menyusun hasil evaluasi. Berikut
penjelasan dari masing-masing tahap:

a. Tahap Perencanaan

Ini adalah langkah awal dalam proses audit. Di tahap perencanaan, seorang auditor akan
mempelajari perusahaan yang akan diaudit, mulai dari sumber daya, di bidang apa
perusahaan tersebut bergerak, dan seluruh aktivitas perusahaan. Dari situ, seorang auditor
bisa menentukan jenis audit apa yang akan dipilihnya. Selain itu, auditor juga akan
mempertimbangkan segala risiko yang mungkin timbul dalam proses audit. Sebelum
melangkah ke proses selanjutnya, seorang audit perlu meminta persetujuan dari pihak
perusahaan.

b. Tahap Analisa dan Observasi

Setelah mendapat persetujuan dari pihak perusahaan, auditor akan mulai menguji semua
informasi dan data yang diperolehnya di lapangan, lalu menganalisisnya. Dalam melakukan
proses ini, harus ada pihak perusahaan yang bertugas mengawasi kinerja seorang auditor. Hal
ini dilakukan untuk menghindari kecurangan dan bertujuan agar hasil pengujian data dan
informasi yang ada bersifat objektif serta tepat sasaran. Di tahap ini pula seorang auditor akan
melakukan pemetaan tentang masalah yang mungkin muncul dari proses observasi tersebut,
yang mana semua ini dikaitkan dengan informasi yang ia dapat sebelumnya dan juga pihak-
pihak luar yang sekiranya terlibat dalam proses pendanaan perusahaan.

c. Mendapatkan Hasil

Setelah melakukan observasi dan segala pemetaan masalah yang kemungkinan terjadi, kini
saatnya auditor memeriksa risiko material dari perusahaan. Auditor akan menganalisis hasil
yang didapatnya dari lapangan. Dari sini akan terlihat jika ada kesalahan dari laporan
keuangan perusahaan dan juga kerugian yang dialami oleh perusahaan. Selanjutnya, auditor
akan mengklarifikasi ulang. Jika perusahaan yang diaudit adalah perusahaan besar, maka
seorang auditor saja tidak cukup. Harus berupa tim karena semakin besar perusahaan maka
akan semakin besar pula risiko penyimpangan keuangan. Sebelum mengambil kesimpulan,
seorang auditor akan mencocokkan hasilnya dengan auditor yang lain. Jika auditor lainnya
juga menemukan kesalahan keuangan yang sama, maka dipastikan ada yang tidak beres
dengan kondisi keuangan perusahaan. Untuk itu, tim auditor akan melakukan pemeriksaan
lanjutan secara lebih mendalam.

d. Menyusun Hasil Evaluasi

Setelah semua di cek dan mendapat kesimpulan, maka langkah selanjutnya yang dilakukan
oleh auditor adalah menyusun hasil evaluasi berupa laporan. Laporan ini akan diserahkan ke
pihak perusahaan yang menunjuk auditor tersebut. Di dalam laporan tersebut, auditor juga
harus menulis rekomendasi perkembangan yang mungkin bisa dicapai. Ini adalah langkah
terakhir dari seluruh proses audit.
Untuk melakukan audit, Anda atau perusahaan harus menyiapkan beberapa hal, diantaranya
seperti:

Uang

Audit dilakukan oleh pihak independen. Pihak independen yang dimaksud adalah auditor dari
kantor akuntan publik. Untuk menggunakan jasa mereka tentu saja Anda atau pun perusahaan
harus memberikan bayaran berupa uang. Oleh karena itu, Anda perlu menyiapkan uang
sebagai biaya pembayaran jasa auditor.

Bukti

Bukti audit merupakan semua informasi yang mendukung baik berupa angka, data atau
informasi lainnya yang terjadi dalam bentuk laporan keuangan. Bukti audit merupakan hal
penting dalam proses audit karena bukti audit ini memiliki banyak pengaruh terhadap opini
audit yang akan dihasilkan. Konrath (2002), membagi bukti audit ke dalam enam jenis.
Adapun 6 jenis bukti tersebut sebagai berikut:

Bukti Fisik

Bukti fisik merupakan bukti yang  terlihat, dapat dihitung, diamati, dan dinspeksi. Sehingga
bukti fisik memiliki sifat faktual dimana ia dapat memberikan dukungan untuk tujuan audit
keberadaan (existence). Beberapa bukti yang dikategorikan dalam bukti fisik yakni
pemeriksaan fisik, observasi, dan reperformance.

Bukti Dokumen

Bukti dokumen merupakan salah satu bukti penting dalam proses audit. Sehingga Anda harus
menyiapkan banyak dokumen dalam proses audit karena auditor akan melakukan
pemeriksaan atas dokumen dan catatan klien. Bukti dokumen ini dapat berwujud seperti
kertas, elektronik, atau yang lainnya. Bukti dokumen juga dibagi menjadi dua, yaitu dokumen
internal dan dokumen eksternal.

Bukti Konfirmasi

Konfirmasi merupakan kegiatan untuk memperoleh tanggapan langsung tertulis dari pihak
ketiga yang memberikan verifikasi atas akurasi informasi yang diminta oleh auditor.
Konfrimasi ini ada dua macam, positif dan negatif. Konfirmasi positif artinya pihak ketiga
harus membalas atau menuliskan data atau informasi yang diminta oleh auditor. Sementara
konfirmasi negatif yaitu pihak ketiga tidak perlu membalas jika informasi yang perlu
dikonfirmasi sudah benar tetapi jika salah pihak ketiga wajib untuk membalas dengan
menuliskan data atau informasi yang benar.

Bukti Matematis

Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung.
Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bukti matematis seperti perhitungan, rekalkulasi
(perhitungan ulang) dan rekonsiliasi.

Bukti Analitis

Menurut AICPA Professional Standards, prosedur bukti audit analitis merupakan pengujian
substantif dari informasi keuangan dengan cara melakukan studi dan perbandingan hubungan
antar data. Bukti analitis ini yang lebih dikenal dengan istilah prosedur analitis, dimana ia
digunakan pada tahap perencanaan dan penyelesaian audit.

Bukti Keterangan

Bukti keterangan atau inquiries of the client adalah cara memperoleh informasi baik tulis
maupun lisan sebagai tanggapan atas pertanyaan auditor.

Laporan keuangan

Hal penting lain yang perlu Anda siapkan dalam audit adalah laporan keuangan. ya tentu saja,
untuk mengaudit harus ada laporan keuangan karena audit sendiri memeriksa laporan
keuangan perusahaan bersangkutan. Jadi jika Anda atau perusahaan Anda akan melakukan
audit, jangan lupa untuk mempersiapkan laporan keuangan.
Tahapan Audit Laporan Keuangan

Adapun tahapan-tahapan audit laporan keuangan sebagai berikut:

Penerimaan Perikatan Audit

Perikatan merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal audit maka kedua
belah pihak ini adalah pihak auditor dan perusahaan yang biasanya diwakili oleh manajemen.
Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang harus dibuat dan
disetujui bersama. Bentuk perikatan ini dalam bentuk surat perikatan audit.

Perencanaan Proses Audit

Selanjutnya yaitu merencanakan proses audit. Untuk membuat perencanaan audit, seorang
auditor harus melakukan beberapa kegiatan seperti memahami bisnis dan industri klien;
melakukan prosedur analitik; menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko
bawaan; memahami sturktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian;
mengembangkan rencana audit dan program audit.

Pelaksanaan Pengujian Audit

Setelah membuat perencanaan audit maka saatnya melaksanakan pengujian audit. Pada tahap
ini, auditor akan melakukan pengujian analitis, pengujian, pengendalian, dan pengujian
substantif.

Pelaporan Audit

Tahap terakhir yaitu pelaporan audit. Laporan audit adalah hasil dari pekerjaan audit yang
telah dikerjakan. Laporan audit biasanya mencakup jenis atau jasa yang diberikan, objek yang
diaudit, lingkup audit, tujuan audit, hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada
kekurangan, dan informasi lainnya.

 langkah ini dilakukan oleh auditor eksternal yang akan melakukan audit kepada perusahaan,
ada enam langkah dalam proses audit secara ringkas seperti :

1. Mencari dokumen yang dibutuhkan

Langkah pertama dalam proses audit yaitu pihak auditor akan mendatangi klien untuk
meminta beberapa dokumen bersinggungan dengan proses audit. Auditor yang profesional
sudah pasti sudah akan mengirimkan beberapa daftar dokumen yang akan dia audit.
Ada beberapa dokumen wajib yang dibutuhkan dalam proses audit seperti dokumen rekening
koran, buku besar dan nota keuangan. Auditor juga akan meminta bagan organisasi klien
bersama dengan daftar nama dewan dan petinggi komite terkait.

2. Persiapan audit

Para auditor akan memeriksa beberapa informasi yang ada di dalam dokumen yang
dibutuhkan dan akan merencanakan bagaimana tata cara proses audit. Para auditor akan
mengadakan workshop resiko yang disusun oleh tim audit sebagai persiapan dalam
melakukan audit perusahaan.

Dalam workshop resiko dilakukan oleh tim audit untuk mengetahui berbagai masalah yang
akan hadir saat proses audit dilakukan. Setelah workshop resiko dilakukan lalu auditor akan
menyusun acara audit sesuai workshop yang dilakukan tim audit.

3. Membuat rencana rapat terbuka

Auditor perlu untuk menggelar rapat terbuka supaya kejelasan proses audit bisa dipahami
para pegawai perusahaan. Auditor bisa mengundang manajeman senior, staf administrasi
utama dan general affair. Dalam rapat terbuka tersebut auditor akan menjelaskan proses audit
tersebut, bagaimana lama waktunya dan masalah lain pada saat melakukan proses audit.

setiap kepala bagian di wajibkan untuk memberitahu staf bawahannya tebtang adanya
wawancara dengan pihak auditor.

4. Kerja di lapangan

Auditor mengambil informasi yang dapat diserap pada gelaran rapat terbuka dan
menggunakannya di rencana audit.kerja di lapangan dilaksanakan setelah berkomunikasi
dengan para anggota staf dan akan meninjau tata cara dan proses audit tersebut.

Auditor akan menguji ketaatan klie terhadap pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai
dengan PSAK. Kontrol di dalam akan terus disempurnakan untuk memastikan bahwa auditor
tersebut benar-benar menjalankan tugasnya. Auditor bisa bertukar pikiran pada suatu problem
saat beberapa masalah di hadapi kliennya supaya mendapatkan timbal balik.

5. Menyusun laporan
Auditor menyusun laporan audit yang berisi temuan-temuan masalah saat proses audit
tersebut. Dalam laporan tersebut auditor akan merangkum segala kelalaian berupa temuan
material dan non material dan temuan lainya.

Auditor akan menulis komentar bersinggungan dengan temuan audit dan menyerahkan
solusinya kepada kliennya. Setelah prose berakhir lalu auditor akan menggelar rapat
penutupan untuk mendiskusikan berbagai problem dalam proses audit perusahaan lalu
memberikan solusi kebaikan untuk berbagai masalah perusahaan.
Kas yang disajikan dalam neraca terdiri atas kas yang berada dalam perusahaan
yaitu kas yang belum disetor ke bank serta saldo dana kas kecil.

Prinsip Akuntansi yang Berlaku dalam Penyajian Neraca


 Kas yang disajikan di neraca merupakan saldo kas perusahaan pada tanggal
tersebut dan saldo rekening giro bank. Serta dalam pengambilannya tidak terbatas.
 Kas yang merupakan valuta asing disajikan sesuai dengan nilai kursnya
yang berlaku.
 Tabungan di bank, dana perluasan pabrik, dana pelunasan hutang, saldo
bank minimum yang menjadi syarat bank dalam perjanjian penarikan kredit, saldo
bank luar negeri yang tidak digunakan untuk bisnis luar negeri dan tidak dapat
segera diubah ke dalam rupiah karena suatu batasan, serta persekot biaya
perjalanan atau persekot lain kepada karyawan, jika jumlahnya material maka
unsur-unsur tersebut harus disajikan dengan terpisah dari unsur kas di neraca.

Tujuan Pengujian Subtantif terhadap Saldo Kas


 Untuk mendapatkan keyakinan kebenaran catatan akuntansi yang
berhubungan dengan kas, yaitu dengan cara auditor merekonsiliasi saldo kas di
neraca dengan saldo kas di dalam buku besar dan ke jurnal pengeluaran kas serta
jurnal penerimaan kas.
 Untuk membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan kas yang dicantumkan di neraca, yaitu dengan melakukan
pengujian subtantif diantaranya pengujian analitik, memeriksa bukti pendukung
yang mempunyai keterkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan kas, menghitung
kas yang dimiliki pada tanggal neraca, merekonsiliasi catatan kas dengan rekening
koran bank, serta konfirmasi kas yang berada di bank.
 Untuk membuktikan asersi kelengkapan kas di neraca, yaitu dengan
melakukan pengujian subtantif diantaranya pengujian analitik, memeriksa bukti
pendukung yang mempunyai keterkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan kas,
menghitung kas yang dimiliki pada tanggal neraca, merekonsiliasi catatan kas
dengan rekening koran bank, serta konfirmasi kas yang berada di bank.
 Untuk membuktikan hak kepemilikan klien atas kas di neraca, yaitu dengan
melakukan pengujian subtantif diantaranya memeriksa bukti pendukung yang
mempunyai keterkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan kas, menghitung kas
yang dimiliki pada tanggal neraca, serta konfirmasi kas yang berada di bank.
 Untuk membuktikan kewajaran penilaian kas yang disajikan di neraca, yaitu
dengan melakukan pengujian subtantif diantaranya dengan melakukan prosedur
audit awal, pengujian analitik, memeriksa bukti pendukung yang mempunyai
keterkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan kas, menghitung kas yang dimiliki
pada tanggal neraca, serta konfirmasi kas yang berada di bank.
 Untuk membuktikan kewajaran penyajian kas dan pengungkapannya di
neraca, yaitu dengan memeriksa jawaban konfirmasi dari bank tentang batasan
pemakaian rekening tertentu dari klien di bank dan membandingkan penyajian dan
pengungkapan kas di neraca yang diaudit oleh auditor dengan prinsip akuntansi
yang berlaku secara umum.

Progam Pengujian Subtantif terhadap Kas


Prosedur Audit Awal

 Di dalam prosedur audit awal, hal-hal yang dilakukan auditor diantaranya:


 Mengusut saldo kas yang dicantumkan di neraca dengan saldo kas di dalam
buku besar. Saldo kas yang disajikan di neraca diusut ke dalam akun buku besar
diantaranya kas (rekening giro di bank), kas dalam perjalanan (penerimaan kas
yang belum disetorkan ke bank pada tanggal pembuatan laporan keuangan), dana
kas kecil (sisa uang tunai yang dipegang pemegang dana kas kecil).
 Menghitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar. Perhitungannya
dengan menambah saldo awal dengan jumlah pada sisi debit dan mengurangi
dengan jumlah kreditnya pada akun yang bersangkutan.
 Mengusut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun
lalu memberikan informasi koreksi audit tahun lalu, sehingga dapat digunakan
auditor untuk melakukan evaluasi tindak lanjut yang telah dilakukan klien dalam
memberikan tanggapan yang diajukan auditor.
 Melihat kembali mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Kas. Untuk menemukan ketidakberesan transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas.
 Mengusut posting pendebitan dan pengkreditan akun Kas ke dalam jurnal
penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Hal itu untuk memperoleh keyakinan
mutasi penambahan dan pengurangan kas dari jurnal.

Prosedur Analitik

Auditor melaksankan prosedur analitik untuk memahami bisnis klien dan


menemukan bidang yang memerlukan pengauditan yang lebih intensif. Sehingga
auditor harus menghitung ratio kas dengan aktiva lancar dengan rumus saldo
piutang usaha ditambah aktiva lancar. Ratio yang telah dihitung kemudian
dilakukan pembandingan dengan harapan auditor. Selain itu, auditor juga harus
membandingkan saldo Kas di neraca dengan saldo Kas akhir tahun lalu, sehingga
auditor dapat mengungkap peristiwa maupun transaksi tidak biasa, fluktuasi acak,
perubahan usaha, perubahan akuntansi, serta salah saji.

Pengujian Transaksi Rinci


 Verifiasi pisah batas (Cutoff) untuk membuktikan klien menggunakan pisah
batas yang konsisten untuk memperhitungkan transaksi pengeluaran dan
penerimaan kas tahun yang diperiksa dibanding tahun sebelumnya atau adanya
ketidak konsistenan. Pengujian pisah batas transaksi kas, yaitu dengan:
 Melakukan rekonsiliasi saldo kas cutoff bank statementdengan saldo kas
catatan klien.
 Melakukan pengusutan setoran dalam perjalanan pada tanggal neraca ke
dalam cutoff bank statement.
 Melakukan pemeriksaan tanggal cek yang beredar pada tanggal neraca.
 Melakukan pemeriksaan cek kosong dalam cutoff bank statement.
 Melakukan pemeriksaan semua cek di dalam cutoff bank statementtentang
hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca.
 Membuat daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal
neraca untuk menemukan kemungkinan Check Kitting.
 Check Kittingmempunyai fungsi untuk menutupi penggunaan kas
perusahaan dengan melakukan transfer rekening dari bank satu ke rekening bank
yang dananya digelapkan saat bank-bank tersebut menyiapkan rekening koran
bank.
 Membuat dan mengalisis rekonsiliasi bank empat kolom, yaitu untuk
membuktikan kebenaran saldo kas yang berada di bank.
 Memeriksa kemungkinan peggelapan kas dengan cara lapping penerimaan
dan pengeluran kas. Lappingdilakukan dengan menunda pencatatan penerimaan
kas yang bertujuan agar uang yang diterima perusahaan dapat dipakai untuk
kepentingan pribadi pihak yang bersangkutan.

Pengujian terhadap Akun Rinci

 Menghitung kas yang ada di tangan klien. Penghitungan kas dengan


serentak yang berupa penerimaan kas yang belum disetor ke bank dan dana kas
kecil. Selain itu, juga menghitung secara fisik surat-surat berharga yang mudah
dijadikan uang tunai untuk menghindari kecurangan kas dengan cara menjual surat
berharga. Dalam melakukan peghitungan, auditor harus memahami berbagai hal
diantaranya, penghitungan kas dilakukan auditor di depan pejabat yang
mempunyai tanggungjawab penyimpanan kas, hasil penghitungan kas dicatat
dalam Berita Acara Penghitungan Kas yang ditandatangani pejabat yang
mempunyai tanggungjawab atas penyimpanan kas sebagai tanda telah disetujuinya
jumlah kas seperti yang dihitunng auditor serta penerimaan kembali jumlah kas
yang dihitung sesuai yang tercantum di dalam berita acara, dan yang selanjutnya
yaitu mengenai unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam kas saat perhitungan
yaitu cek mundur, kas bon, perangko dan materai.
 Merekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening koran bank yang
bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan auditor dengan membuat atau meminta klien
pada tanggal neraca membuat rekonsiliasi bank, dan mengirim konfirmasi saldo
kas di bank pada tanggal neraca. Dalam meminta rekonsiliasi, prosedur audit yang
dilaksanaka auditor diantaranya dengan membandingkan saldo awal dan akhir kas
catatan klien di dalam rekonsiliasi bank dengan saldo awal dan saldo akhir di akun
Kas, membandingkan saldo awal dan akhir kas sesuai bank di dalam rekonsiliasi
bank dengan saldo awal dan saldo akhir di rekening koran bank, membandingan
jumlah penyetoran kas ke bank sesuai jurnal penerimaan kas dengan penrimaan
setoran oleh bank di rekening koran bank, membandingkan cek klien sesuai jurnal
pengeluaran kas dengan cek yang telah dibayar bank di dalam rekening koran
bank, serta melakukan pengusutan biaya administrasi bank yang dicatat dalam
rekonsiliasi bank ke rekening koran bank.
 Melakukan konfirmasi saldo kas di bank, yaitu dengan auditor mengirimkan
surat konfirmasi ke bank klien. Informasi dari konfirmasi tersebut berupa saldo
hutang bersyarat yang menjadi kewajiban klien, batasan-batasan yang dikenakan
pada rekening bank klien, saldo tiap jenis rekening klien di bank pada tanggal
neraca, serta saldo tiap jenis hutang klien ke bank pada tanggal neraca beserta
tanggal jatuh tempo, jenis jaminan yang bersangkutan dengan hutang, bunga.
 Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran
bank, yaitu dengan melakukan pengusutan dalam penguangan cek ke rekening
koran bank yang diterima klien setelah tanggal neraca.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Kas

 Memeriksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan


atas pemakaian rekening tertentu klien di bank, dari jawaban konfirmasi tersebut
dapat diperoleh batasan-batasan yang dikenakan bank atas pengunaan rekening
bank klien.
 Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan
kas klien, sehingga dalam penyajian suatu unsur dapat ditetapkan di dalam kas,
disajikan secara tersendiri dalam aktiva lancar, atau disajikan secara terpisah dalam
aktiva tidak lancar.

Anda mungkin juga menyukai