Anda di halaman 1dari 4

5.

Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia terjadi apabila laju reaksi maju dan reaksi balik
sama-sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah
seiring dengan berjalannya waktu (Chang, 2011).
Contoh proses kesetimbangan kimia seperti reaksi reversibel yang
melibatkan nitrogen dioksida dan dinitrogen tetraoksida (N 2O4).
N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
Kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan dinamis yang terjadi
pada kesetimbangan heterogen dan kesetimbangan homogen. Kesetimbangan
homogen berlaku untuk reaksi yang semua spesi bereaksinya berada pada fasa
yang sama.
Suatu reaksi dikatakan telah mencapai keadaan setimbang jika tidak terjadi
lagi perubahan makroskopik (konsentrasi pereaksi dan hasil, suhu, tekanan)
pada sistem. Henri-Louis Chatelier (1850-1936) berkebangsaan Perancis dalam
penelitiannya mengenai kesetimbangan kimia mengemukakan suatu azas yang
dikenal dengan azas Le Chatelier. Azas tersebut berbunyi:
“ Jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang,
sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian
tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali”.
Kata “tekanan” berarti perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu
yang menggeser sistem dari keadaan setimbangnya (Chang, 2011). Perubahan
dari kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat
adanya aksi atau pengaruh dari luar dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
adalah:
a. Perubahan Konsentrasi
Bila suatu sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu komponen
dalam sistem ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser dari arah
penambahan itu, dan bila salah satu komponen dikurangi maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah pengurangan itu. Contohnya pada
sistem kesetimbangan yang terdapat pada reaksi berikut:
Fe3+(aq) + SCN-(aq) ⇌ FeSCN2+(aq)
Kuning tidak berwarna merah
Jika ke dalam sistem ditambahkan ion Fe 3+ (konsentrasi ion Fe3+
diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan, yang berakibat
konsentrasi SCN- berkurang dan konsentrasi FeSCN2+ bertambah
(ditandai dengan warna merah FeSCN2+ yang lebih tua). Sedangkan jika
ke dalam sistem ion Fe3+ dikurangi (dengan menambahkan ion C 2O42-
yang berfungsi mengikat/mengurangi ion Fe 3+), maka akan membentuk
ion stabil berwarna kuning Fe(C2O4)33- dengan mengambil ion Fe 3+ dari
larutan. Akibatnya, lebih banyak satuan FeSCN2+ yang terurai dan
kesetimbangan bergeser ke reaktan.
b. Pengaruh Tekanan atau Volume
Perubahan tekanan biasanya tidak mempengaruhi konsentrasi spesi
yang bereaksi dalam fasa terkondensasi sebab cairan dan padatan pada
dasarnya tidak dapat dimampatkan. Sebaliknya gas sangat dipengaruhi
oleh perubahan tekanan. Berdasarkan persamaan gas ideal dalam Hukum
Boyle:
PV = nRT

P= ( nv ) RT
Jadi, P dan V berbanding terbalik. Semakin besar tekanan, semakin
kecil volume, dan sebaliknya (Chang, 2011).
Contoh:
3H2(g) + N2(g) ⇌ 2NH3(g)
Gambar sebelah kiri adalah campuran antara H2 dan N2 pada
kesetimbangan. Gambar bagian tengah adalah ketika tekanan
ditingkatkan dengan memperkecil volume, campuran tidak lagi
setimbang (Qc < Kc). Gambar sebelah kanan reaksi bergeser ke arah
kanan, jumlah total molekul gas menurun sampai terbentuk kestabilan
kembali (Qc = Kc).
c. Pengaruh Tekanan atau Volume
Perubahan konsentrasi, tekanan, atau volume dapat mengubah
posisi kesetimbangan, tetapi nilai konstanta kesetimbangannya tetap.
Perubahan suhu dapat mengubah konstanta kesetimbangan (Chang,
2011).
Pergeseran reaksi kesetimbangan akibat perubahan suhu ditentukan
oleh jenis reaksinya, apakah endoterm atau eksoterm. Jika sistem dalam
kesetimbangan suhunya dinaikkan, maka kesetimbangan bergeser ke
arah reaksi endoterm atau H positif, dan jika suhu sistem
kesetimbangan diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi eksoterm atau H negatif.
Contohnya yaitu pada reaksi kesetimbangan ion-ion berikut:
CoCl42-(aq) + 6H2O(l) ⇌ Co(H2O)62+(aq) + 4Cl-(aq)
(biru) (merah muda)
Pembentukan CoCl42- adalah proses endotermik. Jika dipanaskan,
kesetimbangan akan bergeser ke kiri dan larutan menjadi biru.
Pendinginan menghasilkan reaksi eksotermik (pembentukan Co(H2O)62+)
dalam larutan menjadi merah muda (Chang, 2011).
d. Pengaruh Katalis
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Untuk reaksi reversibel,
katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik.
Keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak
menggeser posisi sistem kesetimbangan. Penambahan katalis pada
campuran reaksi yang tidak berada pada kesetimbangan akan
mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik sehingga campuran
kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran kesetimbangan yang sama
dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi membutuhkan waktu yang lebih
lama agar kesetimbangan terjadi (Chang, 2011). Reaksi pembentukan
amonia berlangsung sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) H = -92 kJ
Pada suhu 100˚C, reaksi akan mencapai keadaan setimbang dalam
waktu berahun-tahun. Jika ke dalam reaksi tersebut ditambahkan katalis,
kesetimbangan akan tercapai hanya dalam waktu 5-10 menit. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa katalus dapat mempercepat tercapainya suatu
keadaan setimbang.
Katalis akan mempercepat laju reaksi pembentukan NH 3 sekaligus
mempercepat laju reaksi peruraiannya menjadi gas N2 dan gas H2.
Pengaruh ini sama kuatnya, sehingga dalam reaksi kesetimbangan katalis
tidak menggeser arah kesetimbangan, tetapi hanya mempercepat
tercapainya keadaan setimbang.

Anda mungkin juga menyukai