Anda di halaman 1dari 6

Surat Al Alaq

(Ilmu Pengetahuan)

Inilah surat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad shallallahu alai-
hi wasallam. Sebagai panduan pertama untuk menyebarkan cahaya Islam se-
bagai pengganti seluruh sistim bumi yang jahiliyyah.
Jika Al Alaq merupakan surat pertama sekaligus kurikulum pertama,
ber­arti Al Alaq adalah kunci pertama untuk membuka Islam sebagai kuri-
kulum perubahan dan perbaikan. Dari sinilah seharusnya dimulainya per-
baikan itu. Nah, apa kandungan Surat Al Alaq. Berikut ini tema besar dari
Surat Al Alaq:
IQRO’, begitulah kata pertama yang dikenalkan di telinga Nabi Nya. BA-
CALAH!
Membaca harus diterjemahkan sejak awal dengan: MEMBACA. Sebe-
lum ditafsirkan dengan yang lain, seperti: ILMU. Karena bisa saja seseorang
mendapatkan ilmu tidak dengan membaca. Seseorang bisa mendapatkan
ilmu walaupun matanya terpejam, di antaranya dengan mendengar.
Untuk itulah, Iqro’ adalah pilihan kata yang lebih tepat. Di mana Iqro’ arti-
nya Bacalah. Dan pilihan Al Quran selalu lebih tepat dan dahsyat.
Selanjutnya, ketika kata membaca disebut yang langsung terbayang adalah
membaca tulisan. Bukan membaca keadaan. Itulah mengapa ketika diminta
Jibril: bacalah! Rasulullah menjawab: Aku tidak bisa membaca!
Kalau membaca artinya membaca keadaan, maka pasti jawaban Nabi tidak
seperti itu. Karena keberadaan Nabi di Gua Hiro’ justru sedang merenungi dan
membaca keadaan umatnya yang jahiliyyah.

Bacaan Komprehensif
Barulah setelah kita kembalikan kata Iqro’ ke asal katanya sebagaimana di
atas, kita akan memasuki makna Iqro’ yang lebih luas. Yaitu BACAAN KOM-
PREHENSIF.
Kita dituntut untuk membaca dengan komprehensif untuk mengawali
langkah menuju peradaban besar Islam.
Menurut DR. Abdul Majid al Ghily membaca komprehensif ada 3 tingkatan:

1. Membaca Kitabullah al Masthur/tertulis (Al Quran Al Karim)


2. Membaca Kitabullah al Mandzur/terlihat (Aturan di semesta, ayat-ayat
semesta)
3. Membaca Kitabullah al Mansyur/tersebar (Aturan di masyarakat, ayat-
ayat jiwa)
Maka membaca komprehensif harus dimulai dari kita membaca Al Quran
dengan pemahaman yang dalam, kemudian membaca semesta yang terlihat
dengan semua fenomena dan ilmu yang terkandung di dalamnya, selanjutnya
membaca masyarakat manusia tempat interaksi berikut semua ilmu yang ter-
kandung di dalam manusia dan interaksi dengannya.

Ilmu dan Karya


Dari sejak awal, kita sudah diajari untuk membaca. Kalau perintah memba-
ca itu baru kita terima hari ini, mungkin tidak seberapa dahsyat diban­dingkan
saat pertama kali perintah ini turun kepada Rasul dan para shahabat. Meng-
ingat masyarakat Arab saat itu adalah masyarakat ummy (buta huruf). Diper-
lukan kekuatan mendobrak untuk melawan ketidaklaziman masyarakat saat
itu. Setidaknya, inilah yang harus kita siapkan untuk melawan ketidaklaziman
masyarakat hari ini. Masyarakat yang tidak terkondisikan dengan ilmu, tidak
biasa memutuskan dengan ilmu dan akhirnya yang muncul adalah emosi dan
ketidakstabilan jiwa dalam menyikapi dan memutuskan.
Di tengah perjuangan untuk membaca dan berilmu, kita sudah diminta un-
tuk berpikir lebih jauh lagi. Yaitu BERKARYA. Lihatlah dua kali pengulangan
kata ( ) dengan dua konteks yang berbeda,

Iqro’ di sini, disandingkan dengan Robb yang Maha Menciptakan manu-


sia dari ‘alaq (sesuatu yang menggantung dalam rahim). Suasana ilmu sangat
kental dalam dua ayat tersebut.
Maka, Iqro’ yang pertama dalam konteks membaca untuk ilmu.

Iqro’ yang kedua ini disandingkan dengan Robb yang menyebut sifat Nya

168 | Kuttab Al-Fatih: Pilar Peradaban


karam (Maha Dermawan). Dermawan adalah memberi. Kita bisa merasakan
suasana Iqro’ yang berbeda di sini.
Maka, Iqro’ yang kedua dalam konteks membaca untuk memberi
(berkarya).
Maka, sejak dari awal pembelajaran sudah harus diberikan ilmu sekaligus
digambarkan dengan detail karya yang harus dipersembahkan di kemudian
hari!

Isyarat tentang PENA


Surat Al ‘Alaq memberikan isyarat ringan tentang PENA. Isyarat ini meru-
pakan penyiapan sejak awal agar belajar berinteraksi yang akrab dengan
pena. Dari mulai belajar memegangnya, hingga belajar menggoreskan huruf
demi huruf.
Setelah itu, fungsi utama pena adalah menyampaikan ilmu yang telah di-
bacanya untuk disampaikan kepada seluruh manusia. Tapi tingkatan ini tentu
bukan menjadi pembahasan utama di awal perjalanan ini. Sehingga Al ‘Alaq
pun hanya memberikan isyarat ringan.
Barulah pada Surat berikutnya (Surat Al Qolam : PENA) akan terbahas lebih
dalam. Dari nama suratnya saja sangat jelas terlihat penekanan pada tema Pena.
Dan permulaan suratnya pun Allah Subhanahu Wa ta’ala memulai dengan sump-
ah Nya dengan Pena.

Efek Tidak Menempuh Jalan Iqro’ Komprehensif


Selesai 5 ayat, Surat Al ‘Alaq berbunyi,

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” (6)


Ayat menggunakan istilah kata ( = melampaui batas). Dari
akar kata tersebut, kita mengenal istilah ( ). Thaghut adalah apa saja
yang disembah selain Allah Subhanahu Wa ta’ala.
Itu artinya, tidak membaca dengan komprehensif dan berkarya dalam
kerangka Allah Subhanahu Wa ta’ala seperti dalam konsep di atas akan mela-
hirkan sifat Thughyan (melampaui batas) dalam segala hal. Dan jika telah ter-
biasa dengan sifat ini, akan mendorong orang untuk menjagi Thaghut (Tuhan
selain Allah Subhanahu Wa ta’ala). Bukan saja dia tersesat seorang diri, tetapi
menyesatkan sekian banyak manusia.
Surat ini lengkap mengingatkan jenis-jenis Thughyan yang biasa terjadi
pada diri manusia:
(Thughyan Ekonomi)

“7. Karena dia melihat dirinya serba cukup.”

Modul Kuttab Satu | 169


(Thughyan Politik/Kekuasaan)

“9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang


10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat”
Hanya kekuasaan thaghut yang berani melarang seorang hamba untuk
shalat.
(Thughyan Aqidah)

“13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan
berpaling?
14. Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala per-
buatannya?”
Sifat thughyan ekonomi dan kekuasaan berawal dari sini. Karena telah me-
lenceng dari aqidah yang benar, maka rusaklah semuanya.

Balasan atas sifat Thughyan

“15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah.”
Ancaman serius yang sangat menakutkan bagi siapapun yang telah salah ja-
lan di muka bumi ini sehingga memiliki sifat thughyan. Ancaman yang tidak ber-
manfaat di hadapannya apapun yang dimilikinya, termasuk golongan dan kelom-
poknya tempat ia minta tolong dan bahan kesombongannya dulu di dunia.
Hal ini disampaikan di awal sekali, agar menjadi pelajaran bagi siapapun yang
tidak melalukan iqro’ terhadap tiga kitab di atas dengan baik. Juga peringatan
hati-hati bagi orang yang melakukan iqro’ dengan baik, bahwa ada orang-
orang yang memiliki sifat thughyan yang sering mengganggu. Sekaligus hi-
buran bahwa siapapun thoghutnya, seperti apa sifat thughyannya dan sebe-
sar apapun efeknya, pasti mereka akan mendapatkan kehancurannya. Dan
kemenangan hanya milik orang yang melakukan iqro’ dengan baik.

170 | Kuttab Al-Fatih: Pilar Peradaban


Hubungan antara Bacaan dan Thughyan:
Berikut ini perbandingan berbalik antara Iqro’ dan Thughyan:

No IQRO’ No THUGHYAN

1. Bacaan asas pertama untuk 1. Thughyan asas pertama untuk


perubahan dan perbaikan mementingkan diri sendiri dan
kerusakan

2. Bacaan memberikan kepada 2. Thughyan menghalangi manu-


manusia cahaya yang men- sia dari mendapatkan cahaya
erangi mereka dalam memer- pengetahuan
angi thughyan

3. Bacaan mengangkat orang- 3. Thughyan mengangkat orang-


orang yang kapabel untuk orang dekat, egois dan bodoh
menjadi pemimpin di ma- serta hilangnya ukuran dan
syarakat kapabilitas dalam kepemimpi-
nan masyarakat

4. Bacaan mencegah bangsa- 4. Thughyan memberi kesempa-


bangsa pembaca dari ridho tan panjang untuk orang dza-
dan kedzaliman serta meny- lim agar terus egois dan tidak
erah kepadanya. Mendorong ada yang mengevaluasinya
mereka untuk mengevaluasi serta mempertanyakannya
dan mempertanyakannya

5. Bacaan kunci kemajuan 5. Thughyan kunci kejatuhan per-


adaban, kemunduran, kebodo-
dan jembatan peradaban han dan kelemahan untuk
mengejar kafilah peradaban

Kewajiban mukmin terhadap thughyan


Setelah mukmin paham bahwa thughyan begitu rusak. Dan penyebab uta-
manya adalah tidak mau menempuh jalur Iqro’, maka harus ada sikap awal
yang jelas terhadap mereka. Sikap itu ada dalam dua tema besar:
1. Wajib meninggalkan ( ): Jangan taat kepada mereka. Jangan ikuti
millah/jalur hid\up mereka
2. Wajib perbuatan ( ): Sujudlah dan mendekatlah kepada
Allah Subhanahu Wa ta’ala. Tunduk dan tempuhlah jalur yang akan Allah Subha-
nahu Wa ta’ala sampaikan sepanjang Al Quran
Ini dua poin global. Semangat ini harus sudah ditanam sejak awal. Detail-
nya akan kita jumpai pada sepanjang Al Quran.

Modul Kuttab Satu | 171


Ya Allah bimbing kami...
Wallahu A’lam



172 | Kuttab Al-Fatih: Pilar Peradaban

Anda mungkin juga menyukai