Molahidatidosa Rani
Molahidatidosa Rani
KASUS MEDIS
Molahidatidosa
Disusun oleh:
dr. C. A. Maharani Dewi Adhiwirawan
Pembimbing :
dr. Rommy A. Kurniawan, Sp. OG
Pendamping :
dr. Lince Holsen
dr. Mey Indradewi
Tanggal (kasus):
Topik: Molahidatidosa
17 september 2019
Nama Pembimbing:
dr. Rommy Kurniawan, Sp.OG
Tanggal Presentasi: 19 Oktober 2019
Obyektif Presentasi:-
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
2
ILUSTRASI KASUS
1.2Anamnesis
Keluhan Utama
Perut dirasakan membesar.
3
ANAMNESIS OBSTETRIK GINEKOLOGI
1. Riwayat Perkawinan dan Kehamilan
Kawin : 1 kali (selama 15 tahun)
Kehamilan : 3Abortus: 2
P1 : 2006/Abortus inkomplit / kuret
P2 : 2007/Abortus komplit / tidak dikuret
2. Riwayat Haid
Menarche: 14 tahun, siklus teratur tiap 28-30 hari, lamanya 3-4 hari,
Sebelumnya 1-2 pembalut/hari
Nyeri saat haid hingga tidak dapat bekerja: (-)
HPHT : 24 Juni 2019
3. Riwayat Kontrasepsi
(-)
4. Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan Dahulu
Keputihan : (-)
Riwayat penyakit kelamin : (-)
Riwayat operasi : (-)
Pemeriksaan fisik
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
3mm/3mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/+
Leher : KGB tidak teraba, JVP normal
Cor : S1&S2 single regular, murmur - gallop -
Pulmo : pengembangan dada simetris, fremitus normal, bunyi
napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
4
Abdomen : cembung, BU +, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-/-/-
Pemeriksaan Obstetrik
Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat kesan lebih besar dari usia kandungan,
His (-), djj (-)
VT : Tidak dilakukan
5
1.4Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (17/07/2019)
USG (17/09/2019)
Kesimpulan : Molahidatidosa
6
1.5Diagnosis
1.6Manajemen
1.7. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubiaad bonam
Follow Up bangsal
17/9/2019
S: (-)
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: CM
TTV dbn, PF umum dbn
TFU 2 jari bawah pusat
A: Molahidatidosa
P: rencana suction kuret 18/9/2019
18/9/2019
S: (-)
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: CM
TTV dbn, PF umum dbn
TFU 2 jari bawah pusat
A: Molahidatidosa
P: rencana suction kuret 18/9/2019
7
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: CM
TTV dbn, PF umum dbn
TFU 2 jari bawah pusat
A: Molahidatidosa post Kuretase H 0
P: - IVFD RL + oksitosin 20 unit 20 tpm
- Cefadroxil 2 x 500 mg PO
- Asam mefenamat 3 x 500 mg PO
- Metilergometrin 3 x 0.125 mg PO
8
19/9/2019
9
10
PEMBAHASAN
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.Jaringan trofoblast pada vilus
PTG ditetapkan dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kadar β HCG. Banyak
11
Staging klinik menurut Hammondmenyatakan PTG terbagi 2 yaitu PTG tidak
bermetastasis dan PTG bermetastasis.PTG bermetastasis terbagi risiko rendah dan risiko
tinggi. Faktor risiko tinggi bila kadar HCG urin >100.000 u/ml atau kadar HCG serum
>40.000 u/ml, interval lebih dari 4 bulan, bermestastasis ke otak atau hati, kegagalan
menetapkan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG yaitu:2
1. Menetapnya kadar Beta HCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu atau lebih
2. Kadar Beta HGC meningkat >10% pada tiga pengukuran berturut-turut setiap
berikut:2
Pembagian staging FIGO 1982 bersifat sederhana, mengacu pada hasil pemeriksaan
12
Tabel I : Staging klinis menurut FIGO
trofoblas ganas.Semua sistem mengkorelasikan antar gejala klinik pasien dan risiko
kegagalan pada kemoterapi. Sistem Skoring FIGO tahun 2000 merupakan modifikasi
sistem skoring WHO. Perhitungang faktor prognostic dengan skor 0-6 dianggap
sebagai pasien dengan resiko rendah, sedangkan dengan skor >7 maka dianggap
Tabel II : Skoring faktor risiko menurut FIGO (WHO) dengan staging FIGO
kehamilan tersebut
(bulan)
Kadar hCG sebelum < 103 103-104 >104-105 >105
terapi (mIU/mL)
Ukuran tumor terbesar, - 3-4 > 5 cm -
termasuk uterus
Lokasi metastasis, Paru- Limpa, Traktus Otak, hepar
diidentifikasi
Kegagalan kemoterapi - - Agen tunggal Agen
sebelumnya multipel
2.2 Epidemiologi
mengumpulkan data epidemiologi yang terpercaya, akibat adanya beberapa faktor yaitu
definisi kasus yang tidak konsisten, ketidakmampuan menentukan populasi yang berisiko,
tidak adanya pengumpulan data yang terpusat, kekurangan kelompok kontrol terhadap
insidensi mola hidatidosa antara 0,57-1,1 per 1000 kehamilan, sedangkan penelitian di
Asia Tenggara dan Jepang menunjukkan insidensi yang lebih besar yaitu 2,0 per 1000
kehamilan. Investigasi terhadap perbedaan insidensi antar etnik dan ras menunjukkan
adanya peningkatan insidensi mola hidatidosa pada Indian Amerika, Eskimo, Spanyol, dan
Afrika Amerika.6
mengenai insidensi khoriokarsinoma bukan hanya karena alasan seperti pada mola
hidatidosa tetapi juga karena kelangkaan penyakit dan kesulitan untuk membedakan secara
klinis antara khoriokarsinoma postmolar dengan mola invasif. Di Eropa dan Amerika
Utara, khoriokarsinoma mengenai 1 dari 40.000 kehamilan dan 1 dari 40 mola hidatidosa,
sedangkan di Asia Tenggara dan Jepang khoriokarsinoma mengenai 9,2 dan 3,3 per 40.000
belakangan.6
14
Beberapa faktor risiko yang berpotensi sebagai etiologi mola hidatidosa parsial dan
komplit telah dievaluasi. Dua faktor risiko yang telah ditetapkan adalah usia maternal yang
ekstrim dan kehamilan mola sebelumnya. Usiamaternal yang lanjut atau sangat muda
wanita usia 21-35 tahun, risiko mola komplit 1,9 kali lebih tinggi pada wanita usia >35
tahun dan <21 tahun serta 7,5 kali lebih tinggi pada wanita usia >40 tahun. Kehamilan
berikutnya. Risiko pengulangan kehamilan mola setelah satu kali mola adalah 1%, atau
gen missense NLRP7 pada kromosom 19q. Risiko obstetrik lain yang telah dilaporkan
adalah riwayat abortus spontan, 2-3 kali meningkatan risiko terjadinya kehamilan mola
kemungkinan faktor lingkungan yang mempengaruhi mola komplit sudah banyak diteliti,
hubungan yang konsisten adalah hubungan terbalik antara beta karoten dan lemak hewani
dengan insidensi kehamilan mola. Induksi ovulasi untuk fertilitas dapat pula berhubungan
dengan peningkatan kehamilan yang mengandung sebuah fetus normal, beberapa fetus dan
kehamilan mola.6
dan usia maternal lanjut. Khoriokarsinoma mengenai hampir 1000 kali mola komplit
wanita Asia dan Indian Amerika dan menurun pada Afrika Amerika. Sama halnya dengan
kehamilan mola, median usia wanita dengan khoriokarsinoma lebih tinggi daripada
kehamilan normal. Terdapat pula peningkatan risiko khoriokarsinoma pada wanita dengan
2.3 Patofisiologi
15
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu
karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik
yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu dan
karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini.Kebanyakan mola
sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari pembuahan pada suatu “telur
kosong” (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu sperma haploid (23 X), yang kemudian
berduplikasi untuk memulihkan komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah
Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu triploid,
XYY.Kadang-kadang terjadi pola mozaik.Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap, sering
disertai dengan janin yang ada secara bersamaan.Janin itu biasanya triploid dan cacat.
Gambar Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola
16
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas:
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu
sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan
mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine
pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
angiogenesis.
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
gestasional
Mola hidatidosa 46, XX (terutama) 46, XY 15-20% gejala sisa
17
Fetus/Embrio abnormal komplikasi medis jarang
untuk hPL
18
Mola hidatidosa komplit dengan hydropic villi, tidak adanya pembuluh darah villi, dan
Sebagian mola parsial memiliki kariotipe triplet (biasanya 69, XXY), sebagai hasil
dari fertilisasi ovum normal oleh 2 sperma. Kurang dari 5% mola parsial akan berkembang
menjadi postmola GTN; metastasis jarang terjadi dan diagnosis histopatologi dari
Mola hidatidosa parsial dengan vili korionik dengan ukuran bervariasi dari ukuran dan
Mola invasif
Mola invasif adalah tumor jinak yang timbul dari invasi myometrial terhadap mola
hidatidosa melalui perluasan langsung menembus jaringan atau saluran vena. Sekitar 10-
17% dari mola hidatidosa akan menyebabkan mola invasif, dan sekitar 15% dari jumlah ini
akan bermetastasis ke paru atau vagina. Mola invasif lebih sering didiagnosis secara klinis
19
daripada patologi berdasarkan kenaikan hCG yang menetap setelah evakuasi mola dan
Gambar 3. Mola invasive. Mola invasive dengan ekstensi langsung jaringan mola,
Koriokarsinoma
trofoblastik abnormal dan anaplasia, ketidakadaan vili korion, perdarahan, dan nekrosis,
penyebaran ke tempat-tempat yang jauh, paling sering ke paru, otak, hati, pelvis dan
vagina, ginjal, usus, dan limpa. Koriokarsinoma telah dilaporkan berhubungan dengan
setiap kejadian kehamilan, Sekitar 25% dari kasus diikuti aborsi atau kehamilan tuba. 25%
berhubungan dengan kehamilan preterm atau aterm, dan 50% lainnya timbul dari mola
20
hidatidosa, meskipun hanya 2-3% dari mola hidatidosa yang berkembang menjadi
koriokarsinoma.6
Gambar 4. Koriokarsinoma
hyperplasia dan anaplasia, tidak ada vili korionik, pendarahan, dan nekrosis.
PSTT adalah suatu penyakit yang sangat jarang yang timbul dari tempat implantasi
plasenta dan terutama terdiri dari trofoblas mononuklear intermediet tanpa infiltrasi vili
berhubungan dengan invasi vaskular yang kurang, nekrosis, dan perdarahan yang lebih dari
plasenta manusia, dimana hCG hanyalah fokal. Studi sitogenik telah memperlihatkan bahwa
PSTT lebih sering diploid daripada aneuploid . Sebagian besar PSTT mengikuti kehamilan
nonmola.6
21
Gambar 5.Placental site trophoblastic tumor
Epithelioid trophoblastic tumor (ETT) adalah varian jarang dari PSTT yang
a. Perdarahan
ditemui.Mulai dari sekedar spotting hingga perdarahan masif. Gejala perdarahan biasanya
terjadi antara bulan pertama sampai bulan ke tujuh dengan rata-rata minggu ke 12-14.
Dapat dimulai sesaat sebelum aborsi atau lebih sering dapat muncul secara intermiten,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak hingga menyebabkan syok atau kematian. Sebagai
akibat dari perdarahan tersebut gejala anemia sering dijumpai terutama pada wanita
malnutrisi. Efek dilusi dari hipervolemia terjadi pada wanita dengan mola yang lebih besar.
22
Anemia defisiensi Fe sering ditemukan, demikian pula halnya dengan kelainan
eritropoiesis megaloblastik, diduga akibat asupan yang tidak mencukupi karena adanya
mual dan muntah disertai peningkatan kebutuhan asam folat karena cepatnya proliferasi
trofoblas. Perdarahan juga sering disertai pengeluaran jaringan mola. Darah yang keluar
berwarna kecoklatan.
b. Ukuran uterus bisa lebih besar atau lebih kecil (tidak sesuai usia kehamilan)
Pertumbuhan ukuran uterus sering lebih besar dan lebih cepat daripada
kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah dari semua pasien mola. Ada pula
kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besarnya dengan kehamilan normal,
walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan trofoblas tidak
terlalu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Uterus mungkin
sulit untuk diidentifikasikan secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita nullipara.
Hal ini disebabkan karena konsistensinya yang lembut di bawah dinding perut yang kaku.
Pembesaran uterus karena kista theca lutein multiple akan membuat sulit perbedaaan
adanya denyut jantung janin.Meskipun jarang, mungkin terdapat plasenta ganda dengan
kehamilan mola komplet yang bertumbuh bersamaan, sementara plasenta yang satu dan
janin terlihat normal. Juga walaupun jarang, mungkin terdapat mola inkomplet pada
preeklamsia pada kehamilan normal jarang terlihat sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Oleh karenanya preeklamsia yang terjadi sebelum waktunya harus dicurigai sebagai mola
hidatidosa.
e. Hiperemesis
23
Mual dan muntah yang signifikan dapat timbul sebagai salah satu gejala mola
hidatidosa.
f. Tirotoksikosis
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat,
namun gejala hipertiroid jarang muncul. Menurut Curry insidennya 1%, tetapi
pada mola hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya uterus.Makin besar uterus makin
besar kemungkinan terjadinya tirotoksikosis.Oleh karena kasus mola dengan uterus besar
masih banyak ditemukan, maka Martaadisoebrata menganjurkan agar pada tiap kasus mola
Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari
karena krisis tiroid.Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen seperti
yang dijumpai pada kehamilan normal.Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai
antara kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi 100.000
membesar karena sejumlah besar darah dan cairan gelap masuk ke dalam vagina.
hangat.
mola komplet. Pasien ini biasanya mempunyai gejala dan tanda seperti abortus
- Perdarahan pervaginam
gestasional postmolar adalah pembesaran ireguler uterus dan pembesaran ovarium bilateral
persisten. Lesi metastasis ke vagina dapat terlihat saat evakuasi, kerusakan lesi tersebut
karakteristik gejala dan tanda, dimana hal ini berhubungan dengan invasi tumor ke uterus
atau tempat metastasis.Pada pasien dengan perdarahan uterus pospartum dan subinvolusi,
retensi hasil-hasil konsepsi atau endomyometritis, tumor primer atau metastase ke sistem
organ atau kehamilan lainnya yang terjadi sesaat setelah yang pertama.Perdarahan karena
perforasi uterus atau lesi metastasis dapat menyebabkan nyeri abdomen, hemoptisis,
menyebabkabkan sakit kepala, kejang atau hemiplegia. Pasien mungkin juga dapat
menunjukkan gejala pulmonal seperti dipsnea, batuk, dan nyeri dada, yang disebabkan
metastasis ke paru.6
25
PSST dan ETT hampir selalu menyebabkan perdarahan uterus ireguler sering jauh
dari kehamilan mola sebelumnya, dan jarang virilisasi dan sindrom nefrotik. Uterus
biasanya membesar secara simetris, dan kadar hCG serum hanya sedikit meningkat.6
2.5 Diagnosis
hari ke1,7,14,21.
Uterus lebih besar dari normal dengan kadar hCG > normal.
Ultrasonografi
Ultrasonografi memegang peran penting dalam diagnosis mola komplit dan parsial.
Karena vili korion dari mola komplit menunjukkan pembengkakan hidropik difusa,
karakteristik vesicular pola ultrasonografi dapat diamati, terdiri dari multiple echo (lubang)
di dalam massa plasenta dan biasanya tidak ada fetus. Ultrasonografi memfasilitasi
diagnosis dini dari mola parsial dengan menunjukkan daerah kistik fokal di dalam plasenta
26
Gambar 6. Ultrasound pelvis dari mola hidatidosa komplit
vesikuler dari echoes multiple, lubang pada massa plasenta, dan tidak ada fetus.
hCG merupakan penanda spesifik tumor yang diproduksi oleh mola hidatidosa dan
neoplasma trofoblastik gestasional. Hal ini secara mudah diukur secara kuantitatif di urin
dan darah, dan kadar hCG menunjukkan korelasi dengan berat penyakit. hCG adalah
glikoprotein yang terdiri dari 2 subunit yang tidak sama, subunit α yang mirip dengan
hormon pituitari dan subunit β yang khas diproduksi plasenta. Beberapa bentuk hCG yang
bebas, dan subunit α bebas. Molekul hCG pada penyakit trofoblas gestasional lebih
27
mendeteksi bentuk hCG dan fragmen-fragmen gandanya harus di pantau pada pasien
antibodi monoclonal yang otomatis, cepat, dan radiolabeled yang dapat mengukur
kehamilan normal. Sekitar 50% pasien dengan mola komplit mempunyai kadar hCG
membedakan mola komplit dengan kehamilan intrauterin normal, kehamilan ganda, atau
kehamilan dengan komplikasi penyakit seperti eritroblastosis fetalis atau infeksi intrauterin
yang berhubungan dengan pembesaran plasenta, karena kadar hCG yang paling tinggi
terdapat pada akhir trimester pertama kehamilan, disaat bersamaan diagnosis mola
biasanya ditegakkan. Mola parsial, di lain pihak, sering sulit dibedakan apabila terjadi
peningkatan kadar hCG >100.000 mIU/mL pada <10% pasien mola parsial.6
adanya peningkatan atau plateau kadar hCG setelah evakuasi mola hidatidosa.
bersamaan dengan adanya metastasis setelah ada kehamilan sebelumnya. PSTT dan ETT
Meskipun akurasi pengukuran kadar hCG tinggi pada diagnosis dan pemantauan
positif palsu. Hal tersebut disebut hasil hCG palsu, dengan kadar yang dilaporkan sebesar
800 mIU/mL, menyebabkan pasien sehat mendapatkan pembedahan atau kemoterapi yang
tidak berguna. Penyebab hasil positif palsu ini adalah enzim proteolitik yang diproduksi
campuran protein nonspesifik dan antibodi heterofil (human antimouse). Antibodi ini
ditemukan ada 3-4% orang sehat dan dapat menyerupai imunoreaktivitas hCG dengan
28
Terdapat 3 cara untuk menentukan apakah hasil hCG positif palsu, yaitu : (1)
Menentukan kadar hCG urin, yang harus negarif karena substansi terkait tidak
diekskresikan di urin (2) membutuhkan pengenceran serial serum, yang seharusnya tidak
menunjukkan penurunan paralel dengan pengenceran; (3) kirim serum dan urin pasien ke
laboratorium rujukan hCG. Sebagai tambahan, terdapat reaktivitas silang hCG dengan LH
(luteinizing hormone), yang dapat mengarah ke peningkatan palsu kadar hCG yang rendah.
suatu bentuk neoplasia trofoblastik gestasional yang tidak aktif sebelumnya yang
dikarakteristikkan dengan kadar rendah hCG yang persisten (<200mIU/mL) dari hCG yang
sebenarnya untuk paling tidak 3 bulan yang berhubungan dengan riwayat penyakit
trofoblas gestasional atau abortus spontan, tapi tanpa terdapat manifestasi klinis. Kadar
tahun 2001 untuk menatalaksana kondisi ini, positif palsu hCG sebagai hasil dari antibodi
heterofil atau percampuran LH harus disingkirkan, pasien harus diperika secara lanjut,
kemoterapi atau pembedahan segera harus dihindari dan pasien harus dipantau dalam
jangka waktu yang lama dengan tes hCG secara periodik dan menghindari kehamilan.
Pengobatan harus diberikan bila ada peningkatan hCG menetap atau tampak manifestasi
klinis penyakit.6
29
Diagnosis patologi
Diagnosis patologi mola komplit dan parsial dibuat dengan pemeriksaan specimen
immunostaining mola komplit dengan mola parsial, dan sitometri alir dapat membedakan
mola komplit diploid dari mola parsial triploid.Sebagai tambahan, diagnosis patologi mola
invasif, khoriokarsinoma, PSTT, ETT kadang dapat dibuat dengan kuretase, biopsi lesi
fisik, kadar hCG, dan temuan ultrasonografi, pasien harus dievaluasi terhadap adanya
dan laboratorium, seperti hitung sel darah lengkap, kimia dasar, fungsi tiroid dan hepar,
urinalisa, dan Rontgen. Evaluasi preoperatif harus juga termasuk tipe darah dan uji silang,
kadar hCG serum, dan elektrokardiogram apabila sesuai. Setelah diagnosis dikonfirmasi
dan hemodinamik pasien stabil, metode yang tepat untuk mengevakuasi mola harus
diputuskan.6
Evakuasi hisap dan kuretase adalah metode terpilih untuk mengevakuasi mola
hidatidosa, tidak tergantung ukuran uterus, bagi pasien yang masih mengharapkan
hisap ukuran 12-14 mm untuk mencapai segmen bawah rahim.Kanula diputar untuk
mengeluarkan isi uterus. Direkomendasikan pemberian infus oksitosin dimulai saat onset
kuretase hisap dan dilanjutkan sampai beberapa jam post operasi untuk meningkatkan
kontraktilitas uterus. Evakuasi hisap harus diikuti dengan kuretase tajam secara
menggunakan peralatan yang tepat dengan bijaksana, akses terhadap produk darah,
pemantauan intraoperatif yang hati-hati, dan antisipasi awal terhadap komplikasi. Pasien
yang Rh negatif harus mendapat globulin imun Rh pada saat evakuasi, karena faktor D Rh
Histerektomi adalah alternatif dari kuretase bila sudah tidak mau mempunyai
terdapat potensi untuk metastasis walaupun telah dilakukan histerektomi pada neoplasia
yang berkelanjutan.6
inkomplit membutuhkan dilatasi dan kuretase, dan membutuhan persalinan cesaria pada
Kehamilan ganda yang terdiri dari mola komplit dan fetus normal, diperkirakan
terjadi 1 dari 22.000-100.000 kehamilan.Hal ini harus dibedakan dari mola parsial.
(kehamilan triploid dengan fetus). Diagnosis dapat ditegakkan dengan ultrasonografi, tapi
sitogenetik dapat digunakan untuk membedakan antara kromosom normal fetus yang
berpotensi dapat hidup dan fetus triploid yang tidak dapat hidup.Pasien dengan fetus
normal kembar atau kehamilan mola komplit harus diperhatikan kemungkinan adanya
diteruskan.6
sesaat setelah evakuasi mola hidatidosa berhubungan dengan penurunan insiden neoplasia
profilaksis harus dibatasi, kecuali pada situasi khusus seperti risiko neoplasia trofoblas
gestasional postmola lebih besar dari normal atau pemantauan kadar hCG yang adekuat
tidak dapat dilakukan, yang terpenting adalah semua pasien yang dipantau kadar hCG
serial setelah evakuassi mola dan ditemukan neoplasia trofoblas gestasional persisten dapat
Tindak lanjut setelah evakuasi mola hidatidosa adalah sangat penting untuk
mendeteksi gejala sisa trofoblastik (mola invasif atau koriokarsinoma), yang muncul pada
hampir 15-20% mola komplit dan 1-5% mola parsial. Temuan klinis dari involusi uterus
yang tepat, regresi kista ovarium, dan penghentian perdarahan adalah semua tanda-tanda
hCG kuantitatif serial setiap 1-2 minggu sampai 3 tes berturut-turut menunjukkan hasil
yang normal, setelah itu level hCG harus ditentukan pada interval 3 bulan untuk 6 bulan
setelah secara spontan kembali ke normal. Lebih dari setengah pasien akan memiliki
regresi komplit hCG menuju normal dalam 2 bulan setelah evakuasi. Kontrasepsi
direkomendasikan pada 6 bulan setelah hasil hCG normal pertama, untuk membedakan
peningkatan hCG yang diakibatkan penyakit berulang atau menetap dari peningkatan hCG
pengukuran hCG pada level rendah dan studi telah menunjukkan bahwa kontrasepsi oral
meningkat dengan bukti pertumbuhan trofoblas yang ditandai, seperti evakuasi level hCG
> 100.000 mIU/mL, pertumbuhan uterine yang berlebihan (ukuran >20 minggu ), dan
diameter kista lutein teka > 6 cm. Pasien dengan ≥ 1 dari tanda-tanda tersebut memiliki
sekitar 40% dari insiden postmolar GTN dibandingkan dengan 4% dari mereka yang tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Pasien dengan usia > 40 tahun, kehamilan mola berulang,
mola aneuploid, dan komplikasi medis dari kehamilan mola, seperti toksemia,
postmolar GTN.6
Referensi
33
34