ID Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah PDF
ID Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah PDF
Hamzah Hasyim
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
merupakan “out come” dari hubungan interaktif antara Pada kejadian suatu penyakit, berbagai variabel
kelompok faktor risiko penyakit yaitu, variabel lingkungan dan kependudukan termasuk didalamnya
lingkungan dan variabel sosiodemografi perilaku hidup sehat adalah dua faktor risiko utama
kependudukan seperti umur, jender, genetika dan penyakit. Penyehatan lingkungan dan pemberdayaan
perilaku. Status kesehatan, sebagai akibat dari masyarakat merupakan upaya utama pengendalian
hubungan kedua faktor risiko tersebut, juga berbagai faktor risiko penyakit dalam satu wilayah.
dipengaruhi oleh kualitas dan aksesibilitas pelayanan Manajemen penyakit lingkungan berbasis wilayah,
kesehatan. Manajemen pemberantasan penyakit di dapat dilakukan melalui manajemen kasus (case
samping harus mampu mengendalikan sumber management) dan manajemen kesehatan
penyakit dengan cara melakukan diagnosis dan masyarakat (public health management).
mengobati dengan cepat dan tuntas, juga harus
mengendalikan faktor risiko, baik yang berasal dari
faktor lingkungan maupun kependudukan, secara
terintegrasi, serta menggalang sumber daya untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
penduduknya.2
PEMBAHASAN
Faktor yang Berperan
Berbagai faktor dapat berperan dalam timbulnya
penyakit lingkungan berbasis wilayah seperti water
borne deseases, air borne deseases, vector borne
deseases, food borne deseases, antara lain Gambar 3. Dinamika Mobilitas Penyakit Global
dukungan ekosistem sebagai habitat dari pelbagai (SARS, Avian Flu, West Nile Virus, Nipah Virus)1
vektor, peningkatan iklim global (global warming)
yang meningkatkan akselerasi perkembangbiakan 1. Manajemen Kasus (case management)
nyamuk, peningkatan kepadatan populasi penduduk Merupakan bagian penting dari manajemen
yang dijadikan hamparan kultur biakan bagi berbagai penyakit infeksi baru maupun penyakit infeksi lama
macam penyakit serta dijadikan persemaian subur yang muncul kembali, penerapan teknik dan
bagi virus sekaligus sarana eksperimen rekayasa kemampuan diagnosis, pemeriksaan laboratorium,
genetika.1, 6, 7 pengobatan, perawatan dan rehabilitasi serta
Mobilisasi penduduk yang memungkinkan pencegahan agar tidak menular kepada orang lain.
’ekspor-import’ penyakit yang tidak lagi mengenal Manajemen kasus yang berhasil, merupakan upaya
batas administrasi wilayah, Kemampuan mikroba pencegahan yang efektif agar penyakit tidak
pathogen untuk mengubah sifat dirinya dari waktu menyebar, dan tidak menjadi sumber penularan.
ke waktu, misalnya mutasi yang menimbulkan Survailans kasus, yang dilakukan dengan baik,
perubahan sifat, resistensi terhadap obat obatan dan sampai menimbulkan ”aksi’, merupakan salah satu
lain sebagainya, kurangnya kesadaran masyarakat item penting yang perlu dilakukan. Surveilans terpadu
dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat adalah kegiatan pengumpulan data, baik faktor risiko
atau perubahan perilaku yang mendukung maupun kejadian penyakit yang dilakukan secara
aksesbilitas agent menginfeksi host serta simultan, sistematik, periodik, berkesinambungan
pencemaran lingkungan yang cukup intens sebagai dan terencana, yang diikuti oleh analisis data untuk
konsekuensi oleh eksplorasi, manipulasi, dan mendapatkan informasi yang digunakan dalam
eksploitasi terhadap lingkungan biologis, kimiawi, pengambilan keputusan (manajemen). Menurut The
fisis dan sosial. Berbagai kegiatan pembangunan Centers for Disease Control (CDC), surveilans
manusia yang dikerjakan secara sendiri-sendiri kesehatan masyarakat adalah: “the on going
berkelompok maupun yang diprogramkan karena sistematic collection, analysis and interpretation of
kepentingan negara, bahkan dunia sekalipun akan health data essential to the planning, implementation,
menimbulkan dampak, faktor-faktor ini bisa and evaluation of public health practice, closely
menyebabkan kerentanan terhadap kemampuan integrated with the timely disseminationof these data
tubuh dalam menangkal penyakit sehingga to those who need to know. The final link of the
melahirkan pelbagai penyakit menular berbasis surveillance chain is the application of these data to
lingkungan yang melengkapi koleksi penyakit di prevention and control”. Salah satu pengunaan
tanah air. perangkat lunak yang dapat mendukung upaya
survailans kasus adalah ArcView GIS untuk Flu, H3N2, 1968), (Avian Influenza, H5N1, 2004).
menggambarkan pola incidence, pravalence Pada Tahun 2002, disepakati “Global Agenda on
penyakit, yang dapat dioverlay berdasarkan model Influenza Surveillance and Control”, Mei 2003,
faktor prediksi penemuan kasus baru. Pemanfaatan Resoluasi WHA di Genewa serta 17 – 20 Mei 2004,
Sistem Informasi Geografis (SIG) di bidang Training and Workshop Influenza Surveillance di
kesehatan bukan hanya pemanfaatan teknologi Tokyo dengan kesepakatan workshop bahwa
komputer (otomasi) di bidang SIG semata, namun surveilans influenza dilaksanakan terintegrasi dengan
harus lebih diarahkan kepada pembentukan informasi sistem surveilans nasional. Surveilans meliputi:
yang berkaitan dengan wilayah, pengembangan virologi, SKD-KLB/EWORS, outbreak preparedness,
indikator, pengembangan teknologi manipulasi data vaccine policy. (1) Sejak tahun 1997, diperkenalkan
dan analisis secara spasial. Pemanfaatan teknologi pendekatan Integrated Management Childhood
komputer akan sangat berperan dalam mempercepat Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit
proses analisa data geografik dengan volume lebih (MTBS) yang sekaligus merupakan model
besar.9, 10 tatalaksana kasus untuk berbagai penyakit anak,
yaitu: ISPA, diare, malaria, campak, gizi kurang dan
kecacingan. Dalam pola baru ini disamping
digunakan cara klasifikasi gejala penyakit yang
praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna,
juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit
Pneumonia dan tatalaksana penderita penyakit
infeksi akut telinga dan tenggorok. 5
beserta UPT Dinasnya di daerah dalam menangani merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang
KLB Flu burung oleh Virus Influenza A subtype H5N1. harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya
Kerja sama dengan Dinas Pariwisata ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), menyebar dalam tempo
wabah SARS dan lain sebagainya. Untuk singkat dan menimbulkan dampak luar biasa
keberhasilan program dalam skala massal dan terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan
berkesinambungan perlu diterapkan pendekatan salah satu ancaman serius di masa mendatang.
kesehatan berbasis masyarakat. Pembentukan Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, lintas
kemampuan diagnosis dini dan respon dini secara program maupun lintas negara dalam manajemen
proaktif di level desa, dalam rangka pengendalian penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif
yang cepat dan tepat sasaran berdasarkan spesifik lembaga pendidikan kesehatan
wilayah, yang memiliki potensi risiko yang berbeda.
Lembaga pendidikan kesehatan sebagai KEPUSTAKAAN
institusi yang memiliki tugas tridharma perguruan 1. Achmadi Umar Fahmi. Manajemen Penyakit
tinggi perlu melakukan rekonstruksi kurikulum Infeksi Baru Dalam Perspektif Kesehatan
pendidikan kesehatan masyarakat yang berbasis Masyarakat. Seminar dan Kongres IAKMI,
kompetensi, boleh jadi diarahkan dari subject based Jakarta. 2004.
knowledge ke problem based learning yang antara 2. Achmadi Umar Fahmi. Manajemen Penyakit
lain didasari oleh ruh SPICES (Student center, Berbasis Wilayah. Kompas. Jakarta. 2005.
Problem based, Integrated learning, Community 3. Hasyim Hamzah. Menggapai Paradigma Sehat
oriented, Early clinical/exposure environmental Sriwijaya Post. 2005.
epidemiological serta Systematic) tema skenario 4. WHO. Health and Environment in Sustainable
yang diangkat berdasarkan pelbagai masalah Development: Five Years after the Earth Summit:
penyakit infeksi baru yang memiliki evidenced based, Executive Summary. 1997.
penyebaran (global dan local epidemiologi), teknik 5. PPMPL Ditjen. Profil PPM-PL Jakarta Depkes
penyelidikan epidemiologi serta manajemen penyakit RI, Jakarta. 2004.
infeksi baru tersebut. 6. Yassi Annalee et al. Basic Environmental Health:
Di satu sisi, penanggulangan exposure Oxford University Press. 2001.
lingkungan antara lain upaya pencemaran lingkungan 7. Moeller D.W. Environmental Health. Harvard
merupakan tanggung jawab semua pelaku University Press, London, 1992.
pembangunan. Departemen Kesehatan tidak 8. Kandung I Nyoman. Peranan Surveilans Menuju
mungkin dapat mewujudkan kesehatan masyarakat, Indonesia Sehat 2010. Makalah Pentaloka
tanpa komitmen pelaku pembangunan, mulai dari Epidemiologi Kepala Dinkes Angkatan XVII;
aspek perundang-undangan termasuk PERDA, Bandung, 2000.
penerapan strategi, adanya perioritas kebijakan dan 9. Hasyim Hamzah. Sistem Informasi Geografis
program pelaksanaan dan evaluasi di masing-masing (SIG) Sebagai Salah Satu Alat Manajemen
instansi, untuk mewujudkan lingkungan yang sehat Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
dan bersih. Dengue. Jurnal Kedokteran Indonesia, Medika.
2007;8 (XXXIII):550-52.
KESIMPULAN DAN SARAN 10. Eryando Tris. Sistem Informasi Geografis dan
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah Pemanfaatannya di Bidang Kesehatan. FKM UI,
meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease Depok. 2005.
(NEID) dan Re Emerging Infectious Disease (REID)