PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya
“tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan
Allah”. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat
raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam keadaan islam, artinya
tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk
meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan
mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan. Itulah
sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama: ain-lam-mim.
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (2009).
Paradigma dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual atau model yang
dengannya seorang ilmuwan bekerja (a conceptual framework or model within
which a scientist works). Ia adalah seperangkat asumsi-asumsi dasar yang
menggariskan semesta partikular dari penemuan ilmiah, menspesifikasi beragam
konsep-konsep yang dapat dianggap absah maupun metode-metode yang
dipergunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Tegasnya setiap
keputusan tentang apa yang menyusun data atau observasi ilmiah dibuat dalam
bangun suatu paradigma.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi. Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi,
merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita
membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah
terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk
makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita
selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan
ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan
mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
A. Kesimpulan
1. Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan alam
semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu perlu ada etika,
ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu
dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif.
2. Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi,
paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam
dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan
iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada
berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Mari kita
simak firman-Nya: “Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Qs.
al-A’raaf [7]: 96).
DAFTAR PUSTAKA