Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2

SISTEM INDRA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

TUTOR :

dr.Aisyah,Sp.KFR

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
KELOMPOK PENYUSUN

1. Muhammad Jauhan Farhad (6130016003)

2. Johan Wijayanto (6130016008)

3. Ega Widhatama (6130016013)

4. Zakiyyatur Rizkiyyah Husin (6130016018)

5. Dini Putri Anggraini (6130016023)

6. Sitti Kubangsinawati Serang (6130016033)

7. Hikmah Sabrina Dinda Izzaty (6130016038)

8. Fajrul Maliki Alhaq (6130016043)

9. Nafisa Aulia Rahmadini (6130016048)

10. Mohammad Ilyas Febri Pitoyo (6130016053)


HALAMAN PENGESAHAN

Lembar tutorial Sistem Reproduksi Skenario 3 telah melalui konsultasi dan


disetujui oleh Tutor Pembimbing

Surabaya, 5 april 2019

Tutor Pembimbing,

dr.Aisyah,Sp.KFR
SKENARIO

Seorang laki – laki 70 th datang ke puskesmas dengan penglihatan


semakin kabur hanya mata kanan yang dapat melihat cahaya mata kiri hanya
melihat lambaian.

STEP I

(Hipotesis)

Laki – laki 70 th datang dengan keluang mata kabur akibat penuaan usia
maka didiagnosa katarak.

Keyword :

1. Penglihatan kabur

2. Mata kanan dapat melihat cahaya

3. Mata Kiri hanya melambaian


STEP II

(Mind Mapping)

Laki-laki 70 tahun Gangguan pengelihatan

Gangguan pengelihatan mata kanan


Lensa keruh
visus LP +, Mata kiri visus 1/300

Faktor resiko Diagnosis

Diagnosis
banding: Katarak senilis
Internal Eksternal Glaukoma

Penatalaksanaan Komplikasi
Usia dan edukasi

Bercak keruh

Prognosis
STEP III

(Learning Objective)

1. Mampu menjelaskan diagnosis pasti dan daignosis banding kasus diatas


2. Mampu menjelaskan klasifikasi katarak
3. Mampu menjelaskan patofisiologi katarak
4. Mampu menjelaskan manifestasi klinis katarak
5. Mampu menjelaskan tatalaksana katara dan edukasi katarak
6. Mampu menjelaskan komplikasi katarak
7. Mampu menjelaskan prognosis katarak
8. Mampu menjelaskan factor resiko katarak
9. Mampu menjelaskan etiologi katarak
10. Mampu menjelaskan pandangan islam penyakit katarak

STEP IV

(Hasil Belajar Mandiri)

1. Diagnosis dan Diagnosis katarak

Katarak adalah kekeruhan lensa kristal yang dapat menyebabkan penurunan


ketajaman visual dan / atau gangguan fungsional; dapat menyebabkan hilangnya
penglihatan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat dan refleks merah asimetris atau


tidak ada; itu dikonfirmasi ketika pemeriksaan lampu celah menemukan opacity
lensa.

Evaluasi oleh dokter mata menentukan efek katarak pada fungsi mata dan
penglihatan, serta pada kualitas hidup, dan mengidentifikasi kondisi lain yang
mungkin berkontribusi terhadap gangguan penglihatan.

 Glaucoma
Glaukoma adalah Kerusakan kepala saraf optic biasanya terkait dengan
peningkatan tekanan intraocular Seperti halnya katarak, dapat
menyebabkan hilangnya lapang pandang progresif.

 Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor endo ocular pada anak yang mengenai syaraf
embrionik retina dan merupakan merupkan tumor ganas tersering pada masa
kanak-kanak. Retinoblastoma sering muncul sebagai tumor congenital, dapat
bersifat multilokal dan bilateral, mengalami regresi spontan.

Gejala dari retinoblastoma sering diketahui oleh orang tuanya. Yang secara
umum konsultasi ke dokter ahli mata karena keluhan yang sering adalah :

 Leukocoria
 Strabismus
 Mata merah
 Nyeri mata
 Visus yang menurun.

 Ablasio retina

Ablasioretina "retinal  detachment
a d a l a h   p e m i s a h a n   r e t i n a   s e n s o r i k , yakni lapisan fotoreseptor "sel
kerucut dan batang, dan jaringan bagian dalam,epitel pigmen retina
dibawahnya. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat sesuatu perlekatan structural dengan koroid atau
pigmen epitel, sehingga merupakan titik yang lemah potensial untuk
lepas secara embriologis.
Gejala paling penting dari ablasio retina regmatogenosa adalah
fotopsia (kilatan cahaya pada mata), Floaters ( Terlihat benda
melayang-layang), dan skotoma absolut( b a y a n g a n ) .  
 Perdarahan vitreous

Yaitu Pendarahan ke dalam rongga vitreous atau lensa mata. Mirip dengan
katarak, menyebabkan kehilangan penglihatan tanpa rasa sakit. Gejala khas
termasuk floaters awal atau "sarang laba-laba" dalam penglihatan dengan
perkembangan cepat dari kehilangan penglihatan atau area yang luas, penglihatan
kabur yang mungkin terjadi secara tiba-tiba.

2. Klasifikasi katarak

 KLASIFIKASI BERDASARKAN USIA

 Katarak kongenital

 Sepertiga kasus katarak kongenital adalah diturunkan, sepertiga berkaitan


dengan penyakit sistemik, dan sisanya idiopatik. Separuh katarak
kongenital disertai anomali mata lainnya, seperti PHPV (Primary
Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, mikroftalmos, dan
buftalmos (pada glaukoma infantil).

Katarak senilis

Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan


daya akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan
90% dari semua jenis katarak.

 Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya1,9,


yaitu :1. Katarak nuklearis

 Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna


lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat
dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral,
namun dapat juga asimetris. Perubahan warna mengakibatkan penderita
sulit untuk membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara khas lebih
mengganggu gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat.

 1 Nukleus lensa mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan


naiknya indeks refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan
penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus mengenakan
kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight.

 2. Katarak kortikal

 Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi


protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral,
asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah sumber
cahaya. Tahap penurunan penglihatan bervariasi dari lambat hingga cepat.
Pemeriksaan slitlamp berfungsI untuk melihat ada tidaknya vakuola
degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan
menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran
seperti embun.

 3. Katarak subkapsuler

 Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior.


Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan
seperti plak dikorteks subkapsuler posterior.Gejalanya adalah silau,
penglihatan buruk pada tempat terang, dan penglihatan dekat lebih
terganggu daripada penglihatan jauh.
3. Patofisiologi katarak

 Penuaan merupakan faktor yang paling berperan terjadinya katarak.


Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang
tua. Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum
sepenuhnya dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang
hidup, tidak ada sel-sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia,
lensa bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan akomodasinya
menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara
konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa
mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).

 Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia


menjadi high-molecular-weight-protein. Agregasi protein ini
menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa, penyebaran
sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa
nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring
berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa
yang seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan
cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan konsentrasi Glutathione dan
Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium dan Kalsium.

 Katarak komplikata merupakan katarak yang timbul akibat penyakit mata


lain atau penyakit sistemik. Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan
terjadinya katarak sekunder adalah uveitis anterior kronis, glaukoma akut,
miopia patologis dan diabetes mellitus merupakan penyebab paling umum.
Penggunaan obat-obatan (steroid) dan trauma, baik trauma tembus, trauma
tumpul, kejutan listrik, radiasi sinar inframerah dan radiasi pengion untuk
 tumor mata juga dapat mengakibatkan kekeruhan lensa/katarak.

4. Manifestasi Klinis katarak

Akibat perubahan opasitas lensa. Terdapat berbagai gangguan pada


penglihatan termasuk :
 Penurunan tajam penglihatan perlahan
 Penurunan sensivitas kontras : pasien mengeluhkan sulitnya melihat
benda diluar ruangan pada cahaya terang.
 Pergeseran kea rah miopia. Normalnya, pasien usia lanjut akan
mengeluhkan perubahan hyperopia, akan tetapi pasien katarak
mengalami perubahan miopia karena perubahan indeks refraksi lensa.
 Diplopia monokular. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan indeks
refraksi antara satu bagian lensa yang mengalami kekeruhan dengan
bagian lensa lainnya
 Sensai silau (glare). Opopasitas lensa mengakibatkan rasa silau
karena cahaya dibiaskan akibat perubahan indeks reflaksi lensa.

5. Penatalaksanaan katarak dan edukasi

Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum


dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan
terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang
turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan
hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal
posterior yang kecil akan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang
sangat berat pada penerangan yang sedang akan tetapi bila pasien berada di
tempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.
Pengobatan definitif katarak adalah tindakan pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sehingga mengganggu kegiatan sehari-
hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti timbulnya penyulit. Pembedahan
katarak dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain EKIK, EKEK, dan
fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan pembedahan, lensa diganti dengan kacamata
afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokuler. Jika pembedahan sudah
dilakukan, edukasi yang dapat diberikan seperti menghindari segala bentuk
trauma fisik dan kontak dari benda fisik bahkan seperti air. Dan diberikan edukasi
bahwasannya untuk katarak memiliki prognosis yang cukup baik.

Grading didasarkan pada densitas kekerasan lensa menggunakan staging


Buratto, dimana kekerasan lensa pada katarak dibagi menjadi 5 grade, yaitu :

 Grade I : nukleus lunak, visus lebih baik dari 6/12, lensa hanya
tampak sedikit keruh, refleks fundus (+)
 Grade II : nukleus mengeras, visus antara 6/12 hingga 6/30, tampak
gambaran katarak subkapsularis posterior
 Grade III : nukleus tampak kekuningan dengan korteks lensa
mengeruh, visus antara 6/30 hingga 3/60
 Grade IV : nukleus keras berwarna kuning kecoklatan, visus< 3/60,
refleks fundus (-)
 Grade V : nukleus kecoklatan, visus semakin buruk

6. Komplikasi katarak
A. Komplikasi Pre Operasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma. Dhawan (2005)
dalam tulisanya mengemukakan timbulnya glaukoma sekunder akibat katarak
dapat melalui tiga cara, yaitu:

 Glaukoma fakomorfik
Lensa dapat membengkak (intumesen) dengan menyerap cukup
banyak cairan dari kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan
pendesakan sudut sehingga jalan trabekular terblok serta menyebabkan
glaukoma sudut tertutup.

 Glaukoma fakolitik
Pada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein lensa
dan masuk ke dalam kamera anterior terutama pada bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya protein lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut
kamera okuli anterior sehingga terjadi penyumbatan trabecular yang
memicu terjadi peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma
sudut terbuka.

 Glaukoma fakotopik
Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi, iris terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran
humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya
tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.

B. Komplikasi Intra Operasi Katarak


 Hifema
Perdarahan dapat terjadi dari insisi korneo-skeral, korpus siliaris, atau
vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari insisi, harus
dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa.
Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat
rubeosis iridis, uveitis heterokromik dan iridosiklitis.3,4,5

 Iridodialisis
Komplikasi ini dapat disebabkan oleh instrumen. Biasanya pada
bagian proksimal dari insisi. Clayman mengemukakan bahwa iridodialisis
yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa berfungsi sebagai
iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat menimbulkan
gangguan pada visus. Keadaan ini dapat terjadi pada waktu memperlebar luka
operasi, iridektomi atau ekstraksi lensa. Perbaikan harus dilakukan segera
dengan menjahit iris perifer pada luka. 3,4

 Prolaps korpus vitreum


Prolaps korpus vitreus merupakan komplikasi yang serius pada operasi
katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal
downgrowth, prolaps iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edema macular
kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optik. Untuk
menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen
anterior bebas dan korpus vitreum.

 Perdarahan ekspulsif
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang
dapat menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Keadaan ini biasanya
ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang mendadak diikuti
dengan refleks fundus merah tua, luka insisi terbuka, prolaps iris serta diikuti
keluarnya lensa , vitreus dan darah.Penanganannya segera dilakukan
temponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan
rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan
vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-
6mm posterior dari limbus) untuk drainase.

C. Komplikasi Post Operasi Katarak Awal

 Hifema
Bisa terjadi 1 – 3 hari setelah operasi, biasanya berasal dari luka insisi
atau iris, pada umumnya hilang spontan dalam waktu 7- 10 hari. Perdarahan
berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila perdarahan cukup banyak
dapat menyebabkan glaukoma sekunder dan corneal staining, dan TIO harus
diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4 kali sehari, serta
parasintesis hifema dengan aspirasi-irigasi.

 Prolaps iris
Komplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah
operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi
karena komplikasi prolapse vitreus selama operasi. Keadaan ini merupakan
penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti
penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis,
endoftalmitis, edema macular kistoid dan kadang – kadang ophtalmia
simpatika.

 Endoftalmitis Akut
Secara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan
visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul
2-5 hari pasca operasi. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah
Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase
negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak
endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram
negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeroginosa.
Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup
untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat
imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten
terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus..

 Descemet Fold
Keadaan ini paling sering disebabkan oleh operasi pada endotel
kornea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk
melindungi kornea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari setelah
operasi.

D. Komplikasi Post Operasi Katarak Lanjut

 Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi
pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekananik, inflamasi dan
peningkatan TIO, insidennya meningkat pada disfungsi endotel. Biasanya
akan teresobsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap
bila disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea.

 Kekeruhan kapsul posterior


Komplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah
EKEK, dimana kapsul posterior masih utuh, berasal dari sel-sel epitel lensa
yang masih hidup yang tertinggal pada kapsul anterior dan posterior setelah
pengeluaran nukleus dan korteks. Penyebabnya adalah plak subkapsular
posterior residual dimana insidennya bisa diturunkan dengan polishing kapsul
posterior, juga disebabkan fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek
pada kapusl posterior, atau dapat diakibatkan proliferasi epitel lensa pada
kapsul posterior di tempat aposisi kapsul anterior dengan kapsul posterior.
Faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi antara lain umur pasien, riwayat
inflamasi intraokuler, model LIO, bahan optik LIO, capsular fixation dari
implan

Kekeruhan pada kapsul posterior setelah EKEK dapat diatasi dengan


disisio atau kapsulotomi posterior. Kapsulotomi dapat menggunakan pisau
Zingler, jarum kecil dan dapat menggunakan Nd: YAG laser.

 Residual Lens Material


Pada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat, dimana terjadi
kegagalan pengeluaran seluruh material lensa bagian perifer yang berada di
bawah iris. Bila material yang tertinggal sedikit akan diresorbsi secara
spontan, sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena
bisa menimbulkan uveitis anterior kronik dan glaukoma sekunder. Apabila
yang tertinggal potongan nuklear yang besar dan keras, dapat merusak endotel
kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus.

 Dekompensasi kornea
Edema kornea yang disebabkan karena gangguan fungsi pompa
endotel merupakan salah satu komplikasi katarak yang paling sering dijumpai.
Penyebab terjadinya gangguan fungsi pompa endotel ini dapat disebabkan
oleh trauma mekanis yang terjadi selama operasi, antara lain manipulasi
berlebihan dalam bilik mata depan, instrument yang menyentuh endotel,
penekanan pada kornea atau perlekatan implant pada endotel. Penyebab lain
edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan vitreus atau hialoid yang
intak pada endotel kornea. Pemberian agent hiperosmotik sistemik akan
menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga dapat melepaskan perlekatan.

 Glaukoma sekunder
Peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24 – 48 jam setelah operasi,
mungkin berkaitan dengan penggunaan zonulolyzis dan tidak memerlukan
terapi spesifik. Peningkatan TIO yang berlangsung lama, dapat disebabkan
oleh hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA,
epithelial ingrowth. Glaukoma maligna atau blok siliar adalah komplikasi
pasca operasi yang jarang terjadi, disebabkan humor akuos mengalir ke
posterior dan mendorong vitreus anterior ke depan. Penanganannya secara
medikamentosa dengan pemberian agent hiperosmotik sistemik, dilatasi pupil
maksimum dengan atropin 4% dan fenilefrin 10% atau dengan melakukan
aspirasi akuos humor/vitreus posterior.

 Endoftalmitis Kronik
Endoftalmitis kronis dapat timbul dalam beberapa bulan sampai 1
tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi
inflamasi kronik atau uveitis (granulomatosus) dan penurunan visus.
Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup
untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat
imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten
terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab
endoftalmitis kronik mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering
adalah Propionibacterium acnes organisme tersebut menstimulasi reaksi
imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.

 Epithelial Ingrowth
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi sangat mengganggu, disebabkan
masuknya epitel konjungtiva melalui defek luka. Sel – sel epitel masuk
segmen anterior dan trabekular meshwork sehingga menimbulkan glaukoma.
Faktor predisposisi adalah tiap konjungtiva fornix-base, penyembuhan luka
yang tidak baik dan prolaps iris. Tanda – tanda yang menyertai meliputi
uveitis anterior pasca operasi menetap, fistula (50% dari kasus), membran
transparan dengan tepi berlipat pada bagian superior endotel kornea, pupil
distorsi dan membran pupilar. Penanganannya adalah cryodestruction sel
epitel dan eksisi epitel yang terlihat pada iris dan vitreus anterior.

 Ablasi retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui.
Faktor predisposisinya meliputi prolaps vitreus, myopia tinggi perlekatan
vitreo-retinal dan degenarasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai
adanya tear kecil berbentuk “U” yang pertama kali mengenai makula. Apabila
ablasi retina terjadi pada mata afakia, resiko terjadinya ablasi retina pada
satunya bila belum dioperasi adalah 7%, sedangkan insiden pada mata satunya
yang sudah afakia adalah 25%.

 Edema makula kistoid


Keadaan ini sering merupakan penyebab penurunan visus setelah
operasi katarak, baik yang terjadi komplikasi maupun yang tanpa komplikasi.
Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas perifoveal
yang meningkat, inflamasi, vitreomacular traction, dan hipotoni yang lama
atau yang sementara waktu.

Pada pemeriksaan fluorescein angiography, tampak gambaran flower


petal. Mata bisa tetap tampak normal atau mudah iritasi dan fotofobia, tampak
ciliary flush dengan iritis ringan, ruptur hyaloid anterior dengan adhesi vitreus
pada bagian dalam luka. Penurunan visus biasanya terjadi 2-6 bulan setelah
operasi dan bertahan beberapa minggu sampai beberapa bulan. Sebagian besar
kasus pulih spontan dalam 6 bulan dan tidak memerlukan terapi spesifik. Pada
kasus – kasus yang kronis (berlangsung lebih dari 9 bulan), penurunan visus
permanen karena pembentukan lamelar mucular hole. Kortikosteroid dan anti
inflamasi non steroid topical dapat bermanfaat pada beberapa kasus. Ada
beberapa laporan mengenai keberhasilan pengobatan dengan anti inflamasi
non steroid dan carbonic anhydrase inhibitor oral.3,4
EDUKASI

Pasca Operasi

Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien
tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasien pasca operasi katarak

1. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok,


mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan
sholat disarankan dilakukan dengan cara tidur
2. Mata pasien yang pasca operasi bedah mata katarak tidak boleh sampai
terkena air, di kucek-.kucek dan ketika tidur disarankan untuk
menggunakan pembungkus rambut ketika hendak tidur agar rambut anda
tidak mengganggu mata. Adapun untuk pelindung mata setelah 2-3 hari
pasca operasi dapat mengenakan kacamata hitam untuk sehari-hari.
3. Pasien disarankan untuk menggunakan obat tetes mata dengan 2 jenis
seperti yang telah disebutkan diatas, yakni Cendo Xitrol ( antibiotik dan
steroid ) dan Floxa ( antibiotik steril) gunakan pada jam-jam berikut :
15.00, 18.00, 21.00. Hari-hari selanjutnya diteteskan 6 kali sehari yaitu
pada jam : 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, dan terakhir pada jam 21.00

7. Prognosis katarak
 Prognosis untuk pasien katarak yang menjalani operasi pada
umumnya cukup baik. Pemeriksaan mata rutin dilakukan untuk
mendeteksi perkembangan katarak pada mata yang belum terkena.
Banyak pasien yang menerima lensa monofokal memerlukan koreksi
untuk mendapat ketajaman penglihatan terbaik setelah dilakukan
operasi.
 Prognosis visus untuk pasien katarak anak-anak yang membutuhkan
operasi tidak sebaik pasien katarak senilis. Ambliopia dan anomali
saraf optik atau retina membatasi derajat penglihatan yang dapat
dicapai dalam kelompok usia ini.
 Prognosis untuk perbaikan ketajaman visual buruk pada operasi
untuk katarak kongenital unilateral dan baik untuk katarak kongenital
bilateral yang tidak komplit dan progresifitas yang lambat.

8. Factor resiko katara

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh


antara

lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh

adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status


sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang
dalam

hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal dari sinar


matahari

1.1 usia

 Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh.


Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan
timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa
berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan
bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai
empat kali pada pasien berusia >65 tahun.

1.2 jenis kelamin

 Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini
diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita
katarak lebih banyak dibandingkan laki-laki

1.3 riwayat penyakit

 Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks


refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah,
juga akan meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari
aqueous akan masuk ke lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa
ini diubah menjadi sorbitol oleh enzim aldose reduktase melalui jalur
poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa. Telah terbukti
bahwa akumulasi intraselular sorbitol menyebabkan perubahan osmotic
sehingga air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan pembengkakkan
serabut lensa. Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa akumulasi
poliol intraseluler menyebabkan kolaps dan

likuifaksi(pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan kekeruhan


pada lensa

9. Etiologi katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang
dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai
berikut :
 Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes
melitus, dislpidemia.
 Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C
 Riwayat keluarga dengan katarak
 Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu
 Pembedahan mata
 Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang
 Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.
 Efek dari merokok dan alkohol

10. pandangan islam penyakit katarak

Dalam Islam ada pembahasan mengenai penyakit psikosomatik yaitu


ketika Nabi Yaqub kehilangan Nabi Yusuf dan mengalami rabun mata karena
sedih berkepanjangan kendati dihadapi dengan tabah. Selanjutnya ketika baju
Yusuf dibawakan kepada Yaqub, penglihatannya normal kembali.

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ا ْذ َهبُوا بَِقميصي َه َذا فَأَلْ ُقوهُ َعلَى َو ْجه أَيِب يَأْت بَص ًريا َوأْتُونيبِ أ َْهل ُك ْم أَمْج َع‬
‫ني‬

)93

“Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia
kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu
semuanya kepadaku”. (QS. Yusuf: 93)

Ayat di atas menceritakan kisah ketika Nabi Ya’qub menjadi buta disebabkan
oleh kesedihannya yang mendalam lantaran kehilangan putranya Yusuf yang
sangat ia kasihi. Perkataan Yusuf ini merupakan wahyu dari Allah yang Dia
ilhamkan agar mengusap gamis Yusuf ke wajah Ya’qub yang menyebabkan
kembalinya penglihatannya secara sempurna.

Beberapa tokoh muslim dalam perkembangan ilmu opthammology

Ali bin Isa


Salah satu ahli mata Islam yang paling terkenal ini lahir di Baghdad, Iraq.
Tulisannya, Tashkiratul Kahhalin (Catatan Seorang Ahli Mata), adalah salah satu
buku teks paling bagus dan paling lengkap tentang penyakit mata, diterjemahkan
dengan catatan oleh Hirschberg dan Lippert (1904) dan kemudian ke dalam
Bahasa Inggris oleh Casey Wood pada 1936.

Ammar bin Ali Al-Mosuli

AMMAR berasal dari Mosul, Iraq, mulai terkenal sekitar tahun 1010.
Beliau menulis sebuah buku berjudul Kitab al-Muntakhab fi ‘Ilaj Al-‘ayn (Buku
Tentang Macam-Macam Pengobatan Penyakit Mata) dan biasanya membuka
praktek di Mesir. Bukunya berisi tentang anatomi, patologi, dan mendeskripsikan
enam kasus operasi katarak dalam sejarah bahkan sebuah kasus mengenai optik
neuritis.

Khalifah Aleppo

KHALIFAH Ibn Al-Mahasin dari Aleppo, Suriah, yang namanya mulai


mencuat pada tahun 1260, menulis sebuah buku setebal 564 halaman yang
mendeskripsikan dan memberikan gambaran mengenai beragam peralatan operasi
termasuk 36 alat operasi mata. Beliau juga mendiskusikan jalan visual antara mata
dengan otak, serta menulis tentang 12 macam prosedur operasi katarak. Katarak
dalam Bahasa Arab adalah Al-Ma’Nazul ‘Ayn. Ma’ yang berarti air, dimaksudkan
sebagai air yang berakumulasi di mata, yang membuat mata menjadi “lembek”
dan membuat pandangan berkabut. Cara mengobatinya adalah dengan menyedot
cairan tersebut dengan jarum berongga, dan katarak dapat diambil, membuat
pandangan pasien jelas kembali.

Ibnu Al-Haytham

Ibnu Al-Haytham lahir pada 965 Masehi, adalah orang pertama yang
menjelaskan bahwa kita dapat melihat karena pembiasan cahaya.Sejak tahun 800
hingga 1300 Masehi, dunia Islam telah menghasilkan tidak kurang dari 60
spesialis mata, penulis buku-buku rujukan dan jurnal ilmiah tentang
Ophthalmology. Sementara di Eropa, sampai abad ke-12, kata ‘ahli mata’ tidak
pernah terdengar,” ujar Profesor Hirschberg pada audience-nya yang terkesima.
Metode pengangkatan katarak dengan jarum berongga baru diterapkan di Eropa
pada abad ke-18.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology, Basic and aclinical Science


Course. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco : American
Academy of Opthalmology : 17-22, 81-97, 103-10
2. kBoyd FB. Highlight of opthalmology. World atlas series of ophthalmic
surgery. Vol 1. Eldorado : Highlight Opthalmology Intl : 123-4. 172-75
3. : Ilyas, Sidarta. 2006. Katarak. Edisi 2. Jakarta : FK UI.

4. Kapita Selekta Kedokteran/editor. Chris Tanto... [et.al] Ed. 4. Jakarta :


Media Aesculapius. 2014
5. Chang RT, Hoyt C, Raju LV, Hamill B. 2018. [Online]
6. https:bestpractice.bmj.com/topics/engb/499/prevention.
7. Ocampo VVD, Foster CS, Dahl AA. 2018. Medscape. [Online]
8. https:emedicine.medscape.com/article/120914-overview#a6
9. Olson RJ dkk: Katarak di Mata Dewasa: Pola Latihan
Pilihan. Oftalmologi. 2017
10. Steinberg EP et al: The VF-14: indeks gangguan fungsional pada pasien
dengan katarak.Arch Ophthalmol. 112 (5): 630-8, 1994
11. Shaikh, Ibrahim, 2015, Eye Specialists in Islamic Cultures, Muslim
Heritage
12. Pollreisz, A., Schmidt, U., 2010. Diabetic Cataract—Pathogenesis,
Epidemiology and Treatment. Vol. 2010.
13. Sirlan F, blindness pattern in Indonesia, Sub Directorate Community Eye
Health,
Ministry of Healthy, 2000,10-12.

14. Astari, Prilly. 2018. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi


Operasi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Planning
TPL PPL Assesment
Diagnosis Terapi Monitoring Edukasi
1. laki – Katarak 1. 1. opersi 1 . selali
laki 70 th 1,2,3,4, Pem.Visusmata katarak - visus memakai
2. penglihat 5. 2.Oftalmoskop 2. staging mata kacamat
an semakin 3. Shadowtest 3.fakoelm - hasil tes 2 . diberikan
kabur 4. Pemeriksaan ulsifikasi pasca tetes mata
3. mata lap. Pandang 4. SICS operasi steroid dan
kanan cahaya 5. Slit lamp (small - tes darah antibiotik
dapat melihat incision lengkap
cahaya cataract - gula
4. mata kiri surgery ) darah
hanya melihat - tekanan
lambaian intraokul
5. lensa er
mata tampak
keruh 1, 2 Glaukoma 1. Pemeriksaan 1.Medikame
GDA ntosa
2. Oftalmoskopi 2. Bedah
3. Tonometry laser
4.Pem lap.
Pandang

Anda mungkin juga menyukai