Anda di halaman 1dari 7

Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

PEMETAAN ORTHOPTERA
DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURAHMAN GUNUNG BETUNG LAMPUNG
(Mapping of Orthoptera in Taman Hutan Raya Wan Abdurahman
Gunung Betung Lampung)

Oleh:
5
Nismah dan Rangga Putra Anasta
Abstract: Mapping of Orthoptera in Taman Hutan Raya Wan Abdurahman (Tahura WAR)
Gunung Betung Lampung was conducted from March to April 2008. The purpose of the study to
know distribution, abundance and diversity of Orthoptera in Tahura WAR Gunung Betung
Lampung, as data base in preparing of education forest. Three line transects were mapped by
using GPS (Global Positioning System). Samples Orthoptera were collected using sweep net in
10 plots for each line transects and kept in plastic with preservative 70 % alcohol. Species
identification was done in Biology Laboratory, University of Lampung. 30 Species that included
in six family of Orthoptera was found in Tahura WAR Gunung Betung. Distribution and
Shannon-Wienner diversity index (H') of Orthoptera different each transect, with diversity index
(H') = 3,001; 1,480 and 2,866 for transect 1, 2 and 3 respectively. Phalaeoba antennata was
abundance species of Ortoptera found in Tahura WAR Gunung Betung with relative abundance
= 14. 10 %.

Keyword: Mapping of Orthoptera, line transect, GPS

Pendahuluan

Hutan Konservasi Gunung Betung atau lebih dikenal dengan nama Taman Hutan Raya Wan
Abdurrahman (Tahura WAR) merupakan salah satu kawasan hutan konservasi di Propinsi
Lampung. Dijadikannya hutan ini sebagai hutan konservasi ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 408 tahun 1993. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001, pengelolaan kawasan hutan tersebut dilaksanakan oleh
Dinas Kehutanan Propinsi dengan Surat Keputusan Gubernur No. 3 Tahun 2001. Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) yang ditugaskan mengelola hutan ini adalah UPTD Taman Hutan Raya
Wan Abdurahman (Dephut, 2007).
Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan kawasan hutan yang digunakan sebagai kawasan
pelestarian alam untuk mengoleksi flora dan fauna baik yang alami ataupun buatan, jenis asli
ataupun introduksi yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Undang-Undang No. 5 tahun 1990 dan
Undang-Undang 1999 tentang Kehutanan). Berdasarkan undang-undang tersebut, Tahura WAR
sangat berpotensi dan layak untuk dijadikan sebagai Laboratorium Alam dan Hutan Pendidikan
yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Selain itu Tahura WAR terletak
pada posisi yang strategis yaitu diantara Kotamadya Bandar Lampung, Gedong Tataan, daerah
Pesawaran dan Kecamatan Kedondong Lampung Selatan, dan sangat dekat dari pusat kota
sehingga mudah dikunjungi (Dephut, 2007).
Dengan dimanfaatkannya suatu kawasan (atau sebagian) hutan oleh dunia pendidikan untuk
kepentingan proses pendidikan dan penelitian, maka keberadaan dan fungsi hutan sebagai
kawasan pelestarian sumber daya alam dapat dioptimalkan. Dengan teroptimalkannya fungsi
5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 1
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009
Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

hutan maka keberadaan dan keutuhan hutan akan terlindungi dari gangguan berupa pembalakan
dan pembukaan lahan secara liar (Unila, 2007).
Orthoptera merupakan salah satu ordo dari kelas Insekta. Di alam, jenis-jenis Orthoptera
berperan sebagai pemangsa, pemakan bangkai, pemakan bagian tumbuhan hidup, musuh alami
dari jenis serangga lainnya dan sumber makanan bagi beberapa hewan liar seperti burung, reptil,
atau mammalia. Orthoptera juga terkenal sebagai hama yang mampu menghancurkan lahan
pertanian. Pada saat terjadi ledakan populasi dapat merusak tanaman-tanaman pertanian hanya
dalam beberapa hari saja (Deptan, 2000). Ratusan hektar tanaman padi, palawija, dan tebu di
Lampung Utara gagal panen akibat serangan belalang yang merupakan salah satu jenis dari
Orthoptera ( Litbang Kompas,1998). Dengan demikian keberadaan Orthoptera perlu mendapat
perhatian
Penelitian tentang Orthoptera di Lampung masih belum banyak dilakukan. Salah satu
penelitian Orthoptera yang dapat dilakukan adalah pemetaan dengan menggunakan Global
Positioning System (GPS). Pemetaan Orthoptera di Tahura WAR Gunung Betung belum pernah
dilakukan untuk itu perlu dilakukan, karena menjadi suatu kebutuhan ilmiah untuk mengetahui
penyebaran Orthoptera di lapangan, serta memberikan informasi mengenai peta penyebaran
Orthoptera sebagai data base untuk pengembangan hutan pendidikan di Tahura WAR Gunung
Betung. Identifikasi setiap jenis organisme dapat memberikan pemahaman tentang kepentingan
mahluk tersebut di alam, terutama pada lingkungan yang terbatas (Erawati, 2002).
Selain berguna sebagai database yang menunjang dijadikannya Tahura WAR sebagai
Laboratorium Alam dan Hutan Pendidikan, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
sebagai salah satu sumber belajar bagi masyarakat pendikan (mulai dari SD hingga perguruan
tinggi) yang sedang giat menerapkan paradigma pendidikan berbasis kompetensi, keberadaan
Laboratorium Alam dan Hutan pendidikan akan sangat berguna untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar agar lebih berdaya dan berhasil guna. Selanjutnya, bagi para peneliti keberadaan
Laboratorium Alam akan berfungsi sebagai penyedia objek kajian yang otentik-alamiah.

Metode Penelitian
1. Inventarisasi Orthoptera
Inventarisasi Orthoptera dilakukan dengan metode jelajah, menulusuri rute jalan setapak di
Tahura WAR Gunung Betung sepanjang 9 km yang dibagi ke dalam 3 transek. Tiap transek
dibagi menjadi10 plot. Setiap 300 m dibuat plot-plot tegak lurus sepanjang 5 m ke kanan dan 5 m
ke kiri. Pengumpulan Orthoptera dilakukan dengan menggunakan jaring serangga (sweep net)
yang diayun sebanyak 15 ayunan, dengan ulangan sebanyak 5 kali pada setiap plot (Erawati,
2002). Orthoptera yang tertangkap dimasukan ke dalam kantung plastik. Rute survei kemudian
dipetakan dengan menggunakan GPS. Pemetaan menggunakan GPS pada rute survei dilakukan
untuk menandai posisi Orthoptera pada titik ordinat.

5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 2
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009
Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

Setiap individu yang tertangkap diawetkan menggunakan alkohol 70%, kemudian dibawa
ke Laboratorium, dan diidentifikasi. Identifikasi spesies Orthotera menggunakan buku-buku
acuan, seperti Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror dkk, 1996), A Field Guide to The Insects
Insects of America North of Mexico (Borror & White, 1970), Kunci Determinasi Serangga
(Lilies,2004), Fundamental of Entomologi (Elzinga, 2003), Systematic and Applied Entomology
An Intreoduction (Naumann, 1994) dan Brisbane Grassophers (Geocities, 2006). Kemelimpahan
Relatif (KR), Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H') ditentukan dengan menggunakan
rumus standar ekologi.
2. Pengolahan Peta GPS dan Informasi Lapangan
Untuk mendapatkan peta penyebaran Orthoptera di di Tahura WAR Gunung Betung
dilakukan dengan menggabungkan peta GPS dengan informasi tempat ditemukannya spesies dan
jumlah Orthoptera yang diperoleh. Peta transek pengamatan yang tersimpan pada GPS terlebih
dahulu dipindahkan ke dalam komputer dengan software Fugawi versi 3 dan AutoCAD 2005.
Kemudian menggabungkannya dengan peta dasar Tahura WAR Gunung Betung. Selanjutnya
informasi mengenai Orthoptera pada setiap plot pengamatan di masukan kedalam peta transek
yang sesuai. Informasi tersebut berupa nama spesies yang dilambangkan dan memiliki nomor
yang berbeda untuk setiap spesiesnya.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penangkapan Orthoptera di Tahura WAR Gunung Betung ditemukan 30 jenis
Orthoptera yang termasuk kedalam 6 famili. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H')
Orthoptera yang ditemukan berbeda untuk setiap transek pengamatan (Tabel 1) yang
menunjukkan Orthoptera tidak menyebar merata di setiap transek (Gambar 1).

Tabel 1. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner (H') Orthoptera dan faktor abiotik


lingkungan pada 3 transek pengamatan di Tahura WAR Gunung Betung Lampung

Transek Indeks Ketinggian Suhu (oC) RH (%) Inensitas


Keanekaragaman (m dpl) Cahaya
(H') (lux meter)
I 3,001 416 – 1.014 25 74 522
II 1,480 1.036 – 1.249 23 85 425
III 2,866 416 – 1.249 26 72 497

Indeks Keanekaragaman Orthoptera pada transek 1 > 3, menurut kriteria keanekaragaman


Shannon-Wienner angka ini menunjukkan tingkat keanekaragaman Orthoptera pada transek 1
tergolong tinggi tidak ada jenis yang mendominasi. Tingginya keanekaragaman spesies
Orthoptera pada transek ini mungkin disebabkan karena beragamnya vegetasi yang menyusun
transek ini terutama semak dan tanaman palawija. Beragamnya jenis vegetasi di transek ini
membuat daerah ini lebih disukai Orthoptera karena dapat dijadikan sebagai sumber makanan,
tempat berlindung dan juga tempat berkembang biak. Suryani (2003), mengatakan bahwa
5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 3
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009
Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

banyaknya jenis tanaman dalam suatu ekosistem akan meningkatkan jumlah jenis hewan pada
ekosistem tersebut.
Bila dibandingkan dengan kedua transek yang lain, keanekaragaman Orthoptera ditransek 2
tergolong rendah, hanya ditemukan 5 jenis Orthoptera dengan 13 individu (Tabel 2). Rendahnya
keanekaragaman Orthoptera di transek ini kemungkinan disebabkan karena transek berada pada
ketinggian > 1.000 (1.036 - 1.249) m dp (Tabel l). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan Erawati, (2004) di gunung Halimun, keanekaragaman dan penyebaran Orthoptera
mengalami penurunan pada ketinggian diatas 1.000 m dpl. Lebih rendahnya keanekaragaman
Orthoptera di transek ini juga disebabkan oleh rendahnya keanekaragaman vegetasi tumbuhan
pada transek ini dibandingkan dua transek yang lain. Transek 2 didominasi oleh tumbuhan
berkayu keras dengan ukuran yang besar dan tinggi dan tutupan pohonnya cukup rapat, sehingga
intensitas cahaya matahari yang masuk terbatas Semakin tinggi suatu daerah maka kelembaban
akan semakin tinggi dan suhu semakin rendah seperti yang terjadi pada transek 2 (Tabel 1),
kondisi seperti ini kurang mendukung kehidupan Orthoptera (Erawati, 2002). Hal ini mungkin
yang menyebabkan sedikitnya jenis Orthoptera yang ditemukan pada transek 2 ini. Selain itu
suhu lingkungan ditransek 2 juga kurang menunjang untuk aktifnya Orthoptera. Menurut
Paringkuan (2003), Orthoptera mulai aktif pada suhu 25 o – 27oC sedangkan suhu lingkungan di
transek 2 hanya 23oC.
Transek 3 memiliki keanekaragaman jenis Orthoptra yang hampir sama dengan transek 1,
25 dari 30 jenis Orthoptera yang ditemukan di Tahura WAR terdapat ditransek 1 dan 3 dengan
indeks kesamaan adalah 0,91, atau dengan kata lain 91 persen Orthoptera yang ditemukan di
transek 1 juga ditemukan ditransek 2. Hanya satu jenis (Psyra japonica) yang terdapat di transek
3 tidak ditemukan di transek 1. Tidak ditemukannnya jenis ini di transek 1 mungkin disebabkan
karena jenis ini merupakan jenis yang memiliki kemampuan meloncat dan terbang yang tinggi
karena memiliki femur belakang dan sayap yang kuat sehingga bisa berada pada pohon-pohon
yang tinggi yang sulit di jangkau (Borror, dkk. 1996). Sedangkan pada transek 2 hanya
ditemukan 5 jenis Orthoptera, yang kelimanya juga ditemukan di dikedua transek yang lain
kecuali Coryphistes ruricola tidak ditemukan pada transek 2 (Tabel 2). Adanya perbedaan
keanekaragaman jenis Orthoptera yang ditemukan pada transek 1 dan 3 yang dengan transek 2
mungkin disebabkan karena adanya perbedaan vegetasi yang menyusun dan perbedaan
ketinggian masing-masing transek, sehingga peta penyebaran Orthoptera berbeda (Gambar 1).
Bila dibandingkan dengan transek 2 dan 3, dapat dikatakan bahwa transek 1 memiliki
produktivitas Orthoptera yang lebih tinggi dan habitatnya lebih stabil. Hal ini didukung pendapat
Hardjosuwarno (2001) yang menyatakan bahwa indeks keanekaragaman menggambarkan tingkat
produktivitas dan stabilitas suatu ekosistem. Makin tinggi indeks keanekaragamannya maka
makin tinggi pula produktivitas biologisnya dan keadaan ekosistemnya makin stabil (Suryani,
2003).

5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 4
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009
Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

Jenis Orthoptera yang paling melimpah di Tahura WAR adalah Phalaeoba   antennata
dengan nilai Kelimpahan relatifnya 14,10%. Jenis ini banyak ditemukan di trasek 1 dan 3 tetapi
tidak ditemukan di transek 2 (Tabel 2). Tidak ditemukannya jenis ini di transek 2 mungkin
disebabkan karena P.  antennata merupakan Orthoptera herbivora yang menyukai vegetasi
semak dan padang rumput (Borror,dkk. 1996), sedangkan vegetasi pada transek 2 didominasi
oleh pohon-pohon berkayu yang biasa ditempati oleh Orthoptera omnivora seperti Phyllopalpus
pulchellus yang paling banyak ditemukan pada transek ini dibandingkan jenis lainnya (Tabel 2).

Tabel 2. Kelimpahan Relatif (Kr) jenis Orthoptera yang ditemukan pada setiap transek
pengamatan di Tahura WAR Gunung Betung

Transek 1 Transek 2 Transek 3 Total


No Famili Jenis
n Kr n Kr n Kr n Kr
(%) (%) (%) (%)
1 Acrididae Acrida conica Herbest 4 1,71 4 2,80 8 2.05
2 Acropedellus  clevatus John 5 2,14 4 2,80 9 2,31
3 Argeneotettix  dacrum John 6 2,56 1 0,70 7 1,79
4 Bermius brachycerus Stall 12 5,13 10 6,99 22 5,64
5 Cedarinia limbatella Stall 3 1,28 5 3,49 8 2,05
6 Chortoicetes  terminifera  Walker 9 3,84 17 11,8 26 6,67
7 Gastrimargus musicus  Fabricius 3 1,28 3 2,10 6 1,53
8 Goniaea australiase Linch 8 3,42 5 3,50 13 3,33
9 Hypochlora alba Dodge 7 2,99 7 4,89 14 3,59
10 Macrotona  mjoebergi Walker 14 5,98 6 4,19 20 5,13
11 Melanoplus  differentialis  Thomas 5 2,14 4 2,80 9 2,31
12 Miramella  formosonta Kollar 4 1,71 6 4,19 10 2,56
13 Paroxya  clavuliger Serville 13 5,56 6 4,19 19 4,87
14 Phalaeoba  antennata Abd 41 17,52 14 9,79 55 14,10
15 Romalea guttata Houttuyn 2 0,85 2 1,40 4 1,02
16 Valanga  irregularis Walker 20 8,55 11 7,69 31 7,95
17 Traulila ornata Shiraki 8 3,42 8 2,05
18 Artractromorpha similis Rehn 3 1,28 3 0,77
19 Eumastacidae Moraba virgo Rehn 10 4,27 6 4,19 16 4,10
20 Tettrigidae Coryphistes ruricola  Burmeister 7 2,99 3 23,08 10 2,56
21 Tettrix bipunctata  Sowerby 6 2,56 5 3,49 11 2,82
22 Tettigonidae Scuderia furcata  Brunner 4 1,71 2 1,40 6 1,53
23 Ducetia japonica Shiraki 2 0,85 1,40 4 1,02
24 Neoconochepalus  ensiger Harris 1 0,43 1 0,25
25 Psyra japonica  Shiraki 1 0,70 1 0,25
26 Gryllidae Gryllus pennsylvanicus  Burmeister 10 4,27 2 15,38 2 1,40 14 3,59
27 Metioche vittaticolis Stall 6 2,56 1 7,69 9 6,29 16 4,10
28 Oecanthus quadrimaculatus 2 0,85 2 1,40 4 1,02
Beutenmuller
29 Phyllopalpus pulchellus  Uhler 16 6,84 5 38,46 4 2,80 25 6,41
30 Grylotalpidae Neocurtilla hexadactyla Perty 3 1,28 2 15,38 5 3,49 10 2,56
Jumlah individu 234 13 143 390

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pengayaan sumber belajar melalui
Laboratorium Alam dan Hutan Pendidikan. Alam sekitar adalah salah satu sumber belajar yang
dapat digunakan, misalnya bagi siswa yang mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam mulai TK
sampai Perguruan Tinggi dapat memanfaatkan lokasi ini untuk melihat lansung objek yang
dipelajari, seperti tumbuhan, hewan atau organisme lain yang terdapat di alam (AECT, 1997).
Menurut Hamalik (2001), belajar dari alam sekitar akan membantu anak didik untuk berinteraksi
dengan alam. Untuk dapat lebih menperdalam pengetahuan dan keterampilan siswa, guru dapat
5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 5
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009
Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

melakukan kegiatan pengayaan melalui mengamati objek secara lansung di alam. Pengayaan
bertujuan agar siswa lebih kaya pengetahuan dan keterampilan, atau lebih mendalami bahan
pelajaran yang mereka pelajari (Arikunto (1986).

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Orthoptera yang ditemukan di Gunung Betung berjumlah 30 jenis yang termasuk ke dalam 6
famili, dengan kemelimpahan relatif ( Kr) tertinggi = 14,10 % yaitu spesies Phalaeoba
antennata dan terendah yaitu Psyra japonica dan Scuderia furcata ( Kr= 0,25 %), dengan peta
penyebaran tidak sama untuk setiap transek.
2. Hasil Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung menunjukan bahwa penyebaran jenis Orthoptera
paling banyak terdapat pada transek 1 dengan H' = 3,001 dan diikuti trensek 3 dengan H' =
2,866), sedang penyebaran Orthoptera paling sedikit pada transek 2 dengan H' =1,48).

Daftar Pustaka
AECT, 1997. The Deffinition of Educational Tchnology. http://aect.org./-40.pdf. Diakses 16-06-
2008.

Arikunto. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa. CV Rajawali. Jakarta.

Borror, DJ. and White. RE. 1970. A Field Guide to The Insects of America North of Mexico.
Haughton Mifflin Company.

Borror DJ, Triplehorn CA and Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. ( terjemahan
dari buku An Introduction to Study of Insect).Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Dephut. 2007. Master Plan. Taman Hutan Raya (TAHURA) Wan Abdur Rachman. PT.
Laras Sembada . Jakarta.

Deptan.BPOPT.2000. Pengendalian Nimfa Belalang. http:


//www.deptan.go.id./dillinhorti/max_baru/pengendhama.htm. Diakses 29-08-2007.

Elzinga R. 2003. Fundamental of Entomologi. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Erawati, NV. 2002. Keanekaragaman dan Kelimpahan Orthoptera (Insecta) di Gunung Kendeng
dan Gunung Botol, Taman Nasional Gunung Halimun,Jawa Barat .Dalam: Berita Biologi.
Vol VII. Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun.

Geocities.2006.Brisbane Grassophers http://www.geocities.com/brisbanegrasopphers. Diakses


20 -08-2007.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara Jakarta.

Harjosuwarno. 2001. Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah.


http://scbdp.net.index2.pgp?ooption=com.domain&task=doc vew&gid=247. Diakses 20-
08-2007.

Lilies, C. 2004. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius.Yogyakarta.

5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 6
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009
Nismah & Rangga @ _______ Pemetaan Orthoptera ….

Litbang Kompas.1998. Serangan belalang. http://www .bank


data.depkes.go.id./kompas/kabupaten%20Lampung%20utara.2pdf. Diakses 16-06-2008.

Naumann, ID. 1994. Systematic an Applied Entomology An Introduction. Melbourne university


press. Melbourne.

Suryani. 2003. Perbedaan keanekaragaman Insekta Malam di Area Tanaman padi dan Tanaman
Palawija dalam Edosistem Sawah di Desa Sripendowo.Kecamatan Bangunrejo Lampung
Tengah. Skripsi Universitas Lampung Bandar lampung.

Unila. 2007. Proposal Hutan Pendidikan Universitas Lampung.

5
Nismah, adalah staf edukasi Jurusan Biologi FMIPA,UNILA, Lampung 7
Bioedukasi Vol.VII No. 1 April 2009

Anda mungkin juga menyukai