Optimalisasi Pembayaran Pajak untuk Menghemat Pajak
A. Pendahuluan Optimalisasi pajak merupakan suatu langkah penghematan yang harus dilakukan WP terkait transaksi dengan pihak ketiga dan penjagaan cash flow perusahaan. Optimalisasi pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pengamanan kontrak-kontrak bisnis dari potensi pemotongan with holding tax, optimalisasi pengkreditan pajak penghasilan yang telah di bayar, pengajuan permohonan penurunan angsuran PPh Pasal 25. B. Pengamanan Kontrak-kontrak Bisnis dari Potensi Pemotongan Withd hoding tax Dalam praktiknya, yang membuat kontrak bisnis kurang memahami/mengabaikan aspek perpajakannya secara detail, sehingga saat pemeriksaan fiskus perusahaan dikenai kewajiban membayar withholding tax ditambah denda keterlambatan penyetoran 2% sebulan dari pokok pajak. Pilihan perlakuan perpajakan atas transaksi tersebut salah satunya yaitu. jika mau withholding tax dibiayakan dalam Laporan Keuangan Fiskal, maka nilai transaksi dalam kontrak yang akan dibayar tersebut di gross-up,sehingga jumlah transaksi dalam kontrak sudah termasuk pajak yang harus dipungut atas jumlah pajak yang dibayarkan boleh dibebankan sebagai biaya (kecuali untuk PPh final dan dividen), dan selain itu perusahaan masih bisa menghemat pajak. C. Optimalisasi Pengkrditan Pajak Penghasilan yang Telah Dibayar Kredit pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar oleh WP sendiri dalam tahun pajak yang bersangkutan. Langkah-langkah dalam optimalisasi kredit pajak antara lain penyelenggaraan administrasi harus tertata dengan baik dan tertib dan untuk memenuhi kelengkapan formal, terutama pada saat pemeriksaan berlangsung, setiap kali dilakukan pemungutan pajak oleh pihak lain langsung diminta Bukti Pemotongan atau Pemungutan PPh-nya. Penundaan permintaaan tersebut cukup beresiko seperti kelupaan atau kehilangan dokumen yang akan menyita waktu dan tenaga, sehingga tidak perlu menunggu sampai akhir tahun pajak untuk memintanya. D. Pengajuan Permohonan Penurunan Anggaran PPh Pasal 25 Sesuai keputusan Dirjen Pajak No.537/PJ./2000, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengunrangan besarnya PPh pasal 25 salah satunya yaitu dengan syarat Apabila sesudan 3 bulan atau lebih berjalannya tahun pajak, wajib pajak dapat menunjukan bahwa pajak PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari pajak penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya pajak penghasilan pasal 25. E. Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 Permohonan pembebasan dari pemotongan dan atau pemungutan pajak penghasilan tidak berlaku terhadap pemotongan dan atau pemungutan pajak penghasilan yang bersifat final. F. Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak Wajib pajak diberi hak mengajukan permohonan menganggsur atau menunda pembayaran pajak untuk semua jenis ketetapan pajak untuk semua jenis ketetapan pajak, baik berupa SKP maupun STP. G. Rekonsiliasi/Ekuitas SPT PPh Badan dengan SPT Lainnya dan Laporan Keuangan (fiskal) sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan prosedur pengecekan dengan menggunakan teknik rekonsiliasi/equalisasi secara periodik antara elemen-elemen yang terdapat si SPT badan dan laporan keuangan (fiskal) perusahaan dengan elemen yang terdapat di SPT PPh Pasal 2, SPT PPh pasal 23 dan SPT masa PPN. H. Kebijakan-kebijakan Lainnya untuk Penghematan PPh atas Transaksi Tertentu Perlakuan perpajakan PPh badan yang berkaitan dengan transaksi dengan transaksi tertentu antaralain revaluasi aktiva tetao, utang/piutang kepada pemegang saham, bunga pinjaman, pencadangan/ penghapusan piutang tidak tertagih, biaya pendirian perusahaan/ biaya pra-operasi, reimbursement, pembukuan dalam valuta asing, transaksi dalam valuta asing, rekonsiliasi fiskal. I. Penerapan Tax Planning pada Usaha Mikro Kecil Menengah dan Aspek Keadilan dalam Kebijakan Perpajakannya. Bahasa Indonesia: Nama: Gusti Ayu Yeshi Prayasti Materi: Npm : 1633121385
a. Perubahan UU PPh dan kriteria Pengusaha UMKM
b. Peraturan pemerintah No.46 tahun 2013 tntang PPh final 1%