Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN TERHADAP MASALAH


STRES KERJA PADAKARYAWAN DAN INSTANSI
TEMPAT KERJA

Disusun oleh

Kelompok III :

Astri Ayu Sundari 121051320119077

Abdul Munir Duwila 121051320116077

Dewi Wasti Karatasi 121051320119081

Mas’ud Koja 121051320119074

Ramida Hamaya 121051320119064

Ayudia Iksan 121051320119075

Ratih Nurbayanti 121051320119083

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang berjudul “Promosi Kesehatan Terhadap Masalah Stres Kerja pada Karyawan
Dan Instansi Tempat Kerja”

Makalah ini berisikan mengenai halyang membuat sampai terjadinya STRES


serta hal-hal yang harus dilakukan dalam menangani stres pada karyawan juga
instanti tempat karyawan itu bekerja.Saya berharap lewat makalah ini, dapat
menambah pengetahuan juga informasi untuk kita semua.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari rekan-rekan sangat di butuhkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
DAFBAT ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................5
C. Tujuan Penulisan....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
A. Pengertian Promosi Kesehatan..............................................................6
B. Misi Promosi Kesehatan.........................................................................7
C. Pengertian Stres Kerja...........................................................................7
D. Jenis-jenis Stres.......................................................................................8
E. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja.....................................................9
F. Sumber-sumber Stres Kerja................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................14
B. Saran......................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan merupakan kondisi dimana kita berada jauh atau terbebas dari
penyakit. Merupakan suatu yang mahal jika dibandingkan dengan hal-hal yang
lain. Bagaimana tidak, harta yang melimpah, memiliki paras tampan atau cantik,
memiliki badan tegap dan gagah, semuanya itu akan sirna dengan sekejap jika
kita terserang penyakit atau tidak sehat. Dengan penyakit harta bisa habis
digunakan untuk berobat, paras tampan atau cantik berubah menjadi pucat dan
tidak enak untuk dipandang, badan yang tegap dan gagah seketika roboh
dikarenakan lemas dan lesu akibat kondisi tubuh yang menurun drastis.
Beginilah alur kehidupan, semuanya menjadi seimbang. Ada sehat dan ada
sakit, kita tidak akan selalu sehat dan kita juga tidak akan selalu sakit. Semuanya
itu bagaimana kita bisa menjaga diri untuk terhindar dari penyakit sehingga
kesehatan itu merupakan hal yang mutlak harus dijaga.
Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati
seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah
dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk
menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan
semakin banyaknya penderita penyakit tidak menular (degeneratif) seperti
jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stress dan penyakit tidak menular lainnya
yang disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, maka untuk
menghindarinya kita perlu bergaya hidup yang sehat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan.?
2. Apakah misi promosi kesehatan.?
3.  Apakah yang dimaksud dengan Stres kerja.?
4. Apakah Jenis-jenis Stres kerja itu.?
5. Seperti apa Respons Stres?
6. Apa saja Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja.?
7. Apa saja Sumber-sumber Stres Kerja.?
8. Seperti saja dampak Stres Kerja Pada Karyawan.?
9. seperti apa penempatan strategi promosikesehatan pada masalah stres kerja.?
C. Tujuan Penulisan
1.  Mahasiswa dapat mengetahui masalah promosi kesehatan di tatanan
perusahan.!
2. Mahasiswa dapat mengetahui  maksud dari stres kerja.!
3.  Mahasiswa dapat mengetahui apa saja jenis-jenis stres.!
4. Mahasiswa dapat mengetahui seperti apa respon stres.!
5. Mahasiswa dapat mengetahui Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja.!
6. Mahasiswa dapat mengetahui Sumber-sumber Stres Kerja.!
7. Mahasiswa dapat mengetahui Dampak Stres Kerja Pada Karyawan.!
8. Mahasiswa dapat mengetahui seperti apa penempatan strategi promkes pada
masalah stres kerja.!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan (pendidikan kesehatan) merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi. Yakni, sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari
sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi.
pendidikan kesehatan adalah penunjang bagi program-program kesehatan lain.
Yaitu, bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya program
pemberantasan penyakit menular atau tidak menular, perbaikan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan
dan lain-lain.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata.
Namun, di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, organisasi kesehatan dunia WHO
telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : “Health
promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social,
well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment“.
(Ottawa Charter,1986).
B. Misi Promosi Kesehatan
1. Advokat
Advokasi adalah melakukan kegiatan advokasi terhadap para
pengambil keputusan di berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan.
2.  Menjembatani
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program
dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
3. Meningkatkan
Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar
mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri
secara mandiri.
C. Pengertian Stres Kerja
Tujuan yang dicapai perusahaan tidak akan terlepas dari peran dan adil setiap
karyawan yang menjadi penggerak kehidupan organisasi, sehingga
sudahselayaknya peran dari pemimpin para manajer perusahaan untuk dapat
memahamikondisi para karyawannya, apabila karyawan terdapat beban masalah
yang dapatmenghambat kinerja peerusahaan maka secepatnya pimpinan dapat
mengurangidan menyelesaikan beban karyawan tersebut, terutama mengenai
stress kerja yang seharusnya dikelola dengan penuh berkesinambungan agar tidak
menghambatjalannya kinerja perusahaan.
“Menurut Pace & Faules (1998) stress adalah penderitaan jasmani, mental
atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu
ancaman bagi agenda pribadi seorang individu. Dalam suatu perusahaan,
semakin besar suatu perusahaan maka makin banyak karyawan yang bekerja di
dalamnya sehingga besar kemungkinan timbulnya permasalahan di dalamnya,
dan permasalahan manusianya”.
Stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman,
tekanan, atau suatu perubahan. Stres juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran
yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau bersemangat.
Situasi tersebut akan memicu respon tubuh, baik secara fisik maupun mental.
Respon tubuh terhadap stres dapat berupa napas dan detak jantung menjadi cepat,
otot menjadi kaku, dan tekanan darah meningkat.
Stres sering kali dipicu oleh tekanan batin. Yaitu, seperti masalah dalam
keluarga, hubungan sosial, patah hati, cinta tak berbalas,  atau masalah keuangan.
Selain itu, stres juga bisa dipicu oleh penyakit yang diderita. Memiliki anggota
keluarga yang mudah mengalami stres, akan membuat orang tersebut juga lebih
mudah mengalami stres.
Setiap orang, termasuk anak-anak, pernah mengalami stres. Kondisi ini tidak
selalu membawa efek buruk dan umumnya hanya bersifat sementara. Stres akan
berakhir saat kondisi yang menyebabkan tekanan atau frustasi tersebut dilewati.
Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik serta
melemahkan daya tahan tubuh. Selain itu, stres juga dapat menimbulkan
gangguan pada sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Orang yang mengalami
stres secara berkepanjangan biasanya juga akan mengalami gangguan tidur.
Stress kerja adalah perasaan atau batin seseorang yang merasa tertekan atau
menderita sakit kiwa.
dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari
diri seseorang antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka
menyendiri, sulit tidur, merokok, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan
darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan (Mangkunegara, 2005).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stress kerja
adalah adanya ketidak seimbangan antara fisik dan psikis. Yang mana, dapat
mempengaruhi proses dan kondisi karyawan, sehingga orang yang mengalami
stress kerja menjadi nerveous. Oleh karena itu, penanganan stress kerja harus
dilakukan dengan baik dan berkesinambungan dan pemimpinan harus cepat
tanggap terhadap hal tersebut, karena akan berdampak pada kinerja karyawan.
D. Jenis-jenis Stres
Quick dan Quick (1984) mengategorikan jenis stress menjadi dua yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stress yang bersifat tidak sehat,
negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi, seperti penyakit kordiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian. Respons Stres
Taylor (1991), menyatakan stress dapat menghasilkan berbagai respons.
Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat
berguna sebagai indikator terjadinya stress pada individu, dan mengukur
tingkat stress yang dialami individu. Respon stress dapat terlihat dalam
berbagai aspek, yaitu:
1. Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak
jantung, detak nadi, dan system pernapasan.
2. Respon kognitif, dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran
berulang, dan pikiran tidak wajar.
3. Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin
dialami ndividu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4. Respon tingkah laku, dapat dibrdakan menjadi fight, yaitu melawan situasi
yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.
E. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Robbins (2008) ada 2 faktor yang dapat menyebabkan stress yaitu:
1. Faktor organisasi meliputi tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan antar
personal. Tidak sedikit faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan
stress. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang singkat, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu tidak
peka dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa diantaranya
sehingga dapat dikelompokkan menjadi tuntutan tugas, peran dan antar
personal. Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan
seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual (otonomi,
dan keragaman tugas), serta kondisi kerja. Serupa dengan hal tersebut, bekerja
diruangan yang terlalu sesak atau lokasi yang selalu terganggu oleh suara
bising dapat meningkatkan kecemasan dan stress. Tuntutan peran berkaitan
dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran
tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan
ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Beban peran
yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak
daripada waktu yang ada. Tidak adanya dukungan dari atasan dan hubungan
antar pribadi yang buruk dapat menyebabkan stress, terutama diantara para
karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi.
2. Faktor personal meliputi persoalan keluarga, persoalan ekonomi, dan
kepribadian. Berdasarkan hasil survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang sanagat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. Berbagai
kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan masalah anak
adalah bebrapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stress bagi
karyawan, yang lalu terbawa sampai ketempat kerjanya. Masalah ekonomi
karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala
pribadi lain yang menciptakan stress bagi karyawan dan mengganggu
konsentrasi kerja mereka. Kepribadian maksudnya stress yang timbulnya dari
sifat dasar seseorang. Misalnya Tipe A cenderung mengalami stress
disbanding kepribadian Tipe B. bebErapa cirri kepribadian Tipe A ini adalah
sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran,
konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung
tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi
dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif
F. Sumber-sumber Stres Kerja
Menurut Cooper (dalam Rice, 1999) terdapat 5 sumber stress yaitu:
1. Kondisi Pekerjaan
Kondisi pekerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan
mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
motivasi kerja yang berakibat kepada produktivitas kerja. Bayangkan saja,
jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu
besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Selain itu, faktor yang
mempengaruhi kondisi kerja (hal-hal yang mungkin terjadi di lapangan) salah
satunya adalah beban kerja yang berlebihan, jadwal bekerja, dan bahaya fisik.
2. Stres Karena Peran
Ada sebuah penelitian tentang stress kerja bahwa sebagian besar
karyawan yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang kurang
memiliki struktur yang jelas, mengalami stress Karena konflik peran. Mereka
stress karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang
diharapkan oleh manajemen. Kenyataan seperti ini mungkin banyak dialami
oleh pekerja di Indonesia, dimana perusahaan atau organisasi tidak punya
garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang sering kali tidak
dikomunikasikan pada seluruh karyawannya., akibatnya sering muncul rasa
ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul
keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi stress
karena peran (ketidakjelasan) peran, adanya bias dalam membedakan gender
dan stereotype peran gender, dan pelecehan seksual.
3. Faktor Interpersonal
Stress ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat
situasinya sebagai penuh stress. Faktor yang mempengaruhi faktor
interpersonal yaitu hasil kerja dan system dukungan social yang buruk,
persaingan politik,19 kecemburuan dan kemarahan, kurangnya perhatian
manajemen terhadap karyawan.
4. Perkembangan Karir
Setiap orang tentu punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di sebuah
perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir, menjadi fokus
perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada kenyataannya, impian
dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan karir yang baik seringkali
tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacam-macam seperti ketidakjelasan
system pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme
dalam manajemen perusahaan, atau karena sudah “mentok” yaitu tidak ada
kesempatan lagi untuk naik jabatan. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan karir yaitu promosi ke jabatan yang lebih rendah dari
kemampuannya, promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya,
ambisi yang berlebihan sehingga mengakibatkan frustasi.
5. Struktur Organisasi
Gambaran perusahaan Asia dewasa ini diwarnai oleh kurangnya struktur
organisasi yang jelas. Salah satu sebabnya karena perusahaan di Asia
termasuk Indonesia, masih banyak yang berbentuk family business.
Kebanyakan family business dan bisnis-bisnis lain di Indonesia yang masih
sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim akan
kejelasan struktur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan
tanggungjawab.tidak hanya itu, aturan main yang terlalu kaku atau malah
tidak jelas, pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang, kurangnya
partisipasi dalam pengambilan keputusan20 berhubungan dengan suasana hati
dan perilaku negatif. Peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.

Dampak Stres Kerja Pada Karyawan Menurut Robbins (2001),


mengemukakan 3 kategori dampak atau gejala yang timbul akibat stress kerja:
1. Gejala Fisiologis
Kebanyakan perhatian dini atas stress diarahkan pada gejala fisiologis.
Karena, topik itu diteliti oleh spesialis dari ilmu kesehatan medis. Riset ini
memandu pada kesimpulan bahwa stress dapat menciptakan perubahan
dalam metabolisme, peningkatan laju detak jantung dan pernafasan,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan
serangan jantung.
2. Gejala Psikologi
Stress dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stress yang berkaitan
dengan pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Itulah efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas
dari stress. Selain itu stress juga dapat muncul dalam keadaan psikologis
lain misalnya berupa kegelisahan, kebosanan, agresif, depresi, kelelahan,
kekecewaan, kehilangan kesabaran, mudah marah dan suka menunda-
nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku
Gejala stress yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan
dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga
perubahan dalam kebiasaan makan, gelisah dan sulit tidur.

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengakaji ulang beberapa
kasus stress pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stress pada
individu.

1. Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada
hasil penelitian mengenai stress pekerjaan:
a. Kecemasan, ketegangan, bingung, dan mudah tersinggung;
b. Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam;
c. Sensitif dan hyperreactivity;
d. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi;
e. Komunikasi yang tidak efektif;
f. Perasaan terkucil dan terasing;
g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja;
h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi;
i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas;
j. Menurunnya rasa percaya diri.
2. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stress kerja adalah:
a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecendrungan
mengalami penyakit kardiovaskular;
b. Meningkatnya sekresi dari hormone stress (contoh: adrenalin dan
noradrenalin);
c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung);
d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;
e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis;
f. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada;
g. Gangguan pada kulit;
h. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot;
i. Gangguan tidur;
j. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker.
3. Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stress kerja adalah:
a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan;
b. Menurunnya prestasi dan produktivitas;
c. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan;22
d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan;
e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas;
f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk
penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan
berkombinasi dengan tanda-tanda depresi;
g. Meningkatnya kecendrungan berperilaku berisiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi;
h. Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas;
i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan
teman;
j. Kecendrungan untuk melakukan bunuh diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi pembahasan diatas maka dari ini dapat kiita simpulkan sebagai
berikut ini :
1.
B. Saran
Sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari yang namanya khilaf. maka
dari itu yang terutama kami sarankan adalah memperbaiki makalah ini. Agar
dapat bermanfaat bagi seluruh manusia. Bai itu, mahasiswa, siswa, maupun yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/stres

http://digilib.unila.ac.id/7279/13/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai