Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telah diketahui bahwa mikroba yang menguntungkan dan ada pula yang
merugikan, adapun mikroba yang merugikan dapat disingkirkan, dihambat
dengan atau dibunuh mengunakan bahan kimia, pertumbuhan bakteri dapat
dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu secara sintetik telah banyak
dimanfaatkan orang untuk menyembuhkan luka dan telah diuji zat demikian
disebut dengan zat antiseptik. Pada pengamatan ini sangat penting sekali untuk
diilakukan untuk dapat mengetahui antiseptik yang mana dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.

Sensifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu


metode untuk menentukan tingkat kerendahan bakteri terhadap zat anti bakteri
dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas anti bakteri.
Metode uji sensifitas adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alami yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri pada konnsentrasi yang rendah. Uj sensitifitas bakteri merupakan
satuan metode untuk menentukan kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri
dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki anti bakteri.

Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitifitas


terhadap bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar diameter zona
tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitive. Yang
melatarbelakangi percobaan ini yaitu praktikum dapat mengetahui beberapa zat
anti bakteri. Mikrobia yang mempunyai daya hambat, kekuatan klasifikasi anti
bakteri, pengukuran zat anti bacterial dan faktor-faktor yang mempunyai
ukuran diameter zona hambatan.

Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan, beberapa


diantaranya bermanfaat dan lainnya merugikan. Banyak diantaranya menjadi
penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan
penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti
misalnya pembuatan anggur, keju, yoguhrt, produksi penicillin, serta proses-
proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah. Mikroba dapat
disingkirkan, dihambat dengan dbunuh menggunakan bahan kimia. Selain
bahan kimia, pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain
yaitu oleh sinar matahari, logam, suhu, dan lain-lain.

Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat secara sintetik telah banyak
dimanfaatkan orang untuk menyembuhkan luka dan telah diuji khasiatnya
yang demikian disebut dengan zt antiseptik. Zat antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang lai bahkan dapat memusnahkan. Zat disenfektan
terhadap suatu senyawa kimia yang dapat menekankan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai, dan pisau
bedah. Factor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba invitro antara lain pH
lingakungan, komponen-komponen medium, takaran inoculum, lamanya
inkubasi dan aktivitas metabolism organisme.

Uji sensitivas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan


mendaapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri pada konsentrasi rendah. Sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi
sebagai bahan antibakteri serta mempunyai kemampuan unntuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji
sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa
murni yang memiliki aktivitas anti bakteri. Berdasarkan uraian di atas maka
dilakukan praktikum uji daya kerja antimikrobia.

1.2 Tujuan
Untuk mempelajari munculnya sifat resisten pada mikroba terhadap
senyawa antibiotik yang terjadi karena adaptasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
tapi akan juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri
thermogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat yang tumbuh. Bakteri
dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas
faktor-faktor biotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahkluk-mahkluk hidup,
sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia.

Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah
metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram
(paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh organisme tinggi. Zona hambatan
pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri terhadap bahan anti
bakteri.

Berdasarkan daya kerjanya, senyawa anti bakteri dibagi menjadi dua sifat yaitu:

a. Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak


membunuhnya.
b. Zat yang dapat membunuh bakteri (bakteriosida) (Dwidjoseputro, 2005).

Kebanyakan antibiotik yang efektif kerjanya menggangu sintesis, penyusuhan


atau fungsi-fungsi komponen makromolekul sel, seperti penghambatan
pembentukan dinding sel oleh pelimiskin, penghambatan sintesis protein oleh
kloramfenikol. Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik coccus, bacil,
maupun spiral, dikatakan mempunyai spectrum luas, sebaliknya suatu antibiotik
yang hanya efektif untuk spesies tertentu disebut antibiotik yang spektrumnya
sempit. Penicilis hanya efektif untuk memberantas terutama jenis coccus, oleh
karena itu penicillin dikatakan mempunyai spectrum yang sempit. Tertrasiklin
efektif bagi coccus, bacil dan jenis spiril tertentu oleh karena tetrasiklik
mempunyai dua spectrum.
Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau
bakterisida, hal ini kebanyakan bergabung kepada persenan konsentrasi dan
lamanya kena zat tersebut (Irianto, 2006). Pada umumnya bakteri yang muda itu
kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat
encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah desinfektan, merupakan faktor-
faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur menambah daya
desinfektan susu, selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu,
plasma darah dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri
terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005). Diantara banyak
factor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in vitro, hal-hal tersebut dibawah
ini perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil-hasil pengujian:

1. pH lingkungan.
2. Komponen-komponen medium.
3. Stabilitas obat.
4. Takaran inoculum.
5. Lamanya inkubasi.
6. Aktifitas metabolism mikroorganisme (Irianto, 2006).

Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik berjalan


searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi meskipun
bahan antibakteri telah dihilangkan bakteriostatik mempunyai karakteristik bila
bahan antibakterinya dihilangkan maka bakteri tersebut dapat tumbuh
lagi.Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat
dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambatan kegiataan
mikroorganiseme (Lay, 1992).

Pengujian aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar


potensi atas konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi
mikroorganisme (Dart, 1996). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada zat yang
bersifat menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik dan
yang bersifat membunuh bakteri yang dikenal sebagai bakterisida (Ganiswarna,
1995). Untuk metode pengujian antibakteri suatu zat, netode yang sering
digunakan diantaranya metode difusi. Metode ini dapat dilakukan dengan
menggunakan disk atau sumuran yang ke dalamnya dimasukkan antimikroba
dalam gelas tertentu dan ditempatkan dalam media padat yang telah
diinokulasikan dengan bakteri indicator setelah diinkubasi akan terjadi daerah
jenuh di sekitar sumuran atau disk dan diameter hambatan merupakan ukuran
kekuatan hambatan dari substansi antimikroba. Terhadap bakteri yang digunakan.
Lebarnya zona yang terbentuk, yang juga ditentukan oleh konsentrasi senyawa
efektif yang digunakan merupakan dasar pengujian kuantitatif, hal ini
mengindikasikan bahwa senyawa tersebut bisa bebas berdifusi ke seluruh medium
(Dart, 1996).

Penghambatan pertumbuhan bakteri melalui mekanisme penghambatan


sintesis dinding sel melibatkan gangguan pada sintesis peptidoglikan. Padahal
peptidoglikan merupakan komponen utama dinding sel, sehingga bakteri menjadi
lisis. Antibiotika atau antimikroba ialah zat-zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama golongan fungi (jamur), yang dapat menghambat atau
membasmi mikroba jenis lain. Suatu obat antibiotika yang ideal menunjukkan
toksisitas yang selektif. Istilah ini berarti bahwa obat tersebut haruslah bersifat
sangat toksis untuk mikroba, tetapi relative tidak toksis (dalam konsentrasi) yang
dapat ditoleransi terhadap hospes (Setiabudi, 1995). Banyak antibiotika saat ini
dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prateknnya
antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon).
Antibiotika yang akan digunakan untuk membunuh mikroba penyebab infeksi
pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi. Berdasarkan
sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang menghambat pertumbuhan mikroba
dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, da nada yang bersifat membunuh mikroba
dikenal sebagai aktivitas bakterisid.

Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba


atau membunuhnya masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimali (KBM). Antibiotika tertentu aktivitasnya dapat
meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya
ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudi, 1995). Berdasarkan perbedaan sifatnya
antibiotika dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu berspektrum sempit dan
berspektrum luas. Antibiotika spectrum luas cenderung menimbulkan resistensi.
Dilain pihak pada septicemia yang penyebabnya belum diketahui diperlukan
antibiotika yang berspektrum luas sementara menuggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik (Setiabudi, 1995).

Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam 4 kelompok:

1) Kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis dinding sel, seperti Basitrasin,


Sefalosporin, Sikloserin, Penisilin, Vankomisin.
2) Kerja antibiotika melalui pengambatan fungsi membrane sel, seperti :
Amfoterisin B, Kolisitin, Imidazol, Nistatin, Polimiksin.
3) Kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis asam nukleat, seperti :
Novobiosin, Pirimetamin, Sulfonamid, Trimetropin (Setiabudi, 1995).

Berdasarkan sasaran kerja dikelompokkan menjadi:

a) Antibiotika yang bekerja terhadap bakteri basil gram positif, yaitu:


1. Penisilin semi sintetik yang resisten terhadap penisilinase, bekerja
dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
2. Makrolida basitrasin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari
bakteri.
b) Antibiotika yang efektif terhadap basil aerob gram negatif, yaitu:
1. Aminoglikosida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari
bakteri.
2. Polymiksin.
c) Antibiotika yang relative memiliki spectrum kerja yang luas (terhadap basil
gram negatif dan positif), yaitu:
1. Ampisilin.
2. Sefalosporin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta
mengaktifkan enzim autolysis pada dinding sel bakteri (Setiabudi,
1995).
3. Rifampisin merupakan senyawa antimikroba yang sampai saat ini
masih menjadi pilihan sebagai obat anti TB (Tuberculosis). Dalam
sediaan, rifampisin sering dikombinasikan dengan INH dan etambutol
untuk mencapai efek farmakologi yang lebih baik. Bentuk sediaan yang
banyak ditemukan diperdagangkan umumnya tablet, kapsul, atau
kaplet, baik tunggal maupun kombinasi. Efek farmakologi rifampisin
sebagai anti tuberkulotik berlangsung melalui mekanisme kerja
penghambatan polymerase RNA yang bergantung pada DNA bakteri.
Spectrum kerjanya luas, disamping terhadap sejumlah bakteri gram
positif dan negatif (Mutschler, 1996). Suhu lebar rifampisin adalah 183-
188°C (dengan metode pipe kapiler).
d) Sifat-sifat antibiotik sebaiknya:
1. Menghambat atau membunuh pathogen tanpa merusak host.
2. Bersifat bakterisid.
3. Tidak menyebabkan resistensi terhadap kuman.
4. Berspektrum luas.
5. Tidak bersifat alernergik atau menimbulkan efek samping jika digunakan
dalam waktu lama.
6. Aktif dalam plasma, cairan badan, atau eksudat.
7. Larut dalam air serta stabil.
8. Bacterial level di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama.
e) Antibiotik menggangu bagian-bagian yang peka dalam sel, yaitu:
1. Sintesis dinding sel.
2. Fungsi membrane.
3. Sintesis protein.
4. Metabolism asam nukleat.
5. Metabolism intermediet.
f) Metode umum dalam uji potensi antibiotik antara lain:
1. Metode lempeng (silinder kertas cakram). Metode ini didasarkan pada
difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar
padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada
jumlah tertentu. Sediaan antibiotika menghambat pertumbuhan mikroba
yang ada pada lempeng agar (Singgih, 2007).
2. Metode turbidimetri. Hambatan pertumbuhan bahkan mikroba dalam larutan
serbasama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba
dengan cepat bila tidak terdapat metode turbidimetri pada sampel yang sulit
larut dalam air, contohnya : gramisidin (Singgih, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2019

Pukul : 10:20-12:50

Tempat :Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi


FMIPA, UNIPA

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Mikropipet dan tip. 8. Hand sprayer.
2. Tabung reaksi. 9. Labu Erlenmeyer.
3. Cawan petri. 10. Label.
4. Gelas beaker kecil 25 ml. 11. Enkas.
5. Pinset. 12. Paper disk.
6. Spreader. 13. Wrapping.
7. Bunsen.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Bakteri S. aureus 10 mL.
2. Bakteri E. coli 10 mL.
3. Bakteri B. cereus.
4. Tisu.

3.3 Prosedur Kerja

1. Sterilkan tangan, siapkan alat dan bahan.


2. Buka wrapping petri dish (cawan petri), bakar pinggirnya dekat bunsen.
3. Ambil tip dengan mikropipet.
4. Buka wrapping S. aureus dan dibakar pinggirnya.
5. Ambil S. aureus dengan mikropipet 10 mL (lakukan pengerjaan dekat
dengan bunsen).
6. S. aureus yang berhasil diambil dipindahkan ke petri dish.
7. Lalu bakar spreader dan dinginkan. Gunakan spreader untuk meratakan S.
aureus di atas medium dengan satu arah dari atas ke bawah.
8. Bakar spreader untuk sterilisasi dan letakkan kembali.
9. Ambil pinset lalu dipijarkan di bunsen.
10. Ambil paper disc dengan pinset masukkan ke dalam Bacillus Cereus yang
berada di dalam gelas beaker kecil 25 mL. sampai paper disc menyerap
bakteri B. cereus, diamkan selama 15 menit.
11. Pijarkan S. aureus yang berada di cawan petri, lalu letakkan paper disc
yang sudah menyerap B. cereus di tengah-tengah petri disc.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gambar
No
Sebelum Sesudah

1.

2.

4.2 Pembahasan
A. Antibakteri
Antibakteri adalah zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk
membasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Definisi ini
kemudian berkembang menjadi senyawa yang dalam konsentrasi tertentu
mampu menghambat bahkan membunuh proses kehidupan suatu
mikroorganisme (Jawetz et al., 2001). Berdasarkan sifat toksisitas selektif,
bakteri bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan bersifat
membunuh bakteri (bakterisida). Kadar minimum yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing
dikenal dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) (Setiabudy dan Gan, 2007). Pemusnahan bakteri dengan antibakteri
yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya
tahan tubuh hospes.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi dalam lima kelompok
antara lain:
 Antibakteri yang menghambat metabolisme sel mikroba Bakteri
membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan
mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus
mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA) untuk
kebutuhan hidupnya. Apabila antibakteri bersaing dengan PABA untuk
diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog
asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan
terganggu (Setiabudy dan Gan, 2007).
 Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri Bakteri memiliki
lapisan luar yang kaku. Lapisan yang kaku tersebut adalah dinding sel
yang dapat mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran
protoplasma di bawahnya (Jawetz et al., 2001). Dinding sel bakteri terdiri
dari polipeptidoglikan yaitu kompleks polimer mukopeptida
(glikopeptida). Penghambatan reaksi dalam proses sintesis dinding sel
dapat menyebabkan tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi
daripada di luar sel maka perusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan
lisis yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka
(Setiabudy dan Gan, 2007).
 Antibakteri yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri Kerusakan
pada membran sel bakteri dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau terjadi kematian sel. Salah satu contohnya adalah
polimiksin (senyawa ammonium-kuartener) yang bereaksi dengan fosfat
pada fosfolipid membran sel bakteri dapat merusak membran sel.
Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen
penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida,
dan lain-lain (Setiabudy dan Gan, 2007).
 Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri Dalam
kelangsungan hidupnya, sel bakteri mensintesis berbagai protein. Sintesis
protein terjadi di ribosom yang dibantu oleh mRNA dan tRNA. Pada
bakteri, ribosom terdiri dari dua sub unit yang didasarkan pada konstanta
sedimentasi yaitu ribosom 30S dan 50S. Agar kedua ribosom tersebut
dapat berfungsi pada proses sintesis protein, maka keduanya akan bersatu
pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Tetrasiklin merupakan
salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein dengan cara
berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya kompleks
tRNA-asam amino pada lokasi asam amino (Setiabudy dan Gan, 2007).
 Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri Molekul
DNA dan RNA memegang peranan penting dalam proses kehidupan sel
secara normal. Hal ini berarti bahwa semua gangguan yang terjadi pada
pembentukan dan fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
total pada sel dan berakibat kematian sel. Rifampisin merupakan salah satu
antibiotik yang dapat menghambat sintesis asam nukleat dengan cara
berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis
RNA dan DNA oleh enzim tersebut (Setiabudy dan Gan, 2007).

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau


menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara.
Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme
daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara
fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan,
antiseptik, sterilizer, sanitizer, dan sebagainya.

Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut:

1. Merusak dinding sel.


2. Mengganggu permeabilitas sel.
3. Merusak molekul protein dan asam nukleat.
4. Menghambat aktivitas enzim.
5. Menghambat sintesa asam nukleat.

Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah


perkembangbiakannya. Oleh karena itu, mikroba disebut mati jika tidak dapat
berkembang biak. Pada dasarnya antimikroba dibagi menjadi 2 macam, yaitu
antibiotik dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tertentu yang mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam
konsentrasi yng rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas
mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan disinfektan bekerja
dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak
hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya.

Bakteri E. coli dengan bahan uji Bacillus aureus, menunjukkan aktivitas


bahan uji yang menunjukkan aktivitas bahan antimikroba. Artinnya Bacillus
aureus memberikan aktivasi terbesar untuk menghambat pertumbuhan bakteri
E. coli. Bakteri S. aureus diuji pertumbuhannya pada bahan uji Bacillus
aureus, antibiotik Bacillus aureus menghasilkan diameter bening. Bahan uji ini
menunjukkan aktivasi bahan antimikroba terbesar yang artinya dapat
menghambat pertumbuhan pada bakteri S. aureus.

Perlakuan steril berfungsi untuk mencegah mikroorganisme yang tidak


diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat. Zona bening adalah
area perkembangan aktivitas bahan antimikroba terhadap bakteri yang ada di
sekitarnya. Apabila larutan fisiologis yang diujikan, maka bakteri tersebut akan
tumbuh subur di dalam larfis dan tidak ada diameter yang terbentuk karena
larfis hanya sebagai pembanding bukan bahan antibiotik.

Setelah dilakukan inkubasi selama 48 jam hasilnya adalah ditemukannya


diameter zona hambat pada kedua sampel tersebut. Dan tumbuh pada media
NA yang ditumbuhi bakteri Staphylcoccus aureus. Diameter zona bening
antibiotik lebih kecil dibandingkan dengan antiseptik logam, perbedaan ini
dikarenakan masing-masing senyawa desinfektan mempunyai spectrum sempit
atau luas dalam daya hambatnya. Pengamatan setelah 48 jam adalah
pertumbuhan optimum suatu mikroorganisme jika diwaktu 48 jam sudah
terdapat zona bening berarti suatu senyawa tersebut sudah bisa menghambat
pertmbuhan bakteri maka keefektifan desinfektan sudah bagus.

Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk coccus, gram negatif,


farmasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak, tidak mampu
membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati
pada suhu 60°C setelah 60 menit, merupakan flora normal pada kulit dan
saluran pernapasan bagian atas (Waluyo, 2004). Data dan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa Bacillus aureus merupakan bahan antimikroba yang
cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan E.
coli. Semua bahan antimikroba menunjukkan aktivitasnya dalam menghambat
pertumbuhan bakteri karena semuanya hampir menunjukkan adanya zona
bening. Zona bening tersebut terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan
pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang
padat sehingga tidak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut.
Keampuhan suatu antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening
yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut. Antimikroba yang
berbeda memiliki laju difusi yang berbeda pula, karena itu keampuhan
antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson, 1982).
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah senyawa antimikroba adalah
senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikorba. Antimikroba dapat dikelompokkan menjadi antiseptik dan
desinfektan, dan bahwa Bacillus aureus merupakan bahan antimikroba yang
cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan E.
coli.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan dapat bekerja dengan seksama pada saat praktikum
agar hasil pengujiannya diperoleh dengan baik. Dan disarankan agar
praktikan dapat mengambil foto media sebelum dilakukan inkubasi, agar
dapat dilihat perbandinngannya setelah sudah diberikan perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.https://docplayer.info/40446495-I-tujuan-praktikum-tujuan-dari-
praktikum-ini-adalah-1-untuk-mengetahui-potensi-suatu-antibiotika-
yang-digunakan-untuk-membunuh-mikroba-2.html. Diakses 27
Oktober 2019.

Dani, B. Husnul. 2015. Laporan Tetap Praktikum Pengujian Daya Anti Bakteri
Dengan Beberapa Macam Antiseptik Dengan Menggunakan Paper
disk. Mataram: INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI.https://www.academia.edu/32040039/LAPORAN_TETAP_P
RAKTIKUM_PENGUJIAN_DAYA_ANTI_BAKTERI_DENGAN_B
EBERAPA_MACAM_ANTI_SEPTIK_DENGAN_MENGGUNAKA
N_PAPER_DISK. Diakses 27 Oktober 2019.

Rukmana. 2013. Laporan Praktikum Mikrobiologi. Tadulako: UNIVERSITAS


TADULAKO. https://www.slideshare.net/Rukmana3reza/laporan-
mikrobiologi-senyawa-anti-mikroba. Diakses 28 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai