Anda di halaman 1dari 9

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH

PERKAWINAN BERLANGSUNG
Annisa Istrianty
Erwan Priambada
Email: annishaistrianty@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
Marriage occurs due to encouragement from within every human being to be with the other man. It is a
sacred bond as a liaisong between a man and woman in forming new family. But in fact, there are interest
of the parties are blocking the marriage. Therefore, there is an effort that is made a covenant of marriage
in accordance with the laws and regulations to protect the interests of the
parties concerned.

Keywords: marriage, the Covenant of marriage, legal consequences

Abstrak
Perkawinan terjadi karena ada dorongan dari dalam diri setiap manusia untuk bersama dengan manusia
lainnya. Merupakan suatu ikatan sakral sebagai penghubung antara seorang pria dan wanita dalam
membentuk suatu keluarga atau membangun rumah tangga. Namun pada kenyataannya, terdapat
kepentingan dari para pihak yang menghalangi perkawinan tersebut. Oleh karena itu, terdapat upaya
yaitu dengan membuat perjanjian perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk
melindungi kepentingan para pihak yang bersangkutan.

Kata kunci: perkawinan, perjanjian perkawinan, akibat hukum

A. Pendahuluan Pemberlakuan UU No. 1 Tahun 1974


sebenarnya sekaligus merupakan upaya untuk
Semasa hidup, manusia mengalami
melaksanakan unifikasi hukum keluarga,
3 peristiwa hukum yang sangat penting, yaitu
khususnya dalam bidang perkawinan dan aspek
kelahiran, perkawinan, dan kematian. Sebagai
lain yang terkait dengan perkawinan, tetapi
makhluk sosial, manusia mempunyai naluri
unifikasi yang dimaksudkan belum sesempurna
untuk selalu ingin hidup bersama dan saling
seperti yang diharapkan. Untuk mengatakan
berinteraksi dengan sesamanya. Pernikahan atau
bahwa UU No. 1 Tahun 1974 belum mengatur
Perkawinan terjadi karena ada dorongan dari
semua aspek-aspek yang terkait dengan hukum
dalam diri setiap manusia untuk bersama dengan
keluarga, maka perlu dilihat substansi UU No. 1
manusia lainnya. Merupakan suatu ikatan sakral
Tahun 1974, yang secara garis besarnya mengatur
sebagai penghubung antara seorang pria dan
tentang: (1) dasar perkawinan; (2) syarat-syarat
wanita dalam membentuk suatu keluarga atau
perkawinan; (3) pencegahan perkawinan; (4)
membangun rumah tangga.
batalnya perkawinan; (5) perjanjian perkawinan,
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 (6) hak dan kewajiban suami isteri, (7) harta benda
Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan dalam perkawinan, (8) putusnya perkawinan
bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin serta akibatnya; (9) kedudukan anak; (10) hak
antara seorang pria dengan seorang wanita dan kewajiban antara orang tua dan anak, (11)
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk perwalian, (12) pembuktian asal usul anak; (13)
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan perkawinan di luar Indonesia; dan (14) perkawinan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. campuran.
Manusia melakukan perkawinan karena manusia
Jika membahas masalah harta dalam
sebagai makhluk hidup harus mengembangkan
perkawinan, maka pada dasarnya harta yang
keturunannya.
didapat selama perkawinan menjadi satu menjadi

84 Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan...
harta bersama. Dalam Pasal 119 Kitab Undang- perkawinan dilangsungkan bukan hal yang aneh,
Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa: namun salah satu yang menarik adalah ketika
(1) Kekayaan masing-masing yang dibawanya mulai muncul perjanjian perkawinan yang dibuat
ke dalam perkawinan itu dicampur menjadi setelah perkawinan berlangsung. Berdasarkan
satu. pendahuluan yang telah dipaparkan diatas,
(2) Persatuan atau pencampuran harta itu maka penulis akan membahas permasalahan
sepanjang perkawinan tidak boleh ditiadakan yang berkaitan dengan Akibat Hukum Perjanjian
dengan suatu persetujuan antara suami- Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan
istri. Harta persatuan itu menjadi kekayaan Berlangsung.
bersama dan apabila terjadi perceraian, maka
harta kekayaan bersama itu harus dibagi dua, B. Pengertian umum perjanjian perkawinan
sehingga masing-masing mendapat separuh.
Menurut Pasal 29 Undang-Undang
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak
1974 tentang perkawinan juga membahas memberikan pengertian yang jelas dan tegas
mengenai harta perkawinan, yang menyebutkan tentang perjanjian perkawinan termasuk tentang
bahwa: isi dari perjanjian perkawinan. Hanya pada Pasal
(1) Harta benda yang diperoleh selama 29 ayat (2) diterangkan tentang batasan yang
perkawinan menjadi harta bersama tidak boleh dilanggar dalam membuat perjanjian
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami perkawinan yaitu yang berbunyi: Perjanjian
dan istri dan harta benda yang diperoleh tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar
masing-masing sebagai hadiah atau warisan, batas-batas hukum, agama, dan kesusilaan.
adalah di bawah penguasaan masing-masing Dengan tidak adanya pengertian yang jelas
sepanjang para pihak tidak menentukan lain. tentang perjanjian perkawinan maka di antara para
ahli terdapat juga perbedaan dalam memberikan
Dari kedua pasal tersebut diatas memberikan pengertian tentang perjanjian perkawinan dan
kesempatan bagi pasangan suami-istri apabila pengertian perjanjian perkawinan yang diberikan
mereka memutuskan untuk mentukan lain, umumnya mengarah kepada ketentuan yang
dengan kata lain mengadakan penyimpangan terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
dari ketentuan yang ada dalam undang-undang. Perdata. Berikut beberapa pengertian perjanjian
Penyimpangan terkait dengan harta perkawinan perkawinan menurut beberapa ahli, salah satunya
hanya dapat dilakukan dengan cara mengadakan R. Subekti memberikan pengertian bahwa
perjanjian kawin. Perjanjian perkawinan atau Perjanian perkawinan adalah suatu perjanjian
yang sering disebut perjanjian pra nikah adalah mengenai harta benda suami-istri selama
suatu perjanjian yang dibuat oleh calon suami perkawinan mereka yang menyimpang dari asas
atau istri secara otentik dihadapan notaris yang atau pola yang ditetapkan oleh undang-undang(R.
menyatakan bahwa mereka telah saling setuju Subekti,1994:9).
dan mufakat untuk membuat pemisahan atas harta Dari pengertian yang dikemukakan di atas
benda mereka masing-masing dalam perkawinan, dapat diketahui bahwa perjanjian perkawinan
dengan ditandatanganinya perjanjian pra nilah hanyalah mengatur mengenai harta kekayaan
tersebut maka semua harta mereka, baik harta suami istri dalam perkawinan saja, dimana dalam
yang mereka bawa sebelum mereka menikah perjanjian perkawinan tersebut calon suami atau
maupun harta yang mereka peroleh setelah calon istri dapat menyatakan kehendak mereka
mereka menikah akan tetap menjadi milik mereka terhadap harta perkawinan, apakah mereka akan
masing-masing. Demikian juga halnya dengan bersepakat untuk menyatukan harta mereka atau
hutang dari masing-masing pihak, akan tetap mereka melakukan penyatuan harta hanya secara
menjadi tanggung jawab dari pihak yang memiliki terbatas atau mereka memutuskan untuk tidak
hutang tersebut. melakukan penyatuan harta sama sekali dalam
Pada Pasal 29 ayat (1) dengan jelas disebutkan perkawinan yang mereka jalani.
bahwa perjanjian pra nikah harus dibuat sebelum
perkawinan dilangsungkan, hal tersebut juga
C. P e n g a t u r a n M e n g e n a i P e r j a n j i a n
diatur dalam Pasal 147 Kitab Undang-Undang
Perkawinan
Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa
perjanjian haruslah dibuat dengan akta notariil dan Suatu perjanjian dikatakan sah apabila
harus dibuat sebelum perkawinan dilangsungkan. perjanjian tersebut telah memenuhi syarat
Untuk perjanjian pra nikah yang dibuat sebelum sah nya suatu perjanjian, yakni kata sepakat,

Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan... 85
kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang D. Fungsi perjanjian perkawinan sebelum
halal sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 perkawinan dilangsungkan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Di dalam
Pada umumya seorang yang belum dewasa
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang
(minderjaring) apabila hendak melakukan
perjanjian perkawinan umumnya ditentukan dalam
suatu perbuatan hukum harus diwakili oleh
pasal 139 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
orang tua atau walinya. Akan tetapi dalam
sampai dengan pasal 154 Kitab Undang-Undang
pembuatan perjanjian perkawinan undang-undang
Hukum Perdata. Dalam pasal 139 Kitab Undang-
memberikan pengecualian. Menurut pendapata
Undang Hukum Perdata dikatakan bahwa dengan
J.Satrio Seorang yang belum dewasa dianggap
mengadakan perjanjian kawin, kedua calon
cakap untuk membuat perjanjian perkawinan
suami isteri adalah berhak menyiapkan beberapa
dengan syarat:
penyimpangan dari peraturan undang – undang
sekitar persatuan harta kekayaan, asal perjanjian 1. Telah memenuhi syarat untuk melakukan
itu tidak menyalahi tata susila yang baik atau tata perkawinan.
tertib umum dan asal diindahkan pula segala 2. Harus dibuat dengan bantuan (bijstand), atau
ketentuan di bawah ini menurut pasal berikutnya. didampingi oleh orang yang berwenang untuk
memberikan izin kawin.
Menurut pasal 29 Undang-Undang nomor
1 tahun 1974 tentang Perkawinan dikatakan 3. Dalam hal perkawinan memerlukan izin
bahwa pada waktu atau sebelum perkawinan hakim, maka konsep perjanjian perkawinan
dilangsungkan kedua pihak atas persetujuan harus mendapat persetujuan pengadilan.
bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis
Apabila salah satu atau kedua calon suami
yang disahkan oleh Pegawai Pencatatan
istri pada saat perjanjian perkawinan dibuat
Perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga
belum mencapai batas usia untuk melakukan
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
perkawinan, sedangkan mereka membuat
tersangkut. Perjanjian ini tidak dapat disahkan
perjanjian tersebut tanpa bantuan dari orang tua
apabila melanggar batas – batas hukum, agama
atau wali, maka perjanjian tersebut tidak sah,
dan kesusilaan (pasal 29 ayat 2).
meskipun perkawinan yang mereka lakukan di
Dari uraian sebelumnya telah diketahui kemudian hari telah memenuhi syarat sahnya
bahwa perjanjian perkawinan merupakan suatu perkawinan. Akibat dari syarat ini adalah apabila
perjanjian yang mengatur mengenai harta calon suami-istri masih dibawah umur dan
kekayaan perkawinan. Ketentuan yang mengatur orangtua atau wali mereka menolak untuk
mengenai perjanjian perkawinan pada Kitab memberikan bantuan, maka mereka hanya dapat
Undang-Undang Hukum Perdata terdapat dalam menikah dengan persatuan harta secara bulat (J.
Buku Kesatu Tentang Orang. Selain syarat Satrio, 1993:152).
umum mengenai sahnya suatu perjanjian, dalam
Ketentuan mengenai batas usia untuk
membuat perjanjian perkawinan calon suami-isteri
melangsungkan perkawinan yang terdapat dalam
juga harus memperhatikan persyaratan khusus
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
mengenai perjanjian perkawinan yang harus
perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam berbeda
dipenuhi. Persyaratan tersebut meliputi diri pribadi,
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
bentuk dan isi perjanjian perkawinan. Syarat-
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun
syarat mengenai diri pribadi adalah syarat-syarat
1974 tentang perkawinan dan Pasal 15 ayat
yang harus dipenuhi oleh diri pribadi orang yang
(1) Kompilasi Hukum Islam memberikan batas
akan membuat perjanjian perkawinan. Perjanjian
usia sekurang-kurangnya 19 tahun untuk laki-
perkawinan merupakan perjanjian mengatur
laki dan 16 tahun untuk perempuan untuk dapat
mengenai harta benda perkawinan, maka para
melangsungkan perkawinan.
pihak yang membuat perjanjian perkawinan
adalah orang laki-laki dan seorang perempuan Anak yang belum mencapai usia 18 tahun
yang hendak melangsungkan perkawinan. Dengan atau belum pernah menikah berada di bawah
demikian syarat-syarat perkawinan mengenai diri kekuasaan orang tua atau wali. Orang tua atau
pribadi calon suami-isteri juga harus diperhatikan, wali mewakili anak dalam melakukan perbuatan
terutama mengenai batas usia. Menurut undang- hukum. Oleh karena itu, apabila calon suami
undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan isteri yang akan membuat perjanjian perkawinan
seorang jejaka yang belum mencapai umur genap belum mencapai usia 18 tahun dan belum
19 tahun , sepertipun seorang gadis yang belum pernah menikah, ia harus diwakili atau sekurang
mencapai umur genap 16 tahun tak diperbolehkan kurangnya didampingi oleh orangtua atau walinya
mengikat dirinya dalam perkawinan. (J. Satrio, 1993: 222).

86 Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan...
1. Bentuk Perjanjian Perkawinan dibuat sendiri oleh calon suami isteri, hanya
saja perjanjian tersebut harus disahkan oleh
Bentuk perjanjian perkawinan diatur
Pegawai Pencatat Perkawinan pada saat
dalam Pasal 147 Kitab Undang-Undang
perkawinan dilangsungkan.
Hukum Perdata dengan tegas menentukan
bahwa perjanjian perkawinan harus dibuat 2. Isi Perjanjian Perkawinan
dengan akta notaris, dengan ancaman
pembatalan. Syarat ini dimaksudkan agar: Pasal 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan tidak menjelaskan
a. P e r j a n j i a n p e r k a w i n a n t e r s e b u t
hal-hal apa saja yang dapat diatur dalam
dituangkan dalam bentuk akta otentik
suatu perjanjian perkawinan. Batasan yang
yang mempunyai kekuatan pembuktian
diberikan hanyalah perjanjian perkawinan
yang kuat;
tidak boleh melanggar batas-batas hukum,
b. Memberikan kepastian hukum tentang agama dan kesusilaan. Dengan demikian
hak dan kewajiban suami-Isteri atas harta perjanjian perkawinan menurut Undang-
benda mereka, mengingat perjanjian Undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak terbatas
perkawinan mempunyai akibat yang luas. pada masalah harta perkawinan saja, tetapi
Untuk membuat perjanjian perkawinan dapat juga mengatur mengenai hal lain.
dibutuhkan seseorang yang benar-benar
menguasai hukum harta perkawinan dan Mengenai isi yang dapat diperjanjikan
dapat merumuskan semua syarat dengan dalam perjanjian perkawinan, dalam ilmu
teliti. Hal ini berkaitan dengan ketentuan hukum dapat dikemukakan pendapat antara
bahwa bentuk harta perkawinan harus lain sebagai berikut :
tetap sepanjang perkawinan tersebut. a. R. Sardjono berpendapat bahwa
Suatu kekeliruan dalam merumuskan sepanjang tidak diatur di dalam peraturan
syarat dalam perjanjian perkawinan perundang-undangan, dan tidak dapat
tidak dapat diperbaiki lagi sepanjang ditafsirkan lain, maka lebih baik ditafsirkan
bahwa perjanjian perkawinan sebaiknya
perkawinan (J. Satrio, 1993:153).
hanya meliputi hak-hak yang berkaitan
Pasal 147 Kitab Undang-Undang dengan hak dan kewajiban dibidang
Hukum Perdata juga menyebutkan, bahwa hukum kekayaan.
perjanjian perkawinan harus dibuat sebelum
b. Nurnazly Soetarno berpendapat bahwa
perkawinan dilangsungkan. Undang-
perjanjian perkawinan hanya dapat
Undang tidak menetapkan jangka waktu
memperjanjikan hal-hal yang berkaitan
antara pembuatan perjanjian perkawinan
dengan hak dan kewajiban di bidang
dengan saat dilangsungkannya perkawinan,
hukum kekayaan, dan hal itu hanya
namun sebaiknya perjanjian perkawinan
menyangkut mengenai harta yang benar-
dibuat sedekat mungkin dengan waktu
benar merupakan harta pribadi suami
dilangsungkannya perkawinan.
isteri yang bersangkutan, yang dibawa
Sebelum perkawinan dilangsungkan, ke dalam perkawinan.
calon suami isteri masih dapat melakukan
Pasal 139 Kitab Undang-Undang Hukum
perubahan-perubahan atas perjanjian
Perdata mengandung suatu asas bahwa
perkawinan. Perubahan tersebut harus
calon suami istri bebas untuk menentukan
dilakukan dengan akta notaris, dan dalam
isi perjanjian perkawinan yang dibuatnya.
hal perjanjian perkawinan dibuat dengan
Akan tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh
bantuan orang tua atau wali, maka orangtua
beberapa larangan yang harus diperhatikan
atau wali yang memberi bantuan harus
oleh calon suami-isteri yang akan membuat
diikutsertakan kembali. Apabila orangtua atau
perjanjian perkawinan.
wali tidak menyetujui perubahan yang akan
dilakukan, maka perubahan tersebut tidak Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dapat dilakukan. memberikan beberapa larangan tentang isi
perjanjian perkawinan yaitu:
Berbeda dengan Kitab Undang-Undang
a. Perjanjian itu tidak boleh bertentangan
Hukum Perdata yang mensyaratkan perjanjian
dengan kesusilaan atau dengan
perkawinan harus dibuat dengan akta notaris,
ketertiban umum (Pasal 139 Kitab
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Undang-Undang Hukum Perdata).
Kompilasi Hukum Islam hanya mensyaratkan
perjanjian perkawinan dibuat dengan bentuk b. Perjanjian itu tidak boleh menyimpang
tertulis. Artinya perjanjian perkawinan dapat dari kekuasaan yang oleh Kitab Undang-

Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan... 87
Undang Hukum Perdata diberikan Undang-Undang Hukum Perdata yaitu bahwa
kepada suami selaku kepala rumah selama perkawinan berlangsung terma-
tangga, misalnya tidak boleh dijanjikan suk kalau perkawinan tersebut disambung
bahwa isteri akan mempunyai tempat kembali setelah terputus karena perceraian,
kediaman sendiri (Pasal 140 ayat (1). bentuk harta perkawinan harus tetap tidak
c. Dalam perjanjian itu suami isteri tidak berubah. Hal tersebut dimaksudkan demi
boleh melepaskan hak mereka untuk perlindungan terhadap pihak ketiga (kreditur)
mewarisi harta peninggalan anak-anak supaya tidak dihadapakan kepada situasi
mereka (Pasal 141). yang berubah-ubah, yang dapat merugikan
d. Dalam perjanjian itu tidak boleh dirinya (dalam arti jaminan harta debitur atas
ditentukan bahwa salah satu pihak akan piutang kreditur).
menanggung hutang lebih besar daripada Berbeda dengan ketentuan yang ter-
bagiannya dalam keuntungan (Pasal dapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
142). Pitlo berpendapat sebagaimana Perdata, ketentuan yang terdapat dalam Un-
dikutip oleh Prawirohamidjojo dan Asis dang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Safioedin dalam bukunya : bahwa janji Perkawinan yaitu pada Pasal 29 ayat (1), me-
yang demikian harus dianggap tidak ada nentukan bahwa perjanjian perkawinan dapat
karena bertentangan dengan undang- dibuat sebelum perkawinan dilangsungkan
undang. Dengan demikian suami isteri atau pada saat perkawinan dilangsungkan.
masing-masing menanggung setengah Dengan demikian mengenai waktu
bagian dari hutang maupun keuntungan pembuatan perjanjian perkawinan dalam
(Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
1987: 80). tentang Perkawinan ditentukan lebih luas
e. Dalam perjanjian itu tidak boleh secara dengan memberikan dua macam waktu
umum ditunjuk begitu saja kepada untuk membuat perjanjian perkawinan,
peraturan yang berlaku dalam suatu yaitu sebelum dan pada saat perkawinan
negara asing (Pasal 143). Yang dilarang dilangsungkan (Soetojo Prawirohamidjojo,
bukanlah mencantumkan isi hukum asing 1994: 61).
dengan perincian pasal demi pasal, tetapi Maka demikian, dengan telah adanya
menunjuk secara umum pada hukum atau ditentukannya saat pembuatan perjanjian
asing itu. Larangan ini dimaksudkan agar perkawinan tersebut maka tidak diperbolehkan
terdapat kepastian hukum mengenai membuat perjanjian perkawinan setelah
hak-hak suami istri, terutama untuk perkawinan berlangsung apabila sebelum
kepentingan pihak ketiga yang mungkin atau pada saat perkawinan tidak telah
tidak menguasai hukum negara asing diadakan perjanjian perkawinan.
yang ditunjuk.
f. Janji itu tidak boleh dibuat dengan 4. Perubahan Perjanjian Perkawinan
kata-kata umum bahwa kedudukan
Dalam Kitab Undang-undang Hukum
mereka akan diatur oleh hukum adat dan
Perdata telah ditentukan secara tegas bahwa
sebagainya (Pasal 143 Kitab Undang-
setelah perkawinan berlangsung maka
Undang Hukum Perdata).
terhadap perjanjian perkawinan dengan cara
3. Waktu untuk Pembuatan Perjanjian bagaimanapun tidak dapat dirubah. Hal ini
Perkawinan sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang
terdapat dalam Pasal 149 Kitab Undang-
Dalam Pasal 147 Kitab Undang-undang undang Hukum Perdata yang selengkapnya
Hukum Perdata, menyebutkan bahwa berbunyi sebagai berikut: “setelah perkawinan
perjanjian perkawinan tersebut harus dibuat berlangsung, perjanjian perkawinan dengan
sebelum perkawinan dilangsungkan. Pasal cara bagaimanpun tidak boleh diubah.
ini berhubungan erat dengan Pasal 149
Dari perumusan pasal tersebut, dapat
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
di artikan bahwa menurut ketentuan yang
menyatakan bahwa setelah perkawinan
terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hu-
dilangsungkan, perjanjian perkawinan dengan
kum Perdata, perubahan terhadap perjanjian
cara bagaimanapun tidak dapat diubah.
perkawinan selama perkawinan dilangsung-
Ketentuan tersebut merupakan pen- kan tidak dimungkinkan sama sekali, akan
jabaran dari asas yang terdapat dalam Kitab tetapi sebelum perkawinan dilangsungkan

88 Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan...
calon suami-istri masih dapat merubah per- persatuan atas harta kekayaan (secara bulat)
janjian perkawinan yang dibuatnya. yang diinginkan, antara lain dapat diatur per-
Perjanjian perkawinan maupun janjian pisah harta sama sekali dan perjan-
perubahan terhadap perjanjian perkawinan jian perkawinan yang merupakan campuran
ditentukan dan dibuat atas persetujuan kekayaan secara terbatas (beperkte gemeen-
bersama dari kedua belah pihak, dalam hal schap van goerderen) yaitu persatuan untung
ini yang dimaksud ialah bahwa persetujuan dan rugi (gemenschap van winst en verlies)
terhadap pembuatan perjanjian perkawinan dan persatuan hasil dan pendapatan (ga-
tersebut dibuat berdasarkan persetujuan meesnschap van vruchten en inskomsten).
yang bebas. Jadi kata sepakat antara mereka a. Pisah Harta Sama Sekali
yang membuat perjanjian perkawinan adalah Di Indonesia kebanyakan orang
sepakat yang bebas serta tidak terdapat kawin dengan kebersamaan harta
paksaan dari pihak manapun, juga tidak ada (tanpa perjanjian perkawinan) atau
penipuan dan juga kekhilafan. apabila dibuat perjanjian perkawinan
Asas tidak dapat diubahnya perjanjian meniadakan sama sekali kebersamaan
perkawinan ini berkaitan dengan sistem harta harta. Sehingga di dalam praktek,
benda perkawinan yang dipilih oleh suami- perjanjian perkawinan yang banyak
istri pada saat berlangsungnya perkawinan diadakan adalah yang meniadakan sama
yang menyadarkan pada pokoknya akan sekali persatuan harta kekayaan.
kekhawatiran, bahwa semasa perkawinan Menurut Pasal 144 Kitab Undang-
sang suami dapat memaksa istri untuk Undang Hukum Perdata untuk menia-
mengadakan perubahan yang tidak dinginkan dakan sama sekali persatuan harta
oleh istrinya (Wahyono Darmabrata dan Surini kekayaan, yaitu menghendaki agar harta
Ahlan Sjarif, 2004: 83). mereka sepanjang perkawinan terpisah
Berlainan dengan ketentuan yang sama sekali, maka para pihak di dalam
terdapat dalam Kitab Undang- Undang Hukum perjanjian kawin harus menyatakan,
Perdata, dalam Undang-Undang Nomor 1 bahwa antara mereka calon suami itu
Tahun 1974 tentang Perkawinan, perubahan secara tegas-tegas menyatakan bahwa
terhadap perjanjian perkawinan selama mereka juga tidak menghendaki adanya
perkawinan berlangsung dapat dilakukan atas persatuan untung dan rugi.
kesepakatan kedua belah pihak yaitu suami Berdasarkan perjanjian perkawinan
dan istri dan terhadap perubahan tersebut tersebut, maka masing-masing suami-
tidak merugikan pihak ketiga. istri tetap menjadi pemilik dari barang-
barang suami-istri tetap menjadi pemilik
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
dari barang-barang yang mereka bawa
sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat
ke dalam perkawinan dan di samping itu
(4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
karena setiap bentuk kebersamaan atau
tentang Perkawinan yang berbunyi : ”selama
persatuan telah mereka kecualikan, maka
perkawinan berlangsung perjanjian tersebut
hasil yang mereka peroleh sepanjang
tidak dapat dirubah, kecuali bila kedua belah
perkawinan baik yang berupa hasil
pihak ada persetujuan untuk merubah dan
usaha, maupun hasil yang keluar dari
perubahan itu tidak merugikan pihak ketiga”.
harta milik pribadi mereka, tetap menjadi
Jadi menurut ketentuan dalam Undang- milik pribadi masing-masing suami-istri
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang yang bersangkutan. Dengan demikian
Perkawinan, perubahan terhadap perjanjian dalam perjanjian ini hanya ada dua
perkawinan dimungkinkan untuk dilaksanakan kelompok harta dalam perkawinan yaitu
asalkan perubahan tersebut dilakukan harta kekayaan pribadi suami dan harta
atas kesepakatan dari suami dan isrti yang kekayaan pribadi istri.
membuat perjanjian perkawinan tersebut, b. Persatuan Untung dan Rugi (gemenschap
yang lebih penting terhadap perubahan yang van winst en verlies).
dibuat oleh suami-istri tersebut tidak boleh
Perjanjian perkawinan dengan
merugikan terhadap pihak ketiga.
persatuan atau kebersamaan keuntungan
5. Macam-Macam Perjanjian Perkawinan dan kerugian terjadi bilamana calon
suami-istri menyatakan dengan tegas-
Para calon suami-istri dapat memper- tegas bahwa mereka menghendaki
janjikan segala bentuk pengecualian atas bentuk perjanjian itu dalam akta perjanjian

Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan... 89
perkawinan (Soetojo Prawirohamidjojo hanya berlaku apa yang pada persatuan
dan Aris Safiodin,1987: 88). untung dan rugi dianggap sebagai
Ketentuan mengenai persatuan keuntungan menjadi percampuran tetapi
untung dan rugi ini diatur dalam Pasal penanggungan kerugian bersama, sama
155 KUHPerdata yang mengatakan sekali tidak ada, kerugian hanya menjadi
sebagai berikut : ”Jika dalam perjanjian tanggungan suami. Isteri bertanggung
perkawinan oleh kedua calon suami- jawab atas hutang-hutang yang timbul
istri hanyalah diperjanjikan bahwa dari pihaknya. Pada pemecahan, isteri
dalam persatuan perkawinan meraka juga dapat melepaskan pencampuran,
akan berlaku persatuan untung dan tetapi hal ini tidak mempunyai banyak arti,
rugi, maka beartilah perjanjian yang karena dengan tidak usah melepaskan
demikian, bahwa, dengan sama sekali percampuran, isteri juga tidak ikut
tak berlakunya persatuan harta kekayaan membayar dengan harta pribadinya
seluruhnya menurut undang-undang, apabila ada kerugian. Didalam perjanjian
setelah berakhirnya persatuan suami- ini juga ada tiga macam harta kekayaan,
istri, segala keuntungan pada mereka, yaitu harta pribadi suami, harta pribadi
yang diperoleh sepanjang perkawinan, istri dan harta persatuan (Ali Afandi,
harus dibagi antara mereka berdua, 1986: 177).
seperti pun segala kerugian harus
mereka pikul berdua pula”. E. Perjanjian kawin dibuat setelah perka-
Jadi, bila dijanjikan persatuan winan dilangsungkan
tersebut, maka semua keuntungan
yang diperoleh dan semua kerugian Perjanjian Kawin yang dilakukan oleh
yang diderita sepanjang perkawinan masyarakat Indonesia bukanlah merupakan
menjadi bagian dan bebas suami-istri perbuatan yang tabu. Lembaga hukum pernjanjian
menurut perbandingan yang sama kawin sebenarnya telah dikenal dalam hukum
besarnya yaitu satu berbanding satu perdata Indonesia. Lembaga tersebut diadopsi
(1:1). Untuk sedapat mungkin mencegah dari hukum perdata barat. Banyak masyarakat
adanya kesulitan pembuktian dikemudian yang kurang mengetahui adanya Perjanjian
hari, maka benda-benda tak terdaftar Kawin yang dibuat suami-istri setelah perkawinan
harus diperincikan dengan jelas, di dilangsungkan, yang banyak dikenal adalah
dalam perjanjian perkawinan yang Perjanjian Kawin dibuat sebelum atau pada saat
bersangkutan, atau didalam suatu perkawinan dilangsungkan sesuai ketentuan baik
laporan yang ditandatangani suami- dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
istri dihadapan Notaris, dilampirkan maupun dalam Undang-undang Perkawinan.
dalam perjanjian perkawinan yang Perjanjian Kawin pada dasarnya tidak biasa
bersangkutan (Pasal 165 Kitab Undang- dilakukan oleh masyarakat timur di samping itu
Undang Hukum Perdata). menimbulkan kesan mengecilkan arti lembaga
perkawinan itu sendiri, juga bisa membuat image
c. Perjanjian Persatuan dan Pendapatan
bahwa perkawinan hanya diartikan sebuah bisnis,
(gemeenschap van vruchten en
layaknya kerjasama, sehingga harus diantisipasi
inkomsten)
dengan risiko atau kerugian jika suatu saat terjadi
Peraturan dalam Kitab Undang- perceraian.
Undang Hukum Perdata yang mengatur
perjanjian perkawinan dengan kebersa- Perjanjian Kawin ini bisa berkembang
maan atau persatuan penghasilan dan di perkotaan dan merupakan budaya praktis
pendapatan hanya ada satu pasal saja sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Apabila
yaitu Pasal 164 Kitab Undang-Undang tidak ingin direpotkan dengan masalah-masalah
Hukum Perdata, mengatakan sebagai dalam perkawinan yang akan mengganggu
berikut: ”Perjanjian, bahwa antara suami- perekonomian masing-masing pasangan. Hal ini
istri hanya akan berlaku persatuan hasil disebabkan karena dengan kemajuan pendidikan
dan pendapatan, berati diam-diam suatu suami-istri pasti bekerja di luar rumah, masing-
ketiadaan persatuan harta kekayaan se- masing mencari nafkah misalnya salah satunya
luruhnya menurut undang-undang, dan mengadakan kerjasama atau juga jika diangkat
ketiadaan persatuan untung dan rugi”. sebagai Direksi suatu Bank, dimana mungkin
saja Bank tersebut, yang pastinya adalah suatu
Berdasarkan ketentuan pasal
Perseroan Terbatas, sebelum yang bersangkutan
tersebut, maka dalam perjanjian ini

90 Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan...
menjabat telah tidak stabil jalannya, sehingga Perjanjian Kawin Setelah perkawinan
bisa saja dengan tindakan yang meleset sedikit diadakan untuk mengatur sebab akibat harta
oleh Direksi baru, rawan untuk maju, kemudian perkawinan setelah perkawinan terjadi, manakala
karena ada ketentuan dalam undang-undang terdapat sejumlah harta yang tidak sama atau
Perseroan Terbatas yang mengharuskan lebih besar pada satu pihak istri ataupun suami.
Direksi mengganti kerugian Perseroan Terbatas Jadi Perjanjian Kawin Setelah perkawinan pada
dengan harta kekayaan pribadinya inilah yang dasarnya selalu terkait dengan persoalan harta
bisa menghancurkan biduk rumah tangga jika dalam perkawinan. Untuk itu Perjanjian Kawin
pasangan ini belum membuat Perjanjian Kawin, dibuat, yang fungsinya adalah:
maka dibuatlah Perjanjian Kawin untuk mengatur a. Memisahkan harta kekayaan antara pihak
hidup mereka. suami dengan pihak istri sehingga harta
Alasan yang dapat dijadikan landasan kekayaan mereka tidak bercampur. Oleh
dibuatnya Perjanjian Kawin Setelah perkawinan karena itu jika suatu saat mereka bercerai,
yang lebih rinci diungkapkan ke dua orang Hakim harta dari masing-masing pihak terlindungi,
Pengadilan Negeri Jakarta Timur tersebut adalah: tidak ada perebutan harta kekayaan bersama/
a. Adanya kealpaan dan ketidaktahuan, bahwa gono-gini.
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 b. Atas hutang masing-masing pihak-pun yang
tentang Perkawinan ada ketentuan yang mereka buat dalam perkawinan mereka,
mengatur tentang Perjanjian Kawin sebelum masing-masing akan bertanggung jawab
pernikahan dilangsungkan. sendiri-sendiri.
b. Adanya risiko yang mungkin timbul dari harta c. Jika salah satu pihak ingin menjual harta
bersama. kekayaan mereka maka tidak perlu meminta
Para pemohon mengkhawatirkan akan ijin dari kawan kawinnya.
adanya risiko terhadap harta bersama d. Begitu juga dengan fasilitas kredit yang
mereka dalam perkawinan, karena pekerjaan mereka akan ajukan, tidak lagi harus meminta
para pemohon memiliki konsekuensi dan ijin terlebih dahulu dari kawan kawinnya,
tanggung-jawab pada harta pribadi, sehingga dalam hal menjaminkan asset yang terdaftar
masing-masing harta yang didapat bisa tetap atas nama salah satu dari mereka.
menjadi milik pribadi dari para pemohon.
c. Adanya sikap individual F. Akibat Hukum terhadap Perjanjian
Sikap individual tersebut dalam kehidupan Perkawinan yang Dibuat Setelah Perkawi-
masyarakat Indonesia yang semakin subur, nan Berlangsung
karena pengaruh lingkungan dan peradaban
manusia yang semakin liberal dan meniru Perjanjian Perkawinan atau perjanjian pra-
kehidupan barat yang pada akhirnya terbawa nikah (prenuptial agreement) dalam Kitab Undang-
oleh pasangan suami-istri untuk melakukan Undang Hukum Perdata maupun Undang-
pembuatan Perjanjian Kawin. “Bahwa Undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Hukum Islam (Al Quran dan Al Hadist) merupakan suatu perjanjian mengenai harta
tidak mengenal lembaga Perjanjian Kawin. benda suami istri selama perkawinan mereka,
Lembaga Perjanjian Kawin dikenal karena yang menyimpang dari asas atau pola yang
pengaruh lingkungan dan meniru kehidupan ditetapkan oleh Undang – Undang.
barat yang liberal”. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat 1
d. Adanya keinginan untuk tetap memiliki Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang
sertipikat dengan hak milik atas tanah. Perkawinan, Pada waktu atau sebelum
Dalam Undang-undang Pokok Agraria dan perkawinan dilangsungkan kedua pihak atas
Peraturan Pelaksanaannya dinyatakan persetujuan bersama dapat mengadakan
bahwa hanya Warga Negara Indonesia yang perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai
bisa mempunyai sertipikat dengan hak milik Pencatatan Perkawinan, setelah mana isinya
atas tanah dan apabila yang bersangkutan, berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang
setelah memperoleh sertipikat Hak Milik pihak ketiga tersangkut, berarti perjanjian itu
kemudian menikah dengan eks patriat (bukan harus diadakan sebelum dilangsungkannya
WNI), maka dalam waktu 1 tahun setelah perkawinan. Perjanjian tersebut tidak dapat
pernikahannya itu, maka ia harus melepaskan disahkan apabila melanggar batas – batas
hak milik atas tanah tersebut, kepada subyek hukum, agama dan kesusilaan (pasal 29 ayat 2)
hukum lain yang berhak. serta dalam pasal 29 ayat 3 menyebutkan bahwa
perjanjian perkawinan tersebut mulai berlaku sejak

Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan... 91
perkawinan berlangsung. Terakhir dalam pasal 29 berlangsung dan mulai berlaku sejak perkawinan
ayat 4 menyatakan bahwa selama perkawinan itu dilangsungkan.
berlangsung perjanjian tidak boleh ditarik kembali
atau diubah selama berlangsungnya perkawinan
F. Penutup
kecuali adanya kesepakatan antara kedua belah
pihak dan tidak merugikan pihak ketiga. Selain Perjanjian perkawinan yang dilakukan
itu, menurut Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor setelah perkawinan berlangsung berakibat bahwa
25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata perjanjian tersebut batal demi hukum karena tidak
Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan sesuai dengan peraturan perundang–undangan
Sipil, perjanjian perkawinan juga harus dilaporkan mengenai perjanjian perkawinan serta tidak
kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil memenuhi syarat objektif sahnya suatu perjanjian
di Indonesia dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. yaitu suatu sebab yang halal. Suatu perjanjian
Perjanjian perkawinan ini haruslah dibuat dengan yang tidak memenuhi syarat objektif maka disebut
akta notaris, selain itu dapat dibuat dengan batal demi hukum. Batal demi hukum artinya
perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pengawas adalah dari semula dianggap tidak pernah ada
Pencatat Perkawinan, sebelum perkawinan itu dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada
suatu perikatan

Daftar Pustaka

Jurnal
Tengku Erwinsyahbana.”Sistem hukum perkawinan pada Negara hukum berdasarkan pancasila”.jurnal
ilmu hukum.Vol.3, No.1.

Buku
Ali Afandi. 1986. Hukum Waris, Hukum Keluarga dan Hukum Pembuktian Menurut KUHPerdata..
Cetakan ke-3. Jakarta: Bina Aksara.
J. Satrio. 1993. Hukum Harta Perkawinan. Bandung: Citra Aditya Bhakti.
R. Subekti. 1994. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.
Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin. 1987. Hukum Orang dan Keluarga. Cetakan ke- 5.
Bandung: Alumni.
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif. 2004. Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia.
Cetakan ke-2. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undnag-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Kompilasi Hukum Islam

92 Privat Law Vol. III No 2 Juli-Desember 2015 Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan...

Anda mungkin juga menyukai