SKENARIO 2
SISTEM INDRA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
TUTOR :
dr.Aisyah,Sp.KFR
Tutor Pembimbing,
dr.Aisyah,Sp.KFR
SKENARIO
STEP I
(Hipotesis)
Laki – laki 70 th datang dengan keluang mata kabur akibat penuaan usia
maka didiagnosa katarak.
Keyword :
1. Penglihatan kabur
(Mind Mapping)
Diagnosis
banding: Katarak senilis
Internal Eksternal Glaukoma
Penatalaksanaan Komplikasi
Usia dan edukasi
Bercak keruh
Prognosis
STEP III
(Learning Objective)
STEP IV
Evaluasi oleh dokter mata menentukan efek katarak pada fungsi mata dan
penglihatan, serta pada kualitas hidup, dan mengidentifikasi kondisi lain yang
mungkin berkontribusi terhadap gangguan penglihatan.
Glaucoma
Glaukoma adalah Kerusakan kepala saraf optic biasanya terkait dengan
peningkatan tekanan intraocular Seperti halnya katarak, dapat
menyebabkan hilangnya lapang pandang progresif.
Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor endo ocular pada anak yang mengenai syaraf
embrionik retina dan merupakan merupkan tumor ganas tersering pada masa
kanak-kanak. Retinoblastoma sering muncul sebagai tumor congenital, dapat
bersifat multilokal dan bilateral, mengalami regresi spontan.
Gejala dari retinoblastoma sering diketahui oleh orang tuanya. Yang secara
umum konsultasi ke dokter ahli mata karena keluhan yang sering adalah :
Leukocoria
Strabismus
Mata merah
Nyeri mata
Visus yang menurun.
Ablasio retina
Ablasioretina "retinal detachment
a d a l a h p e m i s a h a n r e t i n a s e n s o r i k , yakni lapisan fotoreseptor "sel
kerucut dan batang, dan jaringan bagian dalam,epitel pigmen retina
dibawahnya. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat sesuatu perlekatan structural dengan koroid atau
pigmen epitel, sehingga merupakan titik yang lemah potensial untuk
lepas secara embriologis.
Gejala paling penting dari ablasio retina regmatogenosa adalah
fotopsia (kilatan cahaya pada mata), Floaters ( Terlihat benda
melayang-layang), dan skotoma absolut( b a y a n g a n ) .
Perdarahan vitreous
Yaitu Pendarahan ke dalam rongga vitreous atau lensa mata. Mirip dengan
katarak, menyebabkan kehilangan penglihatan tanpa rasa sakit. Gejala khas
termasuk floaters awal atau "sarang laba-laba" dalam penglihatan dengan
perkembangan cepat dari kehilangan penglihatan atau area yang luas, penglihatan
kabur yang mungkin terjadi secara tiba-tiba.
2. Klasifikasi katarak
Katarak kongenital
Katarak senilis
2. Katarak kortikal
3. Katarak subkapsuler
Grade I : nukleus lunak, visus lebih baik dari 6/12, lensa hanya
tampak sedikit keruh, refleks fundus (+)
Grade II : nukleus mengeras, visus antara 6/12 hingga 6/30, tampak
gambaran katarak subkapsularis posterior
Grade III : nukleus tampak kekuningan dengan korteks lensa
mengeruh, visus antara 6/30 hingga 3/60
Grade IV : nukleus keras berwarna kuning kecoklatan, visus< 3/60,
refleks fundus (-)
Grade V : nukleus kecoklatan, visus semakin buruk
6. Komplikasi katarak
A. Komplikasi Pre Operasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma. Dhawan (2005)
dalam tulisanya mengemukakan timbulnya glaukoma sekunder akibat katarak
dapat melalui tiga cara, yaitu:
Glaukoma fakomorfik
Lensa dapat membengkak (intumesen) dengan menyerap cukup
banyak cairan dari kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan
pendesakan sudut sehingga jalan trabekular terblok serta menyebabkan
glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma fakolitik
Pada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein lensa
dan masuk ke dalam kamera anterior terutama pada bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya protein lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut
kamera okuli anterior sehingga terjadi penyumbatan trabecular yang
memicu terjadi peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma
sudut terbuka.
Glaukoma fakotopik
Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi, iris terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran
humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya
tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.
Iridodialisis
Komplikasi ini dapat disebabkan oleh instrumen. Biasanya pada
bagian proksimal dari insisi. Clayman mengemukakan bahwa iridodialisis
yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa berfungsi sebagai
iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat menimbulkan
gangguan pada visus. Keadaan ini dapat terjadi pada waktu memperlebar luka
operasi, iridektomi atau ekstraksi lensa. Perbaikan harus dilakukan segera
dengan menjahit iris perifer pada luka. 3,4
Perdarahan ekspulsif
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang
dapat menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Keadaan ini biasanya
ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang mendadak diikuti
dengan refleks fundus merah tua, luka insisi terbuka, prolaps iris serta diikuti
keluarnya lensa , vitreus dan darah.Penanganannya segera dilakukan
temponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan
rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan
vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-
6mm posterior dari limbus) untuk drainase.
Hifema
Bisa terjadi 1 – 3 hari setelah operasi, biasanya berasal dari luka insisi
atau iris, pada umumnya hilang spontan dalam waktu 7- 10 hari. Perdarahan
berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila perdarahan cukup banyak
dapat menyebabkan glaukoma sekunder dan corneal staining, dan TIO harus
diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4 kali sehari, serta
parasintesis hifema dengan aspirasi-irigasi.
Prolaps iris
Komplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah
operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi
karena komplikasi prolapse vitreus selama operasi. Keadaan ini merupakan
penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti
penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis,
endoftalmitis, edema macular kistoid dan kadang – kadang ophtalmia
simpatika.
Endoftalmitis Akut
Secara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan
visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul
2-5 hari pasca operasi. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah
Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase
negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak
endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram
negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeroginosa.
Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup
untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat
imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten
terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus..
Descemet Fold
Keadaan ini paling sering disebabkan oleh operasi pada endotel
kornea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk
melindungi kornea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari setelah
operasi.
Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi
pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekananik, inflamasi dan
peningkatan TIO, insidennya meningkat pada disfungsi endotel. Biasanya
akan teresobsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap
bila disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea.
Dekompensasi kornea
Edema kornea yang disebabkan karena gangguan fungsi pompa
endotel merupakan salah satu komplikasi katarak yang paling sering dijumpai.
Penyebab terjadinya gangguan fungsi pompa endotel ini dapat disebabkan
oleh trauma mekanis yang terjadi selama operasi, antara lain manipulasi
berlebihan dalam bilik mata depan, instrument yang menyentuh endotel,
penekanan pada kornea atau perlekatan implant pada endotel. Penyebab lain
edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan vitreus atau hialoid yang
intak pada endotel kornea. Pemberian agent hiperosmotik sistemik akan
menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga dapat melepaskan perlekatan.
Glaukoma sekunder
Peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24 – 48 jam setelah operasi,
mungkin berkaitan dengan penggunaan zonulolyzis dan tidak memerlukan
terapi spesifik. Peningkatan TIO yang berlangsung lama, dapat disebabkan
oleh hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA,
epithelial ingrowth. Glaukoma maligna atau blok siliar adalah komplikasi
pasca operasi yang jarang terjadi, disebabkan humor akuos mengalir ke
posterior dan mendorong vitreus anterior ke depan. Penanganannya secara
medikamentosa dengan pemberian agent hiperosmotik sistemik, dilatasi pupil
maksimum dengan atropin 4% dan fenilefrin 10% atau dengan melakukan
aspirasi akuos humor/vitreus posterior.
Endoftalmitis Kronik
Endoftalmitis kronis dapat timbul dalam beberapa bulan sampai 1
tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi
inflamasi kronik atau uveitis (granulomatosus) dan penurunan visus.
Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup
untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat
imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten
terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab
endoftalmitis kronik mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering
adalah Propionibacterium acnes organisme tersebut menstimulasi reaksi
imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.
Epithelial Ingrowth
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi sangat mengganggu, disebabkan
masuknya epitel konjungtiva melalui defek luka. Sel – sel epitel masuk
segmen anterior dan trabekular meshwork sehingga menimbulkan glaukoma.
Faktor predisposisi adalah tiap konjungtiva fornix-base, penyembuhan luka
yang tidak baik dan prolaps iris. Tanda – tanda yang menyertai meliputi
uveitis anterior pasca operasi menetap, fistula (50% dari kasus), membran
transparan dengan tepi berlipat pada bagian superior endotel kornea, pupil
distorsi dan membran pupilar. Penanganannya adalah cryodestruction sel
epitel dan eksisi epitel yang terlihat pada iris dan vitreus anterior.
Ablasi retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui.
Faktor predisposisinya meliputi prolaps vitreus, myopia tinggi perlekatan
vitreo-retinal dan degenarasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai
adanya tear kecil berbentuk “U” yang pertama kali mengenai makula. Apabila
ablasi retina terjadi pada mata afakia, resiko terjadinya ablasi retina pada
satunya bila belum dioperasi adalah 7%, sedangkan insiden pada mata satunya
yang sudah afakia adalah 25%.
Pasca Operasi
Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien
tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
7. Prognosis katarak
Prognosis untuk pasien katarak yang menjalani operasi pada
umumnya cukup baik. Pemeriksaan mata rutin dilakukan untuk
mendeteksi perkembangan katarak pada mata yang belum terkena.
Banyak pasien yang menerima lensa monofokal memerlukan koreksi
untuk mendapat ketajaman penglihatan terbaik setelah dilakukan
operasi.
Prognosis visus untuk pasien katarak anak-anak yang membutuhkan
operasi tidak sebaik pasien katarak senilis. Ambliopia dan anomali
saraf optik atau retina membatasi derajat penglihatan yang dapat
dicapai dalam kelompok usia ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman visual buruk pada operasi
untuk katarak kongenital unilateral dan baik untuk katarak kongenital
bilateral yang tidak komplit dan progresifitas yang lambat.
lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh
1.1 usia
Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini
diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita
katarak lebih banyak dibandingkan laki-laki
9. Etiologi katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang
dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes
melitus, dislpidemia.
Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C
Riwayat keluarga dengan katarak
Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu
Pembedahan mata
Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang
Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.
Efek dari merokok dan alkohol
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ا ْذ َهبُوا بَِقميصي َه َذا فَأَلْ ُقوهُ َعلَى َو ْجه أَيِب يَأْت بَص ًريا َوأْتُونيبِ أ َْهل ُك ْم أَمْج َع
ني
)93
“Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia
kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu
semuanya kepadaku”. (QS. Yusuf: 93)
Ayat di atas menceritakan kisah ketika Nabi Ya’qub menjadi buta disebabkan
oleh kesedihannya yang mendalam lantaran kehilangan putranya Yusuf yang
sangat ia kasihi. Perkataan Yusuf ini merupakan wahyu dari Allah yang Dia
ilhamkan agar mengusap gamis Yusuf ke wajah Ya’qub yang menyebabkan
kembalinya penglihatannya secara sempurna.
AMMAR berasal dari Mosul, Iraq, mulai terkenal sekitar tahun 1010.
Beliau menulis sebuah buku berjudul Kitab al-Muntakhab fi ‘Ilaj Al-‘ayn (Buku
Tentang Macam-Macam Pengobatan Penyakit Mata) dan biasanya membuka
praktek di Mesir. Bukunya berisi tentang anatomi, patologi, dan mendeskripsikan
enam kasus operasi katarak dalam sejarah bahkan sebuah kasus mengenai optik
neuritis.
Khalifah Aleppo
Ibnu Al-Haytham
Ibnu Al-Haytham lahir pada 965 Masehi, adalah orang pertama yang
menjelaskan bahwa kita dapat melihat karena pembiasan cahaya.Sejak tahun 800
hingga 1300 Masehi, dunia Islam telah menghasilkan tidak kurang dari 60
spesialis mata, penulis buku-buku rujukan dan jurnal ilmiah tentang
Ophthalmology. Sementara di Eropa, sampai abad ke-12, kata ‘ahli mata’ tidak
pernah terdengar,” ujar Profesor Hirschberg pada audience-nya yang terkesima.
Metode pengangkatan katarak dengan jarum berongga baru diterapkan di Eropa
pada abad ke-18.
DAFTAR PUSTAKA
Planning
TPL PPL Assesment
Diagnosis Terapi Monitoring Edukasi
1. laki – Katarak 1. 1. opersi 1 . selali
laki 70 th 1,2,3,4, Pem.Visusmata katarak - visus memakai
2. penglihat 5. 2.Oftalmoskop 2. staging mata kacamat
an semakin 3. Shadowtest 3.fakoelm - hasil tes 2 . diberikan
kabur 4. Pemeriksaan ulsifikasi pasca tetes mata
3. mata lap. Pandang 4. SICS operasi steroid dan
kanan cahaya 5. Slit lamp (small - tes darah antibiotik
dapat melihat incision lengkap
cahaya cataract - gula
4. mata kiri surgery ) darah
hanya melihat - tekanan
lambaian intraokul
5. lensa er
mata tampak
keruh 1, 2 Glaukoma 1. Pemeriksaan 1.Medikame
GDA ntosa
2. Oftalmoskopi 2. Bedah
3. Tonometry laser
4.Pem lap.
Pandang