Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

Ny. P usia 35 tahun P​4​A​1​Ah​4​, pasien nifas pindahan dari ruang ​Intinsive
Care Unit ​(ICU) pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 11.30 WIB. Dari hasil
pengkajian diperoleh data riwayat menstruasi tidak ada keluhan. Riwayat
perkawinan sah dengan suami sekarang 12 tahun. Saat kehamilan pertama Ny. P
mengalami abortus. Kehamilan kedua tahun 2007, usia kehamilan aterm, cara
persalinan pervaginaam, ditolong oleh dokter di rumah sakit dengan berat bayi
2900 gram, dan jenis kelamin bayi perempuan. Ny. P memberikan ASI selama 6
bulan dan tidak ada keluhan selama masa nifas. Kehamilan ketiga tahun 2008,
usia kehamilan aterm, cara persalinan pervaginaam ditolong oleh dokter di rumah
sakit dengan berat bayi 3000 gram, dan jenis kelamin bayi laki-laki. Ny. P
mengatakan lupa lama pemberian ASI kepada bayinya. Setelah melahirkan anak
ketiga, Ny. P dirawat di rumah sakit jiwa. Setelah diperbolehkan pulang dari
rumah sakit jiwa, Ny. P tidak rutin mengonsumsi obat dan gangguan jiwa tidak
kambuh kembali. Kehamilan keempat tahun 2012, usia kehamilan aterm, cara
persalinan secara SC dengan berat badan bayi 2900 gram, dan jenis kelamin bayi
perempuan. Ny. P memberikan ASI kurang lebih hanya 3 hari karena Ny. P
mengalami ​postpartum blues​, Ny. P kembali mengalami gangguan jiwa seperti
setelah melahirkan anak ketiga namun tidak dirawat di rumah sakit jiwa. Data
tersebut diperoleh dari salah satu keluarga Ny. P.
Ny. P mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apa pun. Aktivitas
sehari-hari Ny. P sebagai IRT. Ny. P mengalami hipertensi sejak sebelum hamil.
Kebiasaan merokok, minum jamu, alkohol, dan pemakaian obat selain yang
diberikan bidan dan dokter disangkal oleh Ny. P. Ny. P memiliki riwayat alergi
Amoxicillin dan riwayat mengonsumsi Amlodipin 1 x 10 mg. Data riwayat alergi
Amoxicillin dan riwayat mengonsumsi Amlodipin diperoleh dari catatan dokter
pada rekam medis.
2

Ny. P bersalin secara SC atas indikasi Hipertensi Kronis dan KPD 18 jam
pada tanggal 25 Februari 2017 dengan usia kehamilan 37 minggu 3 hari. Bayi
lahir dengan berat badan 2900 gram dan jenis kelamin perempuan. Tidak ada
kelainan pada bayi.
Pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 20.00 WIB, Ny. P mengeluhkan
nyeri luka bekas operasi masih terasa dan terkadang perut terasa mules. Ny. P
sangat hiperaktif, sering jalan-jalan ke luar ruang bersalin tanpa tujuan yang jelas
dan mengganggu orang-orang di sekitar. Selama dirawat, Ny. P tidak mengalami
keluhan serupa. Ketika ditanya, Ny. P terkadang dapat berkomunikasi dengan
baik. Akan tetapi, memori Ny. P untuk mengingat berkurang. Ny. P tidak ingat
nama anak kedua dan ketiga ketika ditanya oleh bidan. Sebelum Ny. P sangat
hiperaktif, bayi telah dirawat gabung. Awalnya Ny. P dapat menerima KIE untuk
menyusui bayinya namun lama-kelamaan Ny. P tidak memperhatikan bayinya,
frekuensi menyusui sangat kurang. Bayi ditinggal keluar begitu saja di dalam
ruang perawatan, bayi dalam keadaan menangis. Ny. P hanya cocok
berkomunikasi dan kooperatif dengan bidan tertentu.
Data objektif yang diperoleh oleh dokter SpOG dan bidan dari hasil
pemeriksaan yaitu keadaan umum sedang, keasadaran ​compos menti​s. Tekanan
darah 150/100 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit. Luka bekas
SC tertutup verban, terdapat nyeri tekan pada luka bekas SC (perut bagian
bawah), kontraksi uterus keras, TFU 2 jari di bawah pusat. Pengeluaran
pervaginaam lochea rubra dalam batas normal. Infus dengan cairan ​Ringer Lactat
16 tpm dan DC masih terpasang. Hasil pemeriksaan dari dokter SpKJ yaitu afek
luas, ​mood euphoria​, emosi senang, pembicaraan inkoheren, sikap hiperaktif,
kooperatif, persepsi halusinasi (-), ilusi (-), bentuk realistik, waham curiga, ​ideas
of reference (-), isi pikir: mudah ditarik, mudah dicantum, kognisi: orientasi
tempat, waktu, dan orang kurang baik.
Berdasarkan data subjektif dan data objektif tersebut, dokter SpOG
menegakkan diagnosa Ny P usia 35 tahun P4A1Ah4 ​post SC hari ke-2 atas
3

indikasi Hipertensi Kronis dan KPD dengan Postpartum Blues​. ​Dokter SpKJ
menegakkan diagnosa Ny. P usia 35 tahun P4A1Ah4 ​post SC hari ke-2 dengan
Skizofrenia ​Tak Terinci Diagnosa Diferensial Gangguan Afektif Bipolar Episode
Manik. Dokter SpOG memberikan ​advice observasi keadaan umum, tanda vital,
kontraksi uterus, dan pengeluaran pervaginaam. Melakukan ​Bladder Training ​dan
rencana melepas DC. Mengelola infus ​Ringer Lactat 1​ 6 tpm dan terapi Nifedipin
apabila tekanan darah ≥160/100 mmHg, Cefadroxil 2 x 500 mg per oral,
Cefotaxime 2 x 1 gram per IV, Asam Mefenamat 3 x 500 mg per oral, SF 1 x 1
tablet per oral, Amlodipin 1 x 10 mg per oral pada pukul 21.00 WIB. Dokter SpKJ
memberikan ​advice ​mengelola terapi Haloperidol 0.5 mg jika Ny. P masih
hiperaktif. Apabila terapi telah diberikan, Ny. P dianjurkan untuk tidak menyusui
terlebih dahulu. Bayi dirawat kembali di ruang perinatal. Bidan memberikan KIE
kepada ibu dan keluarga agar Ny. P dan keluarga mengikuti prosedur pemeriksaan
yang dilakukan oleh dokter. Memberikan KIE kepada Ny. P dan keluarga
mengenai kebutuhan ibu nifas.
Pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 10.00 Ny.P mengeluhkan luka bekas
operasi masih sedikit terasa nyeri dan tenggorokan terasa gatal karena batuk.
Keadaan umum sedang, kesadaran ​compos mentis ​komunikasi terkadang tidak
kooperatif. Perubahan ​mood dapat terjadi dengan cepat. Awalnya Ny. P mau
mendengarkan KIE dari bidan namun lama-kelamaan Ny. P bosan dan ingin
keluar ruang perawatan. Kadang-kadang Ny. P berdiri di pintu luar ruang bersalin
dan berbicara sendiri. Ny. P sering mondar-mandir dan mengatakan ingin pulang.
Hasil pemeriksaan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 kali/menit, pernapasan
24 kali/menit. Pengeluaran pervaginam lochea sanguinoleta dalam batas normal.
Infus sudah dilepas. Hasil pemeriksaan dokter SpKJ yaitu status mental keadaan
umum tampak wanita kerah sesuai usia, SCL kooperatif, orientasi baik, ​mood
menyempit/ ​indifferen, ​bentuk pilet nor real, isi pikiran waham curiga, persepsi
halusinasi (-), hubungan jiwa mdl.
4

Berdasarkan data subjektif dan data objektif dokter SpOG dan dokter
SpKJ menegakkan diagnosa Ny. P usia 35 tahun P4A1Ah4 ​post SC hari ke-3 atas
indikasi Hipertensi Kronis dan KPD dengan Psikosis Postpartum. Dokter
memberikan ​advice untuk mengobservasi keadaan umum, tanda vital, kontraksi
uterus, dan pengeluaran pervaginaam. Mengelola terapi Asam Mefenamat 3 x 500
mg per oral, Amlodipin 1 x 10 mg per oral, SF 1 x 1 tablet per oral, Obat Batuk
Hitam ​syrup ​3 x 10 ml, Haloperidol dosis dinaikkan menjadi 2 x 1.5 gram per
oral, Trihexyphenidyl 2 x 2 gram per oral, dan mengganti balutan luka. Bidan
memberikan KIE perawatan luka kepada Ny. P dan keluarga, memberikan KIE
kepada Ny. P untuk tetap tenang, istirahat cukup, mengonsumsi makanan yang
bergizi, dan mengajak Ny. P untuk berbagi cerita dengan bidan apa yang
dirasakan Ny. P.
Pada tanggal 29 Februari 2017 pukul 08.00 WIB Ny. P selalu mengatakan
ingin pulang. Bidan serta keluarga sudah membujuk Ny. P untuk tetap tenang
akan tetapi Ny. P tetap ingin pulang dan selalu berada di depan pintu ruang
bersalin. Sejak tanggal 28 Februari 2017 Ny. P dan keluarga sudah diberi
pengertian untuk menunggu sampai keadaan Ny. P membaik. Keluarga
menyampaikan kepada bidan untuk membawa pulang Ny. P daripada di rumah
sakit mengganggu orang-orang di sekitar. Data yang diperoleh dari keluarga,
ketika melahirkan anak keempat, Ny. P juga mengalami hal serupa dan dapat
sembuh dengan sendirinya ketika dibawa pulang. Atas permintaan sendiri dari
keluarga Ny. P pada tanggal 29 Februari 2017 pukul 10.00 WIB, Ny. P
dipulangkan dalam keadaan belum sembuh sempurna dan bayi belum dianjurkan
untuk dibawa pulang karena masih perlu perawatan di ruang perinatal.
Berdasarkan penjelasan kasus diatas penulis tertarik dengan masalah
tersebut karena kejadian Psikosis Postpartum merupakan kasus yang jarang terjadi
serta kasus tersebut menarik untuk dipelajari lebih jauh. Penatalaksanaan pada
kasus tersebut memiliki beberapa hal yang perlu ditinjau ulang dan dikaitkan
dengan ​evidence based​ yang digunakan sebagai acuan uraian di atas.
5

Anda mungkin juga menyukai