Anda di halaman 1dari 100

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov.

Sumbar Tahun 2017

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya Laporan Kinerja OPD Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2017 sudah dapat disusun dengan baik sesuai dengan
aturan/ketentuan yang berlaku. Sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata cara reviu atas laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat
Edaran Gubernur Sumatera Barat Nomor. 065/2203/ED/GSB-2017, tanggal 6
Desember 2017 tentang Penyusunan dan Penyampaian Laporan Kinerja OPD
Provinsi dan Hasil Pengukuran Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2017, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu
Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan unsur penyelenggara negara
di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat diwajibkan menyampaikan
Laporan Kinerja OPD Provinsi.
Pelaksanaan tahun anggaran 2017 merupakan tahun kedua dari Renstra OPD
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021. Pelaksanaan
pembangunan tahun 2017 telah menunjukan keberhasilan, hal tersebut berkat
buah pikiran dan kerja bersama-sama seluruh stakeholders pembangunan
bidang kesehatan di Provinsi Sumatera Barat.
Namun demikian kami menyadari masih dijumpai tantangan dan masalah
sehingga masih ada sasaran yang belum tercapai, tetapi optimisme yang tinggi
senantiasa tetap dimiliki untuk lebih meningkatkan kinerja pada tahun-tahun
mendatang
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi
dan dukungan dalam penyusunan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat tahun 2017 ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
menjadi media komunikasi penyampaian kinerja Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) di lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam satu tahun
anggaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Padang, Januari 2018


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat,

Dr. Hj. Merry Yuliesday, MARS.


NIP. 19600715 198803 2 005

i
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
DAFTAR ISI Hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

IKHTISAR EKSEKUTIF iv

BAB I PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3
STRUKTUR ORGANISASI 4
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH 5
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK 6
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6
KESEHATAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA 10


TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 12
SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 12
PERJANJIAN KINERJA 13
RENCANA KINERJA KEGIATAN 17

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 29


METODOLOGI PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA 30
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 31
ANALISIS CAPAIAN KINERJA 35
REALISASI ANGGARAN 75

BAB IV PENUTUP 88

LAMPIRAN

ii
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagai perwujudan dan pertanggungjawaban atas keberhasilan dan


kegagalan pelaksanaan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD yang telah
ditetapkan di dalam Rencana Kinerja Tahun 2017 dan RENSTRA 2016 –
2021 yang telah direvisi akhir tahun 2017 , maka Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat sudah menyusun Laporan Kinerja SPKD Dinas Kesehatan
Sumatera Barat Tahun 2017.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi
Sumatera Barat yang bertugas dan berwenang dalam mencapai
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang tercantum dalam
RPJMD pada agenda Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dengan prioritas pada Peningkatan Derajat
Kesehatan Masyarakat dengan tujuan terwujudnya Masyarakat Sumatera
Barat peduli sehat, mandiri, berkualitas dan berkeadilan yang sudah
tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) 2016 – 2021.
Untuk mencapai tujuan dari Misi Pembangunan Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat yang diidentifikasikan pada 5 (lima) Sasaran Strategis yang
diukur dengan 10 Indikator Kinerja Utama (IKU), sudah ditetapkan melalui
proses bertingkat oleh tim Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat tahun 2017, yaitu : 1) Jumlah Puskesmas yang
terakreditasi (IKU) ,2) Jumlah Rumah Sakit Pemerintah yang terakreditasi
(IKU), 3) Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Kesehatan (IKU), 4) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (IKU), 5)
Prevalensi Gizi Kurang (Berat Badan per Tinggi Badan) (IKU), 6) Jumlah
Kabupaten/Kota yang mencapai 80 % anak usia 0 sampai 18 bulan yang
mendapat imunisasi dasar lengkap (IKU), 7). Persentase Masyarakat yang
memiliki Jaminan Kesehatan (IKU), 8) Persentase capaian realisasi fisik
pelaksanaan program/kegiatan 9). Persentase capaian realisasi keuangan

Hal. 3
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

pelaksanaan program/kegiatan 10). Evaluasi SAKIP (SKPD) (IKU),

Hasil pencapaian pengukuran kinerja dari 5 (lima) sasaran strategis


yang ditetapkan pada tahun 2017, diantaranya 4 (empat) Sasaran Strategis
hasil capaiannya > 100 %, yaitu : 1). Meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan sesuai standar, 2) Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, 3)
Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 4) Meningkatnya
Kepesertaan Jaminan Kesehatan.
Sedangkan sasaran “Meningkatnya Tata kelola Organisasi“
capaiannya 96,5 % hal ini disebabkan karena kegiatan fisik dan keuangan
tidak mencapai persentase 100 % sedangkan untuk evaluasi kegiatan
perolehan nilainya C dari target C untuk tahun 2016 sedang untuk tahun
2017 belum dinilai.

Hasil capaian kinerja Sasaran diatas tersebut diukur dalam 10


Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan hasil capaian sebagai berikut :
a. 7 (tujuh) indikator memperoleh capaian > 100 %,
b. 2 (dua) indikator capaiannya < 100 %, yaitu capaian Persentase
realisasi fisik prograM/kegiatan sebesar 98,47 % sedangankan capaian
Persentase realisasi keuangan program/kegiatan sebesar 90,65 %.
c. 1 (satu) indikator yaitu Nilai Evaluasi SAKIP (SKPD), Realisasi indikator
sasaran tahun 2017 menunggu hasil penilaian Laporaan Kinerja OPD
oleh Inspektorat Provinsi
Untuk pencapaian 5 (lima) sasaran strategis dan 10 (sepuluh)
indikator tersebut diatas didukung dengan 14 program dan 137 kegiatan
yang didanai oleh APBD dan APBN TA 2017.

Untuk kinerja keuangan realisasi penyerapan Belanja Langsung


anggaran APBD pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 112.534.487.571,-
(96.94%) dari jumlah anggaran sebesar Rp. 145.633.604.409,- dengan
capaian fisik kegiatan sebesar 98.47%, sedangkan realisasi penyerapan

Hal. 4
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

anggaran APBN sebesar Rp. 23.759.488.901,- ( 89,67 %) dari jumlah


anggaran sebesar Rp. 26.495.337.000,- dengan capaian fisik kegiatan 99.2
%.
Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang telah ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja tahun 2017 telah dapat dilaksanakan dengan baik dimana
sebagian besar capaian Indikator diatas sesuai target yang telah ditetapkan
Pada tahun 2017 yang menjadi prioritas dan tujuan yang ingin
dicapai Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan dituangkan dalam
Rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-
2021 dengan mengacu kepada visi, misi dan tujuan serta program prioritas
Gubernur yang terdapat dalam RPJMD 2016-2021.
Untuk beberapa indikator terutama terhadap beberapa indikator
yang masih belum tercapai dan masih menjadi issue dan permasalahan
ditengah- tengah masyarakat akan tetap akan ditindaklanjuti, antara lain :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya promotif dan
preventif, terutama dalam rangka meningkatkan Umur Harapan
Hidup (UHH) serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB).
2. Untuk menurunkan kematian pada bayi dan Ibu melahirkan
beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :
- Meningkat akses pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
mendorong persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan melalui pendampingan kepada Ibu hamil oleh kader
kesehatan di desa dan jorong.
- Meningkatkan universal access & coverage untuk pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
- Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi PONEK
(Pelayanan Obstetri & Neonatal Komprehensif) dan PONED
(Pelayanan Pelayanan Obstetri & Neonatal Dasar)

Hal. 5
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

3. Peningkatan kualitas pelayanan pada sarana kesehatan dengan


mendorong Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Akreditasi
Puskesmas dan RS.
4. Untuk peningkatan capaian cakupan penduduk yang mempunyai
jaminan kesehatan akan dilaksanakan kembali sosialisasi ke seluruh
lapisan masyarakat dengan melibatkan Lintas Sektor dan stakeholder
terkait serta berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi terhadap kepatuhan Badan usaha melakukan
pendaftaran Jamkes pekerjanya. Selanjutnya juga akan
berkonsolidasi dengan kementerian Agama agar setiap pasangan yang
akan menikah untuk mendaftarkan diri menjadi peserta jamkes
mandiri.
5. Untuk meningkatkan cakupan Imunisasi pada anak perlu
mengampanyekan kembali manfaat vaksinasi ke masyarakat dengan
menggandeng tokoh- tokoh agama dan masyarakat lainnya, membuat
suatu kebijakan/peraturan daerah/edaran/himbauan yang
mewajibkan orang tua memberikan hak anak untuk mendapat
imunisasi.

Hal. 6
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 (H) ayat 1 dijelaskan bahwa
“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan” dan pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, pasal 14 menyatakan bahwa “Pemerintah
bertanggungjawab merencanakan, mengatur, meyelenggarakan, membina dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat”.

Landasan konstitusional dan landasan operasional tersebut secara nyata


mengamanatkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan salah satu hak dasar
masyarakat dalam hal ini atas pelayanan kesehatan adalah tanggung jawab
negara. Negara bertanggungjawab untuk mengatur dan memastikan bahwa hak
untuk hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat dipenuhi termasuk bagi
masyarakat miskin dan/atau tidak mampu.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan


Nasional disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui
pengelolaan adminsitrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya
kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan
pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Dalam pasal 3 Peraturan Presiden tersebut juga disebutkan bahwa komponen
pengelolaan kesehatan dikelompokkan dalam sub sistem : (a) upaya kesehatan;
(b) penelitian dan pengembangan kesehatan; (c) pembiayaan kesehatan; (d)
sumber daya manusia kesehatan; (e) sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan; (f) manajemen, informasi dan regulasi kesehatan; dan (g)
pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa


Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan yaitu setiap kebijakan
publik selalu memperhatikan dampak pada kesehatan.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis, berdayaguna,


berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme sehingga tercipta Good Governance sesuai Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2009 serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Hal. 7
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera


Barat sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memiliki tugas dan fungsi untuk
meingkatkan derajat kesehatan masyarakat di provinsi Sumatera Barat yang
setinggi-tingginya yang dalam pelaksanaannya berlandaskan pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2017 disusun sebagai


salah satu bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai visi dan
misi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat secara umum dan visi dan misi Dinas
Kesehatan secara khusus. Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan
dari stakeholders demi perbaikan kinerja Dinas Kesehatan. Gambar dibawah
ini menunjukkan keterkaitan posisi tanggung jawab Gubernur dibantu oleh
SKPD Dinas Kesehatan dengan amanah dari rakyat/masyarakat.

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran kemauan


dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak balita,
lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Upaya


kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber Daya Manusia kesehatan, 4)
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, 5) Manajemen dan Informasi
kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dengan
memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan
ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama
lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan
kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Sumatera Barat Tahun 2016-2021 telah ditegaskan bahwa Pembangunan
Kesehatan di Sumatera Barat merupakan bagian dari “misi ke 3 (tiga)
Gubernur yaitu “Meningkatkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat,
beriman, berkarakter, dan berkualitas tinggi “.
Meningkatkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter,
dan berkualitas tinggi dengan Prioritas pada Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat.

Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, maka telah disusun


Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2016-2021, yang memuat program-program pembangunan kesehatan, dengan

Hal. 8
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan


Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kab/Kota dan Millenium Development
Goals (MDGs) yang sekarang menjadi Sustainable Development Goals (SDG’s)
Berbagai isu yang berkembang di bidang kesehatan menimbulkan berbagai
masalah, Inti dari upaya untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan
isu tersebut salah satunya adalah untuk mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik. Berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik, juga dilakukan upaya melalui reformasi birokrasi dan azas
akuntabilitas yang sudah menjadi bagian dari agenda yang akan terus
dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.

Kewajiban instansi pemerintah untuk berakuntabilitas kinerja secara internal


telah diamanatkan dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Berdasarkan amanat tersebut, seluruh
instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah, dari entitas (instansi) tertinggi
hingga unit kerja setingkat eselon II, setiap tahun menyampaikan laporan
informasi kinerjanya kepada unit kerja yang berada pada tingkat lebih tinggi
secara berjenjang.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai instansi pemerintah juga


memiliki kewajiban untuk menyampaikan Laporan Kinerja melalui Gubernur
atau kepada Gubernur, laporan akuntabilitas kinerja ini menguraikan
sejauhmana pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran sebagaimana
dituangkan dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat 2016-2021 melalui program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada
tahun 2017. Namun demikian, tahun ini merupakan tahun kedua dari
pelaksanaan program dan kegiatan Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat yang telah tertuang pada Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Barat 2016-2021, juga diuraikan hasil-hasil yang
telah diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam jangka waktu
tersebut, sebagai bagian dari kontribusi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat pada penyelenggaraan pembangunan Provinsi Sumatera Barat.
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan unsur pelaksana


Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan (sesuai dengan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Sumatera Barat), yang telah diubah menjadi Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Provinsi
Sumatera Barat.

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Desentralisasi


dan Tugas Dekonsentrasi di bidang Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan susunan Perangkat daerah
Provinsi Sumatera Barat sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No18. Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah.

Hal. 9
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan


daerah bidang kesehatan sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 52 Tahun
2017. Untuk menyelenggarakan tugas pokok Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Barat mempunyai fungsi adalah :
1. Perumusan kebijakan kesekretariatan, bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,
kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) serta sumber daya kesehatan;
2. Pelaksanaan kebijakan kesekretariatan, di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,
kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) serta sumber daya kesehatan;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kesekretariatan, di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan
kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;
4. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya
5. Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah terkait dengan
bidang kesehatan.

Struktur Organisasi (Perda 8 Tahun 2016)


Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam
melaksanakan tugasnya kepala Dinas dibantu oleh:

I. Sekretariat, terdiri dari:


1 Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Hukum
2 Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset
3 Sub Bagian Program, Informasi & Hukum

II. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari:


1 Seksi Surveilans dan Imunisasi
2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

III. Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari:


1 Seksi Kefarmasian
2 Seksi Alat kesehatan dan PKRT
3 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

IV. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari:


1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
2 Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
3 Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga

Hal. 10
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

V. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:


1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
3 Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

VI. Dinas Kesehatan mempunyai 4 (empat) UPTD Dinas yaitu:


1 Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM)
2 Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes)
3 Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat dan Pelatihan Kesehatan
4 Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk Alung

VII. Selain itu terdapat juga 4 (empat) UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pemda
yang langsung bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah Provinsi yaitu :
1 RSUD. Achmad Muchtar Bukittinggi.
2 RSUD Pariaman.
3 RSUD Solok.
4 RS. Jiwa HB Saꞌanin Padang

Kewenangan Pemerintah Daerah


Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
pembagian urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, bidang kesehatan mempunyai
kewenangan sebagai berikut :

Kewenangan Daerah Provinsi


1. PengelolaanUpaya Kesehatan Perorangan rujukan tingkat daerah
Provinsi lintas daerah Kab/Kota.
2. Pengelolaan Upaya Kesehatan Masyarakat daerah Provinsi dan rujukan
tingkat daerah Provinsi lintas daerah Kab/Kota
3. Penerbitan izin Rumah Sakit kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat daerah Provinsi.
4. Perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi.
5. Penerbitan pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan cabang
Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
6. Penerbitan izin usaha kecil obat tradisional (UKOT)
7. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh Provinsi,
kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha
tingkat Provinsi.

Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Bidang Kesehatan sesuai PP 38


Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, maka
urusan pemerintah daerah Provinsi dalam bidang kesehatan mencakup :

Hal. 11
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

1. Penyelenggaraan surveillans epidemiologi penyelidikan KLB skala Provinsi.


2. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular skala
provinsi.
3. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
tertentu skala provinsi.
4. Pengendalian operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana & wabah.
5. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan skala provinsi.
6. Penyelenggaraan surveilens gizi buruk skala provinsi.
7. Pemantauan penanggulangan gizi buruk skala provinsi.
8. Bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan jemaah haji.
9. Pengelolaan pelayanan kesehatan rujukan sekunder dan tersier tertentu.
10. Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah perbatasan,
terpencil, rawan dan kepulauan.
11. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan.
12. Pemberian rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh
pemerintah.
13. Pemberian izin sarana kesehatan meliputi RS Kelas B Non Pendidikan,
Rumah Sakit khusus, Rumah Sakit Swasta serta sarana kesehatan
penunjang lainnya.
14. Pengelolaan/penyelenggaraan bimbingan pengendalian jaminan
pemeliharaan kesehatan skala provinsi.
15. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu antar
Kab/ Kota.
16. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala provinsi.
17. Pelatihan diklat fungsional dan teknis.
18. Penyediaan dan pengelolaan buffer stock obat propinsi, alat kesehatan,
reagensia dan vaksin lainnya.
19. Sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehatan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga ( PKRT )
20. Penyelenggaraan promosi kesehatan.
21. Penyelenggaran penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung
perumusan kebijakan provinsi dan pengelolan survei kesehatan daerah.
22. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri.
23. Pembinaan monitoring dan evaluasi dan pengelolaan SIK (Sistem Informasi
Kesehatan).

Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas Pokok


Beberapa isu-isu pembangunan Kesehatan yang terkait dengan tugas pokok
dan fungsi antara lain :
1. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia
2. Percepatan Perbaikan Status Gizi Masyarakat
3. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. Peningkatan Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
yang Berkualitas

Hal. 12
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

5. Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat


dan Makanan
6. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
8. Peningkatan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, dan Sistem
Informasi
9. Pengembangan dan Peningkatan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
10. Pengembangan SJSN – Kesehatan

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Tahun 2016-2021,
terdapat 5 (lima) misi dan 10 (sepuluh) prioritas pembangunan di Sumatera
Barat, dimana pembangunan kesehatan merupakan prioritas ke 4 (empat)
yakni peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan
Sumatera Barat ditujukan agar terwujudnya “Meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat, Kualitas Kependudukan Dan Kesetaraan Gender Serta
Pemenuhan Hak Anak ” dengan sasaran strategisnya Meningkatnya Derajat
Kesehatan Masyarakat Secara Merata dengan indikator kinerja untuk
Meningkatkan Umur Harapan Hidup.

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2016-2021 difokuskan pada


sepuluh fokus prioritas yaitu :
1). Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita dan Keluarga Berencana (KB);2)
Perbaikan status gizi masyarakat; 3). Pengendalian penyakit menular serta
penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan; 4). Pemenuhan,
pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan; 5). Peningkatan
ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan
obat serta pengawasan obat dan makanan; 6). Pengembangan Sistem Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); 7). Pemberdayaan masyarakat dan
penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, 8). Peningkatan pelayanan
kesehatan primer, sekunder dan tersier.

Strategi pencapaian tujuan dan sasaran adalah merupakan strategi


organisasi yang dijabarkan pada Rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat tahun 2016-2021, yang berisi rencana menyeluruh dan
terpadu mengenai upaya- upaya yang akan dilaksanakan secara operasional
dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Sebagai satu cara
untuk mewujudkan tujuan dan sasaran, maka strategi yang ditetapkan terdiri
atas:
1. Meningkatkan keterpaduan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang
lebih merata
2. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
3. Meningkatkan akses layanan kesehatan dasar dan rujukan yang
berkualitas;
4. Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan serta
kefarmasian dan alat kesehatan

Hal. 13
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

5. Meningkatkan Komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan


pembiayaan promotif dan preventif untuk layanan kesehatan;
6. Meningkatkan jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu.

Kebijakan Dinas Kesehatan didasarkan pada arah dan kebijakan yang


tercantum Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Tahun
2016-2021 dengan memperhatikan permasalahan kesehatan yang telah
diidentifikasi melalui hasil review pelaksanaan pembangunan kesehatan
sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan periode tahun
2016-2021, perencanaan program dan kegiatan secara keseluruhan telah
dicantumkan di dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan.

Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam mewujudkan


Misi, Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun
2021 dirumuskan sebagai berikut :
1. Peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya kesehatan yang memiliki
kompetensi dan terstandarisasi
2. Peningkatan layanan kesehatan dengan lebih menitikberatkan pada
upaya promotif dan preventif dibandingkan dengan upaya kuratif ;
3. Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan upaya promosi kesehatan;
4. Penguatan gerakan masyarakat, lembaga pemerintah dengan swasta
dalam peningkatan upaya kesehatan masyarakat ;
5. Peningkatan pelayanan dasar dan rujukan yang berkualitas;
6. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak ;
7. Peningkatan cakupan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan;
8. Peningkatan perbaikan gizi masyarakat.
9. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dan gizi dengan
fokus utama pada 1000 hari kehidupan manusia
10. Peningkatan pemerataan dan kualitas kesehatan lingkungan.
11. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemeratan dan kualitas
farmasi dan alat kesehatan ;
12. Peningkatan akreditasi rumah sakit daerah;
13. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit menular terutama
HIV dan Tuberkulosis.
14. Peningkatan pelimpahan kewenangan, penyederhanaan prosedur
pelayanan dan perizinan.
15. Peningkatan kualitas aparatur pelayanan, peningkatan kompetensi dan
perubahan mentalitas/budaya melayani
16. Pengembangan inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi
yang terintegrasi
17. Penguatan integrasi berbagai jenis pelayanan publik (pelayanan satu
pintu)
18. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik
19. Peningkatan akses informasi publik yang akurat dan up to date
20. Peningkatan efektifitas pengawasan pelayanan publik

Hal. 14
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

21. Penguatan sistem pengaduan masyarakat yang efektif dan terintegrasi


22. Penerapan penghargaan dan sanksi terhadap kinerja pelayanan publik

Maksud dan Tujuan Penyusunan LAKIP


Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 adalah :
1. Dapat diketahuinya kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun;
2. Dapat diketahuinya hasil program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan serta evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan tersebut;
3. Sebagai dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tahun
berikutnya;
4. Tertibnya pengadministrasian hasil kegiatan;
5. Sebagai bukti laporan program dan hasil kegiatan kepada Pemerintah
Daerah

Sistematika Penyusunan LAKIP


Berdasarkan pada PermenPAN dan RB nomor 53 tahun 2014 tentang maka
sistematika penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada
tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Bab I (Pendahuluan) menjelaskan gambaran umum Dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Barat, aspek strategis Dinas Kesehatan serta permasalahan utama
(strategic issued) yang saat ini.

Bab II (Perencanaan Kinerja) menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal penting


dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja)

Bab III (Akuntabilitas Kinerja) menjelaskan tentang pencapaian sasaran-


sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dengan pengungkapan dan
penyajian hasil dari pengukuran kinerja.

Bab IV (Penutup) berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas


Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Lampiran berisi dokumen Penetapan Kinerja dan Pengukuran Kinerja Dinas


Kesehatan Provinsi Barat.

Hal. 15
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) dibangun dalam


rangka upaya mewujudkan good govermance dan sekaligus result oriented
goverment. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen
berbasis kinerja (Performance-base Managemen) untuk penyediaan informasi
kinerja guna pengelolaan kinerja.

Upaya penguatan sistem akuntabilitas kinerja di Dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Barat dilakukan secara menyeluruh tertutama dengan dibentuknya
Tim Penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dengan
berkoordinasi setiap bidang di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam
rangka penguatan pada beberapa komponen antara lain perencanaan kinerja,
pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan pencapaian
sasaran/kinerja organisasi. Dengan kata lain SAKIP tidak hanya meliputi satu
komponen saja sehingga penguatannya memerlukan upaya menyeluruh dari
unit organisasi yang terkait. Berikut gambaran SAKIP secara umum.

Hal. 16
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Rencana Kinerja Dinkes Provinsi Sumatera Barat secara lengkap tertuang


dalam Rencana Strategis (Renstra) yang disusun melalui suatu proses dengan
orientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun secara
sistematik dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan potensi,
peluang, tantangan dan hambatan yang memuat, visi, misi, sasaran, kebijakan,
program dan kegiatan serta indikator keberhasilan dan kegagalan dalam
pelaksanaannya.

Tujuan Dan Sasaran Jangka Menengah OPD


Sesuai dengan Visi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, maka visi
pembangunan daerah jangka menengah Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-
2021 adalah “ Terwujudnya Sumatera Barat yang Madani dan Sejahtera “,
maka diharapkan akan mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat
Provinsi Sumatera Barat dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan
nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
khususnya bagi masyarakat Sumatera Barat, memperhatikan RPJMN, RPJPD
Provinsi Sumatera Barat tahun 2005-2025. Visi Pembangunan Provinsi
Sumatera Barat tersebut harus dapat diukur keberhasilannya dalam rangka
mewujudkan Provinsi Sumatera Barat yang Madani dan Sejahtera.
Secara umum tujuan pembangunan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat
tahun 2016-2021 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
salah satunya tergambar dari peningkatan derajat kesehatan. Untuk mencapai
tujuan tersebut secara makro dikemukakan melalui proyeksi sejumlah
indikator kesejahteraan sosial.
Tujuan dan sasaran pembangunan menurut misi merupakan arahan bagi
pelaksanaan setiap urusan wajib dan pilihan dalam mendukung pelaksanaan
visi pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun mendatang.
Untuk Bidang Kesehatan tujuan dan sasaran terdapat pada misi 3 yaitu
meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter
dan berkualitas tinggi dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan sasaran meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
secara merata.

Tabel 2.1
Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
dalam RPJMD 2016-2021

Visi Misi Tujuan Sasaran


Terwujudnya Meningkatkan Meningkatkan Meningkatnya
Sumatera Barat sumber daya manusia derajat kesehatan derajat kesehatan
yang Madani yang cerdas, sehat, masyarakat, masyarakat secara
dan Sejahtera beriman, berkarakter kualitas merata
dan berkualitas tinggi kependudukan dan
kesetaraan gender
serta pemenuhan
hak anak

Hal. 17
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk


mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). Indeks Pembangunan Manusia dibentuk oleh 3
dimensi dasar yaitu a). Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life);
b). Pengetahuan (knowledge); c). Standar hidup layak (decent standard of
living). Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator makro yang
cukup penting dalam pembangunan sosial budaya dan sumber daya manusia
dengan target awal 68,79 tahun menjadi 69,44 tahun pada tahun 2021.

Tujuan
Dalam upaya mencapai visi dan misi Kepala Daerah maka Dinas Kesehatan
merumuskan suatu bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran
yang strategis organsisasi. Tujuan dan sasaran adalah perumusan sasaran
yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja selama lima tahun.
Tujuan yang akan dicapai Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu dan ketersediaan SDM kesehatan sesuai standar yang
didukung ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta mutu
pelayanan yang sesuai standar pelayanan.

2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya


preventif dan promotif kesehatan serta pencegahan dan pengendalian
penyakit.

3. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dengan pelayanan publik


yang prima, transparan, aspiratif dan partisipatif.

4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam program jaminan


kesehatan nasional.

Sasaran
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan menggambarkan
hal-hal yang ingin dicapai, diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah
dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional.
Berdasarkan hal tersebut, maka Dinas Kesehatan menetapkan sasaran sebagai
berikut:

Dalam mewujudkan tujuan pertama “Meningkatkan mutu dan ketersediaan


SDM kesehatan sesuai standar yang didukung ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan serta mutu pelayanan yang sesuai standar pelayanan”,
maka ditetapkan sasaran :
1. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dengan indikator sasaran :

a. Jumlah Puskesmas yang terakreditasi sebanyak 195 puskesmas


pada tahun 2021

b. Jumlah Rumah sakit yang terakreditasi sebanyak 7 rumah sakit


pada tahun 2021

Hal. 18
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Dalam mewujudkan tujuan kedua yaitu “Meningkatkan upaya kesehatan


masyarakat melalui peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan dan
pencegahan dan pengendalian penyakit. “, maka sasaran yang ingin dicapai
adalah :
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan indikator sasaran:

a. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah dua
tahun sebesar 25,6 % pada tahun 2021

b. Persentase Ibu Bersalin Mendapatkan Pelayanan Persalinan Sesuai


Standar Di Faskes (PF) menjadi 90 % pada tahun 2021.

c. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Sesuai Standar menjadi


95 % pada tahun 2021.

2. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit dengan indikator


sasaran :
a. Jumlah Kabupaten kota yang mencapai imunisasi dasar lengkap pada
anak usia 0-11 bulan menjadi 100 % pada tahun 2021

Dalam mewujudkan tujuan keempat yaitu “Meningkatkan tata kelola


pemerintah yang baik dengan pelayanan publik yang prima, transparan,
aspiratif dan partisipatif “, maka sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Meningkatnya tata kelola organisasi dengan indikator sasaran :

a. Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja menjadi B pada tahun 2021

b. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan


menjadi 100% pada tahun 2021

c. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan


menjadi 95% pada tahun 2021

Dalam mewujudkan tujuan keempat yaitu “Meningkatkan Keikutsertaan


Masyarakat Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional“, maka sasaran yang
ingin dicapai adalah :
1. Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan dengan Indikator Sasaran :
a. Persentase Masyarakat yang Memiliki Jaminan Kesehatan menjadi 100%
pada tahun 2021.

Perjanjian Kinerja Tahun 2017


Sebagai implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah khususnya
perencanaan kinerja, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat telah membuat
Perjanjian Kinerja yang ditandatangani oleh Gubernur dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017. Perjanjian Kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 telah ditetapkan dan dimuat
dalam Buku Penetapan Kinerja Provinsi Sumatera Barat (terlampir).

Hal. 19
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Perjanjian Kinerja disesuaikan dengan susunan agenda, prioritas, sasaran


pembangunan pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun
2016-2021. Secara ringkas, gambaran keterkaitan tujuan, sasaran, indikator
kinerja dan target Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017
adalah sebagai berikut :

Hal. 20
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Tabel.
Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran, Target, Program dan Anggaran
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2017

OPD : DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT


TAHUN ANGGARAN : 2017

NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN TARGET PROGRAM ANGGARAN


SASARAN 2017 URUSAN KESEHATAN (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Meningkatkan mutu 1. Meningkat 1. Jumlah Pusk 56 1. Program Obat Dan 8.878.854.592


dan ketersediaan nya mutu Puskesmas yang Perbekalan Kesehatan
SDM kesehatan pelayanan terakreditasi RS 3 2. Program Upaya Kesehatan 11.676.556.685
sesuai standar yang kesehatan 2. Jumlah Rumah Masyarakat
didukung sakit yang 3. Program Pengadaan Dan 41.021.575.167
ketersediaan sarana terakreditasi Peningkatan Prasarana
dan prasarana RS, RSJ, Paru Dan Mata
kesehatan serta 4. Program Peningkatan 823.417.358
mutu pelayanan SDM Kesehatan
yang sesuai standar 5. Program Pemeliharaan 558.550.310
pelayanan Sarana Dan Prasarana
RS, RSJ, Paru Dan Mata
6. Program Kebijakan & 507.388.837
Manajemen Pembangunan
Kesehatan

2. Meningkatkan upaya 1. Meningkat 1. Prevalensi % 30,5 1.Program Perbaikan Gizi 1.050.787.170


kesehatan . nya derajat stunting (pendek Masyarakat
masyarakat melalui kesehatan dan sangat 2. Program Upaya Kesehatan 203.448.547
peningkatan upaya masyarakat pendek) pada anak Masyarakat
preventif dan bawah dua tahun 3. Program Promosi 1.420.707.112
promotif kesehatan 2. Meningkat % 79 Kesehatan Dan
dan pencegahan dan nya 2. Persentase Ibu Pemberdayaan Masyarakat
pengendalian pencegahan Bersalin 4.Program Pengembangan 489.508.050
penyakit. dan Mendapatkan Lingkungan Sehat
pengendalian Pelayanan
penyakit Persalinan Sesuai
Standar Di Faskes
(PF)
% 81
3. Persentase
Kunjungan
Neonatal Pertama
(KN1) Sesuai
Standar

Hal. 21
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

3. Meningkatkan 1 Meningkat 1. Persentase % 70 Program Pelayanan Kesehatan 34.095.450.205.


Keikutsertaan . nya Masyarakat yang Penduduk Miskin
Masyarakat Dalam Kepesertaan Memiliki Jaminan
Program Jaminan Jaminan Kesehatan
Kesehatan Nasional Kesehatan

4. Meningkatkan tata 1. Meningkat 1.Persentase % 100 1. Program Pelayanan 5.523.727.628.


kelola pemerintah nya tata kelola Capaian Realisasi Administrasi
yang baik dengan organisasi Fisik Pelaksanaan Perkantoran
pelayanan publik Program/ Kegiatan 2. Program Peningkatan 3.524.722.057.
yang prima, Sarana & Prasarana
transparan, aspiratif Aparatur
dan partisipatif 3. Program Peningkatan 289.324.000.
Disiplin
Aparatur
4. Program Peningkatan 26.250.000.
Kapasitas
sumber daya aparatur
5. Program Peningkatan 522.275.350.
2. Persentase % 95 Pengembangan Sistem
Capaian Realisasi Pelaporan Capaian
Keuangan Kinerja Dan Keuangan
Pelaksanaan 6. Program Perencanaan, 279.725.950.
Program/ Kegiatan Pengelolaan, Pengawasan
Dan Pengendalian
Kegiatan Dan Asset
7. Program Kebijakan & 507.388.837
3. Hasil Penilaian Nilai B
Manajemen
Evaluasi
Pembangunan Kes
Akuntabilitas
Kinerja

Hal. 22
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Rencana Kinerja Kegiatan
Pengimplementasian Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan akan dapat
dicapai dengan melaksanakan program/kegiatan pembangunan kesehatan,
berikut dapat diringkas rencana kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2017 seperti tabel dibawah ini :

Tabel
Rencana Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
I PROGRAM PELAYANAN Tercapainya pelayanan % 20%
ADMINISTRASI administrasi perkantoran
PERKANTORAN untuk kepentingan dinas
1 Penyediaan Jasa Surat Tersedianya jasa surat bln 12
Menyurat menyurat
2 Penyediaan Jasa Tersedianya jasa untuk bln 12
Komunikasi Sumber Daya pembayaran listrik, telepon, air
Air dan Listrik
3 Penyediaan Jasa Jaminan Tersedianya jasa untuk tahun, 1;1
Barang Milik Daerah pembayaran PBB BMD keg
4 Penyediaan Jasa Kebersihan Tersedianya jasa tenaga Bln 12
dan Pegamanan Kantor kebersihan dan pengamanan 26 org
kantor
5 Penyediaan Alat Tulis Tersedianya alat tulis untuk bln 12
Kantor adm kantor
6 Penyediaan Barang Cetakan Tersedianya barang cetak dan bln 12
dan Penggandaan fotokopi
7 Penyediaan Komponen Tersedianya komponen bln 12
Instalasi listrik/Penerangan instalasi listrik kantor
bangunan kantor
8 Penyediaan Bahan Bacaan Tersedianya bahan bacaan/ bh 23
dan Peraturan Per UU harian,
9 Penyediaan Bahan Logistik Tersedianya Peralatan dan tb;mtr;he 292 , 30 ,
Kantor perlengkapan kantor lai 4
10 Penyediaan Makanan & Tersedianya makan minum bln 12
Minuman rapat
11 Rapat rapat Koordinasi dan Terikutinya rapat koordinasi di bln 12
Konsultasi Dalam dan Luar dalam keluar dan dalam
Daerah propinsi
13 Penyediaan Jasa Informasi, Jumlah dokumenter dan bln 12
Dokumentasi dan Publikasi publikasi
14 Penyediaan Jasa Pembinaan Terlaksananya peningkatan bln 12
Fisik dan Mental Aparatur fisik dan mental aparatur

Hal. 23
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
II PROGRAM PENINGKATAN Meningkatnya pelayanan 20%
SARANA DAN PRASARANA sarana dan prasarana aparatur
APARATUR
15 Pengadaan Peralatan Dan Tersedianya Peralatan Dan bln 12
Perlengkapan Kantor Perlengkapan Kantor
16 Pengadaan Meubeleur Tersedianya sarana operasional unit ; set 46 ; 15
17 Pengadaan Komputer dan Terlaksananya pengadaan unit 29
jaringan Komputerisasi komputer, printer dan jaringan
18 Pengadaan Alat Studio, Alat Tersedianya peralatan studio, unit ; set 3;8
Komunikasi dan Alat alat komunikasi dan informasi
Informasi
19 Pemeliharaan Rutin/Berkala Terlaksananya pemeliharaan unit 64
Alat Studio, Alat Alat Studio, Alat Komunikasi
Komunikasi dan Alat dan Alat Informasi
Informasi
20 Pemeliharaan Rutin/Berkala Terlaksananya pemeliharaan keg 33
Gedung Kantor gedung dinas kesehatan dan
UPT
21 Pemeliharaan Rutin/Berkala Terlaksananya pemeliharaan unit 18
Kendaraan kendaraan operasional/Dinas
Operasional/Dinas
22 Pemeliharaan Rutin/Berkala Terlaksananya pemeliharaan unit 204
Peralatan dan Perlengkapan peralatan dan perlengkapan
kantor kantor
23 Pemeliharaan Rutin/Berkala Terlakasananya pemeliharaan unit 261
Meubiler mobiler
24 Pemeliharaan Rutin/Berkala Terpeliharanya komputer dan unit 134
Komputer dan Jaringan jaringan komputer
Komputerisasi
25 Pengelolaan, Pengawasan Terlakasananya pembayaran org 21 org
dan Pengendalian Asset honor pengelola barang
OPD

III PROGRAM PENINGKATAN Meningkatnya disiplin dan etos 20%


DISIPLIN APARATUR kerja aparatur
26 Pengadaan pakaian dinas Tersedianya pakaian dinas set ; 435 ; 20
beserta perlengkapannya aparatur helai

IV PROGRAM PENINGKATAN Meningkatnya wawasan dan 20%


KAPASITAS SUMBERDAYA kemampuan/ kapasitas
APARATUR sumber daya aparatur

Hal. 24
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
27 Bimbingan Teknis Terlaksananya Bintek org 12
Implementasi peraturan peraturan perUU dalam/luar
Perundang-undangan Provinsi

V PROGRAM PENINGKATAN Meningkatnya tertib 20%


PENGEMBANGAN SISTEM administrasi keuangan
PELAPORANAN CAPAIAN
KINERJA KEUANGAN
28 Penyusunan Lap. Capaian Terlaksananya penyusunan Lap 3
Kinerja dan Ikhtisar laporan kinerja OPD bulanan
Realisasi Kinerja OPD dan tahunan
29 Penatausahaan Keuangan Terlaksananya penatausahaan bln 12
OPD keuangan dan 12 buah laporan
bulanan dan 1 buah laporan
tahunan keuangan OPD

VI PROGRAM PERENCANAAN, Terlaksananya pengelolaan . bln 12


PENGELOLAAN, Pengawasan, dan pengendalian
PENGAWASAN DAN aset OPD
PENGENDALIAN KEGIATAN
DAN ASSET
30 Penyusunan Perencanaan Terlaksananya pengelolaan . Bln 12
Dan Penganggaran OPD Pengawasan, dan pengendalian
aset OPD
31 Pengelolaan, Pengawasan Terlaksananya Pengelolaan, org 21
dan Pengandalian Aset OPD Pengawasan dan Pengandalian
Aset OPD

VII PROGRAM OBAT DAN Meningkatnya Ketersediaan 20%


PEMBEKALAN KESEHATAN Obat esensial generik di sarana
pelayanan kesehatan
32 Pengadaan obat dan Terlaksananya Pengadaan obat bln 18
perbekalan kesehatan dan perbekalan kesehatan
(Buffer Stok) (Buffer Stok) Dinas Kesehatan
Provinsi
33 Pengadaan Bahan Kimia Tersedianya reagensia untuk keg 2
dan Peralatan Labor pemeriksaan sampel
Kesehatan laboratorium
34 Pengadaan obat-obatan , Tersedianya obat-obatan dan keg 2
bahan habis pakai BKIM. peralatan dokter pakai habis
35 Pengadaan obat-obatan dan Tersedianya obat-obatan dan keg 5
perbekalan kesehatan BP4. perbekalan kesehatan di BP4

Hal. 25
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
36 Workshop Program Obat Terevaluasinya Kegiatan Obat org 76
dan Perbekalan Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan di
Kab/Kota dan Rumah Sakit
37 Pengelolaan Obat Buffer Terlaksananya Pengelolaan bln 12
Stok Provinsi Obat Buffer Stok Provinsi

VII PROGRAM UPAYA Meningkatnya Pelayanan 20%


I KESEHATAN MASYARAKAT Kesehatan yang Berkualitas
melalui Koordinasi Pelayanan
Kesehatan Ibu & Anak,
Pelayanan Kesehatan Dasar
dan Rujukan serta Pelayanan
Kesehatan Lainnya
38 Penilaian Puskesmas Terlaksananya Penilaian Pusk ; 3 Pusk, 12
Berprestasi Dan Tenaga Puskesmas Berprestasi dan Nakes Tenaga
Kesehatan Teladan tenaga kesehatan teladan Teladan Teladan
39 Workshop Program Kesmas Terlaksananya Pertemuan org 191
Dan Rujukan koordinasi program Kesmas
dan Rujukan
40 Peningkatan Pelayanan Terlaksananya Peningkatan bln 12
Siaga & Tindak Siaga Medik Pelayanan Siaga & Tindak
Siaga Medik
41 Pemantauan dan Terlaksananya Pemantauan kali 5
Pengamanan Makanan dan Pengamanan Makanan
(Food Security) (Food Security)
42 Monitoring dan Evaluasi Terlaksananya Monitoring dan 0 19
Dalam Rangka Peningkatan Evaluasi program kesehatan
Laboratorium Kesehatan keluarga
sebagai Rujukan
43 Bhakti Sosial Operasi Terpantaunya Operasi Katarak kl 1
Katarak di Kab/Kota di Kab/Kota kunjung
an
44 Pengambilan Sampel Terlaksananya Pemantauan Kab/Kot 19
Lapangan Laboratorium kualitas laboratorium a
Puskesmas dan RS se
Sumatera Barat
45 Pelatihan Manajemen Terlaksananya Pelatihan mata 100
Asfiksia Dan BBLR Bagi Manajemen Asfiksia & BBLR
Perawat/ Bidan Puskesmas. bagi Perawat/Bidan
46 Supervisi Terpadu Tersedianya pembiayaan jiwa 646.813
Pencapaian SDGs jaminan kesehatan Sumbar
Sakato (JKSS)

Hal. 26
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
47 Pertemuan Standar Terpantaunya kualitas udara ttk ; 110 ; 65
Pelayanan Minimal Bidang dan air di Sumbar pelangga
Kesehatan n
48 Pendampingan Ibu Hamil Terlaksananya Pelatihan org 80
Resiko Tinggi Manajemen Asfiksia & BBLR
bagi Perawat/Bidan
49 Penjaringan dan Pengobatan Terlaksananya Supervisi Kab/Kot 19
Kesehatan Indera Fasilitatif Terpadu Percepatan a
Pencapaian MDGs
50 Surveilence Standarisasi Terlaksananya Akselerasi Kab/Kot 19
Pelayanan Kesehatan Indera Cakupan KB Dalam Rangka a
Pencapaian MDGs
51 Persiapan UPTD BKIM Terlaksananya Pertemuan org 40
Menuju BLUD Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan
52 TOT Kelas Ibu Hamil Dan Terlaksananya Pendampingan org 180
Balita Ibu Hamil Resiko Tinggi
53 Review Program KIA Dan Terlaksananya Kab/Kot 9
Kunjungan Neonatus Dan penjaringan/pengobatan a
Nifas Bagi Bidan Indera Anak Sekolah & Referal
Dokter ke 9 Kab/Kota
54 Review Peningkatan Kualitas Terlaksananya org 40
Hidup Anak surveilance/monitoring
standar pelayanan kesehatan
indera di UPTD BKIM
55 Pelatihan Teknis Petugas Terlaksananya Bimtek Dokume 1
Laboratorium Kab Kota Dan Penyusunan Draft Dokumen n
RS BLUD BKIM
56 Workshop Program Terlaksananya TOT Kelas Ibu org 40
Teknologi Kesehatan Hamil dan Balita
Penunjang Dan Makmin
57 Penilaian Dan Pembinaan Terlaksananya Review Program org 131
Rumah Sakit Sayang Ibu, KIA dan Kunjungan Neonatus
Tenaga Medis Sub Spesialis dan Nifas bagi Bidan
Teladan
58 Pertemuan Otopsi Verbal Terlaksananya Review org 114
Dan Audit Maternal Peningkatan Kualitas Hidup
Perinatal & Medik KB Anak
59 Workshop Pemantauan Dan terlaksananya Pelatihan Teknis org 59
Pengendalian Infeksi Dan Laboratorium bagi Petugas
Pasien Safety Laboratorium

Hal. 27
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
60 Analisis Akselerasi Terlaksananya Pembinaan dan org 59
Pembinaan Dan Pengelolaan Teknologi
Pelaksanaan Usaha Kesehatan Pennjang dan
Kesehatan Makan di RS/Kab/Kota
Sekolah/Madrasah
61 Review Pelaksanaan Terlaksananya Lomab Rumah RSSIB 3
Pelayanan Kesehatan Sakit Sayang Ibu dan Bayi,
Remaja Esential Terpadu Tenaga Medis Sub Spesialis
Teladan
62 Pengelolaan Badan Terlaksananya Pertemuan org 152
Pengawas Rumah Sakit Otopsi Verbal dan Audit
Maternal Perinatal & Medik KB
63 Pengadaan Logistik Pasien Terlaksananya Pengadaan UPTD 4
dan Petugas UPTD Logistik Pasien dan Petugas
UPTD
64 Pelayanan Medik Tim P3K Terlaksananya Pelayanan kali 25
Medik Tim P3K
65 Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Kab/kota 19
Program Akreditasi, Program Akreditasi, Registrasi
Registrasi dan Sertifikasi dan Sertifikasi
66 Evaluasi ISO 17025 dan Terlaksananya Evaluasi ISO keg 1
ISO 15189 Laboratorium 17025 dan ISO 15189
oleh KAN Laboratorium oleh KAN
67 Bimtek Penyusunan Terlaksananya Bimtek Kab/kota 19
Dokumen Akreditasi Penyusunan Dokumen
Institusi BKOM & Pelkes Akreditasi Institusi BKOM &
Pelkes
68 Kesiapsiagaan Bencana dan Terlaksananya Kesiapsiagaan Kab/kota 19
Pemantauan Daerah Pra Bencana dan Pemantauan
dan pasca Bencana Daerah Pra dan pasca Bencana
69 Workshop Pra & Pasca Terlaksananya Workshop Pra & Kab/kota 19
Bencana 19 Kab/Kota dan Pasca Bencana 19 Kab/Kota
RS dan RS
70 Workshop Program Terlaksananya Workshop org 40
Akreditasi dan Perizinan Program Akreditasi dan
Perizinan
71 Surveilance oleh Tim ISO Terlaksananya Surveilance keg 1
oleh Tim ISO
72 Pertemuan Koordinasi Terlaksananya Pertemuan org 50
Pelayanan Darah Koordinasi Pelayanan Darah
73 TOT Diklat Olah Raga Terlaksananya TOT Diklat Olah org 50
Raga

Hal. 28
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
74 Pemeriksaan Kebugaran Terlaksananya Pemeriksaan org 250
Anak Sekolah dan PNS Kebugaran Anak Sekolah dan
PNS
75 Workshop persiapan Terlaksananya Workshop keg 1
Akreditasi Paru persiapan Akreditasi Paru
76 Workshop Service Excellent Terlaksananya Workshop org 71
dan Komunikasi Efektif Service Excellent dan
Komunikasi Efektif
77 Workshop Pelayanan Terlaksananya Workshop org 38
Kesehatan Tradisional Pelayanan Kesehatan
Tradisional
78 Penilaian Indeks Kepuasan Terlaksananya Penilaian Nilai 70
Dinkes dan UPTD Indeks Kepuasan Dinkes dan
UPTD

IX PROGRAM PROMOSI Meningkatnya perencanaan 20%


KESEHATAN DAN dan penganggaran
PEMBERDAYAAN pembangunan kesehatan
MASYARAKAT (19) melalui pembinaan, monitoring
penyediaan sarana promosi,
pertemuan, pelatihan dan
gerakan generasi muda dalam
pembangunan kesehatan
79 Pengembangan media Terlaksananya Pengembangan media 14
promosi & Komunikasi, media promosi & Komunikasi, cetak &
Informasi dan Edukasi. Informasi dan Edukasi. elektroni
k
80 Workshop Jambore Kader Terlaksananya Workshop org 25
PKK KB/Kes Jambore PKK KB/kes
81 Kampanye Kesehatan Terlaksananya Kampanye kl 1
Tingkat Provinsi dalam Kesehatan Tingkat Provinsi
rangka pencapaian MDGs
82 Kampanye Dalam Rangka Terlaksananya Kampanye kl 2
Bulan Promosi Kesehatan Dalam Rangka Bulan Promosi
Kesehatan
83 Penyuluhan Kesehatan Terlaksananya Penyuluhan keg 4
Masyarakat Rumah Sakit Kesehatan Masyarakat Rumah
(PKMRS) Sakit (PKMRS)
84 Pertemuan Pengembangan Terlaksananya Pertemuan org 59
Program Penyuluhan Pengembangan Program
Kesehatan Masyarakat Penyuluhan Kesehatan
Rumah Sakit (PKMRS) Masyarakat Rumah Sakit
(PKMRS)

Hal. 29
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET

X PERBAIKAN GIZI Meningkatnya status gizi 20%


MASYARAKAT masyarakat yang diukur
dengan prevalensi gizi
seimbang Balita dan
meningkatnya proporsi
keluarga yang mengkonsumsi
gizi seimbang
85 Workshop Program Gizi Terlaksananya Evaluasi org 90
terintegrasi Program Gizi terintegrasi
86 Supervisi manajemen Terlaksananya Supervisi org 60
pemberian makanan bayi manajemen pemberian
dan anak makanan bayi dan anak
87 Peningkatan Kapasitas Terlaksananya Peningkatan org 60
Petugas dalam pencegahan Kapasitas Petugas dalam
& penanggulangan pencegahan & penanggulangan
kegemukan & obesitas pada kegemukan & obesitas pada
anak sekolah anak sekolah
88 Workshop Tata Laksana Gizi Terlaksananya Pemantauan TFC 4
Buruk di Puskesmas Pelaksanaan Therapeutic Food
Rawatan Center (TFC)
89 Pendidikan dan Pemulihan Terlaksananya Pendidikan dan org 40
Gizi Berbasis Masyarakat Pemulihan Gizi Berbasis
(Positive Deviance) Masyarakat (Positive Deviance)
90 Supervisi Status Gizi dan Terlaksananya Supervisi org 120
Intelegensia Lansia Status Gizi dan Intelegensia
Lansia
91 Workshop Pokja PMT-AS di Terlaksananya Workshop Pokja org 60
sektor Kesehatan PMT-AS di sektor Kesehatan
92 Workshop Kemitraan Gizi Terlaksananya PWorkshop org 60
dengan PKK Kemitraan Gizi dengan PKK
93 Pelatihan Konseling ASI Terlaksananya Pelatihan org 80
dalam rangka mendukung Konseling ASI dalam rangka
Gerakan Pensejahteraan mendukung Gerakan
Ekonomi Masyarakat Pesisir Pensejahteraan Ekonomi
(GEPEMP) Masyarakat Pesisir (GEPEMP)
94 Lomba Balita Sehat Terlaksananya Lomba Balita org 38
Sehat
95 Sosialisasi Proses Asuhan Terlaksananya Sosialisasi org 45
Gizi Terstandar dan Review Proses Asuhan Gizi Terstandar
Pelaksanaan Gizi Saat dan Review Pelaksanaan Gizi
Bencana Saat Bencana

Hal. 30
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
XI PROGRAM Meningkatnya kualitas 20%
PENGEMBANGAN kesehatan lingkungan
LINGKUNGAN SEHAT masyarakat
96 Supervisi Pengawasan dan Diperolehnya Informasi org 180
Pemantauan Hygiene permasahan dan solusi dalam
Sanitasi Lingkungan pengawasan dan poemantaun
Higiene dan sanitasi
lingkungan
97 Verifikasi Kabupaten Kota Terlaksananya verifikasi Kab/kota 19
Sehat Kab/Kota sehat
98 Workshop Sanitasi Rumah Meningkatnya kemampuan org 72
Sakit petugas dalam pengelolaan
sanitasi Rumah Sakit
99 Pemantauan Percepatan Terpantaunya kegiatan org 38
Sanitasi Permukiman dan penyehatan lingkungan dalam
Penilaian Lingkungan Bersih Dokumen PPSP (Buku Putih,
dan Sehat SSK, MPSS) dan terlaksananya
penilaian Lingkungan Bersih
dan Sehat
100 Workshop Pamsimas dan Terevaluasinya Program org 166
Penyehatan Lingkungan Pamsimas , Terevaluasinya
lainnya Program Penyehatan
Lingkungan Lainnya
101 Pengelolaan Pemantauan Terlaksananya pemantauan & kl; keg ; 29 ; 2 ; 12
lingkungan UPTD monitoring BKIM kg

XII PROGRAM PENCEGAHAN Menurunya kesakitan dan 20%


DAN PENANGGULANGAN kematian akibat penyakit
PENYAKIT menular dan tidak menular
(MENULAR/TIDAK melalui pembinaan, monitroing
MENULAR dan peningkatan SDM
Kesehatan di Porvinsi dan
Kab/Kota
102 Workshop Surveilance dan Terlaksananya Workshop org 57
Kejadian Luar Biasa Surveilance dan Kejadian Luar
Biasa
103 Penanggulangan HIV/AIDS Terlaksananya Kab/Kot 19
Penanggulangan HIV/AIDS a
104 Penanggulangan & Terlaksananya fokus 12
Pemberantasan Demam Penanggulangan &
Berdarah Dengue (DBD) Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue (DBD)
105 Penanggulangan Flu Burung Terlaksananya Kab/Kot 19
Penanggulangan Flu Burung a

Hal. 31
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
106 Pelatihan Konselor Terlaksananya Peltihan org 40
HIV/AIDS Konselor HIV/AIDS
107 Workshop Program Terlaksananya Pertemuan org 76
Tuberculosis (TB) Monitoring dan Evaluasi
Tuberculosis (TB)
108 Pelatihan Layanan HIV-AIDS Terlaksananya Pelatihan org 180
Komprehensif Layanan HIV-AIDS
Berkesinambungan Komprehensif
Berkesinambungan
109 Pelayanan Kesehatan Terlaksananya Pelayanan 2 kl 2
Jemaah Haji Kesehatan Jemaah Haji
110 Pelatihan Teknis Program Terlaksananya Pelatihan org 80
P2ML Teknis Program P2ML
111 Pelatihan Teknis Program Terlaksananya Pelatihan org 80
Pemberantasan Penyakit Teknis Program
Bersumber Binatang Pemberantasan Penyakit
Bersumber Binatang
112 Workshop Imunisasi dan Terlaksananya Workshop org 114
Penemuan Faktor Resiko Imunisasi dan Penemuan
Penyakit Tidak Menular Faktor Resiko Penyakit Tidak
(PTM) Menular (PTM)
113 Penanggulangan Filariasis Terlaksananya Kab/Kot 4
Limfatik (kaki Gajah) dan Penanggulangan Filariasis a
Pemberantasan Penyakit Limfatik (kaki Gajah) dan
Kecacingan Pemberantasan Penyakit
Kecacingan
114 Sosialisasi Program Terlaksananya Sosialisasi org 240
Imunisasi dan Penemuan Program Imunisasi dan
Kasus TB dengan Lintas Penemuan Kasus TB dengan
Sektor & Lintas Program Lintas Sektor & Lintas Program
Terkait Terkait
115 Workshop TB MultiDrugs Terlaksananya Workshop TB org 80
Resistance (MDR) MultiDrugs Resistance (MDR)

XII PROGRAM PENGADAAN, Terpenuhinya sarana dan 20%


I PENINGKATAN SARANA prasarana di Dinas Kesehatan
DAN PRASARANA RUMAH Provinsi dan UPTD
SAKIT / RUMAH SAKIT
JIWA / RS. PARU /
RS.MATA
116 Studi Kelayakan UPTD Terlaksananya studi kelayakan keg 1
BKIM. UPTD BKIM.

Hal. 32
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET
117 Pengadaan Sarana Terlaksananya Pengadaan unit 56
Perawatan Bagi Penderita Sarana Perawatan Bagi
Akibat Dampak Asap Rokok Penderita Akibat Dampak Asap
(DBHCHT) Rokok (DBHCHT)
118 Pengadaan sarana Terlaksananya Pengadaan unit 13
prasarana RS Paru sarana prasarana RS Paru
119 Pembangunan Lanjutan RS Terlaksananya Pembangunan keg 1
Khusus Paru Lanjutan IGD RS Khusus Paru

XI PROGRAM PEMELIHARAAN Meningkatnya sarana dan 20%


V SARANA DAN PRASARANA prasarna di dinas kesehatan
RUMAH SAKIT/RUMAH /UPTD /RS melalui
SAKIT JIWA/RS. pemeliharaan sarana dan
PARU/RS.MATA prasarana
120 Pemeliharaan alat labor & Terpeliharanya alat labor dan keg 6
alat kesehatan di UPTD kedokteran BP4, Labkes,
Dinkes Provinsi. BKMM

XV PROGRAM SUMBER DAYA Meningkatnya mutu 20%


KESEHATAN pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan, pemerataan
dan pendayagunaan tenaga
kesehatan di Kab/Kota dan RS
serta Provinsi
121 Penempatan dan penarikan Terlaksananya Penempatan org 25
dr/drg dan bidan PTT. dan penarikan dr/drg dan
bidan PTT.
122 Workshop Pembekalan dan Terlaksanaya pembekalan org 300
Pendampingan Dokter dokter Internsip, terlaksannaya
Internsip Pendampingan Internsip dokter
123 Workshop Peningkatan Terlaksananya Peningkatan org 88
Kapasitas SDM Siaga Kapasitas SDM Siaga Bencana
Bencana
124 Workshop Validasi Data Terevaluasi SDM Kesehatan org 114
SDM Kesehatan
125 MagangTenaga Terlaksanya MagangTenaga org 5
Laboratorium Kesehatan Laboratorium Kesehatan
126 Magang Tenaga BKOM & Terlaksananya Magang Tenaga org 3
Pelkes BKOM & Pelkes
127 Pelatihan KLB Keamanan Terlaksananya Pelatihan KLB org 42
Pangan Keamanan Pangan
128 Peningkatan Sumberdaya Terlaksananya Peningkatan org 20
BKIM Sumberdaya BKIM

Hal. 33
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
RENCANA
INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM/ KEGIATAN SATUAN CAPAIAN
KEGIATAN
TARGET

XV PROGRAM KEBIJAKAN Meningkatnya penrencanaan 20%


I DAN MANAJEMEN dan penganggaran
PEMBANGUNAN pembangunan kesehatan
KESEHATAN melalui pembangunan
kesehatan di Provinsi dan
Kab/Kota
129 Pertemuan Koordinasi Terlaksananya Pertemuan org 146
Bidang Kesehatan Provinsi Koordinasi Bidang Kesehatan
Sumatera Barat Provinsi Sumatera Barat
130 Sosialisasi Hukum Terlaksananya Sosialisasi org 48
Kesehatan dan Produk Hukum Kesehatan dan Produk
Hukum Lainnya Hukum Lainnya
131 Monitoring dan Evaluasi Terlaksananya Monitoring dan Kab/Kot 19
Perencanaan dan Hukum Evaluasi Perencanaan dan a
Kesehatan Hukum Kesehatan
132 Workshop Asistensi Data Terlaksananya Asistensi Data org 46
Elektronik Dan Jaringan Elektronik Dan Jaringan
133 Wokshop Analisis dan Terlaksananya Pertemuan org 92
Verifikasi Data Kesehatan Analisis dan Verifikasi Data
Berbasis Elektronik Kesehatan Berbasis Elektronik
134 Workshop verifikasi Data Terlaksananya Workshop org 136
Pelayanan Kesehatan verifikasi Data Pelayaan
Kesehatan

XV PROGRAM PELAYANAN Meningkatnya Kepesertaan % 70


II KESEHATAN PENDUDUK Program JKN/KIS
MISKIN
135 Pembiayaan dan Jaminan Pembiayaan dan Jaminan org 615.923
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Sumbar
Sumbar Sakato(JKSS) Sakato(JKSS)
136 Workshop Program Jaminan Terlaksananya Workshop org 55
Kesehatan Daerah Program Jaminan Kesehatan
Daerah
137 Workshop Kemitraan Terlaksananya Kemitraan org 62
Jaminan Kesehatan Mandiri Jaminan Kesehatan Mandiri
Sumber : Rencana Kerja (Renja) dan Penetapan Kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

Hal. 34
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

Metode Pengukuran Pencapaian Kinerja


Pengukuran Kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik
dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa
indikator- indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.
Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan
mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses
penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan
berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan. Pengukuran kinerja
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan dalam
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera


Barat pada tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara
target kinerja yang telah ditetapkan di awal tahun anggaran yang mengacu
pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
tahun 2016 – 2021 dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja
sasaran tersebut. . Untuk analisis atau penjelasan keberhasilan dan
kegagalan pencapaian sasaran strategis, jika angka:
a. Persentase pencapaian target kinerja dari masing-masing indikator
(Realisasi/Target x 100%) untuk capaian lebih besar menunjukan kinerja
yang lebih baik dan/atau
b. [(2 x target – Realisasi) : Target x 100] untuk capaian lebih kecil
menunjukan kinerja yang lebih baik.

Kerangka Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja
kegiatan yang dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang diperoleh
melalui data internal yang ditetapkan oleh instansi, yaitu berasal dari Dinas
Kesehatan maupun data eksternal yang berasal dari luar instansi.

Pengumpulan data kinerja dilakukan untuk memperoleh data yang akurat,


lengkap, tepat waktu, dan konsisten, yang berguna dalam pengambilan
keputusan dan penyusunan rencana kegiatan untuk tahun berikutnya.
Pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja kegiatan yang terdiri
dari indikator-indikator masukan, keluaran, dan hasil, dilakukan secara
terencana dan sistematis setiap tahun untuk mengukur kehematan,
efektivitas, efisiensi, dan kualitas pencapaian sasaran. Sedangkan
pengumpulan data kinerja untuk indikator manfaat dan dampak dapat
diukur pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam rangka
mengukur pencapaian tujuan-tujuan instansi pemerintah, dalam hal ini

Hal. 35
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
adalah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Pengukuran kinerja mencakup kinerja kegiatan yang merupakan tingkat


pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok
indikator kinerja kegiatan dan tingkat pencapaian sasaran instansi
pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat
capaian) dan masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam
dokumen rencana kerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran
didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 tahun 2010, tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka
pengukuran kinerja dilakukan terhadap pencapaian sasaran strategis yang
ada, yang disampaikan dalam Formulir Pengukuran Kinerja (PK).

Evaluasi Kinerja
Berdasarkan hasil-hasil perhitungan pengukuran kinerja kegiatan,
dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan
untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang
mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan.
Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai
dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang
akan datang.

Evaluasi kinerja dilakukan terhadap analisis efisiensi dengan cara


membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun
realisasinya. Evaluasi dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat
efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan
hasil, manfaat, atau dampak. Evaluasi juga dilakukan terhadap setiap
perbedaan kinerja yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya kendala
maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu juga digunakan pembandingan-


pembandingan antara lain:
a. Kinerja nyata dengan target kinerja yang direncanakan.
b. Kinerja nyata dengan hasil kinerja tahun-tahun sebelumnya.
c. Kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi lain yang unggul di
bidangnya ataupun dengan kinerja sektor swasta.
d. Kinerja nyata dengan kinerja di negara-negara lain atau dengan standar
internasional.

Analisis Akuntabilitas Kinerja


Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) harus
menyajikan data dan informasi yang relevan bagi pembuat keputusan agar

Hal. 36
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
dapat menginterpretasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas
dan mendalam. Analisis akuntabilitas kinerja meliputi uraian keterkaitan
pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang ditetapkan dalam rencana
strategis. Dalam analisis ini dijelaskan pula perkembangan kondisi
pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai dengan
kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis dilakukan
dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan
akurat, dan bila memungkinkan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk
mengetahui ketepatan dan efektivitas baik untuk kebijakan itu sendiri
maupun sistem dan proses pelaksanaannya.

Dalam bab ini akan diuraikan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2017 untuk mengukur pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2016 - 2021 dan dituangkan lebih
lanjut pada Rencana Kerja Tahunan 2017 dan Penetapan Kinerja 2017.

Selain itu dibahas akuntabilitas keuangan dari seluruh anggaran yang


diterima Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat baik yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam rangka pencapaian kinerja
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Pada tahun anggaran 2017 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat


mendapat alokasi anggaran pembangunan kesehatan sebesar
Rp.145.633.604.409,- terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp.
33.099.116.838,- dan Belanja Langsung sebesar Rp. 112.534.487.571,-
dengan 16 program dan 137 kegiatan. Untuk dana Dekonsentrasi dari
APBN tersedia dana sebesar Rp. 26.495.337.000,- dengan 6 (enam) program
dan 30 kegiatan. Kedua anggaran tersebut digunakan untuk mencapai 5
(lima) sasaran strategis Dinas Kesehatan yang tercantum dalam Rencana
Strategis (renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-
2021 yaitu:

Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja Utama dalam RPJMD yang menjadi target pembangunan


Bidang Kesehatan adalah Indikator Angka Umur Harapan Hidup (UHH).
Gambaran tentang perkembangan pencapaian Indikator UHH masing-
masing kab/kota dari tahun 2010-2016 dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel
Umur Harapan Hidup (UHH) Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 – 2016 (Metoda Baru)

Hal. 37
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Angka Harapan Hidup ( Tahun )
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Kabupaten Kep. 63,49 63,51 63,53 63,53 63,55 64,05
64.36
Mentawai
2 Kabupaten Pesisir 69,23 69,30 69,36 69,43 69,46 69,96
70.11
Selatan
3 Kabupaten Solok 66,60 66,70 66,80 66,9 66,95 67,35 67.5
4 Kabupaten Sijunjung 64,68 64,70 64,72 64,72 64,72 65,22 65.33
5 Kabupaten Tanah 67,88 68,02 68,15 68,28 68,35 68,75
68.93
Datar
6 Kabupaten Pdg 66,85 66,96 67,07 67,18 67,24 67,64
67.8
Pariaman
7 Kabupaten Agam 70,62 70,67 70,73 70,78 70,80 71,30 71.44
8 Kabupaten Lima 69,02 69,08 69,13 69,19 69,22 69,23
69.27
Puluhkota
9 Kabupaten Pasaman 65,55 65,61 65,67 65,73 65,76 66,26 66.4
10 Kabupaten Solok 65,93 65,97 65,99 66,02 66,04 66,64
66.78
Selatan
11 Kabupaten 69,45 69,54 69,63 69,72 69,76 70,16
70.3
Dharmasraya
12 Kabupaten Pasaman 66,73 66,79 66,85 66,90 66,93 67,03
67.09
Barat
13 Kota Padang 73,17 73,17 73,18 73,18 73,18 73,19 73.19
14 Kota Solok 72,29 72,30 72,32 72,33 72,34 72,74 72.83
15 Kota Sawahlunto 68,97 69,04 69,08 69,14 69,17 69,27 69.33
16 Kota Pdg Panjang 72,42 72,43 72,44 72,44 72,44 72,45 72.45
17 Kota Bukitinggi 73,11 73,12 73,12 73,12 73,12 73,52 73.6
18 Kota Payakumbuh 72,43 72,43 72,43 72,43 72,43 72,93 73.03
19 Kota Pariaman 69,38 69,41 69,45 69,48 69,49 69,59 69.63
SUMATERA BARAT 67,59 67,79 68,00 68,21 68,32 68,66 68,73
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat

Grafik
Capaian Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2010-2016 (Metoda Baru)

Hal. 38
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

73,00

72,00 71,84
71,48 71,48
71,00 71,12 71,12

70,00
69,50
69,00 68,79 Target
68,66 68,73
68,00 68,32 Realisasi
68,00 68,21
67,79
67,59
67,00

66,00

65,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Trend pencapaian umur harapan hidup di Provinsi Sumatera Barat terus


mengalami peningkatan setiap tahunnya, karena adanya perubahan metode
penghitungannya sejak tahun 2015 maka terlihat bahwa pencapaiannya
jauh dari target yang ditetapkan tetapi pada tahun 2016 setelah dilakukan
penyesuaian terhadap target pada RPJMD tahun 2016-2021 maka dari
target 68,79 tahun maka pencapaiannya adalah 68,73 tahun (99,9%).

Pada Tahun 2017, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menetapkan


10 IKU dari 5 (lima) sasaran strategis yang merupakan ukuran keberhasilan
atau menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran strategis yang
ditetapkan. Pencapaian menyeluruh terhadap 10 IKU tersebut dapat
ditabulasikan sebagai berikut:

TABEL.
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
TARGET DAN REALISASI CAPAIAN TAHUN 2017

SASARAN TARGET REALI- %


NO INDIKATOR KINERJA KET
STRATEGIS KINERJA SASI CAPAIAN

1 2 3 5 6 7 8

I Meningkatnya 1. Jumlah Puskesmas 56,00 103,00 183,93


Mutu Pelayanan Yang Terakreditasi
Kesehatan
2. Jumlah Rumah Sakit 3,00 12,00 400,00

Hal. 39
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Yang Terakreditasi

II Meningkatnya 1. Prevalensi Stunting 30,50 18,60 163,98


Kesehatan (Pendek & Sangat pendek)
Masyarakat pada Baduta (bawah dua
tahun)
2. Persentase ibu bersalin 79,00 80,37 101,73
mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar
di faskes (PF)
3.Persentase kunjungan 81,00 85,85 105,99
neonatal pertama (KN1)
sesuai standar
III Meningkatnya Jumlah Kabupaten/ Kota 9,00 11,00 122,22
Pencegahan dan Yang Mencapai 80 %
Pengendalian Imunisasi Dasar Lengkap
Penyakit Pada Anak Usia 0 - 11 Bln

IV Meningkatnya Persentase Masyarakat 70,00 70,59 100,56


Kepesertaan Yang Memiliki Jaminan
Jaminan Kesehatan
Kesehatan

V Meningkatnya 1. Persentase Capaian 100,00 98,47 98,47


Tata Kelola Realisasi Fisik
Organisasi Pelaksanaan Program/
Kegiatan
2. Persentase Capaian 95,00 90,65 95,42
Realisasi Keuangan
Pelaksanaan Program/
Kegiatan
3. Hasil Penilaian Evaluasi B
Akuntabilitas Kinerja Belum
dinilai
Sumber data : Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Dari uraian tabel Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2017


tergambarkan bahwa dari 10 indikator kinerja Utama tersebut. secara
umum 7 (tujuh) indikator berhasil dicapai sesuai dengan target yang
telah ditetapkan, dengan pencapaiannya ada yang melebihi 100 %.
Sedangkan 2 (dua) indikator belum tercapai sesuai target yaitu Jumlah
Tenaga kesehatan yang mendapat sertifikat pelatihan terakreditasi
Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan
(98,47 %), Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan
Program/ Kegiatan (90,67 %)
Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017 belum ada
karena belum dilakukan penilaian, sedangkan hasil penilaian target

Hal. 40
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
tahun 2016 dari target C didapatkan hasil penilaian C.

Analisis Capaian Kinerja

Analisis Capaian kinerja dilakukan dengan menggunakan formulir


pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review
atas Laporan Kinerja Pemerintah. Adapun seluruh capaian tujuan yang
diuraikan dalam capaian sasaran dapat dilihat sebagai berikut:

Tujuan 1. Meningkatkan Mutu Dan Ketersediaan SDM


Kesehatan Sesuai Standar Yang Didukung
Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan
Serta Mutu Pelayanan Yang Sesuai Standar
Pelayanan

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan

Pencapaian indikator dari sasaran strategis ini terlihat pada tabel dibawah
ini:

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


JUMLAH PUSKESMAS YANG TERAKREDITASI DAN
JUMLAH RUMAH SAKIT YANG TERAKREDITASI TAHUN 2017

SASARAN INDIKATOR TARGET %


NO REALISASI KET
STRATEGIS KINERJA KINERJA CAPAIAN
I Meningkatnya 1. Jumlah 56 103 184
Mutu Puskesmas Yang
Pelayanan Terakreditasi
Kesehatan
2. Jumlah Rumah 3 12 400
Sakit Yang
Terakreditasi

Gambaran pencapaian kinerja dari indikator kinerja utama diatas dapat


dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Hal. 41
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
JUMLAH PUSKESMAS YANG TERAKREDITASI TAHUN 2016-2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Jumlah Puskesmas 23 30 130,43 56 103 183,9
yang terakreditasi

Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi Jumlah Puskesmas yang


terakreditasi tahun 2017 adalah 183,9 %, hal ini mengalami peningkatan
dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 130,43 %. Hal ini sangat
dimungkinkan karena ada komitmen bagi Puskesmas sebagai Pemberi
Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dimana
persyaratan akreditasi puskesmas sampai tahun 2019akan menjadi salah
satu syarat credensialing dari BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan
Puskesmas

Permasalahan yang dihadapi :


Secara garis besar tidak terdapat permasalahan, hal ini dibuktikan dengan
capaian tahun 2016 dan 2017 yang melebihi 100 %. Akan tetapi masih
terdapat 136 Puskesmas yang belum terakreditasi dari total 269
Puskesmas. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kurangnya
tim pendamping akreditasi puskesmas di kabupaten terutama untuk
kabupaten yang memiliki puskesmas banyak dan terpencar, pimpinan atau
tim pendamping yang pindah tugas ke tempat lain

Upaya yang harus dilakukan :


Mengadakan pelatihan tim pendamping akreditasi puskesmas 2018,
mengadvokasi kepala daerah untuk tetap berkomitmen mempersiapkan
akreditasi puskesmas melalui penyediaan sarana, prasarana dan tenaga
sesuai Permenkes 75 tahun 2014.

TABEL 3.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


JUMLAH RUMAH SAKIT YANG TERAKREDITASI TAHUN 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Jumlah Rumah 2 2 100 3 12 400


Sakit yang
terakreditasi

Hal. 42
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi Jumlah Rumah Sakit yang
terakreditasi tahun 2017 adalah 300 %, hal ini mengalami peningkatan dari
hasil realisasi tahun 2016 sebesar 200 %. Hal ini sangat dimungkinkan
karena adanya komitmen RS di Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan
program akreditasi Rumah Sakit karena dipersyaratkan untuk dapat
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam memberikan Pelayanan
Kesehatan tingkat lanjut sesuai level pelayanannya. Adanya ketentuan ini
memacu RS Kab/Kota untuk dapat mewujudkan persyaratan akreditasi
sarana pelayanannya karena pelayanan dari peserta BPJS kesehatan
merupakan penghasilan yang utama bagi kebanyak RS.

Akreditasi Rumah Sakit dilaksanakan untuk menilai kepatuhan


rumah sakit terhadap standar yang merupakan standar pelayanan fokus
pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan
pendekatan manajemen resiko di Rumah Sakit.

JUMLAH RUMAH SAKIT TERAKREDITASI


TAHUN 2017

Jumlah Rumah Sakit

Series1; Jumlah Terakreditasi


Rumah Sakit; 73 Belum Akreditasi

Series1;
Terakreditasi; 42 Series1; Belum
Akreditasi; 31

Grafik 5 : Klasifikasi RS di Sumatera Barat yang Terakreditasi dan Belum


terakreditasi Tahun 2017

Permasalahan yang dihadapi :


1. Koordinasi antara pengelola Program Rujukan Dinas Kesehatan
Kab/Kota dan Akreditasi Rumah Sakit Kab/Kota dengan Dinas
Kesehatah Provinsi belum berjalan maksimal. Sedangkan untuk
memobilisasi potensi kegiatan Akreditasi Rumah Sakit masih banyak
kendala.

Hal. 43
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
2. Jaringan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk sektor pemerintah
dan swasta belum optimal. Kemitraan yang telah dibangun belum
menampakan kepekaan, kepedulian dan rasa memiliki terhadap
permasalahan dan upaya dalam penyelenggaraan Akreditasi Rumah
Sakit.
3. Pengorganisasian Akreditasi Rumah Sakit di Kab/Kota masih perlu
diperhatikan keberadaannya, termasuk dana, sarana, peralatan serta
upaya pelaksanaan yang masih rendah.
4. Kebijakan yang terkait dengan Akreditasi Rumah Sakit belum mantap
dan inplementasinya dilapangan belum konsisten, sehingga
pelaksanaan kegiatan Akreditasi Rumah Sakit belum berjalan
maksimal.

Upaya yang harus dilakukan :


1. Perlu komitmen yang kuat antara lintas program sehingga
koordinasi dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
2. Perlu mengoptimalkan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk
sektor pemerintah dan swasta. Kemitraan yang telah dibangun bisa
menampakan kepekaan, kepedulian dan rasa memiliki terhadap
permasalahan dan upaya Penyenggaraan Akreditasi Rumah Sakit
3. Adanya perhatian yang serius terhadap Akreditasi Rumah Sakit di
Kab/Kota, termasuk dana, sarana, peralatan serta upaya
penyelenggaraan Akreditasi sesuai dengan standart yang ada
4. Mengoptimalkan kegiatan Seksi Rujukan Kab/Kota. Memantapkan
kebijakan yang terkait dengan upaya pelaksaanaan Akreditasi
Rumah Sakit dan inplementasinya dilapangan harus konsisten
5. Menghimbau agar mengusahakan adanya dana perbaikan /
pemeliharaan alat dari APBD II.
6. Rujukan Dokter Spesialis sebagian sudah dapat dipenuhi terutama
untuk RSUD Kelas D, sehingga pencapaian rata-rata BOR meningkat
walaupun masih ada beberapa RS Kabupaten Kota yang pencapaian
BOR nya masih berada dibawah nilai yang diharapkan. Untuk itu
rumah sakit Kab/Kota tetap menganggarkan dana APBD II untuk
melaksanakan Rujukan Dokter Spesialis tertentu ke RSUD yang
belum mempunyai Dokter Spesialis, terutama RSUD Mentawai yang
belum mempunyai spesialis.
7. Pembinaan dan bimbingan akreditasi Rumah Sakit oleh tim
Akreditasi. Untuk RS yang belum dan sudah terakreditasi namun
sudah habis masa berlakunya

Tujuan 2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat


melalui peningkatan upaya preventif dan promotif
kesehatan dan pencegahan dan pengendalian
penyakit.

Hal. 44
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat

Dengan indikator sasaran yang terdiri dari :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PREVALENSI STUNTING PADA BADUTA, PERSENTASE IBU BERSALIN
YANG MENDAPATKAN PELAYANAN BERSALIN, DAN PERSENTASE
KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA SESUAI STANDAR TAHUN 2017

SASARAN INDIKATOR TARGET %


NO REALISASI KET
STRATEGIS KINERJA KINERJA CAPAIAN
II Meningkatnya 1. Prevalensi 30,5 19 164
Kesehatan Stunting
Masyarakat (Pendek &
Sangat pendek)
pada Baduta
(bawah dua
tahun)
2. Persentase 79 80 102
ibu bersalin
mendapatkan
pelayanan
persalinan
sesuai standar
di faskes (PF)
3.Persentase 81 86 106
kunjungan
neonatal
pertama (KN1)
sesuai standar

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PREVALENSI STUNTING PADA ANAK BADUTA PADA TAHUN 2016 -
2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Prevalensi stunting 31,7 17,6 180 30,45 18,6 163,71
pada anak baduta

Hal. 45
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi Prevalensi stunting pada anak


baduta tahun 2017 adalah 163,71 %, hal ini merupakan pencapaian yang
sangat baik, namun jika dibandingkan dari tahun sebelumnya maka terjadi
peningkatan prevalensi stunting pada anak Baduta sebanyak 1 %.

Status gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber


daya manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2009) mengemukakan
bahwa anak dengan status gizi baik akan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih kuat, kemampuan belajar yang lebih baik serta produktifitas kerja
yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya gizi kurang tidak
hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian, tapi juga
menurunkan produktivitas, menghambat sel-sel otak yang mengakibatkan
kebodohan & keterbelakangan. Status gizi yang rendah juga akan
berdampak terhadap rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
merupakan indikator status suatu bangsa.

Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita adalah keadaan status gizi


Balita yang diperoleh dengan membandingkan antara balita berstatus
kurang gizi dengan Balita seluruhnya dengan nilai Z Score <-2 SD
(Antropometri WHO). Prevalensi status gizi balita dapat diperoleh melalui
pengukuran Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan atau Panjang Badan
(BB/TB atau BB/PB). Dari ketiga jenis indikator pengukuran status gizi
Balita tersebut, pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan lebih bisa
menggambarkan permasalahan gizi di masyarakat karena Berat
Badan/Tinggi Badan menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti
menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam
keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak
proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus.
Pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan juga dapat
menggambarkan permasalahan gizi yang sifatnya kronis akibat keadaan
yang berlangsung dalam waktu yang lama seperti terjadinya Balita Gemuk
yang diakibatkan oleh pola asuh yang tidak sesuai dengan kebutuhan
anak.

Upaya perbaikan gizi melalui intervensi spesifik yang dilakukan secara


langsung terhadap sasaran yang rawan akan efektif apabila cakupannya
ditingkatkan. Untuk meningkatkan cakupan intervensi gizi diperlukan
adanya dukungan dari sektor lainnya yang dalam hal ini disebut sebagai
intervensi sensitif. Permasalahan yang diselesaikan oleh selain sektor
kesehatan adalah permasalahan mendasar yang mempengaruhi penyebab
langsung kurang gizi, seperti kemiskinan, kerawanan pangan, akses
terhadap pelayanan kesehatan (jaminan sosial), sanitasi dan akses

Hal. 46
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
terhadap air bersih, pendidikan anak usia dini, pemberdayaan
perempuan, pendidikan di dalam kelas, dan perlindungan anak.

Upaya Perbaikan Gizi Spesifik


a) Masalah gizi bersifat antar-generasi dan akibat yang ditimbulkannya
bersifat trans-generasi. Artinya status gizi pada umur tertentu
dipengaruhi oleh status gizi pada umur sebelumnya, artinya status gizi
anak berusia 5 tahun dipengaruhi oleh status gizi pada umur yang
lebih muda, yang selanjutnya dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
perkembangannya di dalam kandungan. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi didalam kandungan ibunya dipengaruhi oleh status
gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilannya. Dengan demikian
status gizi anak berusia 5 tahun merupakan hasil dari proses
pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya, yang dipengaruhi oleh
status gizi ibu pra-hamil, selama hamil, dan usia dini bayi pasca lahir.
Oleh karena itu, mengatasi stunting pada anak balita, tidak cukup
hanya pada periode setelah periode 1000 HPK, tetapi harus secara
komprehensif, termasuk remaja puteri sebagai calon ibu. Oleh karena
masalah gizi berkesinambungan dan lintas generasi, maka
penaganannya tidak bisa terfragmentasi, memerlukan sinergitas dan
koordinasi yang memadai.
b) Indonesia sudah dihadapkan pada beban ganda masalah gizi, yaitu gizi
kurang dan stunting yang prevalensinya masih tinggi, dan gizi lebih
yang prevalensinya semakin tinggi. Beban ganda tersebut tidak hanya
berimplikasi pada status gizi tetapi juga terhadap penyakit. Penyebab
kematian utama di Indonesia telah bergeser dari penyakit infeksi ke
penyakit tidak menular (PTM). Selain itu, masalah PTM tidak hanya
akibat dari masalah gaya hidup, tetapi merupakan akibat dari salah gizi
pada usia 1000 HPK dan pra-kehamilan. Oleh karenanya,
penanganannya semakin kompleks.
c) Masih rendahnya pengetahuan, dan kesadaran gizi masyarakat akan
pentingnya gizi, menyebabkan kurang memadainya pola asuh keluarga.
Hal ini dikarenakan kurangnya cakupan komunikasi dan edukasi gizi
secara berkelanjutan untuk mempromosikan perilaku gizi dan
kesehatan yang benar, seperti pemberian ASI eksklusif untuk bayi 0-6
bulan dan pola pemberian MP-ASI pada bayi dan anak usia dini.
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi perlu dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan yang memerlukan peran aktif
berbagai pemangku kepentingan. Di sisi lain, rendahnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat akan pangan yang aman perlu diperhatikan
sehingga makanan yang dikonsumsi tidak menimbulkan potensi
penyakit.
d) Rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam dan
makanan tinggi lemak serta rendahnya aktivitas fisik pada sebagian
masyarakat, terutama di perkotaan, yang meningkatkan angka berat

Hal. 47
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
badan lebih dan obesitas. Diketahui 93,5 persen masyarakat Indonesia
kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Sementara itu, data Riskesdas
tahun 2013 menunjukkan sebagian besar masyarakat berperilaku
konsumsi berisiko yaitu mengkonsumsi bumbu penyedap (77,3 persen),
makanan dan minuman manis (53,1 persen), dan makanan berlemak
(40,7 persen).

Upaya perbaikan Gizi Sensitif


Untuk meningkatkan cakupan intervensi gizi diperlukan adanya
dukungan dari sektor lainnya yang dalam hal ini disebut sebagai
intervensi sensitif. Permasalahan yang diselesaikan oleh selain sektor
kesehatan adalah permasalahan mendasar yang mempengaruhi penyebab
langsung kurang gizi, seperti kemiskinan, kerawanan pangan, akses
terhadap pelayanan kesehatan (jaminan sosial), sanitasi dan akses
terhadap air bersih, pendidikan anak usia dini, pemberdayaan
perempuan, pendidikan di dalam kelas, dan perlindungan anak.
a) Kebijakan dan program terkait perbaikan gizi masih terfragmentasi
akibat kurangnya gizi spesifik saja tidak dapat menyelesaikan masalah
gizi tanpa adanya intervensi gizi sensitif dan dukungan lingkungan
yang menjadi faktor pemungkin tercapainya perbaikan gizi
b) Kendala dalam diversifikasi konsumsi pangan antara lain : 1) masih
rendahnya pendapatan dan daya beli sebagian masyarakat; 2) masih
terbatasnya ragam komoditas pangan yang ditunjukkan dengan
sumber karbohidrat masyarakat yang masih didominasi oleh beras, 3)
akses pangan yang rendah disebabkan oleh kemiskinan, 4) masih
melembaganya sikap dan kebiasaan konsumen yang belum
mengutamakan kandungan gizi dalam memilih pangan yang
dikonsumsi disebabkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat
terutama ibu atau pengasuh anak dan usia menikah yang terlalu
muda. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan harga dan
sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien serta pendidikan dan
penyuluhan kepada para konsumen.

Beberapa Indikator yang mendukung penjelasan tentang Indikator Kinerja


Utama Prevalensi stunting pada anak baduta adalah Indikator Kinerja
Pembinaan Gizi Masyarakat yang telah dicapai pada tahun 2017 dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Persentase Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan


Dalam upaya mengatasi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita,
telah ditetapkan kebijakan meliputi pencegahan, promosi/edukasi dan
penanggulangan balita gizi buruk dan gizi kurang. Namun masyarakat
dapat pula berperan serta melakukan upaya yang berbasiskan masyarakat
dalam menanggulangi masalah gizi balita yang ada di sekitar mereka.
Penanggulangan kasus gizi buruk yang ditemukan di masyarakat

Hal. 48
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
berbasiskan institusi adalah tatalaksana gizi buruk di Therapeutic Feeding
Center (TFC) yang dilaksanakan di Puskesmas rawatan. Hal ini sesuai
dengan target indikator dimana 100% balita gizi buruk yang ditemukan
harus ditangani dan mendapat perawatan. Kasus balita gizi buruk dirawat
yang dilaporkan selama tahun 2017 adalah 361, kasus terbanyak di kota
Padang (66 orang) dan terendah adalah Kota Padang Panjang (0 orang)
yang dapat dilihat pada grafik berikut:
Kasus Gizi Buruk tahun 2017

400 361
350
300
250
200
150 66 42
100 40 38 28 26 26
50 13 12 10 10 9 8 8 8 7 6 4 -
-

Bukittinggi
Dharmasraya

Sumatera Barat
Padang Pariaman

Payakumbuh

Pasaman

Pariaman
Sijunjung
Padang

Kep. Mentawai

Kab Agam
Sawahlunto
Pasaman Barat

Kota Solok

Solok Selatan
Kab. Solok
Pesisir Selatan

Lima Puluh Kota


Tanah Datar

Padang Panjang
2. Persentase balita yang ditimbang berat badannya
Indikator persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah jumlah
balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan tingkat
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita. Kunjungan balita ke posyandu juga merupakan
realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk promotif sekaligus preventif
guna meningkatkan status gizi dan kesehatan balita.

Pencapaian D/S tahun 2017 Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar


68,9%. Angka ini belum mencapai dari target yang ditetapkan yaitu 86%.
Pencapaian tertinggi di Kab. Pesisir Selatan (85,9%), sedangkan terendah di
Kab. Kepulauan Mentawai (41.7%)

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif


Upaya peningkatan cakupan pemberian ASI Ekslusif dilakukan
dengan berbagai strategi , mulai dari penyusunan kerangka regulasi,
peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI ekslusif. Pada tahun 2014
Peraturan Daerah (PERDA) ASI Provinsi Sumatera Barat sudah terbit

Hal. 49
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
dengan No. 15 Tahun 2014 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Dalam Perda ASI tersebut diatur tanggungjawab pemerintah daerah dalam
pengembangan program ASI, menetapkan kebijakan daerah,
melaksananakan advokasi dan sosialisasi serta pengawasan terkait
program pemberian ASI eksklusif.
Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2017 dalah 67.8% ,
angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 44%. Cakupan
tertinggi di Kota Solok (89.8%) dan terendah di Kota Padang Panjang (56.6

4. Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium


Upaya penangggulangan masalah GAKI mengutamakan kegiatan
promosi garam beryodium. Untuk daerah yang endemik masalah GAKI,
upaya yang dilakukan yaitu menjamin garam yang di konsumsi adalah
garam yang beryodium. Hasil pemantauan garam beryodium rumah tangga
tahun 2017 menunjukkan pencapaian cakupan sebesar 96,5%, angka ini
sudah melewati target yang ditetapkan sebesar 94%. Cakupan tertinggiKota
Solok dan Kota Sawahlunto (100%) dan terendah Mentawai (88,3%). Hanya
Kab. Mentawai yang belum mencapai target.

5. Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A


Strategi penanggulangan kurang vitamin A dilaksanakan secara
konprehensif, terdiri dari pemberian suplementasi kapsul vitamin A dosis
tinggi setiap bulan Februari dan Agustus, penyuluhan gizi seimbang untuk
meningkatkan konsumsi vahan pangan sumber vitamin A dan fortifikasi
pangan.
Pencapaian cakupan Vitamin A pada balita tahun 2017 sebesar
87.0%, angka ini belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 88%.
Pencapaian tertinggi di kab. Agam (97.8%) dan terendah di Kota Bukittinggi
(70.5%).

6. Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)


minimal 90 tablet selama masa Kehamilan
Kegiatan penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil dengan
pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe. TTD merupakan
suplementasi gizi mikro khususnya zat besi folat yang diberikan kepada
ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama hamil. Secara
cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe tahun 2017 sebesar 80.7%.
Angka ini belum memenuhi target yang ditetapkan sebesar 86%, tertinggi
di kota Payakumbuh (97.4%) dan terendah di kab. Kep. Mentawai (49.2%)

Hal. 50
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
7. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat
Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil bertujuan untuk
meningkatkan asupan gizi ibu hamil KEK. PMT diberikan pada awal
trimester kedua kehamilan kepada ibu hamil dari keluarga miskin terutama
di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi.. PMT dilakukan
minimal selama 90 hari berturut-turut . Bentuk PMT dapat berupa PMT
pabrikan maupun PMT berbasis pangan lokal. PMT bentuk pabrikan seperti
biskuit lapis, susu ibu hamil dan bihun.
Secara cakupan ibu hamil Kurang Energi kronik (KEK) tahun 2017
sebesar 84.7%. Angka ini sudah memenuhi target yang ditetapkan sebesar
65%. Kab/kota yang belum mencapai target adalah : Agam (56%),
Bukittinggi (36,2%), dan Kota Solok (25,7%)

8. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan


Penanggulangan kurang gizi pada balita kurus dilakukan dengan
pemberian maknan tambahan (MP-ASI) pada pada anak baduta ( 12 – 24
bln ) dalam bentuk pemberian biskuit MP-ASI. Secara cakupan persentase
balita kurus mendapatkan makanan tambahan tahun 2017 sebesar 77.4%.

9. Persentase remaja puteri mendapat TTD

Anemia Gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang


disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb tersebut. Remaja putri adalah masa peralihan dari anak
menjadi dewasa , ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan
fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi
(umur 10-19 th). Wanita usia subur adalah wanita pada masa atau peroide
dimana dapat mengalami proses reproduksi . Ditandai masih mengalami
menstruasi (umur 15-45 th).

Penanggulangan anemia pada remaja putri yaitu dengan pemberian


tablet tambah darah sebagai persiapan untuk menjadi ibu hamil, karena
wanita yang menikah atau hamil lebih banyak membutuhkan zat besi
untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Akibat kekurangan zat
besi pada ibu hamil antara lain akan mengalami keguguran, BBLR dan
perdarahan, yang menjadi penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan.

Secara cakupan Remaja Puteri mendapat TTD tahun 2017 sebesar


41,9%. Angka ini sudah memenuhi target yang ditetapkan sebesar 20%.
Kab/kota yang belum mencapai target adalah : Kab. Tanah Datar (19.0%),
Pesisir Selatan (17.5%), Mentawai (15.2%) dan Pasaman (7.3%)

Hal. 51
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

10. Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A

Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas sangat berpengaruh


untuk meningkatakan kwalitas vitamin A pada bayi, karena ASI yang
diberikan merupakan sumber utama vitamin A pada bayi pada enam bulan
pertama kehidupan. Pemberian kapsul vitamin A pertama dilakukan segera
setelah melahirkan tablet kedua diberikan sedikitnya satu hari setelah
pemberian tablet pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian.

Pencapaian cakupan Vitamin A pada ibu nifas tahun 2017 sebesar


81.2%, angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 80%.
Pencapaian tertinggi di kota Pariaman (95.8%) dan terendah di kab. Kep.
Mentawai (55.3%)

11. Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD


Inisiasi Menyusu Dini, sebagai proses ketika bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya
sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan
sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI
saja) dan lama menyusui, sehingga diharapkan terpenuhinya kebutuhan
gizi bayi hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.
Pencapaian Persentase bayi baru lahir mendapat IMD tahun 2017
sebesar 78.2%, angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar
41%. Seluruh kab/kota sudah memenuhi target, Pencapaian tertinggi di
Padang Pariaman (93,8%) dan terendah di Bukittinggi (49,0%).

12. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan <
2500 gram)

Berat Badan Bayi Lahir Rendah adalah bayi yang lahir mempunyai
berat badan Kurang dari 2,5 Kg (atau 2500 gram) yang ditimbang pada saat
lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Adanya Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) karena disebabkan Kekurangan gizi pada masa
kehamilan dan akan mempunyai resiko tinggi terhadap kematian pada
umur yang sangat dini atau lebih lanjut cenderung mengalami
pertumbuhan dan perkembangan di bawah normal. Berbagai studi
mengungkapkan bahwa anak yang dilahirkan dengan BBLR mengalami
gangguan fungsi kognitif dan kecerdasan inteletual pada masa usia sekolah
sehingga mengalami kesulitan belajar.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin


merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia

Hal. 52
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
selanjutnya. Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada
konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi,
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi
oleh faktor psikososial ibu hamil.

Pencapaian Persentase bayi dengan BBLR tahun 2017 sebesar 2,1%,


angka ini sudah dibawah target yang ditetapkan sebesar 6.9%. Angka
terendah di Solok Selatan (0,5%) dan tertinggi di Sawahlunto (5.4%).

13. Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS


Penerapan Buku KIA secara benar akan berdampak pada
peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga akan kesehatan ibu dan anak,
menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas serta meningkatkan system survailance, monitoring dan
informasi kesehatan.
Dengan berjalannya waktu dirasakan pemanfaatan Buku KIA belum
optimal dalam mendukung kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan
anak. Belum semua tenaga kesehatan, kader, ibu dan keluarga berperan
sebagaimana yang diharapkan dalam penerapan Buku KIA. Tenaga
kesehatan diharapkan lebih berperan aktif memfasilitasi kader dan
ibu,keluarga/pengasuh anak untuk memahami dan menerapkan isi Buku
KIA. Beberapa studi menunjukan bahwa peningkatan pemahaman dan
penerapan Buku KIA oleh kader dan ibu/keluarga memberi dampak yang
signifikan terhadap peningkatan cakupan pelayanan dan status kesehatan
ibu dan anak
Pencapaian Persentase balita mempunyai buku KMS/KIA tahun
2017 sebesar 91.3%, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan
sebesar 100%. Seluruh kab/Kota belum mencapai target 100%.

14. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya


Untuk meningkatkan status gizi Balita dilakukan dengan memantau
pertumbuhan Balita melalui penimbangan balita yang dilaksanakan setiap
bulannya di semua posyandu. Kegiatan ini, disamping untuk mengetahui
status pertumbuhan balita juga untuk mendeteksi awal penjaringan kasus
gizi buruk. Indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan tersebut
adalah N/D’ yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya
(N) dibandingkan dengan seluruh balita yang datang & ditimbang dikurangi
Balita yang tidak datang pada bulan sebelumnya dan Balita baru ditimbang
pertama kali (D’) diwilayah Posyandu.
Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan untuk meningkatan
cakupan N/D’ adalah melalui Posyandu Paud terintegrasi serta
pelaksanaan Penimbangan Massal secara rutin 1 kali dalam setahun di

Hal. 53
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
seluruh Kabupaten/Kota. Diharapkan dengan integrasi Lintas Program dan
Lintas Sektoral dapat meningkatkan partisipasi masyarakat (D/S)
sertapeningkatan N/D’ karena balita dengan gangguan pertumbuhan dapat
diketahui sedini mungkin untuk dapat diintervensi sehingga pada
kunjungan berikutnya pertumbuhannya akan meningkat yang dapat
diketahui melalui N/D’.
Pencapaian Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
tahun 2017 sebesar 79.7%, angka ini masih dibawah target yang
ditetapkan sebesar 86%. Hanya ada 2 (dua) kab/kota yang sudah
mencapai target : Kota Payakumbuh (87.8%) dan Kab. Solok Selatan (86.1)

15. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T)
Pencapaian Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat
badannya tahun 2017 sebesar 14.4%, angka ini masih belum tercapai
dengan target yang ditetapkan sebesar 8%. Hanya Ada 7 (tujuh) kab/kota
yang sudah mencapai target : Pasaman Barat (5,6%), Padang (7,5%),
Pesisir Selatan (8.6%), Solok Selatan (10.9%), Bukittinggi (11.9%),
Payakumbuh (12.2%) dan Padang Pariaman (12.7%).

16. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua
kali berturut-turut (2T)
Pencapaian Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat
badannya dua Kali berturut turut tahun 2017 sebesar 1.7%, angka ini
sudah tercapai dengan target yang ditetapkan sebesar 2,2%. Ada 7 (tujuh)
kab/kota yang belum mencapai target : Bukittinggi (2.4%), 50 Kota (2.4%),
Mentawai (2.8%), Tanah Datar (2.8%), Dharmasraya (4.1%), Sawahlunto
(5.6%), dan Padang Panjang (7.9%)

17. Persentase balita di Bawah Garis Merah (BGM)


Pencapaian Persentase balita dibawah Garis Merah (BGM) tahun
2017 sebesar 0,6%, angka ini sudah tercapai dengan target yang ditetapkan
sebesar 0,5%. Ada 9 (sembilan) kab/kota yang belum mencapai target : 50
Kota (0.6%), Pariaman (0.7%), Pesisir Selatan (0.7%), Padang Pariaman
(0.7%), Sawahlunto (0,7%), Sijunjung (0,9%), Mentawai (1.0%),
Dharmasraya (1,3%), dan Tanah datar (2.1%).

18. Persentase ibu hamil anemia


Pencapaian Persentase ibu hamil anemia tahun 2017 sebesar 18.1%,
angka ini sudah dibawah target yang ditetapkan sebesar 22%. Ada 7
(tujuh) kab/kota yang belum mencapai target : Pariaman (22.2%), Sijunjung
(24.1%), 50 Kota (26.3%), Pesisir Selatan (27,7%). Pasaman (29,6%),
Pasaman Barat (30.1%) dan Padang Panjang (62.1%).

Pemantauan Status Gizi (PSG)

Hal. 54
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Untuk mengetahui status gizi pada Balita dilakukan dengan
Pemantauan Status Gizi (PSG). PSG merupakan bagian dari monitoring
dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi berupa kegiatan penilaian status gizi
berdasarkan hasil pengukuran antropometri untuk menggambarkan besar
dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis. Metodologi yang
digunakan adalah Cross Sectional atau potong lintang dengan teknik
pengambilan sampel secara random/acak. PSG ini dilakukan oleh tenaga
gizi yang sudah dilatih oleh Tim Ahli dari Poltekes Kementerian Kesehatan
Padang. Alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan ini pada tahun 2010
sampai 2012 bersumber dari APBD dengan sasaran seluruh
kabupaten/kota. Tahun 2013,PSG dilakukan oleh masing-masing
Kabupaten/Kota dengan alokasi anggaran berasal dari APBD
kabupaten/kota atau dari dana BOK, dan tahun 2014 dan
2015pelaksanaan PSG dilakukan dengan alokasi dari APBN Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan laporan hasil PSG
tersebut terlihat penurunan prevalensi gizi kurang berdasarkan Berat
Badan menurut Tinggi Badan. Prevalensi Gizi kurang mengalami
penurunan dari 8,3% pada tahun 2010, 7,3 pada tahun 2011, 6,5 pada
tahun 2012 dan 2013 menjadi 5,9 (target 7) pada tahun 2014 dengan
capaian realisasi tahun 2014 sebesar 115,71%.Prevalensi Gizi Kurang
berdasarkan BB/TB ini mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi
4.8 (target 6.6).

1. Status gizi balita berdasarkan indeks TB/U :


Sementara itu Status gizi balita berdasarkan indeks TB/U (stunting)
menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul akibat
dari keadaan yang berlansung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh
yang tidak tepat, sering menderita penyakit berulang karena higiene dan
sanitasi yang kurang baik Status gizi balita berdasarkan indeks TB(PB)//U
seperti disajikan pada grafik berikut .
2. Status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB :
Sedangkan berdasarkan indeks BB/TB diketahui prevalensi balita
kurus (wasting) sebesar 4,8%, tertinggi di Kab. Mentawai (14,5%) dan
terendah di Kab. Solok Selatan (0,3%). Indeks BB/TB menggambarkan
status gizi yang bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung
dalam waktu pendek , seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau
menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat
turun sehingga tidak persentaseonal lagi dengan tinggi badannya dan anak
menjadi kurus. Salah satu indiator untuk menentukan anak harus dirawat
dalam manajemen gizi buruk adalah indicator sangat kurus

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PREVALENSI IBU BERSALIN MENDAPAT PELAYANAN PERSALINAN
SESUAI STANDAR DI FASYANKES TAHUN 2017

Hal. 55
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Prevalensi ibu 87 86,80 99,77 79 80,3 101,65
bersalin mendapat
pelayanan
Persalinan sesuai
standar di
fasyankes

Tabel diatas memperlihatkan Prevalensi ibu bersalin mendapat pelayanan


Persalinan sesuai standar di fasyankes tahun 2017 adalah 101,65 %, hal
ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 99,77 %.
Pada masa kehamilan, program ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
dan janin yang dikandungnya, dan apabila terdapat komplikasi atau faktor
risiko diupayakan dapat dideteksi secara dini dan dilakukan intervensi.
Kegiatan yang dilakukan meliputi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan antenatal terpadu (HIV, malaria,
gizi, dll), dan pelaksanaan kelas ibu hamil. Pada tahap persalinan dan
nifas, diupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui
pengembangan rumah tunggu kelahiran di daerah dengan akses sulit dan
kemitraan bidan dan dukun untuk daerah dengan proporsi persalinan oleh
dukun masih tinggi. Setelah melahirkan, diupayakan agar setiap ibu
mendapat pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila terjadi
komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu
dirujuk dan mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes dasar
(Puskesmas PONED) maupun fasyankes lanjutan (RS PONEK).
Kematian Ibu menurut ICD 10 didefinisikan sebagai Kematian
seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari akhir
kehamilannya, tanpa melihat usia dan letak kehamilannya yang
disebabkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau diperburuk oleh
kehamilannya atau penanganannya, bukan disebabkan oleh insiden atau
kecelakaan. Secara global, Kematian Ibu disebabkan oleh penyebab
langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi pada masa
kehamilan, pada saat persalinandan pada masa nifas. Penyebab langsung
langsung sangat dipengaruhi oleh Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang
kompeten di Fasilitas Kesehatan yang disebut dengan Persalinan di
Fasilitas Kesehatan (PF). Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
fasilitas kesehatan (PF) adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Informasi
mengenai cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di faskes ini akan
bermanfaat untuk menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan yang sesuai standar. Diharapkan jika semua

Hal. 56
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten terutama jika
dilakukan di fasilitas kesehatan akan mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi yang dikandungnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi. Terjadi peningkatan cakupan persalinan di faskes
dari (79,64%) tahun 2016 meningkat menjadi 80,37% pada tahun 2017,
walaupun masih ada persalinan normal dengan tenaga kesehatan tapi
belum di fasilitas kesehatan, namun sudah di atas target yang ditetapkan
sebesar (79%) dengan cakupan tertinggi di Kota Pariaman (96,77%), dan
terendah di Kabupaten Kepulauan Mentawai (17,28%), sebagai mana
terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik Cakupan Persalinan (PF) Provinsi Sumatera Barat


Tahun 2017

Cakupan Persalinan di Faskes


Di Prov Sumatera Barat Tahun 2017
100,00 96,77 96,71 96,39 95,67 92,72 91,25 89,94 89,86
80,37 78,32 77,95 75,69 74,85 74,62
73,12 72,32 71,66 70,30
80,00 65,09
60,00
40,00
17,28
20,00
0,00

Di Provinsi Sumatera Barat secara rata-rata cakupan persalinan oleh


tenaga kesehatan (linakes) dari tahun ketahun menunjukan peningkatan
secara bermakna, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, trend
peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (linakes) setiap
tahunnya mulai dari 86% pada tahun 2011, menjadi 88.25 % tahun 2012,

Hal. 57
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
89.00 % pada tahun 2013, 90.02 % pada tahun 2014 dan menjadi 90.0%
pada tahun 2015 namun terjadi penurunan menjadi 83.3% pada tahun
2017, seperti terlihat pada grafik dan grafik dibawah ini :

Grafik.2.5
Trend Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011-2016

92
90 90,02 90
89
88 88,25
86 86
84
83,24
82
80 80,3
78
76
74
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data: Laporan Kabupaten Kota Tahun 2011-2015

Masih rendahnya persalinan oleh tenaga kesehatan di beberapa


kabupaten/kota, karena masih adanya dukun yang menolong persalinan,
adanya kepercayaan masyarakat, sedangkan di Kabupaten Mentawai
disebabkan faktor geografis dan terbatasnya tenaga kesehatan strategis
seperti bidan di daerah pelosok sehingga persalinan masih dilakukan oleh
dukun (Sikerei).

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh


tenaga kesehatan adalah :
1. Meningkatkan akses pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB
melalui penempatan bidan desa dan bidan jorong.
2. Melengkapi sarana dan prasarana.
Saat ini di Sumatera Barat terdapat 264 Puskesmas (172 non rawatan,
92 dengan fasilitas rawatan) dengan 907 unit Puskesmas Pembantu
dan 2379 unit Pos Kesehatan Desa/Nagari/Kelurahan, 64 rumah sakit
(38 rumah sakit swasta, 26 rumah sakit pemerintah) yang tersebar di
19 Kabupaten/Kota. Disamping itu sebanyak 87 puskesmas rawatan
sudah mampu PONED dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk
gawat darurat pada ibu dan bayi baru lahir (PONEK).
3. Untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi sedini mungkin kelainan
pada ibu hamil, tahun 2015 Dinas Kesehatan melalui dana Dekon

Hal. 58
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
melengkapi alat deteksi bumil Risiko Tinggi untuk 1340 bidan di desa
tertingal/terpencil
4. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-pelatihan
dan pertemuan/seminar.
Saat ini, jumlah dokter umum di Puskesmas dan Dinas Kesehatan se-
Sumatera Barat adalah 508 orang, di rumah sakit sebanyak 268 orang,
tenaga bidan berjumlah 4968 orang, perawat 3462 orang, dokter
spesialis anak 54 orang, dokter spesialis Obgyn 65 orang Sedangkan
tenaga kesehatan yang sudah dilatih adalah:
a. Bidan terlatih Asuhan Persalinan Normal sebanyak 974 orang.
b. Bidan, dokter dan perawat mampu PONED sebanyak 363 orang.
c. Bidan mampu PONEK sebanyak 58 orang.
5. Kemitraan bidan dukun.
Dengan kemitraan bidan dengan dukun diharapkaan dapat
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, karena
dengan kemitraan tersebut, dukun diharapkan dapat memotivasi ibu
hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan &
melahirkan di fasilitas kesehatan dengan didampingi oleh dukun.
6. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
yang melibatkan seluruh unsur yang ada di masyarakat dalam
perencanaan persalinan bagi ibu hamil, terkait tempat Ibu akan
melahirkan, perencanaan transportasi dan alokasi dana jika si Ibu
hamil akan dirujuk dll. Saat ini seluruh kabupaten/kota telah
melaksanakan program P4K.

7. Pembentukan Kelas Ibu hamil.


Kelas Ibu hamil sudah terbentuk di 264 Puskesmas di Sumatera Barat.
Kelas ibu hamil ini melibat suami/keluarga dengan tujuan supaya
suami/keluarga dapat memastikan ibu hamil telah mendapatkan
pelayanan yang sesuai standar dan melahirkan di fasilitas kesehatan
8. Pendampingan Ibu hamil Risti oleh Kader
Tahun 2015, pendampingan Ibu Hamil Risti difokuskan di 3
Kabupaten/Kota yaitu Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan dan
Pasaman Barat.

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PREVALENSI KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) SESUAI
STANDART
TAHUN 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Prevalensi 87 87,10 100,11 81 84,67 104,53
kunjungan

Hal. 59
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
neonatal pertama
(KN1) sesuai
standart

Tabel diatas memperlihatkan Prevalensi kunjungan neonatal pertama (KN1)


sesuai standar tahun 2017 adalah 104,53 %, hal ini mengalami
peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 100,11%.

Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) adalah cakupan neonatus


yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 Jam setelah lahir
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini merupakan
indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan program
penurunan AKB karena bayi baru lahir merupakan kelompok usia yang
sangat sensitif terhadap berbagai kondisi yang terjadi disekitarnya seperti
penyakit menular, kecukupan gizi serta perubahan yang terjadi disekitar
lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal yang sangat erat kaitannya
dengan status sosial orang tua si bayi. Kondisi ini mengakibatkan bayi baru
lahir rentan terhadap penyakit yang dapat berakibat terjadinya kematian.
Indikator ini juga menunjukkan akses atau jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal. Cakupan KN1 di Sumatera Barat berdasarkan laporan
rutin dari kabupaten kota telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu
85,85% dari target 81%, meningkat sebesar 1,35% dari pencapaian tahun
2016 (84,50%)

Grafik Cakupan Kunjungan Neonatusl Pertama (KN1)


Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

Hal. 60
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Cakupan Kunjungan Neonatus Pertama (KN) per Kab/Kota


Di Prov Sumatera Barat Tahun 2017
100,0099,89 99,80 99,54 99,27 96,79 96,08
93,55 90,97
100,00 87,48 85,85
90,00 81,59 81,52 81,34 78,26 77,81
75,04
80,00 70,65 68,26
70,00 53,94
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

Berdasarkan grafik diatas, cakupan Kunjungan Neonatus yang pertama


(KN1) tertinggi adalah Padang (100%), dan terendah adalah Kabupaten
Mentawai (53,94%). Ada 6 (enam) Kab/Kota yang cakupannya di bawah
target yaitu, Kab Sijunjung (78,26%), Kab Pasaman Barat (77,81%), Kab
Agam (75,04%), Kab Dharmasraya (70,65%), Kab Tanah Datar (68,26%) dan
Kep Mentawai (53,94%). Rendahnya cakupan KN1 ini antara lain
disebabkan karena keterbatasan geografis dan keterbatasan tenaga
kesehatan di daerah Kep Mentawai dan kurangnya pemahaman definisi
operasional oleh petugas kesehatan yang baru sebagai pengelola kesehatan
dan belum terlatihnya petugas kesehatan dalam pemakaian form MTBM
dalam melakukan kunjungan neonatal.

Berdasarkan laporan rutin dari kabupaten/kota, cakupan pelayanan


neonatus yang pertama (KN1) telah mengalami peningkatan dari 87,32%
pada tahun 2010, menjadi 88% pada tahun 2011, namun tahun 2012
terjadi sedikit penurunan menjadi 87,95 % dan tahun 2013 kembali
meningkat menjadi 91,14% kemudian tahun 2014 menjadi 91,59% dan
tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 90.85 % serta pada tahun 2017
terjadi penurunan menjadi 84.0 %, namun jika dibandingkan dengan
target yang ditetapkan tahun 2017 capaian cakupan sudah melebih target
tersebut, seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Hal. 61
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Grafik
Trend Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 – 2017

95
91,14 91,59 90,85
90
88 87,95 88
85 86
84 84
82 Target KN1
80 80 80,5 81
78 KN1
75

70
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data: Laporan Kabupaten Kota Tahun 2011-2017

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Cakupan Pelayanan


Neonatus pertama (KN1) adalah:
1. Meningkat akses pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB
melalui penempatan bidan desa dan bidan jorong.
2. Melengkapi sarana dan prasarana. Saat ini di Sumatera Barat terdapat
264 Puskesmas (172 non rawatan, 92 dengan fasilitas rawatan) dengan
907 unit Puskesmas Pembantu dan 2379 unit Pos Kesehatan
Desa/Nagari/Kelurahan, 64 rumah sakit (38 rumah sakit swasta, 26
rumah sakit pemerintah) yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota.
Disamping itu sebanyak 87 puskesmas rawatan sudah mampu PONED
dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk gawat darurat pada
ibu dan bayi baru lahir (PONEK).
3. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-pelatihan
dan pertemuan/seminar seperti Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi
Muda/Balita Sakit, Pelatihan Asfiksia BBLR, Pelatihan Penanganan
Bayi Baru Lahir, Pelatihan Neonatal Essensial, Pelatihan Skrining
Hypothiroid Kongenital, Pelatihan manajemen KIA dll.
4. Pembiayaan kunjungan neonatus melalui dana BOK
5. Pelaksanaan Kelas Ibu hamil
Pada kegiatan kelas Ibu Hamil, disamping pembelajaran tentang
kesehatan ibu selama hamil, juga memuat materi tentang perawatan
bayi baru lahir dan neonatus. Dengan meningkatnya pengetahuan
tentang perawatan BBL tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran ibu dan keluarga memeriksakan kesehatan bayinya.
6. Pemberian buku KIA bagi ibu hamil dan memanfaatkannya untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dari dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun.

Hal. 62
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
7. Meningkatkan Peran serta Organisasi Profesi dalam pemantaun
kualitas pelayanan terhadap bayi baru lahir.
8. Peningkatan peran serta Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh
masyarakat melalui kader sahabat ibu dan lain-lain.

Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan


persalinan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan (PF) dan KN1
bagi Kab/kota yang belum mencapai target adalah :
1) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kes. Ibu, bayi baru lahir
melalui pendekatan siklus kehidupan dengan Fokus pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (1000 HPK) melalui:
a. Pemenuhan tenaga strategis sampai ke perifer melalui
penempatan Bidan Jorong, Program Nusantara Sehat untuk
daerah terpencil (Kepulauan Mentawai).
Saat ini, jumlah dokter umum di Puskesmas dan Dinas
Kesehatan se-Sumatera Barat adalah 508 orang, di rumah sakit
sebanyak 268 orang, tenaga bidan berjumlah 4968 orang,
perawat 3462 orang, dokter spesialis anak 54 orang, dokter
spesialis Obgyn 65 orang
b. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-
pelatihan dan pertemuan/seminar. Tenaga kesehatan yang sudah
dilatih adalah:
• Bidan terlatih Asuhan Persalinan Normal sebanyak 974 orang.
• Bidan, dokter dan perawat mampu PONED sebanyak 363
orang.
• Bidan mampu PONEK sebanyak 58 orang.
• Nakes terlatih tatalaksana asfiksia BBLR sebanyak 1727 orang
c. Melengkapi sarana dan prasarana.
Saat ini di Sumatera Barat terdapat 264 Puskesmas (172 non
rawatan, 92 dengan fasilitas rawatan) dengan 907 unit
Puskesmas Pembantu dan 2379 unit Pos Kesehatan
Desa/Nagari/Kelurahan, 64 rumah sakit (38 rumah sakit swasta,
26 rumah sakit pemerintah) yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota.
Disamping itu sebanyak 87 puskesmas rawatan sudah mampu
PONED dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk gawat
darurat pada ibu dan bayi baru lahir (PONEK).
Untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi sedini mungkin
kelainan pada ibu hamil, tahun 2015 Dinas Kesehatan melalui
dana Dekon telah melengkapi alat deteksi bumil Risiko Tinggi
untuk 1340 bidan di desa tertingal/terpencil
2) Penguatan Sistem Rujukan Maternal Neonatal.
Dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi baru
lahir, perlu dilakukan pemantapan sistem jejaring rujukan maternal
neonatal di kabupaten/kota. Penguatan sistem rujukan maternal
neonatal ini dilakukan mengadop Program EMAS (Expanding

Hal. 63
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Maternal dan Nonatal Survival) dari kementerian Keshatan RI.
Penguatan sistem rujukan ini merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Gubernur Nomor 39 tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Sistem Rujukan Kesehatan. Tahun 2017, pemantapan
Sistem Rujukan di Kabupaten 50 Kota

3) Membangun kemiteraan yang efektif


Peningkatan Cakupan PF dalam rangka menurunkan AKI & AKB
memerlukan penguatan dari mitra bestari kesehatan. Kemiteraan
tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan organisasi profesi,
LSM dan Perguruan Tinggi pada berbagai kegiatan seperti dengan
POGI (perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia), IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesia, IDI (Ikatan Dokter Indonesia), IBI (Ikatan
Bidan Indonesia), dengan LSM (PKK, PKBI dll), Perguruan Tinggi
Kesehatan (Poltekes, UNAND) dll . Kegiatan ini juga dipererat melalui
MOU seperti MOU Ketua Umum PKK Propinsi Sumatera Barat
dengan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan Ketua
IBI cabang Propinsi Sumatera Barat.Dengan Organisasi profesi
seperti POGI, IDAI, IDI, IBI, PPNI bentuk kerjasama yang telah
dilakukan adalah melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
serta melalui bakti sosial di Kabupaten/Kota dengan permasalahan
kesehatan ibu dan anak.
Disamping itu, juga dilakukan kemitran bidan dengan dukun.
Dengan kemitraan bidan dengan dukun diharapkan dapat
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, karena
dengan kemitraan tersebut, dukun diharapkan dapat memotivasi ibu
hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan &
melahirkan di fasilitas kesehatan dengan didampingi oleh dukun.
4) Pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.
Pemberdayaan perempuan , keluarga dan masyarakan dilakukan
melalui:
a. Pembentukan kelas ibu
Kelas Ibu sudah terbentuk di 264 Puskesmas di Sumatera Barat
dengan total klas ibu sebanyak 2606. Kelas ibu hamil ini melibat
suami/keluarga dengan tujuan supaya suami/keluarga dapat
memastikan ibu hamil telah mendapatkan pelayanan yang sesuai
standar dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Tahun 2017 sudah
dilakukan pelatihan Kelas Ibu yang sudah direvisi terhadap
fasilitator kelas ibu di 19 Kabupaten/kota.

b. Pemantauan Terhadap Pemantapan Program Perencanaan


Persalinan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Tahun 2017 dengan alokasi Dana Dekon, dilakukan pemantauan
pemantapan Program P4K dengan menunjuk 7 Kabupaten sebagai
Percontohan yaitu Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Solok

Hal. 64
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Selatan, Solok, Dharmasraya, Lima Puluh Kota, Sijunjung.
Pembentukan Nagari Peduli Ibu dan Nagari Peduli Keluarga.di 7
kabupaten Kota yaitu Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Solok
Selatan, Solok, Dharmasraya, Lima Puluh Kota, Sijunjung.

c. Kader Pendamping Keluarga


Tahun 2017, pendampingan Ibu Hamil Risti difokuskan di 3
Kabupaten/Kota yaitu Kab Pasaman, Kab Lima Puluh Kota dan
Kab Sijunjung.
5) Penguatan manajemen program Gzi & KIA melalui pertemuan-pertemuan
yang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat

Beberapa indikator yang dapat memberikan penjelasan tentang Indikator


kinerja utama pada sasaran peningkatan kesehatan masyarakat antara lain
:

1. Pencapaian Indikator Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan
pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain
seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain, per 100.000 kelahiran hidup.
AKI merupakan salah satu indikator dari derajat kesehatan yang
juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium (MDGs) yaitu tujuan MDGs 5a yakni Menurunkan
Angka Kematian Ibu hingga 3/4 dalam kurun waktu 1990-2015 dimana
ditargetkan AKI pada tahun 2015 sebesar 102/100.000 KH.
Angka Kematian Ibu ditetapkan berdasarkan hasil survey yang
dilakukan oleh BPS setiap 5 (lima) tahun sekali.
Jika dilihat perkembangan AKI dari tahun ke tahun di Indonesia
cendrung mengalami penurunan, pada tahun 1994, AKI sebesar
394/100.000 KH, berdasarkan data SDKI 2007, AKI sebesar 228/100.000
KH, SDKI tahun 2012, AKI sebesar 359/100.000 KH, namun SDKI 2012
tersebut tidak melakukan perhitungan AKI per Provinsi di Indonesia,
sedangkan berdasarkan data WHO tahun 2010, AKI di Indonesia sebesar
220/100.000 KH, namun angka tersebut masih jauh dibawah target
Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015
yaitu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup.

Jika dilihat dengan jumlah kematian ibu dari tahun ke tahun


berdasarkan data dari Kabupaten/Kota terjadi penurunan, pada tahun
2011 jumlah kematian sebanyak 129 kasus, pada tahun 2012 jumlah
kematian menurun sebanyak 104 kasus, pada tahun 2013 turun sebanyak
90 kasus, pada tahun 2014 jumlah kematian naik menjadi 116 kasus dan
pada tahun 2015 turun kembali menjadi 110 kasus dan pada tahun 2017

Hal. 65
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
kembali naik menjadi 113 kasus seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik
Trend Penurunan Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 – 2017

140
129
120 116
110 108 113
100 104
90
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data: Laporan Profil Kesehatan Kabupaten Kota

Upaya dalam menurunkan angka kematian Ibu dan bayi harus


dilaksanakan secara komprehensif dan saling berkaitan untuk itu
penjelasan upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah dalam menurunkan
AKI dan AKB dijelaskan pada analisis upaya penurunan angka kematian
Bayi sebagaimana analisa berikut ini.

Analisis Pencapaian Indikator Menurunnya Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia
dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau
dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).
AKB ditetapkan melalui survey yang dilakukan setiap 5 (lima) tahun
sekali oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Angka kematian bayi merupakan

Hal. 66
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di
suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap
keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat
kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi.
Disamping itu, AKB merupakan salah satu indikator yang
berpengaruh terhadap Umur Harapan Hidup yang nantinya akan
menentukan derajat kesehatan dan merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu MDGs 4 yaitu
mengurangi kematian Bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Indonesia dari tahun ke tahun sudah
mengalami penurunan, menurut hasil SDKI 2007 dari 34/1000 KH
menjadi 32/1000 KH pada tahun 2012 (SDKI tahun 2012).
Sedangkan Angka Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Barat
dibandingkan Provinsi lain di Indonesia sudah memperlihatkan penurunan
yang cukup bermakna yakni dari 47/1000 KH pada tahun 2007 menjadi
27/1000 KH pada tahun 2012, meskipun secara target yang telah
ditetapkan hanya mencapai 85,19%.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan kematian


ibu dan bayi tersebut. Kebijakan teknis yang dilakukan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat dalam upaya menurunkan kematian ibu, bayi dan
balita adalah:
1. Meningkatkan universal access dan coverage untuk pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB)
2. Intervensi prioritas untuk mengatasi penyebab utama kematian ibu,
bayi dan balita
3. Mendorong persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi PONEK
(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif) dan PONED
(Pelayanan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Dasar)
5. Meningkatkan kualitas in service training dan distribusi tenaga
kesehatan: bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap), perawat, dokter PTT
(dokter dengan kewenangan tambahan), dokter spesialis (tugas belajar,
pengiriman residen, sister hospital)
6. Meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan: obat program
dan bahan habis pakai, sarana/alat PONED dan PONEK
7. Menerapkan standar pelayanan kesehatan di Poskesdes/Polindes,
Pustu (Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit).
8. Memberdayakan keluarga dam masyarakat dalam KIA untuk
meningkatkan health care seeking.
9. Pengaturan taskshifting dan perlindungan hukum bagi tenaga
kesehatan.
10. Peningkatan pemanfaatan pembiayaan kesehatan yang ada melalui
dana dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Dana Alokasi Khusus,
Jamkesmas dan Jampersal.

Hal. 67
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
11. Penguatan jejaring KIA.
12. Peningkatan kerja sama dengan organisasi profesi, LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat), Perguruan Tinggi dan swasta.

Sasaran Strategis Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


2.

Dengan indikator sasaran : Jumlah Kabupaten/Kota Yang Mencapai 80 %


Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 0-11 Bulan, sasaran strategi ini
terlihat pada tabel dibawah ini :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MENCAPAI 80 % IMUNISASI DASAR
LENGKAP PADA ANAK USIA 0 – 11 BULAN TAHUN 2017

SASARAN INDIKATOR TARGET %


NO REALISASI KET
STRATEGIS KINERJA KINERJA CAPAIAN
II Meningkatnya Jumlah 9 11 122
Pencegahan Kabupaten/
dan Kota Yang
Pengendalian Mencapai 80 %
Penyakit Imunisasi Dasar
Lengkap Pada
Anak Usia 0 - 11
Bulan

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MENCAPAI 80 % IMUNISASI DASAR
LENGKAP PADA ANAK USIA 0 -11 BULAN TAHUN 2017

Indikator 2016 2017


Kinerja Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Jumlah 8 9 112,5 9 11 122
Kabupaten/Kota
yang mencapai

Hal. 68
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
80 % imunisasi
dasar lengkap
pada anak usia
0 -11 bulan
tahun

Tabel diatas memperlihatkan Jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai 80 %


imunisasi dasar lengkap pada anak usia 0 -11 bulantahun 2017 adalah 122
%, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar
112,5%.

1. Pencapaian Imunisasi Dasar Lengkap


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Imunisasi, bahwa imunisasi merupkan hak
anak, imunisasi diberikan kepada anak usia 0 – 11 bulan, yang
dilanjutkan dengan booster pada usia 18 – 24 bulan, dan dilanjutkan
dengan imunisasi anak sekolah. Target Imunisasi Dasar Lengkap secara
nasional Tahun 2017 adalah 92%, Cakupan imunisasi dasar lengkap
Sumatera Barat Tahun 2017 adalah 81,4%, sedangkan cakupan
nasional 84,3%. Jika dibandingkan dengan cakupan Tahun 2016 yaitu
78,9%, angka cakupan tahun 2017 lebih tinggi. Cakupan imunisasi
belum dapat memenuhi target nasional maupun target RPJMD hal ini
disebabkan masih ada masyarakat yang belum mau memberikan
imunisasi terhadap anaknya karena kesadaran akan pentingnya
imunisasi masih belum optimal, ada permasalahan tentang halal dan
haram imunisasi serta adanya kelompok anti vaksin.

Hal. 69
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Analisis Pencapaian Indikator Meningkatnya Cakupan Imunisasi dasar
lengkap bayi usia 0 – 11 bulan
Cakupan Imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan adalah Jumlah bayi
usia 0 – 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dibagi jumlah
sasaran bayi pada wilayah tertentu dikali 100
Data pencapaian indikator ini diperoleh dari laporan bulanan kabupaten
kota secara elektronik dalam Soft Ware Pelaporan Imunisasi, yang
berjenjang dari puskesmas sampai ke pusat dan kemudian dilakukan
validasi per triwulan dalam pertemuan monitoring dan evaluasi.
Tujuan program imunisasi adalah untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Tujuan ini baru dapat terwujud jika cakupan
imunisasi dasar lengkap bayi 0-11 bulan dapat tercapai.
Di Provinsi Sumatera Barat capaian realisasi cakupan imunisasi
dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari tahun ketahun menunjukan
fluktuasi, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, trend capaian
realisasi cakupan setiap tahunnya mulai dari 89% pada tahun 2011, pada
tahun 2012, capaiannya tetap pada 89 %, tahun 2013 naik menjadi 91%
pada tahun 2014, turun menjadi 85.90% dan pada tahun 2015 ini turun
lagi menjadi 74.46%, namun tahun 2016 meningkat menjadi 82,85 % dan
2017menjadi 81,4 % seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik
Trend Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Bayi usia 0-11
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2017

100
89 89 91
85,9 82,85 81,4
80
74,6
60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber Data: Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2016

Salah satu penyebab rendahnya pencapaian imunisasi lengkap ini


adalah karena kebijakan Kemenkes untuk menggunakan data Pusdatin
sebagai pembagi (denominator) sedangkan jumlah sasaran tersebut berbeda
dengan pendataan kabupaten kota, jika dibantingkan dengan pencapaian

Hal. 70
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
hasil pendataan adalah 80.5% (81.759 dari 102.040 anak terimunisasi
lengkap).
Dalam mencapai indikator cakupan imunisasi dasar lengkap bayi 0-
11 bulan, terdapat indikator-indikator penilaian per antigen yaitu HbO,
kontak pertama, dan kontak lengkap.
Untuk cakupan imunisasi Hepatitis B0 diberikan pada bayi 0-7 hari,
yang memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh
virus hepatitis B mencapai 77,9% (target 80%).
Untuk cakupan imunisasi kontak pertama (target 95%), BCG: 81,2%,
Polio 1: 82,0%, DPT-HB1: 84,0%. Untuk cakupan imunisasi kontak lengkap
(Target 90%), Polio 4: 80,3%, DPT-HB3: 80,9%, Campak: 77,9%. Keenam
cakupan antigen ini tidak mencapai target disebabkan karena mitos bahwa
anak kecil tidak boleh keluar rumah dan disuntik, di samping itu isue
halal-haram dan tidak efektifnya imunisasi masih menurunkan
mempengaruhi capaian imunisasi kontak pertama tahun ini. Namun jika
dibandingkan dengan capaian 2014 capaian tahun ini sudah jauh
meningkat. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengcounter ise negatif
imunisasi di masyarakat kita sepanjang tahun ini sudah mulai
menunjukkan hasil. Perlahan cakupan imunisasi Sumatera Barat mulai
berjalan mendekati target kembali.

Kegiatan dan inovasi dalam usaha pencapaian target indikator program di


2017:
1) Melaksanakan refreshing dan update informasi terkait imunisasi
kepada jurim koordinator dan bidan desa
2) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan coldchain imunisasi kepada
DPS dan pengelola RS swasta dalam upaya menjaga kualitas vaksin
3) Melakukan talkshow TV dan radio spot tentang pentingnya imunisasi,
imunisasi lanjutan dan vaksin pentavalen untuk memperluas
jangkauan sosialisasi bagi masyarakat umum.
4) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta melalui
imunisasi rutin dan terus menerus yang dilakukan pada periode
waktu yang telah ditentukan berdasarkan kelompok usia sasaran,
imunisasi rutin dibagi menjadi : rutin pada bayi, wanita usia subur,
dan anak sekolah
5) Mengadakan Pekan Posyandu Tingkat Provinsi Sumatera Barat untuk
kembali mengkampanyekan dan membangun kesadaran dan peran
serta masyarakat akan pentingnya posyanduu
6) Membangun kemitraan dan jejaring kerja
7) Menjamin ketersediaaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai
vaksin dan alat suntik
8) Menerapkan sistem pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk
menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan
9) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih
10) Pelaksanaan sesuai dengan standard

Hal. 71
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
11) Memanfaatkan perkembangan methoda dan tekhnologi yang lebih
efektif berkualitas dan efisien
12) Advokasi, fasilitasi dan pembinaan program terutama dalam hal
pemetaan masalah capaian program dan kualitas data imunisasi per
kab/kota melalui kegiatan Data Quality Assesment (DQS), Efecttive
Vaksin Supply Management (EVSM) dan supervisi suportif imunisasi.
13) Sosialisasi dan advokasi penerapan kebijakan vaksin pentavalen (DPT
–Hb-Hib) dan imunisasi tambahan di 2017

Kendala dalam pelaksanaan program adalah:


1) Komitmen daerah tentang pentingnya imunisasi masih rendah di
beberapa kabupaten/kota
2) Menurunnya motivasi petugas
3) Dukungan dana terhadap program imunisasi semakin berkurang
4) Masih rendahnya peran lintas sektor dan lintas program terhadap
program imunisasi
5) Kunjungan ke posyandu relatif menurun terutam di daerah perkotaan
6) Promosi aktif terhadap program imunisasi mulai ditinggalkan di
beberapa daerah karena dianggap program rutin dan program lama
7) Sistim Pencatatan dan Pelaporan khususnya untuk skreening status
TT bumil dan WUS dilapangan belum optimal.
8) Cakupan BIAS yang tidak mencapai target
9) Masih berkembangnya isue halal haram dan vaksin inefektif
dibeberapa wilayah yang menurunkan kepercayaan dan keinginan
masyarakat untuk memberikan imunisasi dasar kepada bayi mereka.

Upaya yang sudah dilakukan saat ini untuk memecahkan masalah yang
ada adalah:
1) Validasi data jumlah sasaran per Jorong/Desa/Kelurahan dan
membandingkan dengan pencapaian akhir tahun 2015 ( angka
absolut).
2) Penyebaran luasan informasi lebih awal kepada orang tua murid
tentang manfaat Imunisaisi DT dan Campak dan TT sehingga pada
saat pelaksanaan BIAS tidak ada alasan orang tua murid menolak
anaknya untuk diimunisasi.
3) Mengalokasikan dana swepping untuk imunisasi rutin dan BIAS.
4) Perencanaan program yang melibatkan Pemda Kab/Kota khusunya
dalam mengalokasikan anggaran.
5) Memprioritaskan kegiatan tambahan dan memperkuat kegiatan rutin
6) Kesepakatan dengan program KIA agar pencatatan Status T bagi
Bumil & WUS agar mengacu ke pencatatan TT5 dosis.
7) Meningkatkan promosi tentang imunisasi
8) Refreshing kemampuan teknis petugas secara bertingkat

Hal. 72
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
9) Mengampanyekan kembali manfaat vaksinasi ke masyarakat dengan
menggandeng rokoh-tokoh agama dan masyarakat lainnya
10) Membuat suatu kebijakan/peraturan daerah/edaran/himbauan yang
mewajibkan orang tua memberikan hak anak untuk mendapat
imunisasi
11) Advokasi, fasilitasi dan pembinaan program terutama dalam hal
pemetaan masalah capaian program dan kualitas data imunisasi per
kab/kota melalui kegiatan Data Quality Assesment (DQS), Efecttive
Vaksin Supply Management (EVSM) dan supervisi suportif imunisasi.

Tujuan 3. Meningkatkan Keikutsertaan Masyarakat Dalam


Program Jaminan Kesehatan Nasional

Sasaran Strategis Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan


1.

Dengan indikator sasaran : Persentase Masyarakat Yang Memiliki Jaminan


Kesehatan, capaian dari sasaran ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PERSENTASE MASYARAKAT YANG MEMILIKI JAMINAN KESEHATAN
TAHUN 2017

SASARAN INDIKATOR TARGET REALI- %


NO KET
STRATEGIS KINERJA KINERJA SASI CAPAIAN
I Meningkatnya Persentase 70 71 101
Kepesertaan Masyarakat Yang
Jaminan Memiliki
Kesehatan Jaminan
Kesehatan
Capaian kinerja dari indikator kinerja utama diatas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PERSENTASE MASYARAKAT YANG MEMILIKI JAMINAN KESEHATAN
TAHUN 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Persentase 73,96 69,27 93,66 70 73,52 105,02
masyarakat yang
memiliki jaminan
kesehatan

Hal. 73
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Tabel diatas memperlihatkan Persentase masyarakat yang memiliki jaminan


kesehatan tahun 2017 adalah 105,02 %, hal ini mengalami peningkatan
dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 93,66%.
Dalam mencapai indikator kinerja maka ditetapkan program dan kegiatan
agar pencapaian target tepat sasaran. Untuk Menuju Universal Coverage
JPKM maka ditetapkan dengan Indikator Kinerja Program Persentase
masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan pada sumber dana APBD
Bantuan Keuangan untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan bagi
Masyarakat Miskin dengan indikator Persentase PBI yang tercover Jaminan
Kesehatan. Kegiatan ini secara umum merupakan upaya meningkatkan
akses masyarakat miskin dan tidak mampu terhadap pelayanan kesehatan.
Secara khusus tujuannya adalah agar tersedianya biaya pelayanan
kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Daerah Provinsi Sumatera
Barat di kabupaten/Kota. Kegiatan ini juga ditunjang secara sinergisoleh
Program Manajemen Kesehatan

3.1.1. Sasaran Strategis 5. Meningkatnya Penduduk Yang Mempunyai


Jaminan Kesehatan
Dalam pencapaian sasaran strategis Meningkatnya Penduduk yang
mempunyai Jaminan Kesehatan diidentifikasikan dengan 1 (satu) Indikator
Kinerja Utama yaitu : Penduduk yang mempunyai Jaminan Kesehatan.
Persentase Penduduk yang mempunyai Jaminan Kesehatan adalah
jumlah penduduk yang mempunyai kaminan kesehatan dibagi jumlah
keseluruhan penduduk pada kurun waktu tertentu dilkali 100 .
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yg diberikan
kepada setiap orang yg telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial diselenggarakan
Jaminan Kesehatan Nasional terhitung 1 Januari 2014. Berdasarkan hal
tersebut Program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato berintegrasi
dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional melalui kebijakan Peraturan
Gubernur Nomor 50 Tahun 2014 tentang Integrasi Jaminan Kesehatan
Sumatera Barat Sakato ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional melalui
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Program Jamkesda telah dilaksanakan sejak tahun 2007
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 40 Tahun 2007 dan
ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato.
Sesuai dengan roadmap Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden

Hal. 74
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan bahwa target
pencapaian jaminan kesehatan semesta (Indonesian Total Coverage) yaitu
tahun 2019. Sehingga Propinsi Sumatera Barat merubah target RPJMD
yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menyesuaikan dengan
pentahapan Nasional.
Di Provinsi Sumatera Barat secara rata-rata Cakupan penduduk
yang mempunyai jaminan kesehatan dari tahun ketahun menunjukan
peningkatan secara bermakna, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota,
trend peningkatan cakupan setiap tahunnya mulai dari 53.8% pada tahun
2011, menjadi 65.07 % tahun 2012, 70.16 % pada tahun 2013, 73.52 %
pada tahun 2014 dan menjadi 75.55% pada tahun 2015, tahun 2017
menjadi 69.14% seperti terlihat pada grafik dan grafik dibawah ini :

Grafik
Trend Cakupan penduduk yang mempunyai Jamkes
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2017

80
73,52 75,55
70 70,16 69,27 70,39
65,07
60
53,8
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber Data: Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Sumatera Barat sebesar


tahun 2017 sudah sebesar 69,41 % (3.766.470 jiwa) terjadi penurunan dari
tahun 2015 75,55 % hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan
penghitungan jumlah penduduk di Sumatera Barat pada tahun 2017
menjadi 5.462.129 orang dari tahun 2015 sebesar 5.196.300 jiwa dan
penghitungan kepesertaan Jaminan Kesehatan Sumatera Barat sudah
memperhitungkan kepesertaan asuransi asuransi kesehatan lainnya seperti
PT Sanjung Husada Mandiri, JPKM Sawahlunto, Asuransi swasta dan
Jaminan Kesehatan Sabiduak Sadayuang.

Beberapa kendala yang ditemukan dalam pencapaian jaminan kesehatan


antara lain :

Hal. 75
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
1) Masih banyaknya badan usaha yang belum mendaftarkan pekerjanya
sebagai peserta jaminan kesehatan,
2) Kesadaran masyarakat sebagai peserta mandiri masih rendah.
3) Berkurangnya kepesertaan jaminan kesehatan sumatera barat sakato
karena duplikasi dan tidak tepat sasaran hasil rekonsiliasi data.
4) Perubahan definisi operasional cakupan jaminan kesehatan oleh
pemerintah pusat yaitu kepesertaan sistem jaminan sosial nasional,
tentu berdampak pada perubahan target dan sasaran cakupan jaminan
kesehatan Sumatera Barat, karena tahun 2017 kepesertaan jaminan
kesehatan sebagai peserta BPJS Kesehatan Sumatera Barat baru
69,14%.

Upaya yang dilakukan dalam peningkatan cakupan pencapaian jaminan


kesehatan antara lain :
1) Mengintegrasikan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato
(Jamkes Sumbar Sakato) ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional,
program ini merupakan program pemberian jaminan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk kuota peserta
penerima bantuan iuran bersumber APBN. Iuran Jaminan Kesehatan
peserta Program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato didanai
dari sharing dana Pemerintah Propinsi Sumatera Barat 40% dan
Pemerintah Kabupaten/Kota 60%.
2) Melakukan pelaksanaan sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Mandiri
dengan melibatkan lintas sektor dan stake holder terkait.

Hal-hal yang mendukung didalam pelaksanaan kegiatan jaminan kesehatan


antara lain :
1) Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan, terhitung 1 Januari 2015, badan usaha besar dan
menengah wajib mendaftarkan diri dan pekerja sebagai peserta
jaminan kesehatan nasional.
2) Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2014 tentang Integrasi
Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato ke dalam Jaminan
Kesehatan Nasional melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan.
3) Peraturan Gubernur Nomor 40 Tahun 2007 dan ditindaklanjuti
dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat
Sakato.
4) Komitmen Pemda Sumatera Barat dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan Jamkes dengan terus meningkatnya anggaran pembiayaan.

Pembiayaan Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato dari tahun


ke tahun terjadi peningkatan pembiayaan cukup signifikan seiring dengan
peningkatan kepesertaan yang didaftarkan oleh kabupaten/kota, tetapi

Hal. 76
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
pada tahun 2013 sampai 2015 peningkatan kepesertaan juga diiringi
dengan peningkatan besaran premi. Pada tahun 2013 besaran premi Rp
12.000,- untuk tahun 2014 sejak diselenggarakan jaminan kesehatan
nasional, program jaminan kesehatan Sumatera Barat Sakato berintegrasi
ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)
dengan premi Rp 19.225,- . Namun pada tahun 2017 terjadi
perubahan premi menjadi Rp. 23.000,- dan aturan pemindahan beberapa
urusan ynag menjadi kewajiban pemerintah kabupaten kota ke pemerintah
provinsi sehingga hal tersebut berdampak pada pembiayaan daerah
sehingga diterbitkan kebijakan pemerintah provinsi untuk merubah sharing
pemerintah provinsi dari 40 % menjadi 20 % dan pemerintah kabupaten
kota dari 60% menjadi 80%, r seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.12
Pembiayaan Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato
Tahun 2011 – 2017

No Tahun Anggaran Premi Sharing


1 2011 10,099,534,026 6,000 50 : 50
2 2012 15,291,171,757 6,000 60 : 40
3 2013 33,476,052,000 12,000 60 : 40
4 2014 72,841,540,980 19,225 60 : 40
5 2015 65,708,942,940 19,225 60 : 40
6 2016 72,971,916,000 19,225 60 : 40
7 2017 34,138,329,600 23,000 80 : 20
Sumber data : Laporan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota Tahun
2011-2017

Pada tahun 2015 Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat mendapatkan


penghargaan dari pemerintah pusat yaitu JKN Award atas partisipasi
pemerintah daerah mengintegrasikan program Jaminan Kesehatan
Sumatera Barat Sakato ke Jaminan Kesehatan Nasional.

Tujuan 4. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik


dengan pelayanan publik yang prima, transparan,
aspiratif dan partisipatif

Sasaran Strategis Meningkatnya Tata Kelola Organisasi


1.

Dengan indikator sasaran sebagai berikut :


1. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

Hal. 77
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
2. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Pelaksanaan Program/
Kegiatan
3. Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
sasaran strategi ini terlihat pada tabel dibawah ini :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PERSENTASE CAPAIAN REALISASI FISIK/KEUANGAN PELAKSANAAN
KESEHATAN TAHUN 2017

SASARAN INDIKATOR TARGET %


NO REALISASI KET
STRATEGIS KINERJA KINERJA CAPAIAN
V Meningkatnya 1. Persentase 100 98 98
Tata Kelola Capaian Realisasi
Organisasi Fisik
Pelaksanaan
Program/
Kegiatan
2. Persentase 95 91 95
Capaian Realisasi
Keuangan
Pelaksanaan
Program/
Kegiatan
3. Hasil Penilaian B Belum
Evaluasi dinilai
Akuntabilitas
Kinerja

Capaian kinerja dari indikator kinerja utama pertama dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PERSENTASE CAPAIAN REALISASI FISIK PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Persentase 100 99,61 99,61 100 97 97
Capaian Realisasi
Fisik Pelaksanaan
Program/ Kegiatan

Capaian realisasi fisik tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun 2016

Hal. 78
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Faktor-faktor penyebab penurunan ini antara lain :
 Adanya perubahan aturan-aturan pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan
tidak dapat dilakukan secara maksimal.
 Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD.


Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena
kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD.

Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-


faktor penyebab tersebut diatas al:
 Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan
 Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk
pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi.
 Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran

Capaian kinerja dari indikator kinerja utama kedua dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


PERSENTASE CAPAIAN REALISASI KEUANGAN PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Persentase 100 96,19 96,19 100 91 91
Capaian Realisasi
Keuangan
Pelaksanaan
Program/
Kegiatan

Capaian Indikator Kinerja Utama untuk realisasi Keuangan dari pelaksanaan


program/kegiatan adalah sebesar 91 % menurun dibandingkan realisasi tahun
2016 sebesar 96,19 %.

Capaian realisasi keuangan tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun


2016 Faktor-faktor penyebab penurunan ini antara lain :
 Sisa dan efisiensi dari kegiatan pelatihan/Workshop/pertemuan berupa
selisih biaya akomodasi, honor, transport, makan/minum peserta dan nara
sumber.
 Efisiensi dari perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah.
 Efisiensi pemeliharaan kendaraan, premium dan pemeliharaan gedung

Hal. 79
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
kantor.
 Efisiensi biaya air, listrik dan telepon serta sewa jaringan internet.
 Sisa dari pelaksanaan tender dan pengadaan barang dan jasa.
 Adanya perubahan aturan-aturan pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan
tidak dapat dilakukan secara maksimal
 Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD.


Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena
kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD.

Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-


faktor penyebab tersebut diatas al:
 Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan
 Peningkatan pemahaman dan pengetahuan terhadap aturan-aturan danlam
penyusunan perencanaan dan penganggaran sebuah kegiatan.
 Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk
pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi.
 Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran

Capaian kinerja dari indikator kinerja utama ketiga dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


HASIL PENILAIAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA
TAHUN 2017

Indikator Kinerja 2016 2017


Utama Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Hasil Penilaian C B- 100 B - -
Evaluasi
Akuntabilitas
Kinerja

Realisasi untuk penilaian Akuntabilitas belum terlaksana, hal ini menunggu


penilaian dari Inspektorat Provinsi Sumatera barat

Hal. 80
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Akuntabilitas Keuangan

Secara detail alokasi anggaran dan realisasi anggaran serta persentase capaian
menurut Program dan Kegiatan pembangunan kesehatan pada tahun anggaran
2017 di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel
Belanja Langsung Program/Kegiatan Tahun 2017

PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
I PROGRAM PELAYANAN 5,523,727,628 3,289,245,920 59.55
ADMINISTRASI
PERKANTORAN

1 Penyediaan Jasa Surat 56,334,096 52,121,836 92.52


Menyurat
2 Penyediaan Jasa Kom. Sumber 1,892,780,000 1,444,333,613 76.31
Daya Air & Listrik
3 Penyediaan Jasa Jaminan 130,350,000 128,499,335 98.58
Barang Milik Daerah
4 Penyediaan Jasa Kebersihan 965,424,780 886,480,404 91.82
Kantor
5 Penyediaan Alat Tulis Kantor 313,034,200 312,824,410 99.93
6 Penyediaan Barang Cetakan 381,287,600 365,977,465 95.98
dan Penggandaan
7 Penyediaan Komponen Instalasi 105,052,107 104,960,231 99.91
Listrik/ Penerangan Bangunan
Ktr
8 Penyediaan Peralatan dan 395,798,800 388,668,600 98.2
Perlengkapan Kantor
9 Penyediaan Bahan Bacaan dan 27,406,000 23,262,000 84.88
Peraturan Perundang-
Undangan
10 Penyediaan Bahan Logistik 134,205,000 133,068,000 99.15
Kantor
11 Penyedian Makanan dan 67,392,000 55,663,000 82.6
Minuman
12 Rapat-rapat koordinasi dan 720,683,045 636,277,475 88.29
Konsultasi Dalam Daerah
13 Penyediaan Jasa Informasi, 265,900,000 253,565,000 95.36
Dokumentasi dan Publikasi

Hal. 81
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
14 Penyediaan Jasa Pembinaan 68,080,000 45,950,000 67.49
Fisik dan Mental Aparatur

PROGRAM PENINGKATAN 3,524,722,057 3,036,512,443 86.15


SARANA & PRASARANA
APARATUR

15 Pengadaan Mebeluer 15,000,000 15,000,000 100


16 Pengadaan Peralatan Dan 609,358,825 607,444,400 99.69
Perlengkapan Kantor
17 Pemeliharaan Rutin/ Berkala 1,496,618,097 1,149,878,328 76.83
Gedung Kantor
18 Pemeliharaan Rutin/ Berkala 532,169,046 477,319,706 89.69
Kendaraan Dinas/ Operasional
19 Pemel. Rutin/ Berkala 195,128,650 172,281,909 88.29
Peralatan & Perlengkapan
Gedung Kantor
20 Pemel. Rutin/ Berkala meubiler 59,647,439 59,584,000 99.89
21 Pemel. Rutin/ Berkala 269,000,000 243,982,600 90.7
Komputer dan Jaringan
22 Pemeliharaan rutin/ berkala 39,500,000 37,361,500 94.59
alat studio, alat komunikasi
dan alat informasi
23 Pemeliharaan rutin/ berkala 194,300,000 161,860,000 83.3
komputer dan jaringan
komputerisasi..
24 Pengadaan Komputer dan 37,000,000 37,000,000 100
Jaringan Komputerisasi
25 Pengadaan Peralatan Studio 77,000,000 74,800,000 97.14
Komunikasi dan Informasi

PROGRAM PENINGKATAN 289,324,000 270,643,000 93.54


DISIPLIN APARATUR

26 Pengadaan Pakaian Dinas 289,324,000 270,643,000 93.54


Beserta Perlengkapannya

PROGRAM PENINGKATAN 26,250,000 24,150,000 92


KAPASITAS SUMBER DAYA
APARATUR

Hal. 82
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN

27 Bimtek Implementasi Peraturan 26,250,000 24,150,000 92


Perundang-Undangan

PROGRAM PENINGKATAN 522,275,350 509,509,300 97.56


PENGEMBANGAN SISTEM
PELAPORAN CAPAIAN
KINERJA DAN KEUANGAN

28 Penyusunan Laporan Capaian 55,268,850 55,224,200 99.92


Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
29 Penatausahaan Keuangan 467,006,500 454,285,100 97.28
SKPD

PROGRAM PERENCANAAN, 279,725,950 241,725,300 86.42


PENGELOLAAN, PENGAWASAN
DAN PENGENDALIAN
KEGIATAN DAN ASSET

30 Penyusunan Perencanaan Dan 87,491,450 87,491,000 100


Penganggaran SKPD
31 Pengelolaan, Pengawasan dan 192,234,500 154,234,300 80.23
Pengandalian Aset SKPD

PROGRAM KEBIJAKAN & 507,388,837 223,433,850 44.04


MANAJEMEN PEMBANGUNAN
KES

32 Pertemuan Koordinasi Bidang 91,545,100 88,393,100 96.56


Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat
33 Sosialisasi Hukum Kesehatan 23,916,600 17,472,400 73.06
Dan Produk Hukum Lainnya
34 Monitoring Dan Evaluasi 123,344,662 117,568,350 95.32
Perencanaan Dan Hukum
Kesehatan

Hal. 83
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
PROGRAM OBAT DAN 8,878,854,592 13,865,691,583 156.17
PERBEKALAN KESEHATAN

35 Pengadaan Obat & Perbekalan 3,123,239,750 2,765,609,762 88.55


Kes (Buffer Stock)
36 Pengadaan Bahan Kimia dan 1,806,554,500 1,777,372,500 98.38
Perbekalan Labkes
37 Pengadaan Obat-Obatan Bahan 1,982,843,000 1,803,966,768 90.98
Habis Pakai BKMM
38 Pengadaan Obat-obatan dan 1,747,820,700 1,703,349,913 97.46
Perbekalan Kesehatan BP4
39 Workshop Program Obat dan 91,138,642 81,773,207 89.72
Perbekalan Kesehatan
40 Pengelolaan Obat Buffer Stock 127,258,000 87,006,650 68.37
Provinsi

PROGRAM UPAYA 11,676,556,685 10,189,595,045 87.27


KESEHATAN MASYARAKAT
(UKM)

41 Penilaian Puskesmas 166,638,650 152,714,850 91.64


Berprestasi Dan Tenaga
Kesehatan Teladan
42 Workshop Program Kesmas 107,963,450 94,589,550 87.61
Dan Rujukan
43 Peningkatan Pelayanan Siaga & 5,661,959,656 5,032,202,758 88.88
Tindak Siaga Medik
44 Monitoring dan Evaluasi Dalam 95,259,478 91,236,551 95.78
Rangka Peningkatan
Laboratorium Kesehatan
sebagai Rujukan
45 Bhakti Sosial Operasi Katarak 118,213,400 104,982,422 88.81
di Kab/Kota
46 Pengambilan Sampel Lapangan 178,414,500 174,885,405 98.02
Laboratorium
47 Pelatihan Manajemen Asfiksia 128,666,650 122,136,400 94.92
Dan BBLR Bagi Perawat/ Bidan
Puskesmas.
48 Supervisi Terpadu Pencapaian 82,028,800 76,594,500 93.38
SDGs

Hal. 84
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
49 Pertemuan Standar Pelayanan 31,742,100 28,967,100 91.26
Minimal Bidang Kesehatan
50 Pendampingan Ibu Hamil 877,165,100 840,949,100 95.87
Resiko Tinggi
51 Penjaringan dan Pengobatan 165,571,223 147,706,878 89.21
Kesehatan Indera
52 Surveilence Standarisasi 182,358,800 167,880,198 92.06
Pelayanan Kesehatan Indera
53 Persiapan UPTD BKIM Menuju 105,102,050 -
BLUD
54 TOT Kelas Ibu Hamil Dan Balita 59,092,300 56,059,300 94.87
55 Review Program KIA Dan 188,736,600 180,979,850 95.89
Kunjungan Neonatus Dan
Nifas Bagi Bidan
56 Review Peningkatan Kualitas 67,839,150 63,693,150 93.89
Hidup Anak
57 Pelatihan Teknis Petugas 275,836,950 266,803,700 96.73
Laboratorium Kab Kota Dan RS
58 Workshop Program Teknologi 139,326,350 103,247,750 74.1
Kesehatan Penunjang Dan
Makmin
59 Penilaian Dan Pembinaan 89,221,100 72,602,470 81.37
Rumah Sakit Sayang Ibu,
Tenaga Medis Sub Spesialis
Teladan
60 Pertemuan Otopsi Verbal Dan 81,376,375 74,269,375 91.27
Audit Maternal Perinatal &
Medik KB
61 Workshop Pemantauan Dan 61,517,750 43,679,850 71
Pengendalian Infeksi Dan
Pasien Safety
62 Analisis Akselerasi Pembinaan 84,252,375 77,989,375 92.57
Dan Pelaksanaan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah
63 Review Pelaksanaan Pelayanan 67,694,100 65,174,050 96.28
Kesehatan Remaja Esential
Terpadu
64 Pengelolaan Badan Pengawas 144,087,400 139,870,050 97.07
Rumah Sakit

Hal. 85
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
65 Pengadaan Logistik Pasien dan 944,580,000 905,126,270 95.82
Petugas UPTD
66 Pelayanan Kesehatan Tim P3K 150,845,950 143,199,864 94.93
67 Monitoring dan evaluasi 200,809,100 199,766,789 99.48
program akreditasi, registrasi
dan sertifikasi.
68 Penilaian Laboratorium Oleh 175,088,550 171,111,000 97.73
KAN Dalam Rangka Evaluasi
ISO 17025 dan ISO 15189
69 Bimtek Penyusunan Dokumen 41,072,150 27,999,200 68.17
Akreditasi Institusi Bkom &
Pelkes.
70 Kesiapsiagaan Bencana dan 78,443,500 44,690,095 56.97
Pemantauan Daerah Pra dan
Pasca Bencana
71 Workshop Pra Dan Pasca 27,107,900 26,415,600 97.45
Bencana 19 Kab/Kota Dan Rs
72 Workshop Program Akreditasi 92,421,200 80,979,850 87.62
Dan Perizinan
73 Surveilance Oleh Tim ISO 43,851,750 -
74 Pelatihan Pelayanan Darah 51,020,900 44,444,900 87.11
75 TOT Diklat Olah Raga 103,618,481 92,357,057 89.13
76 Workshop Persiapan Akreditasi 119,534,350 62,490,000 52.28
Paru
77 Workshop Service Exellent Dan 59,163,450 47,784,238 80.77
Kominikasi Efektif
78 Workshop Pelayanan Kesehatan 71,284,350 64,935,550 91.09
Tradisional
79 Penilaian Indek Kepuasan 100,000,000 99,080,000 99.08
Dinkes dan UPTD

PROGRAM PENINGKATAN 823,417,358 725,563,190 88.12


SDM KESEHATAN

80 Penampatan dan penarikan Dr/ 83,062,208 76,575,045 92.19


Drg PTT dan Bidan PTT
81 Workshop Pembekalan Dan 126,179,650 120,804,150 95.74
Pendampingan Dokter Internsip

Hal. 86
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
82 Pelatihan Teknis Peningkatan 205,537,500 199,556,900 97.09
Kapasitas SDM Siaga Bencana
83 Workshop Validasi Data SDM 129,871,700 121,961,250 93.91
Kesehatan
84 Magang Tenaga Laboratorium 74,248,000 61,040,345 82.21
Kesehatan
85 Magang Tenaga Bkom & Pelkes 69,504,000 30,502,200 43.89
86 Pelatihan KLB Keamanan 104,510,300 99,174,300 94.89
Pangan
87 Peningkatan Sumber Daya 30,504,000 15,949,000 52.28
BKIM
88 Pemantauan Dan Pengamanan 203,448,547 67,852,000 33.35
Makanan (Food Secrity)

PROGRAM PENGADAN, 41,021,575,167 33,355,501,574 81.31


PENINGKATAN DAN
PRASARANA RS/ RUMAH
SAKIT JWA/ RS PARU-PARU/
RS MATA

89 Pembangunan Lanjutan RS 30,005,087,317 26,670,551,545 88.89


Khusus Paru
90 Studi Kelayakan BKIM 90,970,850 88,880,650 97.7
91 Pengadaan Sarana Perawatan 7,695,050,000 5,932,727,200 77.1
Bagi Penderita Akibat Asap
Rokok (DBHCTH)
92 Pengadaan Sarana Dan 3,230,467,000 663,342,179 20.53
Prasarana RS Paru (DAK)

PROGRAM PEMELIHARAAN 558,550,310 0


SARANA DAN PRASARANA -
RS/ RSJ/ RS PARU-PARU/ RS
MATA

93 Pemeliharaan Alat labor & dan 558,550,310 556,593,400 99.65


alkes UPTD

PROGRAM KEBIJAKAN & 507,388,837 227,259,450 44.79


MANAJEMEN PEMBANGUNAN
KES

Hal. 87
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN

94 Workshop Asistensi Data 34,450,050 27,802,400 80.7


Elektronik Dan Jaringan
95 Workshop Analisis Dan 197,082,325 163,730,500 83.08
Verifikasi Data Kesehatan
Berbasis Elektronik
96 Workshop Verifikasi Data 37,050,100 35,726,550 96.43
Pelayanan Kesehatan

PROGRAM PERBAIKAN GIZI 1,050,787,170 6,618,108,500 629.82


MASYARAKAT

97 Workshop Program Gizi 111,842,950 95,652,000 85.52


Terintegrasi
98 Supervisi Manajemen 151,454,350 146,654,300 96.83
Pemberian Makanan Bayi Dan
Anak
99 Peningkatan Kapasitas Petugas 78,213,100 75,613,100 96.68
Dalam Pencegahan &
Penanggulangan Kegemukan &
Obesitas Pada Anak Sekolah.
100 Workshop Tatalaksana Gizi 87,833,200 82,922,700 94.41
Buruk Di Puskesmas Rawatan
101 Pendidikan Dan Pemulihan Gizi 153,675,070 148,515,060 96.64
Berbasis Masyarakat (Positif
Devience)
102 Supervisi Fasilitatif Status Gizi 78,532,900 70,746,150 90.08
Dan Intelegensia Lansia
103 Evaluasi Kesehatan Pokja PMT 31,417,200 30,927,200 98.44
- AS Di Sektor Kesehatan
104 Workshop Kemitraan Gizi 99,076,750 97,101,750 98.01
Dengan PKK
105 Pelatihan Konseling Asi Bagi 155,436,250 150,836,250 97.04
Petugas Dalam Rangka
Program Gerakan
Pensejahteraan Masyarakat
Pesisir (GEPEMP).
106 Lomba Balita Sehat 50,393,900 50,013,900 99.25

Hal. 88
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
107 Sosialisasi Proses Asuhan Gizi 52,911,500 52,041,500 98.36
Terstandar Dan Review
Pelaksanaan Gizi Saat Bencana

PROGRAM PROMOSI 1,420,707,112 1,339,392,100 94.28


KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

108 Pengembangan Media Promosi 798,584,800 756,459,400 94.72


& Komunikasi Informasi Dan
Edukasi
109 Workshop Jambore Kader PKK 32,254,659 28,766,350 89.19
KB/ KES
110 Kampanye Kesehatan Tingkat 330,950,469 312,717,750 94.49
Provinsi Dalam Rangka
Pencapaian MDGs
111 Kampanye Dalam Rangka 118,543,234 104,792,000 88.4
Bulan Promosi Kesehatan
112 Penyuluhan Kesehatan 108,680,000 107,150,000 98.59
Masyarakat Rumah Sakit
(PKMRS)
113 Pertemuan Pengembangan 31,693,950 29,506,600 93.1
Program Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Rumah
Sakit (PKMRS).
114 Pemeriksaan Kebugaran Anak 54,202,200 51,402,200 94.83
Sekolah Dan PNS

PROGRAM PENGEMBANGAN 489,508,050 414,997,455 84.78


LINGKUNGAN SEHAT

115 Supervisi Pengawasan Dan 95,699,900 83,091,900 86.83


Pemantauan Hygiene Sanitasi
Lingkungan
116 Verifikasi Kabupaten Kota 34,401,000 27,276,000 79.29
Sehat
117 Workshop Sanitasi Rumah 57,188,350 55,622,550 97.26
Sakit

Hal. 89
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
118 Workshop Percepatan Sanitasi 58,176,800 57,124,550 98.19
Pemukiman Dan Penilaian
Lingkungan Bersih Dan Sehat
119 Workshop Pamsimas Dan 206,838,000 165,978,455 80.25
Penyehatan Lingkungan
Lainnya
120 Pengelolaan dan Pemantauan 37,204,000 25,904,000 69.63
Lingkungan UPTD

PROGRAM PENCEGAHAN & 1,845,667,100 1,613,888,449 87.44


PENANGGULANGAN
PENYAKIT MENULAR

121 Workshop Surveilance Dan 102,878,800 80,871,831 78.61


Kejadian Luar Biasa
122 Penanggulangan HIV/ AIDS 97,080,300 89,410,650 92.1
123 Penanggulangan Dan 149,083,000 134,377,900 90.14
Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue (DBD)
124 Penanggulangan Flu Burung 31,873,700 26,384,850 82.78
125 Pelatihan Konselor HIV/ AIDS 85,243,700 83,808,700 98.32
126 Workshop Program 57,385,000 55,678,800 97.03
Tubercolusis (TB)
127 Pelatihan Layanan HIV/ AIDS 302,319,650 290,401,500 96.06
Komprehensif
Berkesinambungan
128 Peningkatan Pelayanan 160,043,700 151,263,772 94.51
Kesehatan Haji
129 Pelatihan Teknis Program P2ML 195,659,100 174,487,735 89.18
130 Pelatihan Teknis Program 142,369,300 140,804,900 98.9
Pemberantasan Penyakit
Bersumber Binatang
131 Workshop Imunisasi Dan 325,595,150 310,639,600 95.41
Penemuan Faktor Resiko
Penyakit Tidak Menular (PTM)
132 Penanggulangan Filariasis 62,460,300 53,607,600 85.83
Limfatik (Kaki Gajah) Dan
Pemberantasan Penyakit
Kecacingan

Hal. 90
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
PAGU SETELAH
NO PROGRAM/KEGIATAN REALISASI %
PERUBAHAN
133 Sosialisasi Imunisasi Dan 68,706,600 62,706,250 91.27
Penemuan Kasus TB Dengan
Lintas Sektor Dan Lintas
Program Terkait
134 Workshop TB Multi Drug 64,968,800 40,316,192 62.05
Resistance (MDR).

PROGRAM PELAYANAN 34,095,450,205 33,774,147,400 99.06


KESEHATAN PENDUDUK
MISKIN

135 Pembiayaan Dan Jaminan 33,964,862,700 33,663,635,390 99.11


Pelayanan Kesehatan Sumbar
Sakato (JKSS).
136 Workshop Kemitraan Jaminan 48,661,850 43,267,850 88.92
Kesehatan Mandiri
137 Workshop Program Jaminan 81,925,655 67,244,160 82.08
Kesehatan Daerah

Realisasi APBD Tahun 2017 :


Secara keseluruhan realisasi APBD secara fisik mencapai 98,47 % dan realisasi
keuangan mencapai 90,65 %, dengan Belanja Tidak langsung (BTL) realisasi
fisik mencapai 100 % dan realisasi keuangan mencapai 94,43 % sedangkan
Belanja Langsung (BL) realisasi fisik mencapai 96,94 % dan realisasi keuangan
mencapai 89,53 %.

Jika dilihat dari tahun ke tahun anggaran dan realisasi penyerapan anggaran
APBD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat terjadi peningkatan yang
sebagian besar dialokasikan untuk program Jaminan Kesehatan Nasional bagi
masyarakat Sumatera Barat yang mendekati miskin. Perkembangan pagu
anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dari Tahun 2011 sampai
dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel
Trend Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung APBD
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2011 – 2015

No Tahun Anggaran Realisasi %


1. 2011 30.631.336.250 27.245.865.876 88.95
3. 2012 53.088.755.058 50.744.071.949 95.58
3. 2013 66.605.476.520 54.500.132.151 81.83
4. 2014 109.085.037.261 107.197.332.483 98.27

Hal. 91
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
No Tahun Anggaran Realisasi %
5. 2015 111.362.187.219 109.482.176.740 98,31
6. 2016 157.621.914.653 151.615.303.211 96,19
7. 2017 145.633.604.409 132.009.945.210 90,65
Sumber data Laporan APBD Dinas Kesehatan Tahun 2017

Total Anggaran Tahun 2017 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat untuk
urusan wajib sebesar Rp. 112.534.487.571,- secara fisik realisasi 96,94% dan
keuangan realisasi Rp. 100.754.792.066,- (89,53%) dengan rincian sbb :

Pendapatan 4 UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017


target Pendapatan Rp. 10.500.000.000,- realisasi Rp. 12.001.182.182,-
(114,39%).

Belanja Tidak Langsung jumlah Dana Rp. 33.099.166.838,- realisasi fisik


100%, realisasi Keuangan Rp. 31.255.153.144,- (94,43%)

Belanja Langsung jumlah Dana Rp. 112.534.487.571,- realisasi fisik 96,94%,


realisasi Keuangan Rp. 100.754.792.066,- (89,53%).

Program dan kegiatan APBD yang telah memenuhi target kinerja hasil/
keluaran yang direncanakan, dari realisasi penyerapan anggaran Tahun 2017
terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 13,623,659,199,- yang terdiri dari sisa
anggaran Belanja Langsung APBD sebesar Rp. 1,843,963,694,- dan Belanja
Tidak Langsung Rp.11,779,695,505,-

Merujuk hasil serapan anggaran dibandingkan dengan realisasi fisik per


indikator kinerja kegiatan (output) dan tiap sasaran (Outcome) maka secara
keseluruhan pencapaian kinerja dapat diwujudkan dengan baik. Dari 132
kegiatan pada APBD, 12 kegiatan realisasi fisiknya mencapai 100 %.
Sedangkan 11 kegiatan lainnya realisasi fisik berkisar antara 0 % - 90 %.

Untuk realisasi keuangan kisaran realisasi dapat dilihat seperti uraian berikut
:
3 (tiga) kegiatan realisasi keuangannya mencapai 100 %,
123 kegiatan realisasi keuangannya mencapai > 75 % - 99.99 %,
16 (lima) kegiatan yang realisasi keuangannya < 75 %

Untuk kegiatan yang realisasi fisiknya tidak mencapai 100 % (< 100 %),
terdapat 2 kegiatan yang tidak terlaksana sebagai berikut :
1. Persiapan UPTD BKIM Menuju BLUD
Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di
diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi tidak
disetujui, namun secara tujuan dokumen yang dibutuhkan BKIM untuk
menuju BLUD sudah dapat diselesaikan.
2. Surveilance oleh tim ISO

Hal. 92
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di
diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi tidak
disetujui sehingga tetap ada, kegiatan tidak terlaksana karena tidak
tersedianya waktu yang cukup dalam memproses jasa konsultansi untuk
Surveilance oleh tim ISO

Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya program/kegiatan al :


Secara umum program dan kegiatan yang telah dialokasikan melalui APBD
tahun 2017 telah dapat terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan
pencapaian realisasi fisik yang mencapai 96.94 % dan realisasi keuangan
89,53 %.
Terjadinya Silpa sebesar Rp. Rp. 13,623,659,199,- pada tahun 2017 untuk
program / kegiatan sisa anggaran yang tidak terealisasi tersebut disebabkan
antara lain :
 Sisa dan efisiensi dari kegiatan pelatihan/Workshop/pertemuan berupa
selisih biaya akomodasi, honor, transport, makan/minum peserta dan nara
sumber.
 Efisiensi dari perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah.
 Efisiensi pemeliharaan kendaraan, premium dan pemeliharaan gedung
kantor.
 Efisiensi biaya air, listrik dan telepon serta sewa jaringan internet.
 Sisa dari pelaksanaan tender dan pengadaan barang dan jasa.
 Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD.


Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena
kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD.

Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-


faktor penyebab tersebut diatas al:
 Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan
 Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk
pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi.
 Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran

Hal. 93
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
BAB IV

PENUTUP

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban


Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan pada tahun 2016 sebagai bahan pengambilan keputusan dalam
perencanaan tahun berikutnya. Dari hasil evaluasi terhadap kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dapat disimpulkan bahwa sasaran pada
setiap Tujuan dari Misi, yang merupakan capaian kinerja dari pengukuran
Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan pada Rencana Strategi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat berhasil dicapai dengan Sangat Baik,
karena sebagian besar realisasi capaiannya diatas target yang telah ditetapkan
sebagai komitmen kinerja, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Analisis Capaian kinerja dilakukan dengan menggunakan formulir pengukuran


kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja
Pemerintah. Adapun seluruh capaian tujuan yang diuraikan dalam capaian
sasaran dapat dilihat sebagai berikut:

Tujuan 1. Meningkatkan Mutu Dan Ketersediaan SDM


Kesehatan Sesuai Standar Yang Didukung
Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan
Serta Mutu Pelayanan Yang Sesuai Standar
Pelayanan

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan

TARGET REALI- % KE
INDIKATOR KINERJA
KINERJA SASI CAPAIAN T
1. Jumlah Puskesmas Yang 56 103 184
Terakreditasi

2. Jumlah Rumah Sakit Yang 3 12 400


Terakreditasi

Tujuan 2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat


melalui peningkatan upaya preventif dan promotif
kesehatan dan pencegahan dan pengendalian
penyakit.

Hal. 94
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat

TARGET REALI- %
INDIKATOR KINERJA KET
KINERJA SASI CAPAIAN
1. Prevalensi Stunting (Pendek & 30,5 19 164
Sangat pendek) pada Baduta (bawah
dua tahun)
2. Persentase ibu bersalin 79 80 102
mendapatkan pelayanan persalinan
sesuai standar di faskes (PF)
3.Persentase kunjungan neonatal 81 86 106
pertama (KN1) sesuai standar

Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit

TARGET REALI- %
INDIKATOR KINERJA KET
KINERJA SASI CAPAIAN
Jumlah Kabupaten/ Kota Yang Mencapai 9 11 122
80 % Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Anak Usia 0 - 11 Bulan

Tujuan 3. Meningkatkan Keikutsertaan Masyarakat Dalam


Program Jaminan Kesehatan Nasional

Sasaran Strategis Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan


1.

TARGET REALI- %
INDIKATOR KINERJA KET
KINERJA SASI CAPAIAN
Persentase Masyarakat Yang Memiliki 70 71 101
Jaminan Kesehatan

Tujuan 4. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik


dengan pelayanan publik yang prima, transparan,
aspiratif dan partisipatif

Hal. 95
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
Sasaran Strategis Meningkatnya Tata Kelola Organisasi
1.

TARGET %
INDIKATOR KINERJA REALISASI KET
KINERJA CAPAIAN
1. Persentase Capaian Realisasi 100 98 98
Fisik Pelaksanaan Program/
Kegiatan
2. Persentase Capaian Realisasi 95 91 95
Keuangan Pelaksanaan Program/
Kegiatan
3. Hasil Penilaian Evaluasi B - -
Akuntabilitas Kinerja Belum
dinilai

Seluruh target kinerja dari sasaran Meningkatnya Mutu Pelayanan


Kesehatan, Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, Meningkatnya
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Meningkatnya Kepesertaan
Jaminan Kesehatan sudah tercapai dengan baik sudah melebihi dari target
yang telah ditentukan, namun untuk sasaran Meningkatnya Tata Kelola
Organisasi belum mencapai hasil maksimal. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :

 Secara umum program dan kegiatan yang telah dialokasikan melalui


APBD tahun 2017 telah dapat terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan
pencapaian realisasi fisik yang mencapai 96.94 % dan realisasi keuangan
89,53 %.
 Merujuk hasil serapan anggaran dibandingkan dengan realisasi fisik per
indikator kinerja kegiatan (output) dan tiap sasaran (Outcome) maka secara
keseluruhan pencapaian kinerja dapat diwujudkan dengan baik. Dari 132
kegiatan pada APBD, 12 kegiatan realisasi fisiknya mencapai 100 %.
Sedangkan 11 kegiatan lainnya realisasi fisik berkisar antara 0 % - 90 %.
 Untuk realisasi keuangan kisaran realisasi dapat dilihat seperti uraian
berikut :
- (tiga) kegiatan realisasi keuangannya mencapai 100 %,
- 123 kegiatan realisasi keuangannya mencapai > 75 % - 99.99 %,
- 16 (lima) kegiatan yang realisasi keuangannya < 75 %
 Untuk kegiatan yang realisasi fisiknya tidak mencapai 100 % (< 100 %),
terdapat 2 kegiatan yang tidak terlaksana sebagai berikut :
1. Persiapan UPTD BKIM Menuju BLUD
Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di
diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi
tidak disetujui, namun secara tujuan dokumen yang dibutuhkan BKIM
untuk menuju BLUD sudah dapat diselesaikan.
2. Surveilance oleh tim ISO
Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di

Hal. 96
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017
diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi
tidak disetujui sehingga tetap ada, kegiatan tidak terlaksana karena tidak
tersedianya waktu yang cukup dalam memproses jasa konsultansi untuk
Surveilance oleh tim ISO

 Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya


program/kegiatan al :
- Sisa dan efisiensi dari kegiatan pelatihan/Workshop/pertemuan berupa
selisih biaya akomodasi, honor, transport, makan/minum peserta dan
nara sumber.
- Efisiensi dari perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah.
- Efisiensi pemeliharaan kendaraan, premium dan pemeliharaan gedung
kantor.
- Efisiensi biaya air, listrik dan telepon serta sewa jaringan internet.
- Sisa dari pelaksanaan tender dan pengadaan barang dan jasa.
- Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD.


Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena
kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD.

Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-


faktor penyebab tersebut diatas al:
 Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan
 Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan
untuk pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi.
 Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
 Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran

Hal. 97
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 98
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 99

Anda mungkin juga menyukai