PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.5 PATHWAY
2.6 MANIFESTASI KLINIS DEPRESI POSTPARTUM
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. Berkurangnya energy
2. Penurunan efek
3. Hilang minat (anhedonia)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ling dan Duff (2001), bahwa gejala
depresi postpartum yang dialami 60 % wanita hampir sama dengan gejala depresi
pada umumnya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum,
depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
1. Terapi bicara : Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja
sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita
akibat menderita depresi.
2. Obat medis : Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana
yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu
menyusui.
Penatalaksanaan
2. Tissue
Retensio plasenta
Sisa plasenta
Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal
itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi
belum dilahirkan.
2. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir
akibat :
1. Ruptur uterus
2. Inversi uterus
3. Perlukaan jalan lahir
4. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus
sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering
terjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya
terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam
dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep, walaupun
begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan.
Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan
menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi
berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa
menyebabkan terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai
artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara
episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan
perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi
uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi.
Ketika laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan
maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga
tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini
terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
1. Hipofibrinogenemia,
2. Trombocitopeni,
3. Idiopathic thrombocytopenic purpura,
4. HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count ),
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation,
6. Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8
unit karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen
fibrin dan trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)
3. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang - kadang timbul : tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera
Gejala yang kadang - kadang timbul : Uterus berkontraksi baik
tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
5. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan pucat
(I.B.G Manuaba, 2007)
1. Pengkajian
Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan :
Riwayat kesehatan dahulu
3. Pengkajian Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
Suhu : Normal/ meningkatn
Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
b. Inspeksi
Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan
karakteristik episiotomi
Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
Pervaginam: keluar darah, robekan
Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
Inspeksi payudara adakah area kemerahan
Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh dan
perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)
c. Palpasi
Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada
kaki
Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan
nyeri tekan
Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat,
capilary refil memanjang
Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
( Barbara R. Stright, 2004)
d. Pola pengkajian keluarga
Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering
terlihat kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan kira-kira sampai hari ke 5
Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan
pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5
post partum
Seksualitas:
Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran
menurun satu jari setiap harinya
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
Pengkajian Psikologis
Apakah pasien dalam keadaan stabil
Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan
masa penyembuhan
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan
untuk mendiagnosis infeksi
b. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis
thrombosis vena profunda
c. Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler
berwarna adalah metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya
tromboflebitis dan thrombosis.
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk
spilit fibrin (SDP/FSP)
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
( Barbara R. Stright, 2004)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian
5. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang
steril
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
C. Rencana Keperawatan
R/: Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.
g. Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi. Berikan infus atau cairan intravena
i. Berikan antibiotic
b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang
tidak diketahui
Tujuan: Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal )
Rencana tindakan :
Tujuan : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal
Rencana keperawatan :
b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
D. Evaluasi Tindakan
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
Dimana letak rasa sakit yang dirasakan? Bagaimana intensitas dan tingkat
perawatannya?
Apakah ada keluhan lain?
Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan tersebut?
Apakah efektif?
Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya. Jika persalinan dahulu terdapat penyulit
seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan
dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang.
Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu
(perdarahan, feloris)
C. Riwayat kelahiran anak
Berat bayi sewaktu Lahir
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana
hal ini terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi
dan traksi) selama preses persalianan.Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi
lebih dari 4.500 gram.
Kelainan Bawaan Bayi
Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak
memperparah kondisi.
Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang,
Bila meninggal, apa penyebab kematiannya
D. Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara
lain :
Jumlah anggota keluarga
Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga.
Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
Kebiasaan yang merugikan kesehatan
E. Riwayat psikologis
Perlu ditanyakan untuk mengetahui bagaimana keadaan psikologis ibu sebelum
hamil. apakah pernah mengalami riwayat penyakit gangguan jiwa dan kemungkinan
juga sebelumnya ibu pernah mengalami depresi,stress dan trauma sebelumnya.
2. OBJEKTIF
Untuk mengetahui keadaan setiap bagian tubuh dan pengaruhnya terhadap
kehamilan untuk diupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
A. Pemeriksaan Keadaan Umum
Pengukuran tanda tanda vital
Meliputi pemeriksaan tekanan darah,nadi,suhu dan pernafasan.ibu dengan
gangguan jiwa didapatkan tekanan darah,suhu,nadi dan pernafasan melebihi dari
normal.
B. Pemeriksaan khusus
Secara inspeksi
Yaitu pemeriksaan pandang yang di mulai dari kepala sampai kaki.yang di nilai
adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka,
konjungtiva, sclera, hidung dan telinga, mulut apakah ada karies stomatitis, karang
gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjer gondok, payu dara apakah simetris kiri
dan kanan, keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak,
perut membesar sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva
apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus
apakah ada hemoroid, extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan Hb.
Tes kejiwaan dengan cara berkolaborasi dengan dokter spesialis
kebidanan,psikiater dan psikologi.
INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini, bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat
merumuskan diagnose atau masalah kebidanan.
Di dalam diagnosa unsur – unsur berikut perlu dicantumkan yaitu:
Keadaan Pasien (ibu)
Keadaan pasien dicantumkan untuk membantu merumuskan masalah (diagnosa).
Masalah Utama dan Penyebabnya
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon
ibu terhadap kelahiran bayi. Tujuan mengetahui masalah utama dan penyebab
adalah melakukan pengkajian lebih lanjut untuk diberikan intervensi khusus, baik
berupa dukungan/penjelasan/tindakan/follow up/rujukan.Masalah Utama dan
Penyebabnya.
Gangguan aktifitas
Dasar : ketidakmampuan melakukan aktifitas normal
Gangguan rasa nyaman
Dasar : perubahan pola istirahat.
Gangguan makanan dan cairan
Dasar : Ibu mengalami penurunan nafsu makan
Kebutuhan
KIE pada ibu tentang tanda-tanda penyakit jiwa
DAFTAR PUSTAKA