Anda di halaman 1dari 4

Vieri Marcellino / 170405075

Muhammad Rifqi Ananda / 170405127


Judul : Pirolisis Cepat dari Pelepah Kelapa Sawit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu industri strategis penyumbang devisa
bagi negara dari sektor non-migas. Pada tahun 2016, Badan Pengelola Perkebunan Dana Sawit
(BPDP Sawit) mencatat ekspor sawit Indonesia mencapai 25,7 juta ton atau senilai US$ 17,8
miliar atau sekitar Rp 240 triliun (Susanto, dkk, 2017). Produk samping tanaman kelapa sawit
yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah
daun, lumpur sawit dan bungkil kelapa sawit. Pelepah sawit merupakan jenis limbah padat yang
dihasilkan sepanjang tahun oleh perkebunan kelapa sawit. Jumlahnya sangat besar, kira-kira
hampir sama banyak dengan produksi tandan buah segarnya (Widiastuti dan Dana, 2015).
Limbah pelepah kelapa sawit ada dalam jumlah yang banyak dimana pada satu hektar
tanaman kelapa sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering 10,4 ton.tahun-1
(Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Komposisi selulosa, hemiselulosa, dan lignin
pelepah sawit secara berturut-turut ialah 34,89%; 27,14%; dan 19,87% (Padil dan Yelmida,
2009). Sebagai limbah selulosa, pemanfaatan limbah padat ini perlu mendapatkan perhatian yang
khusus. Hal ini mengingat bahwa cara-cara yang telah dilakukan saat ini yaitu dengan cara bakar
menyebabkan pencemaran udara dan juga dengan adanya pelarangan pembakaran sesuai
Rencana Undang-Undang Perkebunan. Tetapi dengan adanya larangan tersebut pelepah hasil
peremajaan yang dibiarkan di gawangan mati dapat menimbulkan masalah bagi tanaman kelapa
sawit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang asap cair berbahan baku pelepah
kelapa sawit yang baik.
Asap cair ialah kondensat cair dari asap kayu yang dihasilkan oleh serpihan kayu atau serbuk
kayu dibawah oksigen yang terbatas dan kondisi yang terkontrol (Saloko, dkk 2014). Kayu
ditempatkan pada tangki reaktor yang diberikan suhu yang tinggi, menyebabkan kayu membara
namun tidak terbakar. Melepaskan gas yang biasanya terlihat seperti asap. Gas gas ini dengan
cepat didinginkan dalam kondensor, dimana itu ialah asap cair (Lingbeck, et.all, 2014). Biasanya
kayu yang digunakan pada proses pembuatan asap cair secara kasar terdiri dari 25%
hemiselulosa, 50% selulosa dan 25% lignin (Simko, 2005), dari komposisi tersebut kita dapat
menggunakan pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan asap cair dengan metode
pirolisis.
Pirolisis merupakan proses degradasi termal menggunakan bahan bakar yang berbentuk padat
pada kondisi dengan oksigen terbatas (Diblasi, 2008). Pirolisis terjadi pada empat tahap dimulai
dengan evaporasi air, diikuti oleh dekomposisi hemiselulosa, dekomposisi selulosa dan akhirnya
dekomposisi lignin. Pirolisis hemiselulosa dan selulosa terjadi antara 180°C dan 350°C dan
menghasilkan asam karboksilat dan senyawa karbonil sedangkan lignin dihidrolisis antara 300°C
dan 500°C dan menghasilkan fenol. (Lingbeck, et all, 2014).

Metode pirolisis dibedakan menjadi 2 metode yaitu pirolisis batch dan pirolisis kontinyu.
Selain itu berdasarkan tingkat kecepatan reaksi, pirolisis dibedakan menjadi dua tipe yaitu
pirolisis lambat dengan temperatur pembakaran 150oC – 300oC pada temperatur ini proses
pirolisis akan lebih banyak menghasilkan char/residu ( Ratnasari, F. 2011), Sedangkan pirolisis
cepat ialah proses pemanasan bahan organic, seperti kayu, pada temperature yang tinggi (450
hingga 550oC) dan waktu tinggal yang singkat (beberapa detik dari produk uap), tanpa adanya
oksigen atau udara ( Mazlan, et all, 2015).

Komposisi yang dihasilkan dari pirolisis bergantung pada temperatur yang dapat
mendekomposisi biomassa. Pada temperatur rendah 600°C akan menghasilkan produksi gas
tinggi dibandingkan dengan char/residu dan wax. Temperatur akhir pirolisis akan menghasilkan
wax dengan karakteristik yang berbeda. Pada umumnya temperatur dengan rentang 400°C-
550°C akan menghasilkan produksi wax tinggi (Rachmawati,2015).

Tabel 1.1 merupakan penelitian (Bridgwater, 2012) dari pengaruh temperatur terhadap hasil
pirolisis .

Tabel 1.1 Pengaruh Temperatur terhadap Proses Pirolisis

Metode Bahan Berat Temperatur Asap Char Padatan Sumber


Baku Awal (oC) Cair
Pirolisis Kayu 100% 500 (VRT 75% 12% 13%
Cepat 1s)
Pirolisis Kayu 100% 500 (VRT 50% (in 25% 25%
intermediet 10- 30 s) 2
phase) Bridgewater,
Pirolisis Kayu 100% 400 (1 day) 30% 35% 35%
2012
lambat
(karbonisasi)
Pirolisis Kayu 100% 290 (VRT 0% 80% 20%
Lambat 10- 60 m)
(torrefaction)

Dari table diatas dapat dilihat bahwa metode pirolisis memiliki pengaruh terhadap produk
yang dihasilkan. Pada proses pirolisis cepat, asap cair paling banyak terbentuk. Pada metode
pirolisis cepat suhu yang digunakan merupakan suhu tinggi, hal ini membuktikan bahwa suhu
berpengaruh pada proses pembentukan asap cair.

1.2 Rumusan Masalah

Meningkatnya pertumbuhan industri kelapa sawit di Indonesia menimbulkan beberapa


permasalahan baru, salah satunya ialah limbah padat dari kelapa sawit berupa cangkang, tandan,
pelapah, dan limbah padat lain dari kelapa sawit. Pemanfaatan limbah padat kelapa sawit mulai
marak dilakukan akhir akhir ini. Disini kami mencoba untuk menggunakan limbah padat pelepah
kelapa sawit untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan asap cair. Pada penelitian ini,
kami menggunakan metode pirolisis cepat yang menggunakan suhu tinggi. Metode ini digunakan
karena asap cair yang dihasilkan cukup tinggi dibandingkan metode metode yang lain.
Berdasarkan hal tersebut disini kami akan mengkaji pengaruh suhu dan waktu terhadap
rendemen dan pH asap cair yang terbentuk.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji penggunaan limbah padat pelepah kelapa sawit
sebagai bahan baku pembuatan asap cair dengan variasi suhu dan waktu menggunakan metode
pirolisis cepat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah menambah wawasan serta
pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan terkait penerapannya dalam mengkonversi pelepah
kelapa sawit yang merupakan limbah padat dari industri kelapa sawit sebagai bahan baku utama
dalam proses pembuatan asap cair yang dapat diaplikasikan sebagai pengawet makanan,
insektisida dan sebagainya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi proses pembuatan asap cair yaitu di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium
Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penelitian ini dilakukan dengan variabel-variabel sebagai berikut :
1. Variabel tetap
a. Jenis bahan baku : Pelepah Kelapa Sawit
b. Ukuran bahan baku : 3 x 3 cm
c. Massa bahan baku : 1 kg
2. Variabel berubah
a. Suhu Operasi : 450oC; 500oC; 550oC
b. Waktu Operasi : 30 menit; 60 menit; 90 menit
Analisa yang dilakukan di dalam penelitian ini meliputi analisa pada asap cair yang
dihasilkan terdiri dari :
A. Analisa rendemen asap cair yang terbentuk
B. Analisa pH asap cair yang terbentuk

Anda mungkin juga menyukai