Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HEMOROID DI RSUD.DR.SOEDJONO SELONG

OLEH
NAMA : WIDYA WARDANI
018.013.616

PROGRAM STUDI S1 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TAHUN
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di daerah anus yang berasal dari plexus hemorroidalis. (Amin Huda, 2015)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
(Brunner, 2013)
Menurut Poppy Kumala dkk, 1998 hemoroid merupakan dilatasi
varikosus vena dari pleksus hemoroidal inferior atau superior.
B. Etiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus, seperti:
(Amin Huda at all, 2015)
- Mengedan pada buang air besar yang sulit
- Pola BAB yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu
lama duduk di jamban sambil membaca atau merokok
- Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor
abdomen)
- Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
- Usia tua
- Konstipsi kronik
- Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
- Hubungan seks peranal
- Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
- Kurang olahraga/imobilisasi
C. Patofisiologi
Menurut Nugroho, 2010 hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan
abdominal yang ampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena. Dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Interna (dilatasi sebelum sfingter)
- Bila membesar baru nyeri
- Bila vena pecah, BAB berdarah anemia

- Eksterna (dilatasi setelah sfingter)


- Nyeri
- Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi
Clinichal Pathway

Kehamilan obesitas
Penurunan relative
Konstipasi dan venous return di daerah
mengedan dalam jangka perianal (yang disebut
waktu yang lama dengan efek tourniquet)

Duduk terlalu lama


Aliran vena balik
terganggu
Sering angkat beban
berat
Tekanan periver
Kondisi penuaan meningkat-pelebaran
vena anus
Hipertensi portal
(sirosis hepatis)
Peradangan pada fleksus
hemoroidalis

Prolaps vena
hemoroidalis

Membesar di sfincter Membesar di luar rektum

Ruptur vena Vena menegang

perdarahan

Operasi (hemoroidektomi)
Pre operasi
obesitas

Continuitas jaringan rusak Resiko perdarahan


Ansietas

Ujung saraf rusak Resiko infeksi

Nyeri dipersepsikan Pelepasan prostaglandin

Nyeri akut Gangguan defekasi Konstipasi


Manifestasi klinis

D. Manifestasi klinis yang terjadi pada hemoroid ini adalah: (Amin Huda at all,
2015)
1. Timbul rasa gatal dan nyeri
2. Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi
3. Pembengkakan pada area anus
4. Nekrosis pada area sekitar anus
5. Perdarahan / prolaps

E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Amin Huda at all, (2015) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah:
- Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. Pada
hemoroid internal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya
tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
- Anoskop: diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar
- Proktosigmoidoskopi: untuk memastikan bahwa keluhan bukan di
sebabkan oleh proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
- Sigmoidoskopi, untuk mengevaluasi anus dan rektum sebagai diagnosa
banding untuk perdarahan dan rasa tak nyaman seperti pada fisura dan
fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker.

F. Penatalaksanaan
Menurut Amin Huda at all, (2015) penatalaksanaan untuk gangguan
hemoroid adalah:
- Penatalaksanaan konservatif
a) Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif,
dan menghindri obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi
seperti kodein. ( Daniel,W.J)
b) Perubahan gaya hidup lainnya seperi meningkatkan konsumsi
cairan,menghindari konstipasi mengurangi mengejan saat buang air
besar.
c) Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik
dapat mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada
hemoroid. Pengunaan steroit yang berlama-lama harus di hindari
untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid
dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek antianflamasi meskipun belum di
ketahui bagai mana mekanismenya. (Acheson,A.G)
- Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu
sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif tidak menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak dilakukan dengan luas karena menyebabkan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama
sembuhnya.
G. Komplikasi
a) Terjadinya perdarahan
Pada derajat 1 darah keluar menetes dan memancar. Perdarahn akut pada
umumnya jarang terjadi hanya terjadi apabila pembuluh darah besar
pecah. Hemoroid dapat mebentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, apabila semacam ini terjadi maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi adalah perdarahan kronis dan apabila
terjadi berulang dapat menimbulkan anemia karena jumlah eritrosit yang
diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi
secara kronis, sehingga sering tidak mmenimbulkan keluhan pada
penderita walaupun Hb sangat rendah karena ada mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkanserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis dan mengakibatkan kematian.
b) Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga darah lama kelamaan akan membeku
dan terjadi trombosis.
c) Peradangan
Jika terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena terdapat kotoran yang banyak mengandung kuman.

H. Pencegahan
- Berendamlah tiga kali sehari selama 10-15 menit dalam air hangat.
- Berendam membantu mengatasi nyeri dan membersihkan area sekitar
hemoroid
- Minum banyak air putih minimal 8 gelas sehari
- Perbanyak makanan yang banyak mengandung serat
- Olahraga secara teratur dan biasakan berjalan kaki
- Hindari mengejan dan menggosokdaerah sekitar hemoroid karena dapat
mengakibatkan iritasidan membuat hemoroid bertambah parah
- BAB dengan kloset duduk
- Turunkan berat badan hingga berat badan ideal dan olahraga secara teratur.
( Amin Huda at all, 2015)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
menggunakan tekhnik wawancara, observasi, studi kepustakaan atau catatan
perawat dan pemeriksaan fisik. Penulis dapat melakukan pengkajian pada
klien dengan gangguan hemoroid yang dapat meliputi kumpulan data, analisa
data, dan penegakan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan data
1) Identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, alamat,
prndidikan, dan agama).
d) Data subjektif : pengumpulan data dari sumber primer /klien
merupakan persepsi klien tentang klien tentang masalah
kesehatannya biasanya mencangkup perasaan ansietas ,
ketidaknyamanan fisik atau stress mental.
Misalkan:
- Pasien mengatakan merasa gatal
- Pasien mengeluh nyeri
- Pasien menyatakan rasa tak nyaman
e) Data obyektif: Pengumpulan data dari sumber sekunder
merupakan pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh
perawat. Data subjektif yang muncul pada gangguan hemoroid:
- Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi
- Terlihat pembengkakan pada area anus
- Terjadi nekrosis pada area sekitar anus
- Perdarahan / prolaps dan keluarnya mukus
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan
klien kepada perawat/ pemeriksa. Keluhan utama pada
hemoroid ini adalah pasien datang dengan keluhan perdarahan
terus menerus saat BAB, ada benjolan pada anus dan nyeri pada
saat defekasi.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan dari
keluhan utama yang mencakup PQRST. Adapun hal-hal yang
harus diperhatikan saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan
sekarang klien, yaitu:
a) Apakah ada rasa gatal, panas/terbakar dan nyeri pada saat
defekasi
b) Adakah nyeri abdomen
c) Apakah ada perdarahaan di rektum, seberapa banyak,
seberapa sering, dan apa warnanya (merah segar atau
merah tua)
d) Bagaimana pola eliminasi klien
c) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan pada klien apakah dahulu pernah mengalami hal
yang sama, kapan terjadinya, dan bagaimana cara
pengobatannya. Apakah memiliki riwayat penyakit yang dapat
menyebabkan hemoroid atau yang dapat menyebabkan
kambuhnya hemoroid.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga memiliki riwayat penyakit menular
(seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat
penyakit ketururnan (seperti hipertensi, diabetes, asma, dll)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada hemoroid biasanya seperti pemeriksaan fisik pada
umumnya, namun pada saat pemeriksaan rektum, pasien dibaringkan
dengan posisi genupectoral.
1. Inspeksi
1) Pada inspeksi dilihat apakah ada benjolan sekitar anus
2) Apakah benjolan terlihat saat prolaps
3) Bagaimana warnanya, apakah kebiruan atau kehitaman
4) Apakah benjolan tersebut terletak di luar atau dalam
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan sarung tangan dan vaselin dengan
melakukan rectal taucher, dengan memasukkan satu jari ke dalam
anus. Raba pakah ada benjolan dan apakah benjolan tersebut lembek.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin Huda at all, (2015), berdasarkan pada semua pengkajian,
diagnosa keperawatan utama yang mencakup adalah sebagai berikut:
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan pre operasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan
sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan
spasme sfingter pada pascaoperatif
2. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama eleminasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan post operasi

C. Intervensi
Tujuan utama adalah untuk mendapatkan pola eliminasi adekuat,
penurunan ansietas, penghilangan nyeri, peningkatan eliminasi urinarius, patuh
dengan program terapeutik, dan tidak adanya komplikasi.
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang
Kriteria : Klien mengungkapkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah normal.

Intervensi Rasional
1.Kaji karakteristik nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
2. Ukur tanda-tanda vital oleh klien sebagai acuan untuk intervensi
3. Ajarkan tehnik relaksasi selanjutnya
4. Ajarkan nafas dalam dan batuk yang 2. Mengetahui kemajuan atau penyimpangan
efektif dari hasil yang diharapkan
5. Penatalaksanaan pemberian obat 3. Untuk merelaksasi otot sehingga
analgetik mengurangi rasa nyeri
4. Dengan nafas dalam dan batuk yang efektif
dapat mengurangi tekanan darah pada abdomen
yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri
5. Obat analgetik dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri

2. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi


akibat nyeri selama eleminasi
Kriteria hasil dan kriteria hasil
a) Pasien mempertahankan bagian dari feses yang lembut dan
terbentuk pada frekuensi yang dianggap “normal”oleh pasien
b) Pasien menyatakan kelegaan dari ketidaknyamanan sembelit
c) Pasien mengidentifikasi tindakan yang akan mencegah terulangnya
konstipasi

Intervensi Rasional
1)Bantulah pasien untuk mengasumsikan 1)Posisi duduk dengan lutut tertekuk
posisi Fowler yang tinggi dengan lutut meluruskan rectum,meningkatkan
tertekuk penggunaan otot perut,dan memfasilitasi
2)Tutup pintu kamar mandi atau tarik tirai di buang air besar
sekitar tempat tidur 2)Privasi sangat penting karena membantu
3).Kaji tingkat aktivitas pasien pasien merasa nyaman buang air besar
4)Evaluasi rasa takut sakit ketika buang air 3)Gaya hidup seperti duduk
besar seharian,kurang berolahraga,istirahat di
tempat tidur yang lama dan tidak aktif
berkontribusi pada konstipasi
4)Kondisi seperti wasir,fisura dubur,atau
kelainan anorektal lainnya yang
menyakitkan dapat menyebabkan pasien
mengabaikan dorongan untuk buang air
besar,yang dari waktu ke waktu
menghasilkan rectum yang melebar yang
tidak lagi merespons adanya tinja

3. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
                Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut
b) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
dapat diatasi
c) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam pengaturan obat

Intervensi Rasional
1)Dorong klien untuk mengung 1) Memberikan kesempatan untuk
kapkan pikiran dan perasaan memeriksa takut realistis serta
2) Berikan lingkungan terbuka dimana klien kesalahan konsep tentang diagnosis
merasa aman untuk mendiskusikan perasaannya 2) Membantu klien untuk merasa
3) Pertahankan kontak sesering mungkin dengan diterima pada adanya kondisi tanpa
klien perasaan dihakimi dan
4) Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan meningkatkan rasa terhormat
mengklasifikasikan rasa takut untuk memulai 3) Memberikan keyakinan bahwa
mengembangkan strategi koping klien tidak sendiri atau ditolak
4) Dukungan dan konseling sesering
diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi
rasa takut
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operas
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi

Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada

                          tanda -tanda  infeksi  (kalor, dolor, rubor, tumor).

Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan vital 1. Mengetahui tanda-tanda infeksi dan
sign. menentukan intervensi selanjutnya.
2. Gunakan tehnik septik dan 2. Dapat mencegah terjadinya kontaminasi
antiseptik. dengan kuman penyebab infeksi.
3. Ganti verband. 3. Verban yang basah dan kotor dapat
4. Berikan penyuluhan tentang cara menjadi tempat berkembang biaknya kuman
pencegahan infeksi. penyebab infeksi.
5. Penatalaksanaan pemberian obat 4. Memberikan pengertian kepada klien agar
antibiotik. dapat mengetahui tentang perawatan luka.
5. Obat antibiotik dapat membunuh kuman
penyebab infeksi.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan
rencana tindakan yang sebelumnya direncanakan. Tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah dengan merujuk pada prosedur penanganan nyeri
sesuai taksonomy NANDA yaitu dengan mengkaji karakteristik nyeri mulai
dari P (provocate): hal yang menjadi faktor prepitasi nyeri adalah saat untuk
bergerak, Q (Quality): nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk benda
tajam, tetapi sesuai dengan subjektif dari klien, R (Region): daerah yang
mengalami nyeri di bagian anus, S (Severity): nyeri yang dirasakan klien pada
skala berapa, T (Time): kapan nyeri dirasakan, apakah saat aktivitas.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menunjukkan penilaian tentang keefektifan atau
keberhasilan struktur, proses, dan hasil aktivitas keperawatan dengan
menggunakan standar atau nilai berdasarkan norma dan kriteria ( Basford,
2006). Evaluasi keperawatan didasarkan pada respon klien yang dinilai secara
SOAP. Evaluasi terdiri dari:
a) Evaluasi Formatif: Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
Ada tiga cara dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak, cara
tersebut yaitu:
- Tujuan tercapai/ masalah teratasi
- Tujuan tercapai sebagian/ masalah teratasi sebagian
- Tujuan belum tercapai/ masalah belum teratasi
Evaluasi dilakukan bertujuan untuk memantau perkembangan klien
dan mengkaji ulang keberhasilan dari tahap proses keperawatan. Harus
dilakukan pengkajian ulang jika tindakan yang dilakukan belum berhasil.
Evaluasi dari tahap keperawatan kasus hemoroid ini diharapkan klien pulang
dari rumah sakit lekas sembuh
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.
2. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC Jilid 2 . Jogjakarta: MediAction
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperwatan Edisi 3.
Jakarta: EGC
Wylie, Linda. (2010). Esensial Anatomi & Fisiologi dalam Asuhan Maternitas.
Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai