Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Dosen :
Khoirun Nisa, MA. Pol.

Disusun oleh:
Muhammad Haikal Kamil Saputro (11191130000073)
Itsnaini Rizal Habibie (11191130000081)
Aprillia Nadyfa (11191130000089)
Anggita Ananda Syafitri (11191130000101)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Tak lupa juga kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Khoirun Nisa,
MA.Pol. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Makalah ini kami buat dalam rangka memperdalam pemahaman kami dan teman-
teman mahasiswa lainnya tentang hak dan kewajiban warga negara, dengan harapan agar para
mahasiswa dapat memahami dapat menerapkannya dengan baik dan benar. Makalah ini juga
kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini untuk
perbaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi kami sendiri.

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan
Masalah................................................................................................. 1
1.3. Literature
Review................................................................................................. 2
1.4. Tujuan
Kepenulisan.............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara.................................................... 5
2.2. Karakteristik Warga Negara Yang
Demokratis.................................................... 5
2.3. Hak dan Kewajiban Warga
Negara....................................................................... 7
2.4. Studi
Kasus........................................................................................................... 10
2.5. Studi Kasus Hubungan
Internasional................................................................... 12
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hak dan kewajiban adalah dua hal yang pasti dimiliki tiap individu. Hak dan
kewajiban adalah dua hal yang tidak bisa terpisah satu sama lain. Keduanya saling berkaitan
dan hak dan kewajiban harus dijalankan secara seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menjadi warga negara pun seorang individu juga memiliki hak dan kewajibannya.
Hak sendiri adalah segala sesuatu yang mutlak didapatkan seseorang sejak masih dalam
kandungan. Sedangkan kewajiban adalah suatu hal yang harus dilakukan seseorang sebagai
anggota warga negara. Negara bersama dengan pemerintah mempunyai hak dan kewajiban
bagi warga negaranya. Rakyat sebagai warga negara dari suatu negara berhak mendapatkan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Negara dan rakyat dalam menjalankan hak dan
kewajibannya bersama-sama menerapkan dan menjalankan hak dan kewajiban warga negara
ini.
Pelaksanaan hak dan kewajiban seorang warga negara memiliki peran penting dalam
membangun kehidupan masyarakat suatu negara yang sejahtera. Namun, sering kali hak dan
kewajiban seseorang sebagai warga negara sering diabaikan atau diacuhkan, baik dari
individunya sendiri maupun dari pemerintah. Banyak sekali masyarakat yang melanggar
kewajibannya sebagai warga negara entah tidak perduli atau memang mereka tidak tahu apa
saja hak dan kewajibannya sebagai warga negara, begitu juga pemerintah yang sering kali
melenceng dalam menjalankan hak bagi warga negara. Seperti kemiskinan yang masih
menimpa sebagian masyarakat Indonesia, anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan
yang layak, pelanggaran lalu lintas, kurangnya kesadaran membayar pajak, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui hak dan kewajiban kita sebagai warga negara
dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya, begitu juga dengan negara/pemerintah. Serta
melaksanakan hak dan kewajiban warga negara dengan seimbang agar tidak terjadinya
kesenjangan sosial dan kita dapat bersama-sama membangun kehidupan masyarakat yang
sejahtera.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban warga negara?

1
2. Apa saja karakteristik warga negara yang demokratis?
3. Apa saja hak dan kewajiban dari warga negara?

1.3. Literature Review


Dari literature review tentang hak dan kewajiban warga negara, kami telah
melakukan bacaan singkat tentang bahasan ini melalui 2 jurnal yang di dalamnya
berisi tentang pembahasan yang rinci tentang tema ini.
Jurnal yang pertama adalah jurnal yang ditulis oleh Rusydi Sulaiman dengan
judul “NKRI dan Penguatan Pendidikan: Tinjauan Hak dan Kewajiban Warga
Negara”. Dalam jurnal ini penulis membahas tentang hak warga negara dalam
mendapatkan pendidikan. Peran pemuda dalam bidang pendidikan sudah dijalankan
sejak zaman penjajahan dapat dibuktikan dalam ulasan sejarah Indonesia yang
diajarkan di sekolah seperti, adanya perhimpunan Indonesia di Belanda (1906), Boedi
Otomo (1908) dan gerakan organisasi lainnya. Penulis menjelaskan bagaimana warga
negara harus mendapatkan haknya dalam mendapatkan pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia. Pendidikan sangat dibutuhkan
oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat
mereka berada. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang lahir lewat
UU No. 20 Tahun 2003 secara tersurat telah disebutkan dengan jelas posisi warga
negara, orangtua, dan pemerintah. Ketiganya memiliki posisi dan fungsi masing-
masing. Pemerintah berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Artinya segala
yang terkait dengan pendidikan harus diusahakan oleh pemerintah.
Dalam jurnal ini, penulis juga menjelaskan bahwa aspek pendidikan bisa
menjadi langkah peradaban, karena pendidikan merupakan salah satu upaya untuk
mengembalikan fungsi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan,
kebodohan, sampai ketertinggalan. Dengan itu, pendidikan seharusnya dipandang
sebagai alat pencerahan bagi kehidupan umat manusia. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan akan membangun peradaban baru yang sesungguhnya. Dalam jurnal ini,
juga penulis menjelaskan bahwa harus ada beberapa terobosan yang dilakukan dalam
proses penguatan pendidikan di Indonesia. Strategi dasar meliputi empat strategi
dasar, yakni pertama, pemetaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Kedua,
relevansi pendidikan. Ketiga, peningkatan kualitas pendidikan. Dan keempat, efisiensi
pendidikan. Disamping itu juga dalam peningkatan mutu diharapkan dapat memberi

2
peningkatan atas dasar efisiensi, efektivitas, dan juga produktivitas pendidikan itu
sendiri.

2
Jurnal kedua adalah jurnal yang ditulis oleh Shabrina Anwar dengan judul
“Pengaruh Globalisasi Terhadap Pengaruh Hak dan Kewajiban Warga Negara”.
Dalam jurnal ini penulis menjelaskan bahwa beberapa hak dan kewajiban warga
negara di era ini, walaupun telah di atur secara jelas dalam UUD 1945, namun dalam
pelaksanaannya sudah dipengaruhi oleh globalisasi. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya pergeseran pemahaman dalam memaknai hak dan kewajiban warga negara
yang tertera dalam UUD 1945. Pertama terdapat pada pasal 27 ayat (1) yang berbunyi
“Menetapkan hak warga negara yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta
kewajiban untuk menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan”. Penerapan pasal
ini pun terbukti di tahun 2009 melalui kasus nenek Minah yang didakwa sebagai
pencuri 3 buah kakao milik PT. RSA. Walaupun sudah tua renta, nenek Minah yang
mecuri 3 buah kakao ini harus tetap menjalani proses hukuman berupa kurungan
selama 1,5 bulan. Ironisnya, penerapan yang benar tersebut hanya berlaku bagi
kasus-kasus kecil seperti kasus nenek Minah. Penerapan hukum yang bergeser
tersebut timbul akibat adanya globalisasi yang menampilkan berbagai model
perpolitikan di mancanegara.
Pasal kedua adalah Pasal 28 yang menetapkan hak kemerdekaan warga negara
untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Penulis
menjelaskan dalam pelaksanaannya banyak pemikiran-pemikiran yang disampaikan
oleh warga negara justru menonjolkan kelompoknya sendiri. Dengan demikian akan
terjadi tumpang tindih informasi yang berakibat membingungkan bagi warga lainnya.
Tak jarang pemerintah pun mendalangi penyebaran informasi di berbagai media,
salah satunya saluran televisi. Mudahnya penyebaran informasi adalah salah satu
pengaruh globalisasi dalam bidang IPTEK yang sebenarnya dapat membawa manfaat.
Namun dengan adanya berbagai macam pemahaman dari luar yang tidak sesuai
dengan landasan hukum Indonesia, kemudahan tersebut disalahgunakan. Akibatnya,
penyebaran informasi tak terbendung. Entah informasi tersebut benar atau salah,
keduanya dapat ditemukan di berbagai media hari ini.

1.4. Tujuan Kepenulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
pengertian dan apa saja hak dan kewajiban seseorang sebagai warga negara. Dan juga
mengetahui bagaimana karakteristik warga negara yang demokratis. Selain itu juga
untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

3
memiliki kemauan dan kesadaran dalam membayar pajak sebagai pelaksanaan dari
kewajiban warga negara, dan juga memahami tentang hak kita sebagai warga negara
dalam memperoleh kehidupan yang layak dan terhindar dari kemiskinan.

3
Dengan itu, semoga kita dapat sadar dan menjalankan hak dan kewajiban kita
sebagai warga negara sebaik mungkin, salah satunya dalam membayar pajak dan
bersama-sama menanggulangi kemiskinan yang terjadi di masyarakat Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melalui oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain mana
pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Dari pengertian lain, hak
adalah bisa berarti sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Sedangkan kewajiban berasal dari kata wajib, yang artinya beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melalui oleh pihak tertentu.
Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan.1
Dengan itu, hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga
negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, hak
warga negara merupakan suatu keistimewaan yang menghendaki agar warga negara
diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut. Adapun kewajiban warga negara adalah suatu
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga negara dapat diartikan pula sebagai suatu sikap
atau tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan yang
ada pada warga lainnya. Warga negara merupakan anggota negara yang mempunyai
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Maka dengan
adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negaranya begitu pun sebaliknya,
merupakan sesuatu yang niscaya ada.2

2.2. Karakteristik Warga Negara Demokratis


Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, maka
setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis juga. Ada
beberapa karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai warga yang demokrat. Yakni
antara lain:3

1
K.H. Saidurrahman dan H. Arifinsyah, Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga Mati (Jakarta: Kencana,
2018), hal. 101.
2
K.H. Saidurrahman dan H. Arifinsyah. Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga Mati (Jakarta: Kencana,
2018), hal. 102.
3
Boyke Ricardo, ”Karakteristik Warga Negara Yang Demokratis,” artikel diakses pada 26 Maret 2020 dari
http://boykericardo.blogspot.com/2012/04/karakteristik-warga-negara-yang.html

5
1) Rasa Hormat dan Tanggung Jawab
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap
sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat
Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan
ideologi politik. Selain itu, seorang warga negara juga dituntut untuk turut
bertanggung jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan
dan ketertiban negara yang berdiri diatas pluralitas tersebut.
2) Bersikap Kritis
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap
kenyataan empiris (realitas soaial, budaya, dan politik) maupun terhadap
kenyataan supra empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga harus
ditunjukkan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap
kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung
oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang harus dikritisi.
3) Membuka Diskusi dan Dialog
Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas empirik
yang pasti terjadi ditengah komunitas warga negara, apalagi ditengah komunitas
masyarakat yang plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasikan konflik yang
ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka membuka ruang untuk berdikusi dan
berdialog merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan.
4) Bersifat Terbuka
Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama
manusia, termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru
serta pada hal-hal yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas
kesadaran akan pluralisme dan keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan
untuk menahan diri dan tidak secepatnya menjatuhkan penilaian dan pilihan.
5) Rasional
Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yang harus dilakukan.
Keputusan-keputusan yang diambil secara rasional akan mengantarkan sikap yang
logis yang ditampilkan oleh warga negara. Sementara, sikap dan keputusan yang
diambil secara tidak rasional akan membawa implikasi emosional dan cenderung
egois. Masalah-masalah yang terjadi di lingkungan warga sebaiknya dilakukan
dengan keputusan-keputusan yang rasional.

6
6) Jujur
Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu yang
mutlak. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan
keharmonisan hubungan antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan disegala
sektor, baik politik, sosial, dan sebagainya. Kejujuran politik adalah bahwa,
kesejahteraan warga negara merupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu
kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi. Ketidakjujuran politik
adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri atau mencari
keuntungan demi partainya, karena partai itu penting bagi kedudukannya.

2.3. Hak dan Kewajiban Warga Negara


Status warga negara yang diperoleh seseorang dari negara mengakibatkan
adanya hak dan kewajiban. Hak yang dimaksud adalah sesuatu yang harus diperoleh
oleh warga negara setelah melaksanakan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya
sebagai warga negara. Hak dan kewajiban warga negara ditetapkan dalam UUD 1945
dalam pasal 27 sampai pasal 34. Berikut dijelaskan beberapa hak dan kewajiban
tersebut:4
a) Hak Warga Negara dari Negara
1) Hak kesamaan kedudukan dihadapkan hukum dan pemerintahan.
Tercantum dalam Pasal 27 ayat (1), yaitu “tiap-tiap warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
2) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,
tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, yaitu “tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.”
3) Hak berpendapat/kemerdekaan berserikat dan berkumpul, tercantum dalam
Pasal 28 UUD 1945, yaitu “kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan, dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang.”
4) Kemerdekaan dalam memeluk agama tercantum dalam Pasal 29 ayat (1)
dan (2) UUD 1945, yaitu pada ayat (1) “negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya pada ayat (2) menyatakan
4
Sulaiman MA. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, (Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2016),
hal. 54.

7
“negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.”
5) Hak dan kewajiban membela negara, tercantum dalam Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945, yaitu “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.”
6) Hak mendapatkan pengajaran/pendidikan tercantum dalam Pasal 31 ayat
(1) dan (2), yaitu pada ayat (1) “tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.” Dan ayat (2) menyatakan “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
undang-undang.”
7) Hak mengembangkan kebudayaan Nasional Indonesia, tercantum dalam
Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, yaitu “pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
8) Hak atas kesejahteraan sosial, tercantum dalam Pasal 33 terdiri dari ayat
(1), (2), dan (3), yaitu pada ayat (1) “perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” Pada ayat (2) “cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.” Dan pada ayat (3) menyatakan “bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
9) Hak untuk mendapatkan keadilan sosial, tercantum dalam Pasal 34 UUD
1945, yaitu “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.”
b) Kewajiban Warga Negara Terhadap Negara
1) Kewajiban menaati hukum dan pemerintah, tercantum dalam Pasal 27 ayat
(1) UUD 1945, yaitu “tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
2) Kewajiban membela negara, tercantum dalam Pasal 27 ayat (3), yaitu
“setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.”

8
3) Kewajiban menghormati hak asasi manusia orang lain, tercantum dalam
Pasal 28J ayat (1) mengatakan, yaitu “setiap orang wajib menghormati hak
asasi manusia orang lain”.
4) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis Pasal 28J ayat (2)
UUD 1945.
5) Kewajiban usaha pertahanan dan keamanan negara, tercantum dalam
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. Menyatakan: “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
c) Hak dan Kewajiban Negara Terhadap Warga Negara
Selain hak dan kewajiban warga negara terhadap negara terdapat pula kewajiban
negara terhadap warga negara. Srijanti dalam bukunya menjelaskan, hak dan
kewajiban negara adalah menggambar apa yang seharusnya diterima dan dilakukan
oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin kelangsungan
kehidupan negara serta tercapainya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana
termaktub dalam pembukaan UUD 1945.5
Hak negara atau pemerintah adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan peraturan dan Undang-Undang yang dapat mewujudkan
ketertiban dan keamanan bagi seluruh rakyat.
2) Melakukan monopoli terhadap sumber daya yang menguasai hajat hidup
orang banyak.
Kewajiban negara atau pemerintah sebagaimana tersebut dalam tujuan negara
dalam pembukaan UUD 1945 (point a, b, c, dan d) dan kewajiban negara menurut
undang-undang serta UUD meliputi:
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.

5
Sulaiman MA. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, (Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2016),
hal. 56.

9
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia beradasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Selanjutnya sehubungan dengan hak dan kewajiban negara terhadap warga negara,
menurut Winarno adalah sebagai berikut:6
1) Hak negara untuk ditaati hukum.
2) Hak negara untuk dibela.
3) Hak negara untuk menguasai bumi air dan kekayaan untuk kepentingan
rakyat.
4) Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil.
5) Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara.
6) Kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional
untuk rakyat.
7) Kewajiban negara memberikan jaminan sosial.
8) Kewajiban negara memberikan kebebasan beribadah.
Warga negara Indonesia wajib untuk menjalankan hak dan kewajiban negara
dalam pelestarian lingkungan agar kita senantiasa selalu bisa menikmati
keindahan dan keanekaragaman lingkungan Indonesia. Dan juga sebagai
masyarakat yang menghormati NKRI, kita sebagai masyarakat harus sadar akan
hak dan kewajiban kita sebagai warga Indonesia.

2.4. Studi Kasus


Studi kasus di lingkungan tentang hak dan kewajiban warga negara yang kami ambil
adalah bahasan tentang kemiskinan di Indonesia sebagai upaya dari pemenuhan hak warga
negara atas hak pangan dan bahasan tentang kewajiban warga negara dalam membayar pajak
yang kami lihat masih banyak permasalahan atas salah satu hak dan kewajiban warga negara
ini.
Masalah besar yang dialami negara berkembang dan yang tidak ada habisnya adalah
tentang kemiskinan. Kemiskinan bukan hanya keadaan dimana seseorang memiliki krisis
dalam ekonominya tetapi kemiskinan juga merupakan masalah dalam pemenuhan hak-hak
dasar dalam suatu kelompok atau seseorang dalam kehidupannya. Hak-hak dasar itu ialah
terpenuhinya kebutuhan atas pangan, pendidikan, tempat tinggal, air bersih, dan lain
sebagainya. Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

6
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 57.

10
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, tempat tinggal, dan juga
biaya atas kesehatan.
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari 30 ribu per
hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam dan Kamboja
digabungkan. Indonesia memang telah mencapai hasil yang memuaskan dalam menurunkan
tingkat kemiskinan sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil mengurangi efek dari krisis.
Tetapi Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar dalam upaya mengangkat
sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan, yaitu; 1) mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Berkurangnya
penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena membaiknya stabilitas ekonomi dan
turunnya harga bahan makanan. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi,
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi merupakan suatu keharusan; 2) Peningkatan
pelayanan sosial bagi rakyat miskin. Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam
bidang pelayanan sosial, peningkatan dalam efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan
sosial, seperti pemberian jaminan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu; 3) perlidungan
bagi rakyat miskin. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Hampir
40% dari penduduk hidup, hanya sedikit di atas garis kemiskinan nasional dan mempunyai
pendapatan kurang dari 30 ribu per hari. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan menyediakan
program perlindungan sosial yang lebih bermanfaat bagi penduduk miskin serta masyarakat
yang rentan terhadap kemiskinan.7
Merupakan kewajiban negara untuk dapat menyelesaikan masalah kemiskinan
yang terus terjadi di Indonesia. Dengan terus mengkaji dan menanggulangi masalah
ini dapat memenuhi hak rakyat Indonesia yaitu mendapatkan standar kehidupan yang
layak.

Studi kasus di lingkungan selanjutnya yang berkaitan dengan kewajiban warga


negara adalah kewajiban rakyat Indonesia dalam membayar pajak. Di sini kami
memaparkan tentang faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rakyat Indonesia
dalam memiliki kemauan dan kesadaran untuk membayar pajak, karena faktanya
masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak menyadari atau enggan melaksanakan
kewajibannya dalam membayar pajak.

7
The World Bank. “Mengurangi Kemiskinan,” artikel diakses pada 27 Maret 2020 dari
https://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/

11
Faktor yang pertama adalah hubungan kesadaran membayar pajak dengan
kemauan membayar pajak. Bagaimana hal paling menentukan dalam keberhasilan
pemungutan pajak

11
adalah kemauan warga negara untuk melakukan kewajiban. Ketidakmauannya warga negara
melakukan kewajiban tersebut adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan pajak
tersebut tidak langsung dinikmati oleh para warga negara. Faktor kedua, adalah hubungan
pengetahuan peraturan perpajakan dengan kemauan membayar pajak. Dengan memberikan
pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan diharapkan akan tercipta unsur
keadilan dan kebenaran mengingat bahwa warga negara sendirilah yang sebenarnya
mengetahui besarnya pajak yang terutang.8
Faktor ketiga, adalah hubungan pemahaman peraturan perpajakan dengan
kemauan membayar pajak. Pemahaman warga negara terhadap peraturan perpajakan
adalah cara wajib pajak dalam memahami peraturan perpajakan yang telah ada.
Warga negara yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas cenderung
akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Faktor keempat, adalah hubungan persepsi
efektifitas sistem perpajakan dengan kemauan membayar pajak. Selama ini banyak
warga negara yang telah terdaftar sebagai wajib pajak, dan telah memiliki NPWP
belum mau melaksanakan kewajiban pajak dengan baik. Hal ini disebabkan oleh asas
perpajakan bahwa hasil pemungutan pajak tidak langsung dinikmati oleh pembayar
pajak. Dan faktor kelima, adalah hubungan kualitas layanan wajib pajak dengan
kemauan membayar pajak. Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan kepada pelanggan dikatakan
bermutu apabila memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.9

2.5. Studi Kasus Hubungan Internasional


Seiring perkembangan zaman, negara-negara dunia ketiga ternyata memiliki
masalah tentang kemiskinan, dan dikategorikan sebagai negara miskin. Pandangan
Dunia Ketiga dimulai sejak Perang Dingin dan digunakan untuk mengidentifikasi
mereka yang tidak bergabung dengan Dunia Pertama yakni NATO dan kapitalisme
dan Dunia Kedua yang berarti Uni Soviet dan komunisme.
Dalam buku pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga karangan Michael P.
Todaro dan Stephen C. Smith membahas tentang beberapa metode yang dipakai untuk
mengukur ketimpangan dan kemiskinan, hubungan kemiskinan, ketimpangan dan
kesejahteraan sosial. Todaro menjelaskan ciri khas kemiskinan di setiap kawasan dan

8
Pancawati Hardiningsih dan Nila Yulianawati, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
Pajak,” Dinamika Keuangan dan Perbankan, no. 1 (November 2011): h. 133.
9
Pancawati Hardiningsih dan Nila Yulianawati, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
Pajak,” Dinamika Keuangan dan Perbankan, no. 1 (November 2011): h. 133.

12
negara tergantung dari sejarah dan tipikal negaranya. Todaro cenderung mengatakan
bahwa penyebab kemiskinan di

12
sebuah negara berasal dari berbagai masalah yang timbul dalam negara itu sendiri sehingga
alternatif pemecahan yang ditawarkan Todaro dalam akhir tulisannya, dengan cara intervansi
melalui regulasi dari pemerintah seperti mengubah distribusi fungsional, mengurangi
distribusi ukuran golongan penduduk berpenghasilan tinggi dan meningkatkan ditribusi
ukuran golongan penduduk berpenghasilan rendah. Ternyata penyebab dari masalah
kemiskinan yang terjadi di dunia ketiga bukan hanya dari faktor internal dalam negeri saja
tetapi juga dari faktor eksternal.10
Pengamatan sekilas ke Dunia Ketiga menunjukkan adanya sejumlah faktor
yang memainkan peran besar dalam kontribusi kepada kemiskinan yang melanda
dunia saat ini, yaitu bukan karena masalah kurangnya makanan. Berbicara mengenai
kemiskinan, kita tidak bisa mengesampingkan peran IMF dan Bank Dunia serta
kebijakan penyesuaian strukturalnya yang terkenal itu kepada negara-negara seperti
Pakistan, Turki, Indonesia, Bangladesh, Mesir dan negara-negara Iainnya untuk
membantu menyelesaikan beberapa masalah ekonomi. Solusi umum yang sering
diberikan lembaga tersebut adalah menjadikan perdagangan bebas sebagai jalan
keluar dari kemiskinan. Perdagangan merupakan cara bagi bangsa-bangsa tersebut
untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan. Pengembangan ekonomi pasar dengan
memberikan porsi besar kepada sektor swasta dipandang sebagai kunci untuk
menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan menghapus kemiskinan.11
Faktor lain yang dihadapi negara-negara Dunia Ketiga yang mana kebanyakan
adalah negeri-negeri umat Islam yaitu hutang. Afrika misalnya sempat diminta
membayar hutang-hutang yang pernah dibuat di masa kolonial. Sedangkan sebagian
hutang Afrika itu sendiri adalah hasil dari ketidakadilan transfer hutang-hutang
warisan negara kolonial, yang jumlahnya mencapai milyaran dolar, dengan tingkat
bunga yang tinggi. Kolonialisme alias penjajahan memang telah memainkan peran
besar dalam kemiskinan di Dunia Ketiga. Kolonialisme pula yang menyebabkan
ketergantungan kepada Barat, sehingga memungkinkan Barat tetap leluasa melakukan
tekanan dan intervensi ke sebagian kawasan di mana sumber daya mineral tersedia.12

10
Arief Hilman Arda, “Kapitalisme Sebagai Salah Satu Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga,” artikel
diakses pada 27 Maret 2020 dari https://ariefhilmanarda.wordpress.com/2010/02/24/kapitalisme-sebagai-salah-
satu-penyebab-kemiskinan-di-negara-dunia-ketiga/
11
Agil Asshofie, “Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga,” artikel diakses pada 27 Maret 2020 dari
https://agil-asshofie.blogspot.com/2016/03/penyebab-kemiskinan-di-negara-dunia.html
12
Agil Asshofie, “Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga,” artikel diakses pada 27 Maret 2020 dari
https://agil-asshofie.blogspot.com/2016/03/penyebab-kemiskinan-di-negara-dunia.html

13
Hal lain yang penting untuk mengkaji masalah kemiskinan di negara dunia
ketiga adalah kapitalisme menjadi salah satu penyebab kemiskinan di negara dunia
ketiga. Karena

13
kapitalisme yang mengedepankan demokrasi liberal, hak asasi manusia, dan ekonomi pasar
bebas. kini bukan saja telah merasuki hampir seluruh pendekatan pembangunan, melainkan
pula ditengarai telah menjadi pandangan hidup universal seluruh bangsa manusia. Sebagai
contoh, ketika krisis ekonomi melanda berbagai negeri, hampir semua strategi pemulihan
ekonomi berpijak pada paradigma kapitalisme. Banyak negara mengikuti resep-resep IMF
dan Bank Dunia, dua lembaga internasional. Liberalisasi kebijakan perdagangan, pembukaan
pasar modal bagi investor asing, rekapitalisasi industri besar, dan pengurangan campur
tangan negara dalam pembangunan ekonomi, dipercayai sebagai obat mujarab bagi
pemulihan ekonomi. Keyakinan ini semakin disulut oleh gagasan Milton Friedman dan
Fukuyama; bahwa kalau pembangunan ekonomi ingin maju, maka  peran negara harus
diminimalisir dan kekuasaan bisnis harus diutamakan.13

13
Arief Hilman Arda, “Kapitalisme Sebagai Salah Satu Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga,” artikel
diakses pada 27 Maret 2020 dari https://ariefhilmanarda.wordpress.com/2010/02/24/kapitalisme-sebagai-salah-
satu-penyebab-kemiskinan-di-negara-dunia-ketiga/

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

1. Pengertian hak warga negara adalah suatu keistimewaan yang dimiliki seorang warga
negara yang menghendaki agar warga negara diperlakukan sesuai keistimewaan
tersebut. kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara, dapat diartikan pula sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat
oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.
2. Warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis dalam
membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan itulah yang disebut
sebagai karakteristik warga negara warga yang demokrat.
3. Hak dan kewajiban warga negara ditetapkan dalam UUD 1945 dalam pasal 27 sampai
pasal 34 dan pembukaan UUD 1945.
4. Salah satu contoh dari hak warga negara dalam mendapatkan kehidupan yang layak
adalah para rakyat mendapatkan kehidupan yang layak dan terhindar dari kemiskinan.
Dan membayar pajak adalah salah satu contoh dari kewajiban seorang warga negara.
Dua hal itu merupakan suatu masalah terhadap hak dan kewajiban warga negara yang
masih terjadi di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Estella, Claudia. “Perbedaan Hak dan Kewajiban.” Artikel diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://jojonomic.com/blog/perbedaan-hak-dan-kewajiban/

Elisabeth, Nirwana. “Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara Serta Cara
Penanggulangan.” Artikel diakses pada 10 April 2020 dari
https://kompasiana.com/nirwanaelisabeth

K.H. Saidurrahman dan H. Arifinsyah, Pendidikan Kewarganegaraan NKRI Harga Mati.


Jakarta: Kencana, 2018.

Ricardo, Boyke. ”Karakteristik Warga Negara Yang Demokratis.” Artikel diakses pada 26
Maret 2020 dari http://boykericardo.blogspot.com/2012/04/karakteristik-warga-negara-
yang.html

MA, Sulaiman. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Banda Aceh:


Yayasan PeNA, 2016.

Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

The World Bank. “Mengurangi Kemiskinan.” Artikel diakses pada 27 Maret 2020 dari
https://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/

Hardiningsih, Pancawati dan Yulianawati, Nila. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kemauan Membayar Pajak,” Dinamika Keuangan dan Perbankan, no. 1 (November 2011):
h. 133.

Sulaiman, Rusydi. “NKRI dan Penguatan Pendidikan: Tinjauan Hak dan Kewajiban.” Artikel
diakses pada 26 Maret 2020 dari https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/

Anwar, Shabrina. “Pengaruh Globalisasi Terhadap Hak dan Kewajiban Warga Negara.”
Artikel diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/62173153/PENGARUH_GLOBALISAS
I_THD_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WARGA_NEGARA_INDONESIA

Asshofie, Asshofie. “Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga.” Artikel diakses pada
27 Maret 2020 dari https://agil-asshofie.blogspot.com/2016/03/penyebab-kemiskinan-di-
negara-dunia.html

Arda, Arief Hilma. “Kapitalisme Sebagai Salah Satu Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia
Ketiga.” Artikel diakses pada 27 Maret 2020 dari
https://ariefhilmanarda.wordpress.com/2010/02/24/kapitalisme-sebagai-salah-satu-penyebab-
kemiskinan-di-negara-dunia-ketiga/

16

Anda mungkin juga menyukai