Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No.

3, Nopember 2014 © 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan


DOI: 10.26699/jnk.v1i3.ART.p236-239
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL


PADA LANJUT USIA
(Description Of Spiritual Needs On Elderly)
Ahmad Tegar Sunu Prakoso
Poltekes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen 77 C Malang
e-mail: j.nersbidan@gmail.com

Abstract : With the growing elderly person, they will decline, especially in the physical
abilities that can lead to a reducyion in the role of spiritual. The purpose of the
research is to describe the spiritual needs of elderly with Immobility in UPT PSLU
Blitar in Tulungagung. Method: The research design was description design. The
population in this research is all elderly in UPT PSLU Blitar in Tulungagung as many
as 80 people and great samples taken is as many as 29 people using total sampling
technique. Data was collected by questionnaire. Result : The results of this research
show that 55% elderly have a good spiritual, 14% quite, and 31% elderly have a less
spiritual. Elderly are a vulnerable group of physical and mental deterioration caused
various problems one spiritual. Discussion : Recommendations from the study are
expected need for discipline in the religious guidance, especially in the elderly with
immobility in UPT PSLU Blitar in Tulungagung.

Keywords : Spiritual, Elderly

Kebutuhan spiritual merupakan tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar


kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan
serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk meningkat menjadi ±18,3 juta (8,5%)
memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi (Watson, 2003).
spiritual ini berupaya untuk mempertahankan Menurut perkiraan Biro Pusat
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia,
luar, berjuang untuk menjawab atau terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia.
mendapatkan kekuatan ketika sedang Jumlah ini akan melonjak hingga ±33 juta
menghadapi stress emosional, penyakit fisik lanjut usia (12% dari total penduduk)
atau kematian (Hamid, 2008). (Watson, 2003). Jumlah lansia di Jawa Timur
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 sendiri pada tahun 2012 mencapai 10,4%,
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia jumlah tersebut merupakan tertinggi kedua
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan setelah Yogyakarta dengan jumlah lansia
bahwa umur 60 adalah usia permulaan tua. 13,04% (Kemenkes RI, 2013). Dengan
Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut bertambahnya Umur Harapan Hidup lansia
usia meliputi usia pertengahan yaitu pada tahun 20120 yang diperkirakan menjadi
kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 2006). 71,7 tahun setelah UHH 59,5 tahun pada
Laju perkembangan kesehatan di tahun 1990, dan meningkatnya populasi lansia
Indonesia salah satunya dicerminkan dari maka pemerintah perlu merumuskan
peningkatan lanjut usia. Nugroho (2006) kebijakan dan program yang ditujukan kepada
mengatakan secara demografis, berdasarkan kelompok penduduk lansia sehingga dapat
sensus penduduk tahun 1971, jumlah berperan dalam pembangunan dan tidak
penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 menjadi beban bagi masyarakat (Kemenkes
juta (4,5%) dari jumlah penduduk. RI, 2013).
Selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah ini Lansia sangat rentan terhadap
meningkat menjadi ±8 juta (5,5%) dari jumlah konsekuensi fisiologis dan psikologis dari
penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ini imobilitas. Perubahan yang berhubungan
meningkat menjadi ±11,3 juta (6,4%). Pada dengan usia disertai dengan penyakit kronis

196
197 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 3, Nopember 2014, hlm.196-200

menjadi predisposisi bagi lansia untuk Rumusan masalahnya adalah


mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara bagaimanakah pemenuhan kebutuhan spiritual
fisiologis, tubuh bereaksi terhadap imobilitas lanjut usia di UPT PSLU Blitar di
dengan perubahan-perubahan yang hampir Tulungagung. Tujuan dari penelitian ini
sama dengan proses penuaan, oleh karena itu adalah untuk menggambarkan pemenuhan
memperberat efek ini (Stanley, 2006). kebutuhan spiritual lanjut usia di UPT PSLU
Suatu pemahaman tentang dampak Blitar di Tulungagung.
imobilitas dapat diperoleh dari interaksi Manfaat penelitian bagi petugas
kompetensi fisik, ancaman terhadap mobilitas, kesehatan adalah hasil penelitian ini
dan interpretasi pada kejadian. Imobilitas diharapkan dapat menggambarkan bagaimana
memengaruhi tubuh yang telah terpengaruh peran perawat dalam menerapkan kebutuhan
sebelumnya. Di antara usia 20-60 tahun, spiritual dalam memberikan asuhan
kekuatan otot menurun 10 sampai 30% ; pada keperawatan di masyarakat. Manfaat bagi
usia 80 tahun sekitar 50% otot telah hilang. instansi pendidikan adalah dapat menambah
Oleh karena itu, kompetensi fisik seorang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran
lansia mungkin berada pada atau dekat dengan khususnya keperawatan gerontik tentang
tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lansia,
tertentu (Stanley, 2006). sehingga fakta ini dapat dikembangkan dalam
Uraian diatas menunjukkan pemahaman praktek belajar lapangan keperawatan
dimensi spiritual dan pemenuhan terhadap gerontik. Manfaat bagi penelitian keperawatan
kebutuhan spiritual yang masih terbatas. Cara adalah diharapkan dapat dijadikan masukan
mengaplikasikan pemenuhan kebutuhan bagi lahan penelitian tentang berbagai
spiritual tersebut perlu dipahami oleh semua kebutuhan spiritual pada lansia sehingga
masyarakat, termasuk lansia, apalagi pada petugas kesehatan dapat memberikan
lansia telah telah terjadi penurunan kekuatan intervensi-intervensi yang terkait dengan
otot yang mengakibatkan gangguan mobilitas program kesehatan tanpa mengenyampingkan
fisik. kebutuhan spiritual lansia. Salah satu bentuk
Demografi menunjukkan bahwa kegiatan misalnya mengadakan diskusi dan
kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu ceramah keagamaan.
penyakit kronis, dan banyak diantaranya
menderita lebih dari satu. Berduka, nyeri, dan BAHAN DAN METODE
gangguan mobilitas mempengaruhi integritas Desain yang digunakan dalam
pribadi lansia. Kondisi ini beresiko penelitian ini adalah desain penelitian
menimbulkan distress spiritual pada lansia. deskriptif. Bertujuan untuk mendeskripsikan
Distress ini terjadi ketika seseorang (lansia) (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting
mengalami atau beresiko mengalami yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2003).
gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai Deskriptif dalam penelitian ini bertujuan
yang memberikannya kekuatan, harapan, dan untuk mendiskripsikan gambaran pemenuhan
arti kehidupan. Distress spiritual yang kebutuhan spiritual pada lanjut usia. Subyek
berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan penelitian ini dipilih secara kuota sampling
lansia secara menyeluruh dimana terjadi dan harus memenuhi kriteria inklusi. Kriteria
gejala-gejala fisik berupa penurunan nafsu inklusi adalah karakteristik yang dapat
makan, ganguan tidur serta peningkatan dimasukkan atau layak untuk diteliti, yaitu:
tekanan darah (Hidayat, 2006). sehat mental, bersedia menjadi responden,
Dari paparan diatas peneliti tertarik lansia dengan gangguan mobilitas fisik sesuai
untuk melakukan penelitian tentang kriteria peneliti. Setelah melalui kriteria
pemenuhan kebutuhan Spiritual pada lanjut inklusi, dari 80 lansia diketahui 57 lansia
usia di PSLU Tulungagung. Selain itu belum yang masuk kriteria sehat mental, dan sampel
ada penelitian tentang pemenuhan kebutuhan yang terambil dalam penelitian ini yaitu
Spiritual pada lanjut usia di PSLU ini yang sejumlah 29 lansia di UPT PSLU Blitar di
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya Tulungagung.
dan di PSLU ini memiliki banyak populasi
lanjut usia sehingga memudahkan peneliti HASIL PENELITIAN
untuk mengambil data.
Prakoso, Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual…… 198

Gambaran tempat penelitihan di UPT setengahnya (44,8%) responden berjenis


PSLU Blitar di Tulungagung merupakan unit kelamin laki – laki, hampir setengahnya
pelaksanaan teknis dinas sosial Provinsi Jawa (48%) responden telah tinggal di panti selama
Timur yang melaksanakan tugas pelayanan 3-5 tahun, hampir seluruhnya (82%)
rehabilisasi sosial lanjut usia. Tugas pokok responden beragama islam, sebagian besar
dari UPT PSLU Blitar di Tulungagung adalah (65%) responden bekerja selain pegawai
di bidang penyantunan, rehabilisasi, bantuan, swasta dan wiraswasta, sebagian besar (82%)
bimbingan, pengembangan dan resosialisasi responden beribadah di sarana ibadah
bagi para lansia. Karakteristik responden mushola dan sebagian besar (55,2%)
tertera pada tabel di bawah. responden sering mengikuti bimbingan
Tabel 1. Jenis Kelamin keagamaan serta memiliki pemenuhan
No Jenis Kelamin f % kebutuhan spiritual yang baik.
1 L 13 44,8
2 P 16 55,2 PEMBAHASAN
Tabel 2. Lama Tinggal Lansia Di Panti Berdasarkan hasil penelitian terhadap 29
responden di UPT PSLU Blitar di
No Karakteristik f %
Tulungagung diketahui bahwa rata-rata
1 Umur
berusia 73 tahun. Watson (2003) mengatakan
- ≤ 2 tahun 6 20,7 lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang
- 3 -5 tahun 4 48,3 mudah terserang kemunduran fisik dan
- > 5 tahun 9 31,0 mental. Pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah baik secara
Tabel 3. Agama fisik-biologik, spiritual, mental maupun sosial
No Agama f % ekonomi. Menjadi tua merupakan proses
1 Islam 24 82,8 alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
2 Kristen 5 17,2 3 tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
Tabel 4. Pekerjaan Terakhir biologis maupun secara psikologis.
No Nyeri Kontraksi f % Memasuki usia tua berarti mengalami
1 Pegawai Swasta 1 3,4 kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
2 Wiraswasta 9 31,0 ditandai dengan kulit yang mengendur,
65,5 rambut memutih, gigi mulai ompong,
3 Lain - lain 19 65,5
pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan melambat, dan
Tabel 5. Sarana Ibadah figure tubuh yang tidak proposional. Dengan
No Sarana Ibadah f % semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
1 Mushola 24 82,8 mengalami kemunduran terutama di bidang
2 Gereja 5 17,2 kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan
penurunan pada peranan-peranan sosialnya
Tabel 6. Bimbingan Keagamaan (Nugroho, 2008). Seperti berkurangnya
No Bimbingan f % perilaku saling menolong, bekerjasama,
1 Sering 16 55,2 mensejahterakan dan menumbuh kembangkan
2 Jarang 4 13,8 orang lain, menegakkan kebenaran dan
keadilan, berkata jujur, memaafkan, menjaga
3 Tidak Pernah 9 31,0
lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak
mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak
Tabel 7. Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
berjudi dan sebagainya. Menurut Murray dan
No Pemenuhan f % Zentner (1970) dalam Nugroho (2008), lanjut
1 Baik 16 55,2 usia semakin matur dalam kehidupan
2 Cukup 4 13,8 keagamaannya. Hal ini terlihat dalam berpikir
3 Kurang 9 31,0 dan bertindak sehari-hari.
Peneliti berpendapat bahwa pada
Berdasarkan hasil penelitian umumnya sudah wajar lansia mengalami
didapatkan bahwa dari 29 responden, hampir kemunduran fisik dan kebanyakan akan
199 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 3, Nopember 2014, hlm.196-200

mengganggu aktivitas seperti interaksi sosial pernah mengikuti bimbingan keagamaan


dan hubungan komunikasi antar individu lain. ditemukan 31% dengan kebutuhan spiritual
Sebagian besar aktivitas lansia dilakukan di kurang. Pemenuhan kebutuhan spiritual tidak
tempat yang terjangkau oleh keadaan fisiknya. hanya berhenti pada dimensi pengetahuan tapi
Hal inilah yang membuat aktivitas spiritual diteruskan ke aspek selanjutnya yaitu
lansia yang berhubungan dengan aktivitas Religious effect (the consequential dimension)
fisik akan berkurang, seperti menolong yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana
anggota panti yang kesulitan. Tapi perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-
kenyataannya pada pertanyaan di kuesioner ajaran agamanya dalam kehidupan sosial,
mengenai aktivitas spiritual yang misalnya apakah ia mengunjungi anggota
berhubungan dengan aktivitas fisik tentang panti yang sakit, menolong orang yang
hubungan antar manusia, didapatkan data dari kesulitan, mendermakan hartanya, dan
29 lansia lebih dari separuhnya selalu sebagainya (Ancok dan Suroso 1995).
monolong anggota panti yang kesulitan dan Dari teori dan juga hasil penelitian
merasa senang ketika dapat membantu orang dapat diketahui bahwa pada lansia dengan
lain. Hal ini mungkin disebabkan bahwa sering mengikuti bimbingan keagamaan maka
interaksi dan keakraban yang terjalin antar lebih baik pula pemenuhan kebutuhan
anggota panti bisa mendukung dan spiritualnya. Peneliti berpendapat bahwa
memotivasi mengalahkan rasa kemalasan lansia yang sudah tahu mengenai pokok-
akibat kemunduran fisik yang dialami lansia. pokok dasar pengetahuan tentang ajaran
Aspek spiritual yang juga agama yang dianutnya paling tidak sudah tahu
berpengaruh dalam baik tidaknya pemenuhan mengenai norma-norma dalam agamanya, hal
kebutuhan spiritual pada lansia adalah yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam
Religious knowledge (the intellectual agamanya. Hal ini terbukti dari kuesioner
dimension) atau dimensi pengetahuan yaitu tentang norma-norma dalam agama yang
dimensi yang menerangkan seberapa jauh mereka yakini didapatkan bahwa lebih dari
seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran separuh lansia yaitu sebanyak 62% yang
agamanya, terutama yang ada didalam kitab selalu mengikuti bimbingan keagamaan selalu
suci maupun yang lainnya. Berdasarkan hasil mematuhi norma-norma dalam agama yang
penelitian dari 29 responden didapatkan 31% dianutnya.
(9 responden) tidak pernah mengikuti
bimbingan keagamaan. Ancok dan Suroso SIMPULAN DAN SARAN
(1995) mengatakan paling tidak seseorang Simpulan
yang beragama harus mengetahui pokok- Berdasarkan hasil penelitian dapat
pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan
suci dan tradisi. Young C dan Dowling W spiritual pada lanjut usia dengan gangguan
(1980) dalam Stanley (2006), sejumlah mobilitas fisik di UPT PSLU Blitar di
indikator dalam religiositas telah ditentukan Tulungagung lebih dari setengahnya
dari penelitian : kehadiran di tempat ibadah, mempunyai kriteria baik, yaitu sebesar 55%,
berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan, kriteria cukup 14%, dan kriteria kurang 31%.
mengetahui tentang ibadah dan teologi, Saran
beribadah, membaca kitab suci. Jadi, lansia Pihak UPT PSLU Blitar di
paling tidak harus tahu mengenai pokok- Tulungagung diharapkan untuk lebih
pokok dasar pengetahuan tentang ajaran mendisiplinkan pelaksanaan program
agama yang dianut. bimbingan keagamaan terutama bagi lansia
Berdasarkan hasil tabulasi silang dengan gangguan mobilitas fisik dimana telah
bimbingan keagamaan dan pemenuhan mengalami penurunan kemampuan untuk
kebutuhan spiritual didapatkan pada bergerak bebas, sehingga diharapkan untuk
responden yang sering mengikuti bimbingan mengadakan bimbingan keagamaan langsung
keagamaan yaitu sebesar 55% dengan ke tempat lansia yang sudah tidak
pemenuhan kebutuhan spiritual baik. Pada memungkinkan untuk datang ke lokasi
responden yang jarang mengikuti bimbingan bimbingan keagamaan.
keagamaan ditemukan 14% dengan kebutuhan Institusi pendidikan sebagai instansi
spiritual cukup. Pada responden yang tidak yang berperan dalam memberikan
Prakoso, Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual…… 200

pembelajaran, diharapkan dapat menjadikan Nugroho W. 2008. Keperawatan Gerontik


hasil penelitian ini sebagai sumbangan edisi 2. Jakarta : EGC
informasi dan tambahan pustaka di Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
perpustakaan sehingga penelitian ini dapat Metodologi Penelitian Ilmu
bermanfaat bagi pembaca Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Stanley M. 2006. Buku Ajar Keperawatan
DAFTAR RUJUKAN Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC
Ancok & Suroso. 1995. Psikologi Islami. Watson, Roger. Buku Ajar Keperawatan
Yogyakarta : Pustaka Belajar Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC
Hamid S. 2008. Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai