Anda di halaman 1dari 4

Pengelolaan Hutan bagi Semua

Titik Balik Sektor Kehutanan Mewujudkan perubahan tersebut tentu tidak mudah - tapi mungkin. Negara
Sekitar 90-100 juta hektar hutan Indonesia merupakan bio-ekosistem yang lain telah mengalami transisi serupa di masa lampau, dan didukung dengan
telah memainkan peranan penting dalam mendukung pembangunan kepemimpinan yang memiliki visi. Melakukan ini akan membutuhkan
ekonomi, sumber pendapatan masyarakat pedesaan dan penyediaan layanan kerjasama yang melibatkan sejumlah pelaku terkait dan tindakan tegas dalam
berbasis lingkungan. Akan tetapi, pengelolaan hutan Indonesia tidak lima lingkup kebijakan.
dilakukan secara berkesinambungan. Selama dua dekade terakhir, 1-2 juta
hektar hutan telah hilang melalui degradasi lahan dan perluasan area tanam Lima Tindakan Dalam Mewujudkan Hutan
minyak sawit, kopi, coklat, karet dan tanaman budidaya lainnya. untuk Semua
I. PENINGKATAN PENGAWASAN SUMBER DAYA HUTAN
Hutan Indonesia ...degradasi
Penebangan liar mencerminkan implikasi dari lemahnya pengawasan hutan.
45.0
40.0
Diperkirakan, 1,59 juta kubik meter kayu dikonsumsi oleh industri
35.0 pengolahan kayu Indonesia pada tahun 2001. Sementara, perkiraan pasokan
30.0 legal mencapai 10-42 juta kubik meter. Ini berarti sejumlah besar output
25.0
Luas Hutan 1985
bergantung pada penebangan liar. Penebangan liar meningkatkan tekanan
20.0
Luas Hutan 1997
pada hutan dan telah merusak sejumlah area hutan lindung. Belum lagi,
15.0
hilangnya pendapatan pemerintah. Penurunan pajak hutan diperkirakan
10.0
5.0
merugikan pemerintah sebesar US$ 1,5 milliar per tahun dalam bentuk
0.0
hilangnya pendapatan. Praktik korupsi yang berkaitan dengan penebangan
liar melibatkan sejumlah lembaga pemerintah dan secara umum mengabaikan
peranan hukum dan peraturan.
Penanganan korupsi dan peningkatan pengawasan sumber daya hutan
memerlukan langkah-langkah antara lain: Mendorong penegakan hukum di
Eksploitasi hutan telah menghasilkan kekayaan bagi sejumlah elit melalui sektor kehutanan. Hal ini menuntut kemauan dan koordinasi antara
likuidasi modal kehutanan. Namun, hal ini telah menimbulkan biaya berupa kementerian Kehutanan, polisi, angkatan bersenjata, lembaga hukum dan
konflik sosial, degradasi lingkungan dan kegagalan untuk mempertahankan bea cukai, pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Pemerintah perlu
sumber daya bagi generasi mendatang. Membalikkan keadaan ini tentu membentuk tim koordinasi untuk mengidentifikasi tindakan prioritas dalam
menuntut sebuah visi dalam pemerintahan baru; bagaimana pengelolaan upaya pemberantasan penebangan liar. Tim ini harus bertujuan untuk
sektor kehutanan yang layak, bermanfaat dan adil. Selama satu dekade ke menciptakan kepercayaan publik dan membangun kapasitas lokal dalam
depan, sektor kehutanan akan mengalami transisi: penegakan hukum di sejumlah area kunci seperti:
1. dari sumber eksplorasi alam ke penciptaan sumber daya baru; • Menghentikan penebangan dan perburuan komersial di dalam area hutan
2. dari ketergantungan terhadap subsidi menjadi persaingan berbasis pada lindung;
keunggulan komparatif, efisiensi dan penambahan nilai; • Menutup industri pengolahan kayu yang menggunakan sumber bahan
3. dari perolehan layanan lingkungan, seperti biodiversitas, air bersih, baku ilegal;
kesuburan tanah, secara cuma-cuma menjadi pengelolaan aktif • Menghentikan pengiriman kayu dan produk kayu ilegal ke negara
keseimbangan lanskap guna mempertahankan mutu layanan tersebut. tetangga;
4. dari kerangka pengelolaan yang berakar pada korupsi, konflik dan • Mendukung inisiatif untuk menghentikan aktifitas kehutanan ilegal di
ketidakadilan yang hanya menguntungkan sekelompok kecil elit menjadi daerah;
pengelolaan yang berbasis pada partisipasi, transparansi dan peraturan • Melaksanakan sistem ‘log-tracking’ guna mengenali sumber dan
perundangan. mencegah ‘pelarian’ pajak;
Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari

• Melaksanakan hukum anti pencucian uang melalui pengembangan II. MENJADIKAN HUTAN SEBAGAI SUMBER DAYA BERKELANJUTAN BAGI PENGEMBANGAN EKONOMI
prosedur bagi bank untuk mengidentifikan kegiatan kehutanan yang Hutan merupakan sumber pendapatan terbesar dari ekspor non-migas. Di
mencurigakan, dan bagi agen pemerintah untuk menindaklanjuti dengan tahun 2003, ekpor sektor kehutanan mencapai US$ 6.6 milliar, atau 13.7
investigasi dan tindakan efektif; persen dari pendapatan ekspor non-migas; dengan total kayu lapis dan
• Mengembangkan transparansi dalam sistem pelacakan guna memantau produk terbuat dari kayu sebesar US$ 2.8 milliar; kertas dan bubur kertas
tindakan pelanggaran. menghimpun US$ 2.4 milliar; dan furnitur sebesar US$ 1.1 milliar. Jika ini
Menghindari dan menyelesaikan konflik kepentingan. Salah satu penyebab mencakup ekspor kehutanan illegal, di tahun 2003, ekspor Indonesia
konflik dalam area kehutanan adalah ketergantungan ekonomi pihak militer mungkin mencapai US$ 8 milliar dari produk kehutanan.
terhadap hasil hutan. Resolusi jangka panjang bagi konflik tersebut adalah Selama beberapa tahun, pemerintah telah mensubsidi produsen-produsen
melalui pemisahan antara wilayah kewenangan militer dan bisnis kehutanan. terbesar di sektor kehutanan, berdampak negatif terhadap pengelolaan hutan
Pemerintahan baru dapat menangani isu tersebut melalui: dan ekonomi nasional. Dengan menyediakan kayu murah dan subsidi bagi
• Memungkinkan keterlibatan staf militer dan unit terkait dalam bisnis produsen bubur kertas, pemerintah telah mendorong mereka meningkatkan
kehutanan melalui pembentukan perusahaan swasta, dan mengharuskan kapasitas produksi tanpa menjamin kelangsungan pasokan bahan baku. Saat
mereka untuk memilih antara tetap dalam status kemiliteran atau ini Indonesia memiliki persoalan kelebihan kapasitas di industri kehutanan.
mengundurkan diri dan menjalankan perusahaan tersebut; Untuk membuat industri-industri tersebut beroperasi pada kapasitas
• Melakukan tinjauan komprehensif terhadap pendanaan militer untuk terpasangnya, industri memerlukan 60-75 juta kubik meter kayu. Akan tetapi,
mengenali alternatif sumber pembiayaan legal; kebutuhan ini tentu tidak dapat terpenuhi oleh hutan alami, yang hanya
• Melarang, setelah melalui periode transisi, keterlibatan staf militer dalam mampu menyediakan tidak lebih dari 20-25 juta kubik meter.
bisnis kehutanan dan penggunan sumber-sumber daya militer dalam Untuk menjadikan hutan sebagai sumber berkelanjutan bagi pembangunan
mendukung bisnis tersebut; ekonomi, pemerintah baru perlu untuk :
• Inisiatif pelaku-pelaku kebijakan diperlukan guna membentuk strategi
Merestrukturisasi industri kehutanan guna menciptakan sektor pengolahan
koodinasi pencegahan dan penyelesaian konflik, terkait dalam persoalan
kayu yang kompetitif, dimana produsen menjamin legalitas dan
kehutanan.
keberlangsungan akses pasokan bahan baku. Untuk mencapai ini, diperlukan
Memperkuat institusi daerah dan propinsi dengan dukungan pemerintah pusat. keahlian untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Akan tetapi,
Sejalan dengan desentralisasi, konflik kepentingan mulai muncul antar di sejumlah area terdapat fakta bahwa menjamin keberlangsungan dalam jangka
komunitas lokal, antar tingkatan pemerintahan, industri kehutanan dan pendek berimplikasi pada penurunan skala ekonomi industri, termasuk
kepentingan konservasi. Komunitas lokal semakin ‘gencar’ mengklaim bahwa penutupan sejumlah pabrik pengolahan yang menggunakan sumber ilegal.
hutan merupkan hak lahan tradisional mereka. Akan tetapi, penanganan atas
Mengembangkan area tanam dan reboisasi yang efektif untuk menjamin
klaim dan konflik kepentingan ini bersifat sementara dan berbeda di setiap
keberlangsungan pasokan. Untuk mencapai ini, kementerian kehutanan
daerah. Pencapaian kesepakatan atas peranan, hak dan kewenangan berbagai
harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan organisasi
aktor merupakan prasyarat utama bagi pengelolaan kehutanan yang lebih
kemasyarakatan untuk mengidentifikasi lahan non-hutan yang cocok bagi
efektif. Komunitas dan pemerintah lokal perlu tetap aktif terlibat dalam sektor
area tanam. Selain itu, perusahaan-perusahaan perkebunan dilarang
kehutanan, sementara pemerintah propinsi dituntut untuk menjadi lebih aktif.
menambah parah kerusakan hutan. Lebih jauh, penggunaan dana reboisasi
Kementerian kehutanan dan institusi lain harus memberikan support dan
(DR) harus didasarkan pada kriteria ekonomi, keadilan dan lingkungan yang
bimbingan secara teknis kepada pemerintah daerah, sekaligus memastikan
transparan, dan bukan pada pertimbangan politik.
bahwa pendekatan yang ditempuh tetap berada dalam kerangka nasional.
III. MEMANFAATKAN HUTAN SEBAGAI PENUNJANG SUMBER KEHIDUPAN DAERAH PERDESAAN
PENGALAMAN POSITIF PARTISIPASI PERENCANAAN Sekitar 20 juta orang hidup di daerah perdesaan yang berdekatan dengan
PEMANFAATAN LAHAN KEHUTANAN DI BOLIVIA hutan, dan 6 juta di antaranya memperoleh sebagian besar pendapatan
mereka dari hutan. Hutan memasok rumah tangga miskin dengan bahan
Dalam Undang-undang Lingkungan tahun 1992, Kongres Bolivia bakar, obat-obatan, makanan dan bahan baku konstruksi, dan berfungsi
memberi mandat kepada pemerintah memformulasikan rencana sebagai ‘jaring pengaman’ di saat sulit. Akan tetapi, sumber ini mendapat
pemanfaatan lahan di tingkat nasional dan daerah sebagai bagian dari perlakuan dan dimanfaatkan secara buruk. Tiga langkah diperlukan untuk
strategi desentralisasi pengelolaan sumber kehutanan Bolivia. Ini memastikan hutan mampu mendukung kehidupan perdesaan:
dilakukan dengan mempertimbangkan status kepemilikan lahan, faktor Memanfaatkan Hutan bagi peningkatan Pengembangan Masyarakat. Area
sosial-ekonomi, alokasi dan potensi penggunaan lahan, dan ketersediaan hutan mencakup 70% dari wilayah Indonesia. Namun, hampir sepertiganya
prasarana. Rencana pengembangan wilayah dibentuk dari dua daerah tidak memiliki hutan. Area ini merupakan sumber kehidupan bagi jutaan
yang memiliki sejarah panjang konflik antara institusi pemerintah, serta penduduk. Sekitar 70 persen produksi karet diperoleh dari perkebunan yang
perusahaan penebangan dan migas. Upaya ini mencakup ketersediaan terletak di dalam area hutan, seperti produk-produk tanaman lain. Karet
informasi dan rencana implementasi pemanfaatan lahan, serta forum merupakan sumber utama pendapatan bagi 7 juta orang. Delineasi lahan-
negosiasi. Klarifikasi kepemilikan lahan dan sasaran pengelolaan lahan hutan negara saat ini dan ketidakhadiran mekanisme formal untuk
berpotensi memperbaiki aturan pengelolaan sumber-sumber kehutanan. mengenali property rights bagi pihak pengguna, telah menghambat
pemanfaatan lahan produktif.
Pengelolaan Hutan bagi Semua

Oleh karena sebagian besar area dalam kawasan hutan merupakan hutan • Pengetahuan mengenai mekanisme penyelesaian perselisihan antara
budidaya, sudah saatnya untuk mempertimbangkan pengaturan pengelolaan perusahaan dan komunitas; dan
kolaboratif atau memindahkan area tersebut dari kawasan hutan. Hal ini • Mekanisme untuk memastikan pelaksanaan kontrak.
diharapkan dapat meningkatkan investasi jangka panjang dan memungkinkan
Departemen Kehutanan untuk lebih fokus pada area hutan. Untuk menghindari Pemerintah juga harus mendorong perusahaan-perusahaan industri bubur
konversi hutan lebih lanjut oleh kelompok-kelompok yang berharap kertas untuk mendukung skema ini sebagai bagian dari keberlangsungan usaha,
memperoleh hak pengelolaan lahan, pemerintah perlu berkonsentrasi pada melalui penetapan target bahwa porsi yang cukup dari area tanam hutan yang
area yang telah memiliki sistem agro-forestry yang berkembang. baru dalam lima tahun mendatang dialokasikan ke dalam skema penumbuhan.

Mendorong komunitas kehutanan dan perusahaan skala kecil. Penurunan IV. MELINDUNGI PELAYANAN LINGKUNGAN
sumber daya hutan dapat mengurangi peluang tenaga kerja musiman bagi
ratusan ribu, dan bahkan jutaan keluarga. Berberapa di antara mereka Hutan Indonesia memeberikan sejumlah manfaat lingkungan global maupun
dipastikan sulit menemukan opsi alternatif. Bagaimanapun, opsi tersebut lokal berupa biodiversitas, atmosfer dan pengelolaan air;
akan sukar ditemukan pada daerah terpencil dan berbukit dengan tanah Biodiversitas - Hutan Indonesia menaungi 10-20% vertebrata, tanaman vas-
yang gersang. Tentu, hal ini dapat menambah jumlah kemiskinan kronis. cular serta rumah bagi banyak hewan liar dunia. Beberapa spesies terancam
Salah satu cara untuk menangani hal ini adalah melalui pengembangan punah, sementara penurunan jenis spesis lain berdampak pada regenerasi
perusahaan berskala kecil yang bergerak di sektor kehutanan. Perusahaan hutan dan ketersediaan lingkungan, ikan dan produk hutan yang dapat
kerajinan dan furnitur, dan kegiatan produksi lain mendorong penyerapan mendukung sumber kehidupan daerah pedesaan.
tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. Pemerintah dapat mendorong Polusi Atmosfer dan Perubahan Iklim - hutan Indonesia merupakan salah
kegiatan skala kecil berbasis sektor kehutanan melalui pemberian kredit, satu cadangan karbon terpenting di dunia. Kerusakan hutan-hutan ini
perluasan informasi pasar, pelatihan manajemen dan pengenalan terhadap dipastikan mempengaruhi komposisi atmosfer dan dapat menimbulkan
teknologi baru bagi individu dan perusahaan skala kecil yang bergerak di perubahan iklim. Pada tahun 1997-8 kebakaran hutan menghilangkan sekitar
bidang ini. Selain itu, sisi peraturan juga dapat diperbaiki dengan 8 persen dari emisi gas rumah hijau dunia pada periode tersebut. Ditambah
menghilangkan hambatan dan menyederhanakan prosedur pengangkutan lagi, kebakaran ini secara aktif mempengaruhi kesehatan, properti dan
dan penjualan hasil tanam petani. sumber kehidupan bagi 75 juta orang, dan menyebabkan kerugian sebesar
US$ 2.3-3.2 milliar serta degradasi area hutan. Biaya ekonomi dari kebakaran
KOMUNITAS KEHUTANAN DI NEPAL ini bagi penduduk dan dunia usaha di Indonesia diperkirakan sebesar US$
9-10 milliar, dengan lebih dari 1.4 juta kasus infeksi pernafasan akut.
UU Kehutanan Nepal, 1993, mendelegasikan kewenangan pengelolaan
hutan kepada kelompok-kelompk pengguna. Kepemilikan lahan tetap Air - Pembabatan hutan dan degradasi kerap menimbulkan erosi, sedimentasi
berada di tangan negara, tapi pepohonan secara legal menjadi milik cadangan air, dan banjir. Cakupan hutan sangat penting untuk
kelompok tersebut. Negara berhak mengambil alih wewenang mempertahankan kapasitas tanah untuk menahan air dan mencegah erosi.
komunitas jika prasyarat dan kondisi peralihan tidak dapat dipenuhi. Pemerintah baru perlu mengambil dua langkah untuk melindungi manfaat
Pengelolaan diawasi sepenuhnya oleh pengguna sumber hutan, yang yang dipasok oleh hutan:
mengembangkan rencana operasional, menetapkan harga jual produk,
termasuk menentukan bagaimana surplus pendapatan digunakan. Pada Memperkuat area yang dilindungi. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah
Juni 1997, 6.000 kelompok pengguna mengelola 450.000 ha, dengan mengevaluasi kondisi saat ini dan ancaman utama di setiap area yang dilindungi,
6.000 kelompok lain menunggu pendaftaran formal. serta mengenali area-area dengan prioritas tinggi dimana tindakan yang tepat
dapat mencapai hasil signifikan. Kemudian, diperlukan tinjauan atas cara-cara
Sejumlah studi menunjukkan bahwa kondisi hutan kelola di Nepal telah konservasi yang terbukti berhasil hingga saat ini, termasuk sistem pengelolaan,
mengalami perbaikan. Survei di tahun 2002 menunjukkan bahwa masyarakat dan penyiapan rencana aksi. Penegakan peraturan sektor kehutanan harus
yang berpartisipasi menerima peningkatan pendapatan dari kegiatan tersebut, mempriopritaskan area yang dilindungi yang ‘bernilai tinggi’.
selain akses ke bahan bakar dan makanan. Dari 1,788 komunitas yang disurvei,
Mengelola lanskap pelayanan lingkungan. Beberapa penggunaan lahan yang
rata-rata mengumpulkan lebih dari US$ 10 Juta dari penjualan produk
‘menggusur’ area hutan mengakibatkan penurunan tajam air permukaan
kehutanan - atau sama dengan 40% dari anggaran Departemen Kehutanan.
dan biodiversitas. Sebaliknya, jenis pemanfaatan lahan lainnya dapat
Mendorong kemitraan komunitas - perusahaan. Menjamin kemitraan yang memberikan jasa lingkungan lebih. Jika dikelola dengan baik, berbagai
baik antara perusahaan dan komunitas kehutanan merupakan kunci untuk pemanfaatan lahan tersebut justru dapat memberikan pelayanan lingkungan
memperluas keuntungan dari kegiatan di sektor kehutanan. Agen pemerintah seperti yang disuplai oleh hutan alami. Ke depan, sebagian keuntungan
dapat membantu dengan berkerja sama dengan perusahaan, komunitas dan biodiversitas, karbon dan air permukaan akan diperoleh dari luar area
LSM untuk mencapai kesepakatan antara perusahaan dan komunitas. Tujuan lindung. Pada area ini, pemerintah dan organisasi massa perlu mendorong
ini perlu dicapai guna memberikan: pemanfaatan lahan yang mampu melayani lingkungan secara lebih luas
• Informasi pasar atas sejumlah produk kehutanan yang diproduksi; melalui kebijakan kepemilikan, pelatihan, perluasan cakupan lahan pertanian
• Pemahaman yang lebih baik atas berbagai isu yang diperlukan saat dan kehutanan, program kredit, pengembangan pasar dan perencanaan
negosiasi pembelian atau kontrak pengembangan bisnis; penggunaan lahan. Upaya-upaya tersebut harus mendorong minimalisasi
• Keahlian negosiasi;
Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari

penebangan hutan, budidaya hutan, reboisasi dan regenerasi hutan alami, V. TRANSPARANSI DALAM INFORMASI KEHUTANAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN
termasuk konservasi tanah dan air.
Masih terdapat keterbatasan informasi kuantitatif mengenai hutan dan sektor
PENGALAMAN DENGAN PEMBAYARAN LAYANAN LINGKUNGAN DI COSTA RICA kehutanan di Indonesia. Di sejumlah kasus, keraguan tidak hanya mengenai
Pada tahun 1995 Costa Rica memperkenalkan sistem pembayaran bagi tren degradasi hutan dan penebangan liar, akan tetapi juga arah pengrusakan
jasa lingkungan. Di bawah sistem area lindung, dibiayai pajak bahan ini. Informasi yang lebih baik penting untuk mengidentifikasi alternatif
bakar, pembayaran berbasis pada nilai layanan lingkungan yang mungkin pengelolaan, strategi desain yang tepat dan meningkatkan kesadaran publik
dihasilkan hutan. Di tahun 1997 dan 1998, skema in digunakan untuk akan persoalan kehutanan. Oleh karena itu, Pemerintah baru dituntut untuk:
menanam kembali sekitar 14 persen ‘hutan gundul’ dan menjadi Memonitor cakupan hutan alami, degradasi hutan, dan perkembangan
pendekatan praktis guna melindungi biodiversitas. Sistem area lindung penanaman. Mengembangkan sebuah sistem berbasis teknologi pengideraan
berawal dari sistem publik yang hanya mencakup dua area seluas 2,500 jarak jauh dan survei permukaan, seperti diterapkan di Brazil. Ini dapat
ha di tahun 1950, dan kemudian berkembang menjadi sistem campuran menjadi kunci bagi transparansi, serta mengikutsertakan partisipasi
publik-swasta dalam 120 area mencakup 1.2 juta ha, atau rata-rata 25 pemerintah, akademisi dan lembaga penelitian. Di tambah lagi, Indonesia
persen dari luas Costa Rica. perlu memperbaiki sistem pengumpulan data dan analisa tentang aspek
Peluang dalam pembiayaan pengelolaan area lindung melalui eko-turisme hutan dan kehutanan lainnya, termasuk produksi, kepemilikan dan peran
telah menjadi faktor penting dalam menarik minat sektor privat berinvestasi hutan dalam kehidupan daerah pedesaan, perkembangan layanan
di lahan konservasi. Tahun 1997, negara ini dikunjungi 787,000 turis, dan lingkungan, dan penegakan hukum di sektor ini.
berhasil menambah pendapatan negara sebesar US$ 714 juta . Antara tahun Menciptakan sistem informasi pengelolaan hutan yang transparan. Informasi
1990-97, 38 persen turis ke Costa Rica mengunjungi taman hutan nasional. harus bisa diakses seluruh pelaku kebijakan, dan menyediakan informasi terkini
Hingga tahun 1998, pendapatan di bidang pariwisata meningkat sebesar US$ mengenai hutan dan rencana pengelolaan; daftar seluruh konsesi hutan dan
1 milliar. Pariwisata - sebagian berbasis kehutanan - telah menjadi sumber pemegang izin, laporan konsumsi secara terinci dan rencana keberlanjutan;
utama devisa negara ini. daftar pemilik perusahaan pemegang konsesi, izin dan unit pengolahan.

AGENDA 100 HARI PERTAMA

1. Selama 100 hari pertama, pemerintah dapat mengambil inisiatif untuk mengelola sektor kehutanan melalui:
2. Pembentukan satuan tugas yang melibatkan multi-agen, multi-pelaku untuk mengidentifikan tindakan prioritas pemberantasan penebangan
liar. Satuan tugas ini perlu mengembangkan sistem yang transparan atas pelacakan kasus-kasus penebangan liar guna memperoleh
tindakan hukum. Selain itu, lembaga ini harus menjabarkan persyaratan yang diperlukan dalam usaha pemberantasan penebangan liar,
membangun kapasitas lokal dalam penegakan hukum dan memenuhi komitmen Penegakan Hukum dan Pengelolaan Kehutanan, serta
Deklarasi Bali 2001.
3. Menciptakan sistem informasi pengelolaan hutan yang transparan, dapat diakses seluruh pelaku terkait dan menyediakan informasi
menyediakan informasi terkini mengenai hutan dan rencana pengelolaan; daftar seluruh konsesi hutan dan pemegang izin, laporan konsumsi
yang terinci dan rencana keberlanjutan; daftar pemilik perusahaan yang memegang konsesi, izin dan unit pengolahan.
4. Mengembangkan satuan tugas yang melibatkan multi-agen, multi-pelaku untuk mengembangkan strategi pembangunan ekonomi berkelanjutan
dan pengentasan kemiskinan di daerah pedesan area dekat hutan melalui mekanisme ‘kehutanan sosial’. Satuan tugas ini harus mempelajari
pengaturan kepemilikan hutan, pilihan bai pengelolaan kolaboratif dan cara-cara lain untuk mengakui hak pengguna lokal, memperkuat
insentif bagi rehabilitasi hutan yang telah terdegradasi, dan meningkatkan sumbangan bagi pembangunan wilayah serta melindungi lingkungan.
5. Menuntut seluruh pabrik industri bubur kertas dan pengolahan kayu lainnya untuk memberikan rencana aktifitas dalam tiga bulan. Rencana
ini harus menunjukkan bahwa pabrik memiliki pasokan legal dan berkesinambungan untuk mempertahankan operasional mereka. Selain
itu, rencana ini harus mengidentifikasi kemungkinan bentuk kemitraan dengan masyarakat lokal, termasuk skema untuk memaksimalkan
pembangunan setempat. Untuk mendukung periode transisi, pemerintah tidak dapat menyetujui penambahan kapasitas pengolahan tanpa
ketersediaan pasokan bahan baku yang aman, legal dan berkelanjutan.

Indonesia policy Briefs | Ide-Ide Program 100 Hari DAFTAR ISI

1. Kemiskinan 7. Reformasi Sektor Hukum 13. Pangan Untuk Indonesia


2. Menciptakan Lapangan Kerja 8. Desentralisasi 14. Mengelola Lingkungan Hidup
3. Iklim Penanaman Modal 9. Sektor Keuangan 15. Kehutanan
4. Memulihkan Daya Saing 10. Kredit Untuk Penduduk Miskin 16. Pengembangan UKM
5. Infrastruktur 11. Pendidikan 17. Pertambangan
6. Korupsi 12. Kesehatan 18. Reformasi di Bidang Kepegawaian
Negeri

Anda mungkin juga menyukai