Metode pirolisis dibedakan menjadi 2 metode yaitu pirolisis batch dan pirolisis kontinyu.
Selain itu berdasarkan tingkat kecepatan reaksi, pirolisis dibedakan menjadi dua tipe yaitu
pirolisis lambat dengan temperatur pembakaran 150oC – 300oC pada temperatur ini proses
pirolisis akan lebih banyak menghasilkan char/residu ( Ratnasari, F. 2011), Sedangkan pirolisis
cepat ialah proses pemanasan bahan organic, seperti kayu, pada temperature yang tinggi (450
hingga 550oC) dan waktu tinggal yang singkat (beberapa detik dari produk uap), tanpa adanya
oksigen atau udara ( Mazlan, et all, 2015).
Komposisi yang dihasilkan dari pirolisis bergantung pada temperatur yang dapat
mendekomposisi biomassa. Pada temperatur rendah 600°C akan menghasilkan produksi gas
tinggi dibandingkan dengan char/residu dan wax. Temperatur akhir pirolisis akan menghasilkan
wax dengan karakteristik yang berbeda. Pada umumnya temperatur dengan rentang 400°C-
550°C akan menghasilkan produksi wax tinggi (Rachmawati,2015).
Tabel 1.1 merupakan penelitian (Bridgwater, 2012) dari pengaruh temperatur terhadap hasil
pirolisis .
Dari table diatas dapat dilihat bahwa metode pirolisis memiliki pengaruh terhadap produk
yang dihasilkan. Pada proses pirolisis cepat, asap cair paling banyak terbentuk. Pada metode
pirolisis cepat suhu yang digunakan merupakan suhu tinggi, hal ini membuktikan bahwa suhu
berpengaruh pada proses pembentukan asap cair.