Anda di halaman 1dari 21

BUKU SIA

MARSHALL B. ROMNEY

PAUL JHON STEINBART

JAMES A. HALL

Resiko, Ancaman dan Eksposur pada Pengendalian SIA

Filed under: tugas — andriedwicn @ 3:40 pm

Resiko, Ancaman dan Eksposur pada Pengendalian SIA

1. Pengertian

Sebelum mengerjakan tugas ini lebih baik kita mengerti arti satu persatu dari judul yang ada.

Dimulai dari apa itu Resiko dari situs Wikipedia, Resiko diartikan sebagai adanya hubungan
dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi
tentang apa yang akan terjadi. Atau dalam situs ini juga diartikan secara umum yaitu sebagai
suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Dan Resiko tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. SedangkanResiko murni adalah sesuatu
yng hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan.

Sedangakan Ancaman merupakan suatu keadaan yg dapat membahayakan baik itu dari dalam
(intern) ataupun dari luar (ekstern), biasana bersifat6 merugikan.

Untuk arti Eksposur saya cari di situs Slideshare dimana didalam situs itu


dijelaskan Eksposur adalah obyek yang rentan terhadap risiko dan berdampak pada kinerja
perusahaan apabila risiko yang diprediksikan benar-benar terjadi. Eksposur yang paling
umum berkaitan dengan ukuran keuangan, misalnya harga saham, laba, pertumbuhan
penjualan, dan sebagainya.

Dari pengertian satu persatu yang telah dilakuakn dapat dimengerti bahwa materi ini akan
membahas “suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan dimana akan adanya ancaman atau bahaya yang akan dating
dari dalam atau luar yang rentan terhadap risiko dan berdampak pada kinerja perusahaan
apabila risiko yang diprediksikan benar-benar terjadi pada pengendalian SIA”.
 

2. Ancaman atas SIA

Ancaman dapat timbul dari mana saja, hal itu yang saya dapatkan dari materi dosen SIA saya.
Salah satu ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan
politik, seperti :

–        Kebakaran atau panas yang berlebihan

–        Banjir, gempa bumi

–        Badai angin, dan perang

Ancaman kedua bagi perusahaan adalah kesalahan pada software dan tidak berfungsinya
peralatan, seperti :

–        Kegagalan hardware

–        Kesalahan atau terdapat kerusakan pada software, kegagalan sistem operasi, gangguan
dan fluktuasi listrik.

–        Serta kesalahan pengiriman data yang tidak terdeteksi.

Ancaman ketiga bagi perusahaan adalah tindakan yang tidak disengaja, seperti :

–        Kecelakaan yang disebabkan kecerobohan manusia

–        Kesalahan tidak disengaja karen teledor

–        Kehilangan atau salah meletakkan

–        Kesalahan logika

–        Sistem yang tidak memenuhi kebutuhan perusahaan

Ancaman keempat yang dihadapi perusahaan adalah tindakan disengaja, seperti :

–        sabotase

–        Penipuan komputer

–        Penggelapan

3. Penyebab Ancaman SIA meningkat

Ancaman pada SIA tidaklah timbul begitu saja, pasti ada hal yang membuatnya meningkat,
masih pada materi dari dosen saya hal yang membuatnya meningkat adalah:
 Peningkatan jumlah sistem klien/server memiliki arti bahwa informasi tersedia bagi
para pekerja yang tidak baik.
 Oleh karena LAN dan sistem klien/server mendistribusikan data ke banyak pemakai,
mereka lebih sulit dikendalikan daripada sistem komputer utama yang terpusat.
 WAN memberikan pelanggan dan pemasok akses ke sistem dan data mereka satu
sama lain, yang menimbulkan kekhawatiran dalam hal kerahasiaan.

4.Pengendalian Internal

Apakah definisi dari pengendalian internal itu ?

Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk
menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah
ditetapkan.

Prosedur-prosedur pengendalian khusus yang digunakan dalam sistem pengendalian internal


dan pengendalian manajemen mungkin dikelompokkan  menggunakan empat kelompok
pengendalian internal berikut ini:

 Pengendalian untuk Pencegahan, Pengendalian untuk Pemeriksaan, dan Pengendalian


Korektif
 Pengendalian umum dan Pengendalian aplikasi
 Pengendalian Administrasi dan Pengendalian Akuntansi
 Pengendalian Input, proses, dan output

5. Lingkungan Pengendalian

Komponen pertama dari model pengendalian internal adalah : lingkungan pengendalian.

Lingkungan pengendalian terdiri dari faktor-faktor berikut ini :

1.
1. Komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika
2. Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi
3. Struktur organisasional
4. Badan audit dewan komisaris
5. Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab
6. Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia
7. Pengaruh-pengaruh eksternal

Komponen kedua dari model pengendalian internal adalah kegiatan-kegiatan pengendalian.

Secara umum, prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori
berikut ini :
 Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai
 Pemisahan tugas
 Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
 Penjagaan aset dan catatan yang memadai
 Pemeriksaan independen atas kinerja

Komponen ketiga dari model pengendalian internal adalah Penilaian resiko.

Perusahaan menghadapi jenis-jenis ancaman berikut ini :

–        strategis — melakukan hal yang salah

–        Operasional ── melakukan hal yang benar, tetapi dengan cara yang salah

–        Keuangan — adanya kerugian sumber daya keuangan, pemborosan, pencurian atau
pembuatan kewajiban yang tidak tepat

–        informasi — menerima informasi yang salah atau tidak relevan, sistem yang tidak
andal, dan laporan yang tidak benar atau menyesatkan

Komponen keempat dari model pengendalian internal adalah informasi dan komunikasi .

Akuntan harus memahami berikut ini :

 Bagaimana transaksi diawali


 Bagaimana data didapat dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin atau data diubah
dari dokumen sumber ke bentuk yang dapat dibaca oleh mesin
 Bagaimana file komputer diakses dan diperbarui
 Bagaimana data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi
 Bagaimana informasi dilaporkan

Komponen kelima dari model pengendalian internal adalah pengawasan.

Metode utama untuk mengawasi kinerja mencakup :

–        Supervisi yang efektif

–        Pelaporan yang bertanggungjawab

–        Audit  internal

Pada sub judul diatas hanya terfokus pada ancaman tetapi bila dibaca secara keseluruhan
materi yang disampaikan sudah cukup untuk mencakup semua. Sehingga tidak perlu
dilakukan sub judul secara lebih menditai dan bila dilihat dari arti satu persatu memiliki ari
yang hamper sama atau lehih tepatnya terikat.

Sekian yang dapat saya kerjakan. Maaf bila tulisan yang saya sampaikan kurang berkenan
atau kurang sesuai dengan yang anda inginkan. Untuk paertisipasinya saya ucapkan
terimakasih.
Sumber :

http://www.slideshare.net/sssf/ppt-pengukuran-resiko-presentation

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko

http://sdarsono.staff.gunadarma.ac.id/

Eksposur dan Contoh Eksposur !


Eksposur dan Contoh Eksposur

Eksposur merupakan resiko yang timbul dari sumberdaya internal seperti para pekerja atau berasal
dari sumber daya eksternal. Eksposur juga merupakan obyek yang rentan terhadap resiko dan
berdampak pada kinerja perusahaan apabila resiko yang diprediksi benar-benar terjadi. Eksposur ini
paling umum berkaitan dengan ukuran keuangan.

Beberapa bentuk eksposur umum :


-Biaya yang terlalu tinggi
-Pendapatan yang cacat
-Kerugian akibat kehilangan aktiva
-Akuntansi yang tidak akurat
-Interupsi Bisnis
-Sanksi Hukum
-Ketidakmampuan untuk bersaing
-Kecurangan dan pencurian

Kita dapat membedakanantara dua jenis eksposur terhadap informasi pemasaran: eksposur yang
disengaja (intentional exposure) dan eksposure tidak disengaja (accidental exposure). Eksposur yang
disengaja adalah suatu pemaparan dari hasil pencarian konsumen pada informasi pemasaran yang
disengaja. Dengan demikian, pemasar harus memfasilitasi eksposur yang disengaja dengan
membuat informasi pemasaran yang tepat tersedia ketika konsumen membutuhkannya (waktu dan
tempat).

Upaya pencarian informasi oleh konsumen harus dibuat semudah mungkin. Hal ini mengharuskan
para pemasar untuk mengantisipasi kebutuhan informasi konsumen dan menggunakan strategi
untuk memenuhinya.

Contoh eksposur yang disengaja:

Produk “Minyak Kelapa Sawit Tropicana Slim” mengadakan program sampling produk di pusat
perbelanjaan, seperti Giant dan Hypermart. Dalam kegiatan sampling ini, pihak Tropicana Slim
memberikan contoh produk serta informasi yang selengkap mungkin kepada konsumen yang
mendatangi tempat tersebut. Selain itu, pihak Tropicana Slim juga mengunjungi kanto-kantor untuk
mempromosikan produk minyak kelapa sawitnya.

eksposur yang tidak disengaja adalah suatu informasi yang disampaikan oleh produsen yang
ditujukan kepada konsumen secara tidak langsung melalui media pemasaran. Hal ini menyebabkab
konsumen mendapatkan stimulus secara tidak disengaja.
Hampir semua strategi media ditujukan untuk memaksimalkan eksposur tidak disengaja pada suatu
iklan. Seorang perencana media harus memilih bauran media dengan hati-hati untuk
memaksimalkan kemungkinan segmen sasarannya terekspose pada perusahaan mereka.

Contoh eksposur tidak disengaja:


Di titik-titik eksposur prima seperti peremapatan jalan, lokasi pusat kota, mall dan tempat-tempat
keramaian yang lain sering dijumpai eksposur tidak disengaja, seperti iklan, baliho, spanduk yang
memprosmosikan suatu produk. Misalnya saja baliho-baliho “Bakpao Telo” yang dipasang di tepi-
tepi jalan, ini dapat menimbulkan eksposur yang tidak disengaja bagi konsumen. Ketika konsumen
melewati baliho tersebut dan melihatnya maka konsumen akan menerima suatu stimulus dan akan
terpengaruh untuk membeli produk “Bakpao Telo” tersebut.

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN.


Posted: November 25, 2012 in Uncategorized

Pemrosesan transaksi dan struktur pengendalian intern.

Kebutuhan akan pengendalian.


Pengendalian dan Eksposur 
Eksposur mencakup potensi dampak financial akibat suatu kejadian dikalikan dengan probabilitas
terjadinya kejadian tersebut. Eksposur adalah risiko dikalikan konsekuensi financial atas risiko
tersebut.

jenis Eksposur-eksposur umum


1. Biaya yang terlalu tinggi
Harga yang dibayarkan untuk pembelian barang yang digunakan dalam organisasi bisa saja
terlalu mahal. Cek bisa saja dibayarkan kepada karyawan yang tidak bekerja dengan efektif
dan efisien.
2. Pendapatan yang Cacat
Biaya terutang tidak tertagih dari penjualan kredit terlalu banyak. Barang dagangan telah
dikirim ke pelanggan tetapi tidak tercatat sehingga tidak ditagih.
3. Kerugian Akibat Kehilangan Aktiva
Aktiva dapat hilang sebagai akibat pencurian, tindakan kekerasan, atau bencana alam. Kas,
baha baku, atau peralatan dapat rusak atau salah penempatan.
4. Akuntansi yang Tidak Akurat
Kebijakan dan prosedur akuntansi dapat salah, tidak tepat, atau secara signifikan berbeda
dari yang diterima umum. Kesalahan ini dapat mencakup kesalahan penilaian transaksi,
kesalahan waktu pencatatan, atau kesalahan klasifikasi transaksi.
5. Interupsi Bisnis
Interupsi bisnis mencakup penghentian sementara suatu operasi bisnis, penghentian
permanen atas operasi suatu bisnis, atau penutupan suatu usaha.
6. Sanksi Hukum
Penghentian kegiatan bisnis bisa saja terjadi sebagai hukuman dari lembaga pemerintah
jika perusahaan melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

7. Ketidakmampuan untuk bersaing


Ketidakmampuan ini dapat terjadi sebagai akibat kombinasi berbagai eksposur yang telah
dibahas sebelumnya dan bia juga sebagai akibat ketidakefektifan keputusan manajemen.

8. Kecurangan dan Pencurian


Kecurangan dan pencurian dapat dilakukan oleh pihak eksternal di luar perusahaan
ataupun pihak internal di dalam perusahaan. Biaya yang terlalu tinggi, pendapatan yang
cacat, kehilangan aktiva, ketidakakuratan catatan akuntansi, interupsi bisnis,sanksi hukum,
dan ketidakmampuan untuk bersaing, semuanya bisa saja merupakan dampak dari
kecurangan dan pencurian.

Kecurangan dan Kejahatan Kerah Putih


Kejahatan kerah putih menggambarkan serangkaian aktivitas illegal yang terjadi sebagai
bagian dari pekerjaan pelaku kejahatan. Kejahatan kerah putih terjadi pada saat kekayaan
perusahaan digunakan menyimpang dari manfaat aktiva yang sesungguhnya.

Ada 3 bentuk kejahatan kerah putih :


1. Kecurangan manajemen
Meliputi penyalahgunaan atau kesalahan interpretasi terhadap aset baik oleh karyawan atau
pihak ketiga di luar perusahaan, atau keduanya.
2. Pelaporan keuangan yang menyesatkan
Tindakan sengaja atau tidak sengaja, sebagai akibat niat hati atau kekhilafan, yang
menyebabkan informasi dalam laporan keuangan secara material mengganggu pengambil
keputusan.
3. Kejahatan korporat
Merupakan kejahatan kerah putih yang menguntungkan suatu perusahaan atau organisasi,
dan bukan hanya menguntungkan individu tertentu yang melakukan kecurangan.

Pemrosesan Komputer dan Eksposur


Banyak aspek dari pemrosesan komputer yang cenderung meningkatkan eksposur organisasi
terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Pemrosesan data secara mekanis,
penyimpanan data secara mekanis, dan kompleksitas pemrosesan merupakan aspek
pemrosesan komputer yang dapat meningkatkan risiko atau potensi kerugian akibat eksposur
yang dihadapi organisasi, tidak peduli apakah pemrosesan komputer digunakan di
perusahaan ataupun tidak.

Tujuan Pengendalian dan Siklus Transaksi


Pengendalian berguna untuk mengurangi eksposur. Analisis eksposur dalam suatu
organisasi sering berhubungan dengan konsep siklus transaksi. Sekalipun tidak ada dua
organisasi yang benar-benar sama, pada umumnya organisasi menghadapi kejadian
ekonomi yang serupa. Kejadian tersebut menghasilkan transaksi yang dapat dikelompokkan
sesuai dengan empat siklus aktivitas bisnis, yaitu :
1. Siklus pendapatan : Kejadian yang terkait dengan distribusi barang dan jasa ke entitas
lain dan penagihan atas pembayaran yang terkait dengan distribusi barang dan jasa
tersebut.
2. Siklus pengeluaran : Kejadian yang terkait dengan akuisisi barang dan jasa dari entitas
lain dan pelunasan kewajiban terkait dengan akuisisi tersebut.
3. Siklus produksi : Kejadian yang terkait dengan transformasi bahan baku menjadi barang
dan jasa.
4. Siklus keuangan : Kejadian yang terkait dengan akuisisi dan pengelolaan dana dan
modal, termasuk kas.

Komponen Proses Pengendalian Internal


Proses pengendalian internal suatu organisasi terdiri dari lima elemen : lingkungan
pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pengawasan. Konsep pengendalian internal didasarkan pada dua premis utama, yaitu
tanggung jawab dan jaminan yang masuk akal.

Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk
membangun, mendukung dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu.
Faktor yang tercakup dalam lingkungan pengendalian adalah :
1. Nilai-nilai integritas dan etika
2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Filosofi manajemen dan gaya operasi
4. Struktur organisasi
5. Perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitenya
6. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab
7. Kebijakan sumber daya manusia dan prosedur

Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko, komponen kedua dari pengendalian internal, merupakan proses
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang memengaruhi tujuan perusahaan.

Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun untuk membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan dengan baik.
Tujuan pengendalian :
1. Rencana organisasi mencakup pemisahan tugas untuk mengurangi peluang seseorang
dalam suatu posisi pekerjaan tertentu untuk melakukan kecurangan atau kesalahan
menjalankan tugas sehari-hari mereka.
2. Prosedur mencakup perancangan dan penggunaan dokumentasi dan catatan yang
berguna untuk memastikan pencatatan transaksi dan kejadian yang tepat.
3. Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai dengan otorisasi manajemen.
4. Cek independen dan peninjauan dilakukan sebagai wujud akuntabilitas kekayaan
perusahaan dan kinerja.
5. Pengendalian proses informasi diterapkan untuk mengecek kelayakan otorisasi,
keakuratan, dan kelengkapan setiap transaksi.
Informasi dan Komunikasi
Merupakan komponen pengendalian internal yang keempat. Informasi mengacu pada sistem
akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan
transaksi organisasi dan untuk memelihara akuntabilitas aktiva dan utang yang terkait.

Komunikasi
Komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua kebijakan
dan prosedur yang terkait dengan pengendalian. Komunikasi yang baik membutuhkan
komunikasi oral yang efektif, manual prosedur yang memadai, manual kebijakan, serta
berbagai jenis dokumentasi yang lain.
Komunikasi yang efektif juga membutuhkan aliran arus informasi dalam organisasi yang
memadai. Informasi semacam ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja, membuat laporan
perkecualian, dan lain sebagainya.

Pengawasan
Pengawasan dicapai melalui aktivitas yang terus-menerus, atau evaluasi terpisah, atau
kombinasi keduanya. Tujuan fungsi audit internal adalah untuk melayani manajemen dengan
menyediakan bagi manajemen hasil analisis dan hasil penilaian aktivitas dan sistem seperti :
1. Sistem informasi organisasi
2. Struktur pengendalian internal organisasi
3. Sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur, dan rencana
4. Kualitas kinerja personel organisasi

Pengendalian Pemrosesan Transaksi


Merupakan satu prosedur yang dirancang untuk memastikan bahwa elemen proses
pengendalian internal diimplementasikan dalam suatu sistem aplikasi tertentu di setiap
siklus transaksi organisasi. Pengendalian pemrosesan transaksi mencakup pengendalian
umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum memengaruhi semua pemrosesan
transaksi. Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian yang spesifik untuk setiap
aplikasi tertentu.

Pengendalian Umum
Pengendalian umum mencakup hal-hal berikut ini :
1. Perencanaan organisasi pemrosesan data
2. Prosedur operasi secara umum
3. Karakteristik pengendalian peralatan
4. Pengendalian akses data dan peralatan
Pengendalian Aplikasi
Dikelompokkan menjadi pengendalian input, pengendalian proses, serta pengendalian
output. Pengelompokan ini terkait dengan langkah-langkah dalam siklus pemrosesan data.
1. Pengendalian input dirancang untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan pada tahap
penginputan data.
2. Pengendalian proses dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa pemrosesan telah
terjadi sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dan bahwa tidak ada transaksi yang
terlewat yang tidak diproses atau bahwa tidak ada transaksi tambahan yang mestinya tidak
ikut diproses.
3. Pengendalian output dirancang untuk memastikan bahwa input dan proses yang telah
dijalankan menghasilkan output yang valid dan bahwa output telah didistribusikan secara
tepat.
Pengendalian Preventif, Detektif, dan Korektif
Pengendalian dikelompokkan berdasarkan sifat :
1. Pengendalian preventif berperan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan kecurangan.
2. Pengendalian detektif berperan untuk mengungkapkan kesalahan dan kecurangan yang
telah terjadi.
3. Pengendalian korektif berperan untuk membetulkan kesalahan yang telah terjadi 

:: Pemrosesan transaksi dan struktur pengendalian intern ::

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN


STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

I.             PEMROSESAN TRANSAKSI


Salah satu tujuan sistem informasi adalah mendukung operasi harian perusahaan.
Tujuan ini dicapai melalui : (1) pemrosesan transaksi-transaksi yang disebabkan baik oleh
sumber-sumber ekstern maupun intern, dan (2) menyiapkan keluaran-keluaran seperti
dokumen-dokumen operasional dan laporan-laporan keuangan.

      Kerangka Pemrosesan Transaksi


A.     Jaringan Kerja Keseluruhan Perusahaan
Pemrosesan transaksi terjadi selaras dengan operasi perusahaan. Perangkat
gabungan sistem-sistem pemrosesan transaksi serupa dengan jaringan kerja yang kompleks
dari operasi-operasi fisik, proses kertas kerja dan arus data/informasi yang saling
bergantung.

B.     Sistem Informasi Fungsional


Sistem operasional dan organisasi perusahaan pada umumnya dibagi berdasarkan
fungsi. Untuk memungkinkan pengendalian yang efektif dan efisien atas operasi dan
koordinasi kegiatan-kegiatan manajerial. Sistem informasinya haruslah dibagi menurut
fungsi-fungsi yang sama. Macam-macam subsistem informasi fungsional pada tiap-tiap
industri berbeda-beda. Bahkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam
industri yang sama juga berbeda. Setiap subsistem informasi fungsional berkaitan erat
dengan penyediaan pengendalian yang ketat terhadap satu atau beberapa sistem
pemrosesan transaksi. Hal yang sama pentingnya adalah hubungan yang ada pada setiap
subsistem informasi fungsional diantara tingkat operasional dan tingkat manajerial.
Subsistem informasi fungsional membantu arus informasi transaksi kepada manajer-
manajer fungsional.

      Komponen-Komponen Pemrosesan Transaksi


Pemrosesan transaksi terjadi dalam suatu proses. Proses ini yang dikenal sebagai
siklus akunting. Siklus akunting membutuhkan beragam komponen pembangun.
Komponen-komponen ini meliputi dokumen sumber, jurnal dan register, lejer dan arsip
(file) laporan dan keluaran-keluaran lain, bagan rekening dan kode-kode lain, rangkaian
audit, metode dan alat-alat pemrosesan, serta pengendalian.
A.     Dokumen Sumber
Kebanyakan transaksi dicatat pada dokumen sumber, selain menyediakan catatan-
catatan tertulis dokumen sumber berfungsi :
a.      Memicu meng-otorisasi operasi fisik
Sebagai contoh surat pesanan penjualan meng-otorisasi pengiriman barang dan gangguan
kepada pelanggan.
b.      Memantau arus fisik
Misalnya surat pesanan penjualan digunakan untuk memperlihatkan pergerakan barang
pesanan dari gudang ke tempat pengiriman.
c.       Mencerminkan akuntabilitas atas tindakan yang diambil
Misalnya tagihan dari pemasok diparaf untuk memperlihatkan bahwa tagihan ini sudah
diperiksa kebenarannya.
d.      Menjaga kemutakhiran dan kelengkapan basis data
Sebagai contoh kopi faktur penjualan digunakan untuk memutakhirkan saldo dalam catatan
sediaan. Catatan pelanggan dan kemudian diarsipkan untuk kepentingan riwayat penjualan.
e.      Menyediakan data yang dibutuhkan untuk keluaran
Misalnya data dalam surat pesanan penjualan digunakan untuk menyiapkan faktur
penjualan dan ikhtiar penjualan.

B.     Jurnal dan Register


Jurnal dan register merupakan catatan akunting yang memuat data dalam urutan
kronologis. Jurnal merupakan catatan akunting formal awal dalam sistem manual.
Mengikhtiarkan data transaksi dalam satu keuangan. Register berfungsi sebagai pengganti
jurnal atau catatan kronologis atau buku harian untuk data atau peristiwa yang tidak bersifat
keuangan.

C.     Buku Besar dan Arsip


Buku besar (ledger) mengikhtiarkan status perkiraan dalam satuan keuangan. Nilai
transaksi yang muncul dalam jurnal dipindahkan atau diposkan ke pos perkiraan yang
sesuai. Melalui proses posting ini status setiap perkiraan yang terpengaruh dimutakhirkan
dengan menaikkan atau menurunkan saldo perkiraan sebesar nilai transaksi. Jadi, jika
jurnal menekankan pada kegiatan transaksi, buku besar menekankan pada status perkiraan.
D.     Laporan dan Dokumen
Berbagai laporan umumnya dihasilkan dari pemrosesan transaksi. Salah satu jenis
keluaran laporan dikenal sebagai laporan keuangan. Sejumlah besar dokumen operasional
juga dihasilkan oleh sistem pemrosesan transaksi. Beberapa dari dokumen ini dihasilkan
untuk memicu tindakan. Dokumen lain dihasilkan untuk mencatat tindakan-tindakan yang
telah diselesaikan. Dokumen operasional tertentu yang disiapkan oleh sistem pemrosesan
transaksi perusahaan menjadi masukan dokumen sumber untuk pemrosesan lebih lanjut.

E.     Bagian Perkiraan dan Kode Lainnya


Transaksi akunting harus diklasifikasikan dan dikodekan sebelum diposkan ke dalam
buku besar. Bagan perkiraan merupakan daftar berkode dari perkiraan-perkiraan yang
termuat dalam buku besar umum perusahaan. Pada dasarnya, ini merupakan struktur data
keuangan perusahaan. Bagan perkiraan ini bukan saja memungkinkan pengklasifikasian dan
pengkodean data transaksi melainkan juga menyediakan elemen-elemen data rinci untuk
menyusun dan menyajikan informasi dalam laporan keuangan.

F.     Rangkaian Audit


Rangkaian audit adalah seperangkat mata rantai yang dibentuk oleh elemen-elemen
pemrosesan transaksi pokok. Rangkaian audit merupakan alat untuk melakukan
penelusuran dari dokumen-dokumen sumber melalui jurnal dan buku besar sampai ke total
ikhtisar dalam laporan keuangan atau keluaran keuangan lainnya, dan sebaliknya.
Disamping membantu audit sistem pemrosesan transaksi. Rangkaian audit memungkinkan :
(1)    Koreksi kesalahan yang terdeteksi
(2)   Menjawab pertanyaan
(3)   Rekonstruksi arsip

G.    Tindakan Pengendalian dan Pengamanan


Pemrosesan transaksi yang baik menuntut adanya berbagai tindakan pengendalian
dan pengamanan. Contoh pengendalian yang telah dijelaskan meliputi bagan perkiraan,
perkiraan pengendali, rangkaian audit, dan metode pemrosesan sekali tulis. Pengendalian
seperti itu harus didukung dengan dokumentasi yang memadai, meliputi : (1) manual
prosedur, dan (2) uraian tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka yang terlibat
dalam pemrosesan transaksi.
      Arus Transaksi Melalui Siklus Akunting
Tiap-tiap sistem pemrosesan transaksi menggabungkan komponen-komponen yang
telah disinggung sebelumnya ketika transaksi menjalani keseluruhan siklus akunting. Pada
bagian ini kita menelusuri arus penjualan, penerimaan tunai, pembelian, pengeluaran tunai,
dan transaksi pembayaran gaji.

A.     Transaksi Penjualan


Untuk kepentingan siklus akunting, arus dimulai dengan dokumen sumber yang
dikenal sebagai faktur penjualan. Data dari tiap-tiap faktur penjualan : (1) dimasukkan ke
dalam jurnal penjualan, dan (2) diposkan sebagai debet ke perkiraan pelanggan dalam buku
besar pembantu piutang.

B.     Transaksi Penerimaan Tunai


Cek yang diterima dari pelanggan merupakan dokumen sumber yang mengawali
pencatatan sebagian besar transaksi penerimaan tunai. Tetapi, karena cek sebenarnya
adalah uang tunai, ia tidak boleh digunakan dalam pemrosesan. Sebagai gantinya, dokumen
yang dinamakan tanda bukti penerimaan disiapkan. Nilai yang terlihat dalam bukti
penerimaan kemudian : (1) dimasukkan ke dalam jurnal penerimaan tunai, dan (2) diposkan
sebagai kredit ke catatan pelanggan pada buku besar pembantu piutang usaha.

C.     Transaksi Pembelian


Jika terjadi transaksi pembelian, dapat dilakukan salah dari tindakan berikut, yakni :
(1) tagihan digunakan sebagai sumber langsung jumlah yang dimasukkan ke dalam jurnal
pembelian atau register tagihan, (2) tagihan terlebih dahulu dipindahkan ke voucher
pengeluaran, dan dari sini nilai kewajiban tersebut dimasukkan ke dalam register voucher.

D.     Transaksi Pengeluaran Tunai (Kas)

E.     Transaksi Pembayaran Gaji

F.     Transaksi Akunting Lainnya

II.         SPI (SISTEM PENGENDALIAN INTERN)

      Definisi Sistem Pengendalian Intern


Sistem pengendalian intern adalah struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Tujuan SPI menurut definisi tersebut adalah :
1.      Menjaga kekayaan organisasi
2.      Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3.      Mendorong efisiensi, dan
4.      Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Menurut tujuannya SPI dapat dibagi menjadi dua, yakni :


Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting Control) dan Pengendalian
Intern Administratif (Internal Administrative Control).

      Unsur Sistem Pengendalian Intern


Unsur pokok SPI adalah :
1.        Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2.       Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3.       Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4.       Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Ad. 1.   Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
             Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut :
a.           Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi
operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan (misal :
pembelian)
Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva
perusahaan.
Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa
keuangan perusahaan.
b.           Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap
suatu transaksi.
Ad. 2.   Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
             Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam
organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas
terlaksananya setiap transaksi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan
menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang,
pendapatan, dan biaya suatu organisasi.

Ad. 3.   Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
             Cara-cara yang umum ditempuh perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat
adalah :
a.      Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggung-
jawabkan oleh yang berwenang.
b.      Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa
pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak
teratur.
c.       Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu
unit organisasi tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.
d.      Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan
dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.
e.      Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f.        Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek aktivitas unsur-unsur SPI yang
lain. Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Agar
efektif dalam menjalankan tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak melaksanakan
fungsi operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi, serta harus bertanggung jawab 
kepada manajemen puncak.
Ad. 4.   Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
             Diantara 4 unsur pokok SPI, unsur mutu karyawan merupakan unsur SPI yang paling
penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur SPI yang lain
dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan
pertanggung-jawaban keuangan yang dapat diandalkan.

      Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan
manajer perusahaan mengenai pentingnya pengendalian intern perusahaan. Efektifitas
unsur pengendalian intern sangat ditentukan oleh atmosfer yang diciptakan lingkungan
pengendalian.

Lingkungan pengendalian memiliki empat unsur, yaitu :


1.      Filosofi Dan Gaya Operasi
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi parameter
bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan
apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Filosofi memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan : (1) mengapa perusahaan dalam bisnis ?, (2) bagaimana perusahaan
melaksanakan bisnis ?, (3) apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan sebagai bisnis perusahaan ?.

2.      Berfungsinya Dewan Komisaris Dan Komite Pemeriksa


Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum
perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Dengan demikian dewan komisaris yang aktif
menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak di
tangan manajemen (direksi).
Apabila penunjukan akuntan publik dilakukan oleh manajemen puncak, kebebasan
akuntan publik dapat tampak berkurang dipandang dari sudut pemegang saham. Hal ini
karena manajemen puncak adalah pihak yang seharusnya dinilai kejujuran pertanggung-
jawaban keuangan oleh akuntan publik. Padahal manajemen puncak yang menentukan
pemilihan akuntan publik yang ditugasi dalam pemeriksaan laporan keuangan yang dipakai
untuk pertanggung-jawaban keuangan oleh manajemen puncak. Oleh karena itu, untuk
menciptakan independensi akuntan publik perusahaan-perusahaan yang go public
sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukan akuntan publik dari tangan manajemen
puncak ke tangan dewan komisaris atau komite pemeriksaan (audit committee).
Fungsi komite pemeriksaan yang secara langsung berdampak terhadap akuntan publik
adalah :
a.      Menunjuk akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan tahunan terhadap laporan
keuangan perusahaan.
b.      Membicarakan luas pemeriksaan dengan akuntan publik.
c.       Meminta komunikasi langsung dengan akuntan publik mengenai masalah-masalah besar
yang ditemukan oleh akuntan dalam pemeriksaan.
d.      Menelaah laporan keuangan dan laporan akuntan pada saat pemeriksaan akuntan selesai
dilakukan.

3.      Metode Pengendalian Manajemen


Metode pengendalian manajemen merupakan metode perencanaan dan pengendalian
alokasi sumber daya perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Perencanaan dan pengendalian manajemen dilakukan melalui empat tahap : (1)
penyusunan program (rencana jangka panjang), (2) penyusunan anggaran (rencana jangka
pendek), (3) pelaksanaan dan pengukuran, dan (4) pelaporan dan analisis.

4.      Kesadaran Pengendalian


Kesadaran pengendalian dapat tercermin dari reaksi yang ditunjukkan oleh
manajemen dari berbagai jenjang organisasi atas kelemahan pengendalian yang ditunjuk
oleh akuntan intern atau akuntan publik. Jika manajemen segera melakukan tindakan
koreksi atas temuan kelemahan pengendalian yang dikemukakan oleh akuntan intern atau
akuntan publik, hal ini merupakan petunjuk adanya komitmen manajemen terhadap
penciptaan lingkungan pengendalian yang baik.

      Siapa Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Intern Akuntansi ?


Apabila sebuah perusahaan dikelola oleh manajer profesional, maka dalam perusahaan
ini terdapat pemisahan antara pemilik dan pemimpin perusahaan. Pemilik menyerahkan
pengelolaan kekayaannya kepada manajer profesional tersebut, dan dengan demikian
manajer profesional berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan hasil pengelolaan
kekayaan tersebut kepada pemiliknya.
Pertanggung-jawaban pengelolaan kekayaan pemilik perusahaan ini disajikan dalam
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat pertanggung-jawaban manajemen
puncak atas hasil pengelolaan terhadap kekayaan yang dipercayakan kepadanya oleh pemilik
perusahaan.

      Pendekatan Untuk Merancang Pengendalian Intern Untuk Akuntansi


Rincian tujuan SPI akuntansi adalah sebagai berikut :
1.      Menjaga kekayaan perusahaan :
a.      Penggunaan kekayaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan.
b.      Pertanggung-jawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan kekayaan
yang sesungguhnya ada.
2.      Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi :
a.      Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan.
b.      Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.

Tujuan tersebut dirinci lebih lanjut sebagai berikut :


Ad. 1.a.
1.      Pembatasan akses langsung terhadap kekayaan.
2.      Pembatalan akses tidak langsung terhadap kekayaan.

Ad. 1.b.
1.      Pembandingan rencana periodik antara catatan akuntansi dengan kekayaan yang
sesungguhnya ada.
2.      Rekonsiliasi antara catatan akuntansi yang diselenggarakan.

Ad. 2.a.
1.      Pemberian otorisasi oleh pejabat berwenang.
2.      Pelaksanaan transaksi sesuai dengan otorisasi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

Ad. 2.b.
1.      Pencatatan semua transaksi yang terjadi.
2.      Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi.
3.      Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar.
4.      Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
5.      Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya.
6.      Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA

W. Wilkinson, Joseph. Sistem Akunting dan Informasi, Jilid Satu, Edisi Ketiga. Bina Rupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai