Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang di hadapi pasien melalui
berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi
oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memenuhi kebutuhan fisik
semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan intregitas diri pasien
secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif,
tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan
diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh
tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa
dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian
besar disebabkan oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5%
amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena cacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada
kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial .
Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di gunakan
untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki
kualitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka pasien
akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi aktif dalam
rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian besar. Persepsi
pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan. Pasien harus
menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus di selaraskan
sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat
perubahan citra tubuh.
1
II. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien dengan amputasi ?
III. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien
dengan amputasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan
menjadi :
Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai
salah satu tindakan alternatif terakhir.
Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.
3
Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5cm dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi Bawah
Lutut (BL), dan Syme.
Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang
dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan luka dibiarkan
terbuka untuk mengalir.
Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang
dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.
4
3. Anatomi Fisiologi
5
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula (1 tlng) 1
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari
5 tl) 1
Korkigis (penyatuan dr
3-5 tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang
Sternum
1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang
Radius 2
Ulna 2
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os 2 tulang
coxa terdiri dari
penggabungan 3 tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206 tulang
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
6
Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat padanya.
Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.
Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
Tulang pipih pada tengkorak dan iga
Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan
rahang.
Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
Tulang didahului oleh model kartilago.
Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam
korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-
ruang.
Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast).
Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang
menghasilkan tiga pusat osifikasi.
Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat
dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong
sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar untuk
membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.
Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
7
Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan
korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon.
b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,
tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-
serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis
pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi
sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.
c. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma
mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang
panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan
memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu
(berkontraksi).
8
Ciri-ciri otot yaitu :
Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter
sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.
Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
4. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :
Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua seperti pada
penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelaian
kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
Deformitas organ.
9
5. Patofisiologi
Amputasi di lakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan
metode :
Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di
mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di
pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi.
Metode tertutup
Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau
di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di
amputansi.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi
antara lain :
Nyeri akut
Keterbatasan fisik
Pantom snydrom e
Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung
berdiam diri
7. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit. Karena
adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi
merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi
luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
10
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien dengan amputasi yaitu
Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran
darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan protesis), status
peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi
otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanan
darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat
berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas
konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah
pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan
dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi menghasilkan sisa
tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia
mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesehatan lainnya.
11
Perawatan pasca amputasi yaitu :
Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis
harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya
iskemik.
Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab
dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan,
angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau berbaring
atau duduk lama dengan fleksi lutut.
Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur
lutut dan paha.
12
9. WOC
13
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :
Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi / perfusi
jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah
amputansi
Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses
infeksi
14
B. ASKEP Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya yaitu klien mengatakan nyeri
pada luka, mengalami gangguan pada sirkulasi dan neurosensori, serta memiliki
keterbatasan dalam beraktivitas.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan),
lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah ada kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), kaji
apakah ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit jantung, penyakit gagal ginjal
dan penyakit paru.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama, kaji
apakah ada anggota keluarga yang merokok ataupun menggunakan obat-obatan.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
Berat badan : Biasanya normal
Tinggi badan : Biasanya normal
2. Tanda-Tanda Vital
TD : Biasanya normal (120/80mmHg)
Nadi : Biasanya normal
RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
15
Suhu : Biasanya normal (36-37 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda
iritasi
Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta
pendarahan
Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi
terhadap sesuatu
Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau
benjolan
Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.
Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot
16
2. Diagnosa
Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik
Ganguan citra tubuh
3. Intervensi
17
Kaji secara verbal
dan non verbal
respon klien
terhadap tubuhnya
Self esteem Jelaskan tentang
Kriteria Hasil : pengobatan,
Body image positif perawatan,
Mampu kemajuan dan
mengidentifikasi prognosis penyakit
kekuatan personal Dorong klien
Tidak terjadi mengungkapkan
pengurangan berat perasaannya
badan yang berarti
4. Implementasi
Implementasi merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya.
5. Evaluasi
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama : Tn. I
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Sumber Informasi
Nama : Ny. O
19
II. Riwayat Kesehatan
Klien masuk RS pada tanggal 7 Agustus 2017, klien mengatakan bahwa ia memiliki
luka yang tak kunjung sembuh pada kaki kanannya. Klien juga mengatakan bahwa ia
merasakan nyeri yang hebat pada lukanya.
Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 7 Agustus 2017 klien mengatakan bahwa
nyeri pada kaki kanannya, nyeri bersifat hilang timbul dengan rasa seperti tertusuk-tusuk dan
terdapat nyeri tekan pada kaki kanan klien, klien tampak meringis dan gelisah menahan nyeri
tersebut. Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia merasa takut akan dilakukan operasi,
klien selalu bertanya-tanya kepada perawat ataupun dokter tentang penyakitnya, klien
nampak cemas dan ketakutan, klien juga mengatakan bingung dan tidak tahu tentang
penyakitnya. Klien juga mengatakan bahwa ia merasa malu karena akan dilakukan amputasi,
klien juga mengatakan bahwa ia takut tidak bisa bekerja lagi, selain itu klien juga
mengatakan bahwa ia merasa sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain setelah dilakukan
amputasi nanti. Klien tampak sedih, klien tampak murung dan menarik diri.
TD : 110/70mmHg S : 37.5°C
N : 76x/i RR : 20x/i
Q : Seperti tertusuk
R : Kaki kanan
S:7
T : Hilang timbul
Inspeksi : Terdapat luka terbuka yang telah terinfeksi yang ditandai dengan
adanya warna kemerahan dan edema disekitar luka klien sehingga menyebabkan
terjadinya ketidaksimetrisan antara kaki kiri dan kanan klien.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan dan terasa hangat di sekitar luka klien
20
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan satu bulan yang lalu yang
menyebabkan kaki kanan klien luka parah, lalu klien dibawa ke puskesmas untuk pertolongan
pertama. Sejak saat itu kaki sebelah kanan klien sering mengalami nyeri dan lukanya tak
kunjung sembuh. Saat nyeri klien hanya beli obat di apotek, minum jamu/herbal. Namun
seiring berjalannya waktu, rasa nyeri dan luka yang dialaminya semakin parah, itulah
mengapa pada 7 Agustus 2017 klien datang ke RS untuk berobat.
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dengan klien.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
-------- : Tinggal satu rumah
21
III. Pengkajian Saat Ini
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70mmHg S : 37.5°C
N : 76x/i RR : 20x/i
2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :Bentuk bulat, rambut hitam sedikit ikal, kepala bersih tidak ada
ketombe namun sedikit berminyak.
Palpasi :Tidak ada massa, benjolan ataupun lesi
3. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :Sklera an ikterik dan conjungtiva an anemis
4. Telinga
Inspeksi :Daun telinga dan liang telinga bersih
5. Hidung :Hidung simetris, membran mukosa lembab dan bersih, tidak ada alergi
6. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi :Mulut bersih, mukosa bibir lembab, lidah dan gigih bersih
7. Leher
Inspeksi : Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
8. Thorax/Paru
Inspeksi :Bentuk normal, warna kulit sawo matang
Palpasi :Vocal remitus tidak teaba
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas vesikuler
9. Kardiovaskuler
Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :Batas jantung kanan di RIC II LPSD dan batas jantung kiri di RIC IV
LMCS
Auskultasi :Bunyi jantung I dan II normal
10. Abdomen
Inspeksi :Perut normal dan tidak membuncit
Palpasi :Tidak ada massa ataupun nyeri tekan
Perkusi :Tympani (-)
Auskultasi :Bising usus 5x/i
11. Neuorologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E:4, V:5, M:6)
12. Kulit :Warna kulit sawo matang, adanya lesi dan jaringan parut pada kaki
kanan klien, CRT 3 detik.
13. Ekstremitas :Adanya luka terbuka yang telah terinfeksi pada kaki kanan klien yang
ditandai dengan adanya edema dan warna kemerahan disekitar luka.
22
IV. Pola Nutrisi
1. TB : 160cm BB : 68kg Sakit : TB 160cm BB : 68kg
2. Frekuensi makan : 3xsehari Sakit : 3xsehari
3. Porsi makan : Normal Sakit :Normal
5. Informasi Penunjang
1. Diagnosa Medik : Amputasi bawah lutut (BL)
2. Therapy Pengobatan : Ranitidine (2x1), Ondansentron (2x1), Dexketoprofen (2x1)
3. Pemeriksaan Diagonostik
Laboratorium :
- Hemoglobin 12.5gr/dl (14-18 gr/dl)
- Leukosit 12.900 mm3 (5.000-10.000 mm3)
- Trombosit 450.000 mm3(150-400.000 mm3)
- Hematokrit 48% (40-48%)
23
B. Analisa Data
Do :
Klien tampak meringis
Klien tampak gelisah
Q : Seperti tertusuk
R : Kaki kanan
S:7
T : Hilang timbul
24
7/8/17 Ds : Kurang Ansietas
Klien mengatakan bahwa ia merasa pengetahuan
takut untuk dilakukan operasi terkait prosedur
Klien juga mengatakan bahwa ia pembedahan
merasa cemas dengan penyakitnya
Klien juga merasa bingung dan
tidak mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya
Do :
Klien tampak cemas
Klien tampak bingung
Klien selalu bertanya-tanya tentang
penyakitnya
N : 76x/i RR : 20x/i
C. Diagnosa Keperawatan
25
D. Intervensi Keperawatan
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. I dengan Amputasi bawah lutut (BL),
diperoleh data bahwa klien mengatakan bahwa nyeri pada kaki kanannya, nyeri bersifat
hilang timbul dengan rasa seperti tertusuk dan terdapat nyeri tekan pada kaki kanan klien,
klien tampak meringis dan gelisah menahan nyeri tersebut. Selain itu klien juga mengatakan
bahwa ia merasa takut akan dilakukan operasi, klien selalu bertanya-tanya kepada perawat
ataupun dokter tentang penyakitnya, klien nampak cemas dan ketakutan, klien juga
mengatakan bingung dan tidak tahu tentang penyakitnya. Klien juga mengatakan bahwa ia
merasa malu karena akan dilakukan amputasi, klien juga mengatakan bahwa ia takut tidak
bisa bekerja lagi, selain itu klien juga mengatakan bahwa ia merasa sulit untuk bersosialisasi
dengan orang lain setelah dilakukan amputasi nanti. Klien tampak sedih, klien tampak
murung dan menarik diri.
Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan antara lain adalah mengkaji nyeri
secara komprehensif sesuai dengan P Q R S T. Yang menyebabkan nyeri yaitu karena adanya
pembengkakan luka kronis yang telah terinfeksi pada kaki kanan klien. Adapun kualitas nyeri
yaitu seperti tertusuk dengan sifat nyeri tekan. Wilayah dari nyeri yaitu di kaki kanan klien.
Skala nyeri yaitu 7 dengan waktu yang bersifat hilang timbul. Selain mengkaji nyeri penulis
juga telah mengajarkan teknik relaksasi berupa nafas dalam untuk membantu klien mengatasi
nyeri nya, mengukur Vital Sign klien, serta memberitahukan kepada klien terkait dengan
penyakit dan prosedur pembedahan.
27
B. Saran
Untuk perawat :
28
DAFTAR PUSTAKA
Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.
29