Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampuh:
Drs. Asrul Daulay, M.Si
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
MEUTIA SILVI
0305171065
PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berperan penting
dalam usaha menciptakan (SDM) yang berkualitas. Banyak .
2
James dan James dalam strategi pembelajaran matematika kontemporer
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Sementara itu dalam buku yang sama pula Johnson dan Rising mengatakan bahwa
matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika tumbuh dan berkembang
karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya
matematika.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan,
apa yang disebut matematika itu. sasaran penelaahan matematika tidaklah konkri, tetapi
abstrak. Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, kita dapat mengetahui
hakikat matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berfikir matematika itu.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang masuk dalam UAS. Ketidak
sukaan siswa pada matematika, membuat pelajaran ini nilainya selalu lebih rendah
dibandingkan dengan pelajaran UAS yang lainnya.Bahkan matematika jugalah yang
sering membuat anak-anak tidak lulus UAS. Ini dikarenakan nilai matematika yang di
peroleh dibawah standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Padahal pada semua jenjang pendidikan, matematika memiliki porsi waktu yang
lebih banyak dibanding pelajaran yang lain. Tetapi dalam kenyataannya, matematika
dianggap sebagai monster yang menakutkan. Hal seperti ini akan memicu siswa untuk
malas belajar matematika.
3
secara maksimal dengan memberikan kesempatan mengungkapkan dengan bahasanya
dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri. Jangan dibatasi selama kreatifitas siswa
masih dalam kerangka menunjang pencapaia kompetensinya
Alasan lain mengaktifkan belajar siswa adalah setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda. Karena itu, setiap siswa perlu memperoleh layanan bimbingan
belajar yang berbeda pula sehingga seluruh siswa dapat berkembang sesuai dengan
tingkat kemampuanya. Begitu pula tidak semua siswa berasal dari latar belakang sosial
yang memiliki kesadaran dan budaya belajar sehingga tugas guru adalah menumbuhkan
kesadaran dan mengembangkan pembiasaan agar setiap siswa merasa butuh, mau, dan
senang belajar.
Dengan beberapa alasan di atas, dalam penelitian ini penulis ingin meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif di dalam kegiatan belajar
mengajar matematika. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja
sama untuk mencapai tujuan–tujuan bersama.
Model TGT adalah suatu model pembelajaran yang didahului dengan penyajian
materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan
kepada siswa. Dalam pembelajaran TGT terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan
pembelajaran, penyajian materi, belajar kelompok, presentasi dikelas dan Turnamen.
a. Persiapan pembelajaran
a) Materi
4
Materi pembelajaran dalam belajar kooperatif dengan menggunakan
model TGT dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara
kelompok.
c) Penyajian materi
Penyajian materi ini dilakukan oleh guru.
d) Belajar kelompok
Dalam belajar kelompok guru menyiapkan lembar kegiatan, lembar
tugas, dan kunci jawaban.Untuk kunci jwaban, ini diserahkan setelah
kegiatan kelompok selesai.
f) Turnamen
Dalam pembelajaran TGT tidak terdapat tes individu, sebagai
gantinya setiap akhir pecan diadakan turnamen. Turnamem adalah sebuah
sruktur dimana game berlangsung.
B.Fokus Penelitian
5
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model TGT pada
materi operasi hitung bilangan bulat di kelas IV MI Darussalam Blimbing
Rejotangan Tulungagung?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pebelajaran dengan menggunakan model TGT
pada materi operasi hitung bilangan bulat di kelas IV MI Darussalam Blimbing
Rejotangan Tulungagung?
3. Bagaimana meningkatkan hasil evaluasi belaja siswa dengan model TGT pada
materi operasi hitung bilangan bulat di kelas IV MI Darussalam Blimbing
Rejotangan Tulungagung?
C.Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis
Untuk menambah wawasan dan pemahaman dari obyek yang diteliti guna
menyempurnakan dan bekal di masa berikutnya.
2. Guru
Sebagai alternatif pendekatan pembelajaran matematika guna meningkatkan
hasil belajar siswa.
6
3. Siswa
Untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan pengembangan keterampilan social
siswa.
4. Sekolah
Sebagai masukan untuk menentukan haluan kebijakan dalam membantu
meningkatkan kreatfitias siswa.
E. Penegasan Istilah
A. Penegasan Konseptual
1) Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda.1
2) Hasil belajar adalah prestasi yang telah dicapai siswa melalui suatu kegiatan
belajar.2
3) TGT (team geam tournament) adalah suatu model pembelajaran yang
didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri
dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. 3
2. Penegasan Secara Operasional
F Sistematika Pembahasan
7
Dalam sebuah karya ilmiah adanya sistematika merupakan bantuan yang
dapat digunakan untuk mempermudah mengetahui urutan sistematis dari isi karya
ilmiah tersebut. Adapun dalam penelitian ini adalah berisi Bab I sampai dengan Bab
V.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
9
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok
lain bertanggung jawab memberikan jawaban, atau mengerjakannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa
seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan
diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa-siswa akan dibagi
dalam meja-meja tournament, dimana setiap meja tournament terdiri dari setiap 5
orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja
tournament atau meja
permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama. Siswa yang dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen
dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja tournament kemampuan
setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai
yang mereka peroleh pada saat tes dilaksanakan. Skor yang diperoleh dengan
menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi
banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk
memberikan penghargaan tim berupa hadiah atau sertifikat.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe
inimelibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang
bisa menggairahkan semangat belajar. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
Menurut (Wartono, 2004:16) Menjelaskan dalam Team Games Tournament
atau pertandingan permainan tim,siswa memainkan pengacakan kartu dengan
anggotaanggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka.Permainan ini
berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi
10
angka.Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyan yang relevan
dengan materi pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemampuan siswa dari
penyampaian pelajaran kepada siswa di kelas. Setiap wakil kelompok akan mengambil
sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai
tersebut, Permainan ini dimainkan pada meja-meja turnamen.
Permainan pada meja tiap tournament dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
11
a. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan pembaca soal dan pemain yang
pertama. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi
nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.
b. Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh
pemain.
c. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam soal.
d. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan
hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.
e. Skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar dan berhak
mendapat kartu jawaban. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu
dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua
soal habis dibacakan, setiap peserta dalam satu meja tournament dapat berperan
sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.
f. Selanjutnya pemain kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang
diperoleh masing-masing pemain.
g. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada
tabel yang telah disediakan.
12
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4) Menyerap waktu yang cukup banyak.
5) Tidak semua guru memahami cara siswa melakukan permainan.
6) Ruangan kelas menjadi ramai dan mengganggu ruangan lain.
B. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang secara sadar untuk
mencapai suatu perubahan yang sebelumnya belum mengerti menjadi mengerti.
Perubahan yang dicapai karena adanya proses belajar yang disebut dengan perubahan
hasil belajar tersebut seperti penambahan pengetahuan baru. Penambahan pengalaman
dan keterampilan dan sejenisnya yang mencakup kepada aspek kognitif, afektif dan
Psikomotorik dengan menggunakan belajar kelompok.
Menurut pendapat Sudirman (1965 : 23) : “Belajar adalah sebagai rangkaian
jiwa psikofisik untuk memenuhi perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti
bagi masyarakat unsur cipta rasa dan karsa, rana, kognitif, efektif dan fisiko motorik.
Proses pembelajaran akan berlangsung dalam situasi yang sadar dan direncanakan serta
dengan tujuan yang jelas. Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak siswa mereka sendiri. Proses tersebut
melibatkan interaksi antara guru dengan siswa secara emosional. Ikatan emosional yang
terjalin baikakan sangat mendukung kepada tercapainya hasil belajar yang baik pula.
Oleh sebab itu proses pembelajaran peran guru sebagai fasilator, administrator,
motivator sangat ditentukan”.
Menurut Hamalik, (1975 : 28), belajar adalah “Bentuk pertumbuhan atau
perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang
baru berkat pengalaman dan latihan”. Di dalam proses belajar dan mengajar, guru
sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi
tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi,
agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Sardiman AM (2004:19)
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, melalui
pengajaran dan latihan, siswa diupanyakan memiliki pengalaman yang baik terhadap
diri dan gurunya yang didukung dengan terjadinya perubahan dalam dirinya kearahyang
13
positif. Selain itu dalam proses belajar juga terjadi proses bimbingan dari guru kepada
siswa dalam penguasaan materi dan bahan pelajaran agar tercapai hasil yang optimal.
C.Hasil Belajar
14
menciptakan gerakan-gerakan baru. Menurut Ahmadi (1991:72), hasil belajar yang
dicapai dalam suatu usaha belajar dalam hal ini usaha belajar dalam mewujudkan nilai
atau hasil belajar siswa dapat dilihat pada hasil atau nilai yang diperoleh dalam
mengikuti tes. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa yang dinyatakan
dalam bentuk nilai.
Menurut Slamento (2003:54), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Yang menjadi faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti minat, semangat,
dan motivasi. Adapun faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa dan bisa
mempengaruhi prestasi belajar, seperti lingkungan, teman, guru, orang tua, dan fasilitas
yang ada.
Dari hal-hal tersebut maka guru hendaknya dapat membangkitkan semangat,
motivasi siswa, serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung aktivitas
belajar siswa dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, antara
lain dengan memaksimalkan pengunaan alat peraga juga penerapan model diskusi
sehingga siswa akan lebih mudah memahami yang diajarkan juga supaya siswa semakin
punya rasa setia kawan. Dari uraian di atas jelas bahwa suatu proses pembelajaran pada
akhirnya akan menghasilkan kemampuan manusia berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Perubahan kemampuan merupakan indikator untuk menunjukkan hasil
belajar siswa. Perubahan perilaku yang harus dicapai tertuang dalam tujuan
pembelajaran dan dapat diukur dengan menggunakan tes dan non-tes.
15
optimal.
E. . Kerangka Pikir
Hasil belajar Matematika melalui model pembelajaran Teams Games Tournament pada
siswa kelas VIII, lebih efektif dan meningkat dibandingkan dengan menggunakan
metode ceramah, karena siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, menghafal dan
mencatat buku sampai habis sehingga proses pembelajaran dikelas menjadi monoton
atau kurang menarik bagi siswa.
Berikut ini digambarkan diagram kerangka pikir dalam penelitian sebagai berikut:
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan
yaitu ”Jika model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilakukan
dengan langkah-langkah yang benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari”.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
17
Variabel penelitian ini adalah berupa hasil pretest dan posttest dari subyek penelitian,
yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 MEDAN. Pretest dan posttest tersebut diberikan
kepada siswa pada dua kelas eksperimen.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Depok kelas VIII yang
terbagi dalam 4 kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D, sedangkan sampel
dari penelitian adalah 2 kelas/kelompok yang dipilih secara acak. Kedua kelas sampel
tersebut kemudian diberikan dua perlakuan yang berbeda. Kelas yang pertama (kelas
VIII A) dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT, sedangkan kelas kedua
(kelas VIII B) dijadikan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran ceramah.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode observasi dan
tes. Teknik observasi adalah observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran, sedangkan tes digunakan untuk
mendapat data prestasi belajar siswa. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 266), tes
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes
digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan terhadap
tingkat penguasaan konsep pada mata pelajaran matematika. Tes dilakukan sebanyak
2 kali, yaitu: tes kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal, dan
tes kemampuan akhir untuk mengetahui capaian konsep akhir. Tes dilakukan untuk
memperoleh data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif tipe TGT.
18
kali pertemuan. Standar kompetensi pada saat pelaksanaan perlakuan adalah
“Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya” dengan kompetensi dasar
“Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran”. Kisi kisi instrumen
tes yang digunakan adalah sebagai berikut. Pada suatu penelitian, instrumen atau alat
ukur harus memenuhi kriteria sebagai instrumen yang valid. Pada penelitian ini,
pembakuan validitas instrumen dilakukan berdasarkan pendapat ahli (expert
judgement). Hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan
dosen yang menjadi validator sampai dengan instrumen penelitian dinyatakan valid
oleh validator tersebut.
Setelah memperoleh data pretest dan posttest dari kedua kelompok, maka dilakukan
analisis data penelitian. Adapun tahap-tahap analisis data yang telah terkumpul meliputi
(1) analisis deskriptif, (2) pengujian asumsi analisis, dan (3) pengujian hipotesis. Tahap-
tahap analisis data adalah sebagai berikut.
1. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi keterlaksaan
pembelajaran matematika di kelas eksperimen berdasarkan lembar observasi. Data dari
hasil observasi akan dianalisis dengan ketentuan skor 1 untuk pilihan jawaban “ya”
dan skor 0 untuk pilihan jawaban “tidak”. Cara menghitung persentase skornya adalah
sebagai berikut.
b. Prestasi Belajar
Data prestasi belajar diperoleh dari pretest dan posttest. Untuk mendeskripsikan data
prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model
19
pembelajaran kooperatif tipe TGT digunakan teknik statistik yang meliputi nilai
minimum, maksimum, rata-rata dan simpangan baku dengan bantuan program SPSS
Pada uji prasyarat analisis yang akan dilakukan meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan . Uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS
16. Hipotesis statistik yang digunakan pada uji normalitas sebagai berikut.
Kriteria uji yang digunakan H0 ditolak jika signifikansi (p) lebih kecil dari α =¿ 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varian dari dua kelompok
yang dibandingkan. Untuk mengetahui apakah data tersebut homogen atau tidak yaitu
dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikan . Uji ini dilakukan dengan bantuan
SPSS 16 dengan uji Levene Statistics. Hipotesis statistik yang digunakan pada uji
homogenitas sebagai berikut. atau dengan kata lain sampel tersebut berasal dari
populasi yang homogen dan atau dengan kata lain sampel tersebut berasal dari populasi
yang tidak homogen Kriteria uji yang digunakan ditolak apabila taraf signifikansi (p)
kurang dari α =¿0,05
3. Uji Hipotesis
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan maka dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis.
20
1) Kelas Eksperimen TGT
berikut.
Dengan:
Statistik Uji:
→
D
t=
SD
√n
dengan
SD = √ var
n
21 2
Var (s ) =
n−1 ∑ ¿¿- x)
i=1
t = nilai hitung
21
→
D = rata-rata selisih pretest dan posttest
n = jumlah sampel
Pengujian pada kelas eksperimen TAI sama seperti pengujian pada kelas eksperimen
TGT dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Pengujian ini digunakan untuk
mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ditinjau dari hasil
prestasi belajar siswa. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. \
Dengan:
Statistik Uji:
→
D
t=
SD
√n
dengan
22
SD = √ var
n
2 1 2
Var (s ) =
n−1 ∑ ¿¿- x)
i=1
t = nilai hitung
→
D = rata-rata selisih pretest dan posttest
n = jumlah sampel
Analisis data yang akan dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
TGT dengan model pembelajaran TAI didasarkan pada hasil prestasi belajar matematika
siswa pada materi lingkaran. Sebelum dilakukan pengujian data, dilihat terlebih dahulu
apakah terdapat perbedaan rata-rata dari kedua eksperimen. Perlu diadakan pengujian
menggunakan uji t untuk membandingkan skor selisih posttes dan pretest. Selisih skor
ini dinamakan gain score . Pengujian ini dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 μTGT =μTAI ( rata-rata kenaikan nilai model pembelajaran kooperatif tipe TGT
sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI )
Apabila hasil yang diperoleh H0 μTGT ≠ μTAI maka penelitian dilanjutkan untuk
mengetahui kelas eksperimen yang manakah yang memiliki kenaikan rata-rata lebih
23
tinggi atau dengan kata lain model pembelajaran manakah yang lebih efektif diantara
keduanya. Pengolahan data selanjutnya menggunakan teknik statistic Independent
sampel t-test dengan bantuan program SPSS 16. Uji ini untuk mengetahui perbedaan
rata-rata dua populasi/kelompok data yang independen. Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk verifikasi
Statistik Uji:
M 1−M 2
t=
ss 1 +ss 2 1 1
√ +
0 n1−n2−2 n1 n2
24
n2 = jumlah sampel kelompok TAI
F. Tahap Penelitian
2. Tahap Eksperimen
25
a. Pemberian pretest
Pretest diberikan pada kedua kelas eksperimen. Pretest ini bertujuan
untuk mengetahui prestasi awal siswa sebelum diberikan perlakuan.
b. Pemberian perlakuan
Pada tahap ini kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran TGT dan TAI. Selama proses pembelajaran
berlangsung dilakukan pencatatan keaktifan belajar siswa pada lembar
obervasi sesuai dengan pedoman observasi.
c. Pemberian posttest
Posttest ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa sesudah diberi perlakuan.
3. Pasca Eksperimen
Tahap ini merupakan akhir eksperimen. Dalam tahap ini, data pretest dan
posttest dianalisis dengan perhitungan statistik. Hasil perhitungan tersebut digunakan
untuk menjawab hipotesis apakah diterima atau ditolak.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TAI ini, siswa belajar
secara berkelompok dan guru memberikan materi untuk dipahami siswa, setelah itu
guru memberikan kartu masalah kemudian siswa membacakan masalah sementara
anggota kelompok lain memikirkan cara penyelesaiannya, mendiskusikannya kemudian
dipresentasikan di depan kelas. Dengan menerapkan model pembelajaran TGT dan TAI,
suasana belajar yang ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar
dan saling bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain itu diharapkan juga siswa
berpikir kreatif melalui interaksi dengan teman sehingga dapat menyelesaikan masalah
dengan sistematis. Dengan demikian tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa
akan semakin baik.
B. Saran
Adapun saran – saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah:
27
Daftar Pustaka
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Arikunto, S., (2006), Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Bumi Aksara,
Jakarta.
Arikunto, S., dkk., (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Depdiknas, 2006. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi. Depdiknas,
Jakarta.
Hasanah, M., dan Edy S., (2017), Differences in the Abilities of Creative Thinking and
Problem Solving of Students in Mathematics by Using Cooperative Learning
28
and Learning of Problem Solving, International Journal of Sciences: Basic
and Applied Research (IJSBAR), Volume 34, No 1 : 286-299.
29