Anda di halaman 1dari 16

PAPER

PENCEMARAN TANAH DI DESA LAKARDOWO


KECAMATAN JETIS KABUPATEN MOJOKERTO
AKIBAT LIMBAH B3 PT. PRIA (PUTRA RESTU IBU ABADI)

Oleh :

Ayu Candra Puspita (1652010001)


Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2019
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

PENCEMARAN TANAH DI DESA LAKARDOWO


KECAMATAN JETIS KABUPATEN MOJOKERTO
AKIBAT LIMBAH B3 PT. PRIA (PUTRA RESTU IBU ABADI)

Sebagian besar limbah merupakan bahan berbahaya dan butuh untuk diolah sebelum
dibuang, akan tetapi banyak perusahaan yang mengabaikan pengolahan limbah. Seringkali
limbah membawa dampak negatif dalam kehidupan kita terutama dalam kesehatan, untuk itu
sangat diperlukan penanganan untuk limbah.

Pencemaran tanah yang terjadi berlokasi di Desa Lakardowo Kecamatan Jetis


Kabupaten Mojokerto, dengan luas wilayah 6,25 km². Tanah yang ada di Desa Lakardowo
kebanyakan adalah tanah ladang atau tegalan. Sehingga banyak penduduk desa yang memiliki
mata pencaharian sebagai petani. Mayoritas adalah petani jagung, lombok (cabai), terong, dan
padi. Jumlah penduduk berkisar 3.551 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 1.837 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan 1.714 jiwa. Batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Dawarblandong


Sebelah Timur : Kabupaten Gresik dan Sungai Kalimas
Sebelah Selatan : Sungai Brantas
Sebelah Barat : Kecamatan Gedeg dan Kecamatan Kemlagi

Kecamtan Jetis sebelah selatan, timur dan barat merupakan dataran rendah sedangkan
sebelah utara merupakan pegunungan kapur dari rangkaian pegunungan kendeng, dengan
ketingan sekitar 200 meter dari permukaan air laut. Jenis tanah yang ada di Desa Lakardowo
adalah tanah lempung dan berpasir dengan warna coklat hingga abu-abu gelap.
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

Gambar 1. Desa Lakardowo


PT. Putra Restu Ibu Abadi (PT PRIA) berdiri pada tahun 2010 hingga saat ini.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengangkutan, pemanfaatan limbah B3, dan
pengolahan limbah B3. Perusahaan ini hadir ditengah-tengah masyarakat yang mulai
menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di bumi dengan semakin
meningkatnya kemajuan teknologi di bidang industri yang akan berdampak besar terhadap
kelestarian lingkungan dari limbah yang dihasilkan yang dapat meresahkan dan merugikan
kelangsungan makhluk hidup lainnya (manusia, hewan dan tumbuhan), khususnya limbah
yang bersifat berbahaya dan beracun. Dengan kemajuan riset dan teknologi, PT Putra Restu
Ibu Abadi (PT PRIA) melaksanakan kegiatan pemanfaatan limbah B3 sebagaimana telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 18 Tahun 1999 dan No. 85 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008, bahwa prinsip kegiatan yang meliputi reuse, recycle,
dan reduce.

Jenis limbah yang dikelola adalah fly ash, botton ash, furnace, steel slag, iron, slag,
paint sludge, sludge IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), tinta bekas, toner bekas, sand
faundry atau blasting, dust gridding atau collector, dust casting, furnace slag, scrap
terkontaminasi limbah B3, oli bekas, spent oil coolant, minyak kotor, solvent, larutan bekas,
kain majun, sarung tangan bekas, dan tonsil atau spent earth.
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

Sebelum adanya PT. PRIA Desa Lakardowo tidak ada terjadi permasalahan yang
seperti sekarang. Berikut adalah gambaran Desa Lakardowo sebelum terkena dampak dari PT.
PRIA:
1. Desa Lakardowo memiliki suhu ruangan/suhu udara yang relatif rendah
2. Udara yang masih asri
3. Air tanah yang melimpah dan berkualitas

Pada awal proses penempatan dan pembangunan PT PRIA ada beberapa keganjilan
yang terjadi seperti apa yang disampaikan oleh masyarakat, seperti keganjilan pertama yang
dirasakan masyarakat adalah ketika proses perizinan penempatan dan pembangunan PT PRIA
hanya beberapa orang saja yang diundang, yaitu sebagian masyarakat setuju atau pro dengan
pabrik sedangkan warga yang tidak setuju atau kontra tidak dilibatkan.

Informasi yang diterima oleh masyarakat Lakardowo mengenai penempatan dan


pembangunan PT PRIA juga berbeda, masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa yang
akan dibangun pada lokasi tersebut adalah pabrik plastik dan pengolahan kertas, sama sekali
tidak menyebutkan soal B3 ataupun bahan limbah lain yang akan diolah oleh PT PRIA,
seperti yang disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Abdul Ghofur.

Pada awal proses penempatan luas tanah yang digunakan untuk lokasi pembangunan
PT PRIA adalah seluas setengah hektar kemudian hingga sekarang bertambah menjadi sekitar
enam atau tujuh Hektar. Pada proses pembangunan tersebut, diketahui oleh warga
bahwasanya tanah yang digunakan untuk lokasi PT PRIA adalah termasuk dalam kategori
tanah mencorok, hampir seperti dengan jurang, dan pada proses pembangunan untuk
meratakan jurang dengan dataran lain, PT PRIA sama sekali tidak mendatangkan tanah atau
material keras lain untuk meratakan jurang, namun malah memasukan bahan limbah seperti
limbah batu bara, limbah padat, dan limbah cair lainnya.

Kejanggalan ketiga dari proses industrialisasi PT PRIA di Desa Lakardowo adalah


penerimaan tenaga kerja yang tanpa adanya proses seleksi dan rekrutmen yang terstandarisasi,
seperti yang dikemukakan oleh Bapak Abdul Ghofur bahwasanya salah satu dari warga dari
Desa Lakardowo yang dulunya memimpin pergerakan dan demo diangkat menjadi manager,
padahal orang tersebut tidak memiliki kualitas dan kapasitas yang mumpuni untuk menjadi
seorang manager.
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

Pada dasarnya PT PRIA juga memberikan manfaat ekonomis lain selain menyumbang
pajak daerah yaitu menyerap tenaga kerja dari sekitar warga Desa Lakardowo yang berjumlah
sekitar 3000 jiwa, dijelaskan oleh Bapak Aba Maji serta bapak Abdul Ghofur bahwa terdapat
sekitar 100 orang atau sekitar 10% dari penduduk desa Lakardowo yang menjadi karyawan
PT PRIA, dan mendapatkan manfaat ekonomis dari industrialisasi PT PRIA di desa
Lakardowo.

Kemudian dengan berjalannya waktu mulailah muncul berbagai masalah yang timbul
pada masyarakat yang kemudian dirasa masyarakat sebagai dampak dari beroperasinya
pengolahan limbah B3 oleh PT PRIA, dampak yang muncul antara lain:
1. Menurunnya kualitas air bawah tanah di Desa Lakardowo
2. Menurunnya kualitas udara bersih
3. Menurunnya kualitas dan kuantitas dari hasil pertanian di Desa Lakardowo
4. Timbulnya berbagai keluhan penyakit pada warga Desa Lakardowo

Hasil kajian Geologi dan Geolistrik tanah di sekitar aktivitas PT PRIA tersebut
menunjukkan adanya kontaminasi logam berat timbal dan beberapa logam berbahaya
lainnya.Uji kimia ini dilakukan pada sampel hasil coring dengan tiap kedalaman, khususnya
pada bor Deep-01, Deep-02, dan Deep-03 yang dilakukan di sekitar pabrik. Di sini lalu
dilakukan uji XRF untuk mengetahui kandungan unsur (XRF) dan mineral dari sampel uji.
Tanah yang ada dilokasi dapat digolongkan menjadi dua jenis tanah, yakni:

1. Dominasi lempunglempung sedikit berlanau dengan warna coklat hingga abu-abu gelap,
tersebar disekitar pabrik.
2. Dominasi lempung berlanau hingga lanau berpasir dengan warna coklat, berada dilokasi
yang agak menjauh dari pabrik (Utara pabrik).
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

Berikut ini adalah tabel kandungan logam berat yang ada di dalam tanah di Desa
Lakardowo:
Tabel 1. Kandungan Logam Berat Pada Tanah
Deep-01 Deep-02 Deep-03
No. Logam Berat Jumlah Kedalaman Jumlah Kedalaman Jumlah Kedalaman
(ppm) (m) (ppm) (m) (ppm) (m)
1. Ferrum (Fe) 24804 – 37137 5–6m 15482 – 38074 4–5m 9133,02 – 44475,26 9 – 10 m
2. Mangan (Mn) 163,42 – 779,16 5–6m 164,61 – 574,01 3–4m 175,91 – 2619,97 9 – 10 m
3. Cobalt (Co) 282,84 8–9m 341,9 5–6m 243,83 – 287,26 2–3m
4. Strontium (Sr) 65,73 – 111,36 9 – 10 m 90,59 – 631,23 3–4m 96,89 – 497,85 4–5m
5. Zirconium (Zr) 55,22 – 77,78 2–3m 46,13 – 73,45 9 –10 m 24,97 – 68,92 4–5m
6. Seng (Zn) 51,71 – 65,63 7–8m 31,6 – 71,34 3–4m 36,96 – 60,88 0–1m
7. Tembaga (Cu) 33,17 – 51,26 4–5m 30,6 – 116,27 6–7m 33,42 – 79,25 0 –1 m
8. Rubidium (Rb) 18,17 – 27,11 4–5m 11,53 – 26,74 7–8m 9,18 – 22,79 7–8m
9. Thorium (Tr) 7,57 4–5m 0 0 0 0
10. Timbal (Pb) 9,18 – 12,63 7 –8 m 9,82 – 50,93 0 –1 m 19,94 0–1m
11. Arsenik (As) 0 0 0 0 5,79 – 6,42 6 –7 m
12. Molibdenum (Mo) 0 0 0 0 7,4 0 –1 m
Sumber : https://pepnews.com/2018/05/28/penelitian-lakardowo-1-kandungan-ferrum-tergolong-tinggi
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

Tanggapan Penulis

PT. PRIA (Putra Restu Ibu Abadi) yang merupakan Pusat Pengolahan dan
Pemanfaatan Limbah B3 dan Non B3, sudah sepatutnya berfungsi sebagai reducer dampak
limbah B3 terhadap lingkungan, bukan malah menambah dampak buruk limbah B3 ke
lingkungan sekitar. Diketahui bahwa PT. PRIA berdiri di dekat kawasan pemukiman da
pertanian. Dampak yang disebabkan oleh PT. PRIA tentu akan berimbas langsung kepada
warga Lakardowo sebagai penduduk dan pemilik lahan pertanian. Hal tersebut tentu sangat
merugikan. Gejala-gelaja gangguan kesehatan yang dialami oleh warga dapat berkibat lebih
serius ke depannya jika tidak segera ditangani.

Peristiwa-peristiwa yang kian terjadi disinyalir akibat penumpukan penimbunan


limbah B3 di kawasan PT. PRIA. Ketika suatu Pusat Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah
B3 dan Non B3 didirikan, tentu yang utama adalah pengaturan kapasitas limbah yang dapat di
tampung olehnya. Jika melebihi kapasitas seperti kasus yang terjadi di PT. PRIA ini, maka
Pusat Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah yang didirikan tidak lagi ideal. Pusat Pengolahan
dan Pemanfaatan Limbah yang harusnya bermanfaat bagi masyarakat, malah jadi mimpi
buruk.

Selain berdampak pada kesehatan, peristiwa ini juga berdampak pada pertanian warga
Lakardowo yang mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani. Gagal panen yang
mereka alami bukanlah persoalan main-main. Kegagalan dalam panen yang terjadi bukan satu
atau dua tahun, melainkan delapan tahun berturut-turut. Hasil bumi yang mereka panen bisa
berkurang hingga setengahnya. Hal tersebut tentu menurunkan perekonomian masyarakat
Lakardowo dan sekitarnya.

Kandungan logam berat telah dipastikan terkandung dalam hasil panen warga
Lakardowo. Warga Lakardowo telah melakukan uji laboratorium terhadap kandungan hasil
panen mereka. Biaya untuk uji logam berat di laboratorium cukup mahal, akan tetapi karena
keputusasaan mereka akan aspirasi yang tidak kunjung didengarkan, mereka melakukannya.
Begitu pula aksi mereka di Kantor Staf Presiden (KSP). Keluhan mereka kepada aparatur desa
seperti RT, RT, dan Kepala Desa tidak mendapatkan solusi apapun. Bahkan kepala desa
mereka memilih mengundurkan diri.

Usaha mereka ke aparatur daerah seperti bupati dan gubernur pun mendapatkan hasil
yang tidak jauh berbeda. Rekomendasi DPR terkait perusahaan pemulihan lingkungan belum
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

juga berjalan sejak 8 Desember 2016. Rekomendasi Audit lingkungan pun sejak hari itu
sampai sekarang belum ada kabar. Hal tersebut yang mendasari 4 perempuan dari Desa
Lakardowo melakukan aksinya di Kantor Staf Presiden (KSP). Harapannya, mereka bisa
didengar disana dan pihak berwenang mau menindaklanjuti kasus yang terjadi di Desa
mereka.

Kementrian Lingkungan Hidup yang seharusnya bertugas mengurus masalah ini pun
rasanya tidak cukup cakap dalam mengatasinya. Warga bukannya belum pernah melaporkan
hal tersebut ke KLHK, akan tetapi tidak adanya tindakan yang serius yang dilakukan KLHK
membuat mereka berkurang harap dan mencari pijakan yang lebih besar.

KLHK sebagai lembaga pemelihara lingkungan tertinggi di Indonesia sudah


seharusnya menganggap persoalan tersebut serius dan perlu tindakan penyelesaian. Bukan
malah membiarkan masalah ini berlarut-larut tanpa adanya titik terang. Kontaminasi logam
berat yang mengganggu kehidupan mereka, mungkin sekarang masih terlihat agak remeh.
Akan tetapi jika seperti ini terus tanpa adanya penyelesaian apapun, dampak yang ditimbulka
akan semakin parah. Mungkin sekarang gangguan kesehatan yang mereka alami kebanyakan
gatal-gatal, tetapi kedepannya jika terus seperti ini, tidak menutup kemungkinan akan terjadi
kecacatan fisik dan mental dalam kelahiran bayi di desa tersebut. Selain itu, dalam bidang
pertanian, sekarang yang terlihat adalah hasil panen berkurang. Namun jika hal tersebut terus
berlanjut, bisa mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan di Desa Lakardowo dan sekitarnya.
Jika begitu, maka tak ayal pendidikan di desa tersebut juga akan terganggu. Jika sudah begitu,
akan semakin sulit bagi pemerintah untuk membenahi keadaan yang terlanjur parah.

Tanah sawah Desa Lakardowo yang saat ini telah tercemar logam berat dapat
diperbaiki melalui penggunaan vegetasi pengikat logam, bahan organik maupun bakteri.
Seluruh pendekatan tersebut memiliki kemampuan alami dalam memperbaiki sifat tanah,
karena bahan yang digunakan berasal dari alam.

Upaya mengurangi kandungan logam berat dalam tanah dengan remediasi secara
biologi yaitu menggunakan tanaman bioakumulator mampu menyerap dan
mengakumulasikan logam berat di dalam jaringan tanaman. Beberapa hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa beberapa vegetasi mampu menurunkan kandungan logam berat tersedia
dalam tanah serta mengakumulasi logam berat dalam jaringan tanaman.
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan tanah melalui penggunaan vegetasi dapat
dilakukan untuk mengurangi keberadaan logam berat tersedia dalam tanah. Walaupun
penggunaan vegetasi relatif berjalan lambat untuk menurunkan kandungan logam berat dalam
tanah, namun upaya ini dapat menjadi satu masukkan karena penanaman dengan jangka
waktu lama diharapkan dapat menghasilkan penurunan kandungan logam berat yang lebih
besar lagi.

Penanganan permasalahan perbaikan kualitas tanah sawah juga dilakukan untuk


menurunkan kandungan logam berat yang ada dalam jaringan tanaman khususnya tanaman
pangan. Upaya untuk mengurangi tertranslokasinya logam berat pada jaringan tanaman
khususnya tanaman bagian atas atau beras menjadi suatu masukan dalam perbaikan tanah
tercemar. Penggunaan bahan organik dapat menjadi salah satu alternatif yang dipilih, sebab
berdasarkan hasil percobaan penggunaan bahan organik pada tanah sawah tercemar mampu
menghambat terserapnya logam berat pada akar. Dengan demikian keberadaannya dianggap
ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi sistem produksi tanaman di atasnya.

Selain fitoremediasi ataupun penggunaan bahan organik, pengikatan logam berat di


dalam tanah dapat pula dilakukan dengan menggunakan jasa biomassa mikroorganisme
termasuk bakteri. Penggunaan bakteri pereduksi sulfat relatif lebih mudah diaplikasikan di
tanah karena bakteri ini tergolong bakteri yang tidak berbahaya. Penggunaan bakteri ini
ditujukan untuk mengurangi pengaruh bahan-bahan kimia yang mengkontaminasi tanah
menjadi bentuk yang tidak berbahaya. Adanya penurunan kandungan logam berat tersedia
dalam tanah menunjukkan keberhasilan penanganan masalah lingkungan dengan pendekatan
biologis misalnya melalui penggunaan bakteri Desulfotomaculum orientis ICBB 1204 dan
ICBB 1220.

Untuk pemasalahan ketersediaan air bersih di Desa Lakardowo, pemerintah dapat


memberikan bantuan air bersih kepada warga dan program pengecekan kesehatan warga yang
mengalami dermatitis atau penyakit kulit, khususnya anak-anak. PT PRIA diharapkan dapat
melihat kenyataan di Lapangan bahwa warga desa Lakardowo telah mengalami dampak baik
social kesehatan dan lain sebagainya disebabkan oleh beroperasinya PT PRIA, kemudian
untuk warga diharapkan untuk secara sinergis membantu pemerintah untuk menegakkan
politik hijau guna keberlangsungan ekologi sekitar.
Ayu Candra Puspita (1652010001)
Anisa Nurrahma (1652010028)
Mubayyinatuth Thohiroh (1652010030)
Dorti Jouba Nababan (1652010038)

PT PRIA sebenarnya memang mempunyai fasilitas pemanfaatan, pengolahan dan


transporter limbah. Tapi khusus untuk penimbunan limbah B3, PT PRIA tidak memiliki izin.
PT Pria selama ini hanya menimbun limbah B3 tanpa mengolahnya di Lakardowo.
Kewenangan untuk menutup pabrik memang ada di pemerintah pusat. Namun Gubernur
minimal bisa menghentikan sementara aktivitas industri ini lokasinya di Jawa Timur yang
sudah sangat meresahkan warga.

Sebaik apapun upaya perbaikan tanah tercemar logam berat, bila sumber pencemar
masih mengandung senyawa-senyawa yang dapat mengkontaminasi tanah sawah sekitar maka
tidak akan memberi hasil yang berarti. Diperlukan adanya koordinasi bersama dengan
melibatkan dukungan berbagai pihak, baik dari pemerintah daerah, pengusaha maupun
masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian lingkungan termasuk air sungai dan lahan-
lahan pertanian sekitarnya.

Saran untuk kedepannya adalah sebagai berikut:


1. Pemerintah perlu member perhatian lebih terhadap tata cara proses pengolahan limbah B3
pada setiap pabrik pengolahan limbah B3 yang ada di Indonesia. Sehingga diperlukannya
pengawasan secara ketat dan bersih harus dilakukan oleh pihak pemerintahan agar
masyarakat yang tinggal di sekitaran lokasi pabrik tidak terkena dampak kerugian
langsung.
2. Diharapkan pabrik-pabrik pengolahan limbah B3 yang ada di Indonesia agar lebih
menjaga kelestarian lingkungan dan memberikan suatu jaminan yang lebih pasti kepada
masyarakat sekitar pabrik yang terkena dampak langsung akibat adanya pabrik
pengolahan limbah B3.
3. Agar dibangun lebih banyak pusat pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 dan non B3 di
Jawa Timur akan tidak terjadi over capacity.
Ketika Lahan Tercemar Limbah B3, Warga Lakardowo Hadapi Beragam Masalah

oleh Della Syahni [Jakarta] di 16 February 2018

Lahan warga terkontaminasi limbah B3 di Mojokerto. Warga terkena penyakit sampai


tanaman gagal panen. Mengapa pemerintah lambat bertindak?

Selama delapan tahun hidup berdampingan dengan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) sekitar delapan tahun, perempuan asal Desa Lakardowo, Mojokerto,
mengadu ke Jakarta. Akhir bulan lalu, mereka mendatangi Kantor Staf Presiden (KSP)
dan (lagi) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Empat perempuan berpakaian hitam berdiri di seberang Istana Negara, Jakarta.


Masing-masing membawa bakul ‘berisi’ bahan-bahan infeksius, beracun, berbahaya
untuk lingkungan.

Baca juga: 60% Sumur Lakardowo Diduga Tercemar Limbah B3

Mereka aksi menuntut Presiden Joko Widodo mencabut izin PT. Pria, pabrik
pengolahan limbah B3 dan mendesak pemerintah—pemberi izin– membongkar pabrik
dari Desa Lakardowo, Mojokerto Jawa Timur, guna membuktikan terjadi pencemaran.

Rumiati, perempuan petani tergabung dalam Green Women, atau Gerakan Perempuan
Lakardowo Nandiri, bilang, aksi kali ini ingin memberitahu pemerintah pusat, bahwa,
sejak dua tahun terakhir, selain pencemaran dan bau limbah, masyarakat juga alami
gagal panen.

“Kebun saya di dekat situ (pabrik). Ada tumbuh tapi gagal berbuah. Ada menguning
seperti mengering,” katanya.
Hasil kajian geologi dan geolistik tanah di sekitar operasi perusahaan ini menunjukkan
ada kontaminasi logam berat timbal dan beberapa zat berbahaya. Sekitar 95%
kehidupan masyarakat Lakardowo adalah petani jagung, lombok (cabai), terong dan
padi.

Baca juga: Kisah Wisata Limbah B3 di Desa Lakardowo

Rumiati mengatakan, kontaminasi lahan ini tak urung menimbulkan penurunan kualitas
dan produksi panen.

“Biasa bisa panen empat kuintal padi, sekarang cuma dua,” kata Rumiati.

Dinas Lingkungan Hidup Jatim merekomendasikan, uji kualitas hasil pertanian.


Gerakan perempuan telah uji kualitas padi yang menunjukkan ada kontaminasi logam
berat.

Kondisi lahan pertanian memburuk diduga kuat karena aktivitas perusahaan pengelola
dan pemanfaat limbah B3 yang beroperasi sejak 2010 ini.

Gerakan perempuan, katanya, jadi saksi sejak 2010 ada kegiatan penimbunan limbah
B3 di area Pria.

Limbah ini, berupa fly ash, bottom ash, sludge kertas, sludge industri, limbah media
bahkan bahan makanan olahan kadaluarsa menyebar dan meresap ke sumur-sumur
warga serta tanah sekitar pabrik.

“Air kami jadi berbau,” ujar dia.

Pada 2016, teridentifikasi 230 lebih anak-anak Desa Lakardowo menderita dermatitis
karena air sumur terkontaminasi logam berat, sulfat dan kandungan total padatan
terlarut (total dissolve solid /TDS) mencapai 2.000ppm.

“Yang banyak kalau musim kemarau, air kami tak tercampur air hujan. Kalau musim
hujan gini tercampur air hujan agak sedikit kena gatal-gatal,” kata ibu dua anak ini.
Anak-anak, katanya, paling rentan terkontaminasi karena air sumur tercemar. Bagi
mereka yang punya bayi, terpaksa membeli air isi ulang, baik untuk masak maupun
mandi.

“Kalau mandi air sumur langsung gatel-gatel. Kalau isi ulang langsung sembuh. Sehari
bisa habis dua galon.”

Bahkan dalam uji sumur pantau di dalam perusahaan pada Juni 2016 ditemukan
beberapa parameter melewati baku mutu dan terjadi peningkatan dibandingkan data
rona awal.

“Anak saya juga gatal-gatal. Kulitnya jadi kering. Anak tetangga kami ada sampai
keriput kulitnya padahal baru 10 tahun. Jadi, di sekolah nilai turun karena belajar
terganggu.”

Berbagai zat berbahaya terdapat dalam air yang terkontaminasi di Lakardowo. Foto:
Della Syahni/ Mongabay Indonesia
Mengapa ke Presiden?

“Mencari keadilan di desa itu angel (sulit). Kami sudah mengadu ke RT, RW, sampai-
sampai lurah mengundurkan diri. Bupati, gubernur nggak ada yang mau menemui
kami,” kata Sujiati, petani perempuan lain.

Kesulitan muncul saat masyarakat susah dapat bukti, misal, visum dokter soal
penyebab penyakit kulit paling banyak dialami ibu dan anak-anak.

“Dokter nggak mau mengeluarkan itu penyakit apa. Katanya kalau kami keluarkan dari
mana penyakitnya, ya anak kami tidak makan.”

Keprihatinan Sujiati mengingat Mojokerto hanya 45 kilometer dari Jawa Timur. Hingga
kini, sekitar 5.000 jiwa terdampak pencemaran air sumur dan tanah karena operasi
perusahaan itu di dua desa, Lakardowo dan Sidorejo.

“Memprihatinkan, saya sampai putus asa. Kami sudah ke Komisi VII, KLHK, kemana-
mana. Pokoknya tinggal RI 1 (presiden-red) ini,” katanya.

Pada 8 Desember 2016, Komisi VII DPR merekomendasikan, perusahaan pemulihan


lingkungan namun hingga kini belum jalan. Audit lingkungan rekomendasi sejak 8
Desember 2016, hingga kini belum terdengar hasilnya.

Pada 10 November 2017, Komnas HAM juga merekomendasikan KLHK mengebor


sampel tanah di area perusahaan untuk membuktikan kecurigaan penduduk
Lakardowo. Perusahaan menolak.
Kementerian Lingkungan lambat

KLHK juga dinilai lambat menyelesaikan kasus ini tanpa mempertimbangkan dampak
buruk pada lingkungan dan kesehatan masyarakat Lakardowo. Bahkan, kini
perusahaan memperluas area industri.

Gerakan perempuan inipun, menuntut presiden menuntaskan kasus pencemaran


dengan pembuktian melalui pengeboran sedalam 10 meter di area perusahaan.

Yanuar Nugroho, Deputi II KSP berjanji, menemui semua dirjen terkait masalah ini,
seperti Dirjen Pengelolaan Limbah B3, Dirjen Planologi dan Dirjen Penegakan Hukum.
KSP juga berjanji verifikasi lapangan terkait laporan mereka.

Sigit Hardwinanto, Dirjen Planologi, KLHK berjanji, hasil audit KLHK diumumkan
sebelum Maret 2018.

“Ini mereka anggap serius karena lama, sudah delapan tahun. Tak hanya Lakardowo,
tapi meluas,” kata Direktur Ecoton, Prigi Arisandi.

Saat ini, ada lima zona pembuangan limbah B3 di Jatim. Kala masyarakat mulai protes
dan kasus jadi perhatian publik, limbah tak semua dibuang ke Pria.

“Dibuang kemana-mana, sembarangan justru. Ke instalasi militer, ke lahan warga, ke


galian C. Dampaknya makin meluas,” katanya.

Sementara itu jatim berencana memperluas kawasan industri sampai 43.000 hektar di
sembilan kabupaten.

“Kami ibaratkan ini bangun hotel tapi nggak bangun toilet. Karena itu kita salah satunya
mendorong mempercepat pembangunan instalasi limbah B3 lain di Jatim.”

Foto utama: Para perempuan tani Lakardowo protes ke Jakarta, karena panen gagal
gara-gara lahan terkontaminasi limbah B3. Foto: Della Syahni/ Mongabay Indonesia
Warga Lakardowo aksi di depan istana Negara, Jakarta, karena lingkungan mereka rusak
dampak dari limbah B3. Hingga kini, penanganan dari pemerintah masih tak jelas. Foto:
Della Syahni/ Mongabay Indonesia

Sumber : http://www.mongabay.co.id/2018/02/16/ketika-lahan-tercemar-limbah-b3-warga-
lakardowo-hadapi-beragam-masalah/

Anda mungkin juga menyukai