Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INFERTILITAS INVESTIGASI INFERTILITAS PRIA

MATERNITAS 2
DI SUSUN OLEH:

Kelompok 5

Fifi Febrianti La Hani

Ferawati Umagapi

Febby Rahmawati

Viyandro Marlon Pattiwael`

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Infertilitas Investigasi Infertilitas Pria.

Besar harapan kami tugas ini dapat digunakan bagi pembaca. Namun kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Namlea, 16 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4

C. Tujuan.................................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................5

TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................5

A. Pengertian...........................................................................................................................................5

B. Klasifikasi Infertilitas..........................................................................................................................5

C. Etiologi Infertilitas..............................................................................................................................5

D. Patofisiologi........................................................................................................................................7

E. Manifestasi Klinis...............................................................................................................................7

F. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................................................7

BAB III.......................................................................................................................................................9

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS..........................................................................................9

A. Pengkajian..........................................................................................................................................9

B. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................................................10

C. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................10

D. Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................................................10

BAB IV.....................................................................................................................................................14

PENUTUP.................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................................14

B. Saran................................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah
berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu satu tahun.
Infertilitas terjadi lebih dari 20% pada populasi di Indonedia, dan dari kasus tersebut terdapat 40
% pada wanita, 40% pada pria dan 20% pada keduanya dan ini yang menyebabkan pasangan
suami istri tidak mendapat keturunan. Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat akan
mendapatkan pembuahan dalam 1 tahun.(DepKes, 2006).

Menurut penelitian Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, 36%
infertilitas terjadi pada pria dan 64% terjadi pada wanita. Penelitian lain menunjukan di angka
kejadian infertilitas wanita terjadi sekitar 15% pada usia produktif (30-34 tahun), meningkat
sampai dengan 30% pada usia 35-39 tahun dan pada usia 40-44 tahun.(PERSI, 2001).

Ahli Andrologi menjelaskan bahwa pada penyebab infertilitas pria 25% disebabkan oleh
varikokel, 10% oleh infeksi, 5% oleh faktor imunologis dan 20% lainnya termasuk kedalam
kelainan endokrin, iatrogenic, trauma dan sistemik. Kejadian pada infertilitas berkisar antara 15-
20% dari seluruh pasangan usia subur. Menurut perkiraan WHO akan terjadi penambahan 2 juta
pasangan infertile pertahun dimasa yang akan datang. Mengacu pada angka kejadian tersebut
diatas maka infertilitas perlu mendapat penanganan yang memadai.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas pada bab selanjutnya:

1. Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan infertilitas
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).

Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).

B. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:

1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan
tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

C. Etiologi Infertilitas
1. Penyebab pada laki-laki (suami)

a. Kelainan pada alat kelamin

 Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis

 Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih

 Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti
mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan

 Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun

b. Kegagalan fungsional

 Kemampuan ereksi kurang

 Kelainan pembentukan spermatozoa

 Gangguan pada sperma

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)


Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam
menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta
mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan
untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.

d. Gangguan di daerah testis (testicular)

Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.
Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga
produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik”
sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C,
sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C
saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)

Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan
lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir,
terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang
disengaja.

f. Tidak adanya semen

Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak
ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya
disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

g. Kurangnya hormon testosteron

Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi


sperma.

h. Lingkungan

Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.

2. Penyebab pada suami dan istri

a. Gangguan pada hubungan seksual

Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina,


impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil


2) Masalah dalam pendidikan

3) Emosi karena didahului orang lain hamil

D. Patofisiologi
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. Manifestasi Klinis
1. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

2. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu

Riwayat infeksi genitorurinaria

a. Hipertiroidisme dan hipotiroid

b. Tumor hipofisis atau prolactinoma

c. Disfungsi ereksi berat

d. Ejakulasi retrograt

e. Hypo/epispadia

f. Mikropenis

g. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

h. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

i. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

j. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

k. Abnormalitas cairan semen

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik:

a. Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat


b. Pembesaran kelenjar tiroid

c. Galaktorea

d. Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus

e. PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa

2. Pemeriksaan penunjang

a. Analisis sperma

Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya
diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/
nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis
sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan
infertilitas.

b. Uji pasca senggama

Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus


spermatozoa menyerbu lender serviks.

G. Penatalaksanaan

1. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat.

2. Agen antimikroba.

3. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan.

4. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme.

5. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis.

6. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus.

7. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik.

8. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.

9. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat.

10. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien

Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,


radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu

3) Riwayat infeksi genitorurinaria

4) Hipertiroidisme dan hipotiroid

5) Tumor hipofisis atau prolactinoma

6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak

7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis

8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi
prostat, operasi tumor saluran kemih

9) Riwayat vasektomi

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Disfungsi ereksi berat

2) Ejakulasi retrograt

3) Hypo/epispadia

4) Mikropenis

5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)

6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

7) Saluran sperma yang tersumbat

8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )


9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

10) Abnormalitas cairan semen

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Mengamati kelainan fisik

Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak
rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal
kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan
adanya parut atau varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan
bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti
memperkecil kemampuan produksi sperma.

2. Penampungan air mani

Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung kedalam botol gelas yang
bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan
dilakukan dirumah kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa semen
2. Parameter
3. Warna putih keruh
4. Bau bunga akasia
5. PH 7,2 – 7,8
6. Volumre 2 – 5 ml
7. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
8. Jumlah sperma 20 juta/ml
9. Sperma motil >50%
10. Bentuk normal >60%
11. Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
12. Presentase gerak sperma motil >60%
13. Aglutasi tidak ada
14. Sel-sel sedikit, tidak ada
15. Uji fruktosa 150-650 mg/dl
16. Pemeriksaan endokrin
17. USG
18. Biopsy testis
19. Uji penetrasi sperma
20. Uji hemizona
D. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic.

b. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

c. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk

d. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik.

E. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ansietas Setelah tindakan 1. Jelaskan tujuan test 1. Menurunkan cemas dan
berhubungan keperawatan selama dan prosedur. takut terhadap diagnosis
dengan 1x24 jam diharapkan 2. Tingkatkan ekspresi dan prognosis.
ketidaktahuan ansietas klien perasaan dan takut, 2. biarkan pasien/orang
tentang akhir berkurang. contoh: menolak, terdekat mengetahui ini
proses depresi, dan marah. sebagai reaksi yang
diagnostik. Kriteria Hasil : 3. Dorong keluarga normal, perasaan tidak
untuk menganggap diekspresikan dapat
1. Klien mampu
pasien seperti menimbulkan
mengungkapkan
sebelumnya. kekacauan internal dan
tentang
infertilitas dan 4. Kolaborasi : berikan efek gambaran diri.
sedative, tranquilizer 3. Meyakinkan bahwa
bagaimana
sesuai indikasi. peran dalam keluarga
treatmentnya.
dan keja tidak beubah.
2. Klien 4. Mungkin diperlukan
memperlihatkan untuk membantu pasien
adanya rileks sampai secara
peningkatan fisik mampu untuk
kontrol diri membuat strategi
terhadap koping adekuat.
diagnosa
infertile.

3. Klien mampu
mengekspresika
n perasaan
tentang infertile.

2 Gangguan Setelah tindakan 1. Tanyakan dengan 1. Menunjukan kesopan


konsep diri ; keperawatan selama nama apa pasien ingin santunan / penghargaan
harga diri 3x24 jam diharapkan di panggil. dan pengakuan
rendah klien mengalami 2. Identifikasi orang personal.
berhubungan perubahan harga diri. terdekat dari siapa 2. Memungkinkan privasi
dengan pasien mendapat untuk hubungan
gangguan Kriteria Hasil: kenyamanan dan siapa personal khusus, untuk
fertilitas. yang harus mengunjungi atau tetap
1. Klien mampu
memberitahukan jika dekat dan menyediakan
mengekspresikan
terjadi dalam keadaan kebutuhan dukungan
perasaan tentang
bahaya. bagi pasien.
infertile.
3. Dengarkan dengan 3. Menyampaikan
2. Terjalin kontak aktif masalah dan perhatian dan dapat
mata saat ketakutan pasien. lebih efektif
berkomunikasi. 4. Dorong mengidentifikasi
mengungkapkan kebutuhan dan masalah
3. Klien mampu perasaan, menerima serta strategi koping
Mengidentifikasi apa yang dikatakan. pasien dan seberapa
aspek positif diri. 5. Diskusikan pandangan efektif.
pasien terhadap citra 4. Membantu pasien/orang
diri dan efek yang terdekat untuk memulai
ditimbulkan dari menerima perubahan
penyakit/kondisi. dan mengurangi
ansietas mengenai
perubahan fungsi / gaya
hidup.
5. Persepsi pasien
mengenai perubahan
pada citra diri mungkin
terjadi secara tiba-tiba
atau kemudian.
3 Berduka dan Setelah tindakan 1. Berikan lingkungan 1. Kemampuan
antisipasi keperawatan selama terbuka agar pasien komunikasi terpeutik
berhubungan 1x24 jam diharapkan merasa bebas untuk seperti aktif
dengan klien mampu dapat mendiskusikan mendengarkan, diam,
prognosis yang melakukan perasaan dan masalah selalu bersedia, dan
buruk mekanisme koping secara realistis. pemahaman dapat
yang baik. 2. Identifikasi tingkat memberikan pasien
rasa duka / disfungsi : kesempatan untuk
Kriteria Hasil: penyangkalan, marah, berbicara secara bebas
tawar-menawar, dan berhadapan dengan
1. Klien Menunjukan
depresi, penerimaan, perasaan.
rasa pergerakan
3. Dengarkan dengan 2. Kecermatan akan
kearah resolusi dan
aktif pandangan meberikan pilihan
rasa berduka dan
pasien dan selalu sedia intervensi sesuai pada
harapan untuk
untuk mebantu jika waktu individu
masa depan.
diperlukan. menghadapai rasa duka
2. Klien 4. Identifikasi dan solusi dalam berbagai cara
menunjukkan pemecahan masalah yang berbeda.
fungsi pada tingkat untuk keberadaan 3. Proses berduka tidak
adekuat, ikut serta respon-respon fisik, berjalan dalam cara
dalam pekerjaan. misalnya maka, tidur, yang teratur, tetapi
tingkat aktivitas da, fluktuasinya dengan
hasrat seksual. berbagai aspek dari
5. Kaji kebutuhan orang berbagai tingkat yang
terdekat dan bantu muncul pada suatu
sesuai petunjuk. kesempatan yang lain.
6. Kolaborasi : rujuk 4. Mungkin dibutuhkan
sumber-sumber tambahan bantuan untuk
lainnya misalnya berhadapan dengan
konseling, psikoterapi aspek-aspek fisik dari
sesuai petunjuk. rasa duka.
5. Identifikasi masalah-
masalah berduka
disfungsional akan
mengidentifikasi
intervensi individual.
6. Mungkin dibutuhkan
tambahan bantuan untuk
mengatasi rasa berduka,
membuat rencana, dan
menghadapi masa
depan.
4 Nyeri akut Setelah tindakan 1. Lakukan komunikasi 1. Kemampuan
berhubungan keperawatan selama terapeutik. komunikasi terpeutik
dengan efek test 3x24 jam diharapkan 2. Pantau lokasi, seperti aktif
diagnostik. nyeri klien lamanya intensitas dan mendengarkan, diam,
berkurang. penyebaran (PQRST). selalu bersedia, dan
3. Jelaskan penyebab pemahaman dapat
Kriteria Hasil: nyeri dan pentingnya memberikan pasien
melaporkan ke staf kesempatan untuk
1. Ekspresi klien
terhadap karakteristik berbicara secara bebas
terlihat tenang.
nyeri. dan berhadapan dengan
2. Napas klien teratur. 4. Berikan tindakan perasaan.
relaksasi, contoh 2. Perhatikan tanda
3. Skala nyeri 0-3. pijatan, lingkungan nonverbal, contoh
istirahat. peningkatan TD dan
4. TTV dalam rentang
5. Bantu atau dorong nadi, gelisah, merintih,
normal.
penggunaan nafas untuk menetukan
5. Klien mengetahui efektif. intervensi selanjutnya.
penyebab nyeri. 6. Bimbing imajinasi. 3. Memberikan
kesempatan untuk
6. Klien mampu pemberian analgesic
menggunakan sesuai waktu.
teknik distraksi 4. Menurunkan tegangan
relaksasi dengan otot dan meningkatkan
baik. koping efektif.
5. Mengarahkan kembali
perhatian dan
membantu dalam
relaksasi otot.
6. Mengontrol aktivitas
terapeutik.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).

Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Klasifikasi infertilitas :

1. Infertilitas Primer

2. Infertilitas Skunder

Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan
penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi,
15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in
vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.

B. Saran
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan saran
dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang kami
terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga, Edisi 18.
Jakarta: EGC

Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC

Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta:EGC

Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan

Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP

Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC

http://askepinfertilitas.blogspot.com/2016/10/askep-infertilitas.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai